2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelesaikan penyusunan “Panduan Transfer Pasien” di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cempaka Az-
Zahra”.
Panduan ini disusun dalam upaya memenuhi tuntutan masyarakat tentang pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien mulai saat pasien
datang ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Cempaka Az-Zahra .
Panduan Pelayanan Transfer pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cempaka Az-Zahra. Tahun
2018 tersusun atas kerjasama banyak pihak dan untuk ini kami sangat mengharapkan masukan dari
semua pihak untuk membantu mencapai kesempurnaan panduan ini di masa yang akan datang dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan panduan ini kami ucapkan terima kasih.
CEMPAKA AZ-ZAHRA
1) Transfer pasien dari Rumah Sakit Ibu & Anak Cempaka Az-Zahra ke rumah sakit lain atau
sebaliknya
2) Transfer pasien dari Rumah Sakit Ibu & Anak Cempaka Az-Zahra ke rumah pasien atau
sebaliknya.
V. Pengaturan Transfer.
Sesuai jadwal dinas
VI. Keputusan Melakukan Transfer.
1) Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer.
2) Awali dengan pengambilan keputusan transfer, kemudian lakukan stabilisasi pre
transfer dan manajemen transfer.
3) Hal ini mencakup tahapan evaluasi, komunikasi .dokumentasi, pemantauan ,
penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit maupun ke
rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke Rumah Sakit Ibu & Anak Cempaka Az-
Zahra
4) Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang, karena transfer beresiko mengekpos pasien dan personil rumah sakit akan
resiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien
5) Pertimbangkan resiko dan keuntungan dilakukan transfer, bila resikonya lebih besar
jangan dilakukan transfer.
6) Dalam transfer pasien diperlukan personil yang terlatih dan kompeten serta peralatan
dan kendaraan khusus.
7) Pengambilan keputusan harus melibatkan DPJP/dokter senior
8) Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan dokter yang mengambil
keputusan,waktu pengambilan keputusan serta alasan yang mendasari keputusan
tersebut.
9) Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar Rumah Sakit Ibu & Anak
Cempaka Az-Zahra :
1. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut :
a) Ini merupakan situasi emergensi dimana sangat diperlukan transfer
yang efisien untuk tatalaksana lebih lanjut ,yang tidak dapat di sediakan
oleh Rumah Sakit Ibu & Anak Cempaka Az-Zahra
b) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum transfer
c) Saat menghubungi jasa ambulance, pasien dapat dikategorikan sebagai
tipe transfer “gawat darurat”, misalnya pasien dengan rupture
aneurisma aorta dan pasien “gawat” misalnya yang butuh hemodialisa
2. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis (misalnya karena ruangan
penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas tidak memadai)
a) Idealnya sebaiknya pasien tidak ditransfer jika bukan karena
kepentingan mereka.
b) Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan ruang rawat inap
melebihi kapasitas sehingga diputuskanlah untuk mentransfer pasien ke
unit lain atau rumah sakit lain.
c) Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika,
apakah akan mentransfer pasein stabil yang telah berada / dirawat di
unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien baru yang
membutuhkan perawatan intensif tetapi kondisinya tidak stabil.
d) Saat menghubungi ambulans, pasien ini dapat dikategorikan sebagai
pasien transfer “gawat”.
3. Repatriasi / Pemulangan kembali
a) Transfer hanya boleh dilakukan jika kondisi pasien telah stabil dan
kondisinya dinilai telah cukup baik oleh dokter DPJP yang merawat
b) Pertimbangan akan resiko dan keuntungan transfer harus dpikirkan
dengan matang dan dicatat
c) Jika telah diputuskan melakukan repratiasi, transfer pasien ini haruslah
menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih
diutamakan dibandingkan penerimaan pasien elektif di unit gawat
darurat, hal ini juga membantu menjaga hubungan baik antar rumah
sakit.
d) Saat menghubungi ambulans, pasien ini dikategorikan sebagai pasien
transfer “elektif’.
10) Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab / dokter jaga
wajib menghubungi rumahsakit yang dituju.
11) Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit tim transfer Rumah Sakit Ibu & Anak
Cempaka Az-Zahra akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi
dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju ubtuk menerima pasien tersebut, tim
Rumah Sakit Ibu & Anak Cempaka Az-Zahra harus memastikan tersedianya alat yang
memadai di rumah sakit yang dituju.
12) Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan ) dan keluarga perlunya
dilakukan transfer antar rumah sakit dan mintalah persetujuan tindakan transfer.
13) Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam rekam medis pasien ini, yang
meliputi : nama, jabatan dan detail kontak personil yang membuat kesepakatan baikdari
rumah sakit asal maupun rumah sakit penerima ; tanggal dan waktu dilakukan
komunikasi antar rumah sakit, saran-saran / hasil negosiasi dari kedua belah pihak.
14) Personil tim transfer harus mempunyai kompetensi yang sesuai, berpengalaman,
memiliki peralatan yang memadai, dapat bekerja sama dengan jasa layanan ambulans,
protokol rumah sakit, serta pihak-pihak lain yang terkait dan juga memastikan proses
transfer berjalan dengan aman dan lancar tanpa menggangu pekerjaan lain di rumah
sakit yang merujuk.
15) Pusat layanan ambulans harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan transfer
telah diambil. Bahkan bila waktu pastinya belum ditentukan. Hal ini memungkinkan
layanan ambulan untuk pengerahan petugas yang lebih efisien.
VII. Stabilisasi Sebelum Transfer.
1) Meskipun berpotensi memberi resiko tambahan terhadap pasien, transfer pasien yang
aman dapat dilakukan bahkan pada pasien sakit berat / kritis.
2) Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien tidak stabil.
3) Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat akselerasi dan
deselerasi selama transfer. Oleh karena itu hipovolemia harus dikoreksi sebelum
transfer dilakukan.
4) Unit / rumah sakit yang dituju harus memastikan adanya prosedur/ pengaturan pasien
transfer yang memadai.
5) Perlu waktu hingga beberapa jam muali dari keputusan diambil sampai pasien di
transfer ke unit atau rumah sakit lain.
6) Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer :
a) Amankan patensi jalan nafas
b) Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan yang ketat.
c) Analisa gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan vntilator
portabel minimal 15 menit.
d) Terdapat jalur akses vena yang adekuat.
e) Pengukuran tekanan darah yang invasif dan kontinyu merupakan tehnik terbaik
untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer.
f) Jika terdapat pneumothorax, selang drainase dada harus terpasang dan tidak
boleh di klem.
g) Pasang kateter urin dan NGT jika diperlukan
h) Pemberian terapi tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer
7) Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran penanganan segera / resusitasi
yang perlu dilakukan terhadap pasien dengan situasi khusus namun tanggung jawab
tetap pada tim transfer.
8) Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.
9) Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek oleh petugas transfer.
VIII. Pendampingan Pasien Selama Transfer.
1) Pasien dengan sakit berat harus didampingi minimal oleh 1 orang tenaga perawat.
2) Kebutuhan akan tenaga medis / petugas yang mendampingi tergantung pada kondisi /
situasi klinis dari tiap kasus.
3) Sebelum melakukan transfer petugas pendamping harus paham kondisi pasien dan
setiap aspek yang berkaitan dengan transfer.
4) Berikut ini adalah pasien yang tidak memerlukan dampingan dr hcu/ dr anestesi selama
transfer.
5) Pasien yang mampu mempertahankan patensi jalan nafasnya dengan baik.
6) Pasien dengan perintah DNR (Do Not Resucitate).
7) Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut dimana intervensi
anestesi tidak akan mempengaruhi hasilnya. Berikut adalah panduan perlu tidaknya
dilakukan transfer berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis
(keputusan harus dibuat oleh dr.icu atau DPJP).
a) Derajat 0.
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya diruang biasa di unit /
rumah sakit yang dituju. Biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat atau paramedis.
b) Derajat 1.
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang sebelumnya
di rawat di high care unit; diman membutuhkan perawatan diruang
biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi perawat, petugas ambulans dan atau dokter.
c) Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi yang lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan 1 sistem organ atau pasca operasi atau
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, trlatih dan berpengalaman (dokter dan perawat atau
paramedis lainnya).
d) Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan nafas lanjutan dan bantuan nafas
dasar dengan dukungan / bantuan minimal 2 sistem organ, termasuk
pasien-pasien yang membutuhkan penangan kegagaglan multi organ
harus didampingi oleh petugass yang kompeten, terlatih dan
berpengalaman ( biasanya dr,anestesi dan perawat ruang Intensif/IGD).
8) Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer harus berkompeten, terlatih dan
berpengalaman.
9) Petugas yang mendampingi harus membawa telephone yang berisi nomer Rumah Sakit
Ibu & Anak Cempaka Az-Zahra dan rumah sakit tujuan.
10) Keselamatan adalah parameter penting selama proses transfer.
IX. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa Selama Transfer.
1) Kompetensi SDM untuk transfer intra RSBB Pasien Petugas pendamping (minimal)
Ketrampilan yang dibutuhkan Peralatan dasar
2) Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit Pasien Petugas pendamping
(minimal) Ketrampilan yang dibutuhkan Peralatan dasar