Anda di halaman 1dari 31

ASKEP FILARIASIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan
biopsikososial dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga,
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencankup seluruh siklus kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan serta pemeliharaan
kesehatan khususnya pada klien. (Perry, Potter. 2005)

Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak akhir
tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini sudah
mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam ditahun
1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat
yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapa
hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki Gajah harus segera
dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup banyak ditemui di
negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia
timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria
merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori
hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia, penyakit ini
diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika, Amerika
Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan
periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian
besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes dan pada
jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban,
sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
(Riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, dan bila tidak dapat
pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat
kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara
optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga.
Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di
647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis, dengan jumlah kasus kronis
6233 orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate
(Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta
orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularannya tersebar luas.
Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas. (Chairufatah,alex.2009)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis yang apabila
tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada manusia.
Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait dengannya.
Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka saya selaku penulis tertarik untuk membahas kasus
mengenai penyakit filariasis. (Riyanto, harun.2005)
 
1.2Tujuan
1.2.1Tujuan Umum 
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan penyakit filarisis.
 
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada psien dengan penyakit filarisis.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan pengkajian pada pasien dengan penyakit.
c.  Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit filarisis.
d. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
filarisis.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit filarisis.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
dengan penyakit filarisis.
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1 Teoritis
2.1.1 Definisi
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)
 
2.1.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini
termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar
dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a.       Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
b.      Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c.        Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d.      Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
a.       Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu
b.      Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:
a.       Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
b.      Lingkungan biologic : lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan, reservoir,
vector
c.       Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat
d.      Istiadat, Kebiasaan dsb,
e.       Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
 
2.1.3 Patofisiologi
                                                       
                                             Parasit
                                                 ↓
                                       Menuju pemb. Limfa
                                                  ↓                                            
                                       Perubahan dari larva
                                           Stadium3      
                                               ↓
                                         Parasit Dewasa
Berkembang biak         ↓                           Menyebabkan antigen
            ↓                          Meyebabkan dilatasi                   Parasit
   Kumpulan                       Pemb. Limfa Mengangktifkan
 Cacing filaria                                 ↓                           Mengaktifkan Sel T Dewasa
Penyebab           Pembengkakan pemb. Limfa        
Penyumbatan Pemb. Limfa                                                       
         ↓                                   Kerusakan struktur                IgE berikatan
     NYERI
                                                      ↓                                       ↓
                                       KERUSAKAN INTEGRITAS     Mediator Inflamasi
                                                      KULIT                               ↓
                                                                            Kelenjar getah bening
Adanya inflamasi pada kulit                                                    ↓
                ↓                                                                     HIPERTERMI
  HARGA DIRI RENDAH
 
                                                           
2.1.4 Manifestasi klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dengan
konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan
gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut
berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari
masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
 
1.      Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia yang
memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang
menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik
baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2.      Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang biasanya
berkisar antara 8-16 bulan.
3.      Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan malaise.
Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4.      Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang
ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini
menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya.
 
2.1.4 Komplikasi
a.       Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b.      Elephantiasis tungkai
c.       Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis,vulva vagina
dan payudara,
d.      Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe testis berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antaralapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam
rongga itu memang adadan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh
sistem limfatik di sekitarnya.
e.       Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing
dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.
 
2.1.5 Pemeriksaan diagnostic
a.       Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik penting
dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis adalah
gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan gejala menahun.
 
b.      Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada pemeriksaan darah
kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi
DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
 
c.      Radiodiagnosis
            Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe inguinal
penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel dengan
radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun pada penderita
yang mikrofilaremia asimtomatik.
 
d.      Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan
gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara
immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia, tidak membedakan
infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi
parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal
terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti
di Papua New Guinea.
 
 
2.1.6 Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk filariasis
bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh, aman
dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang
bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada
berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi,
muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses,
ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik
terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering
terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah
pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan
sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan
obat simtomatik.
 
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1.      Pemberantasan nyamuk dewasa
a.       Anopheles : residual indoor spraying
b.      Aedes : aerial spraying
2.      Pemberantasan jentik nyamuk
a.       Anopheles : Abate 1%
b.      Culex : minyak tanah
c.       Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan saluran
air
3.      Mencegah gigitan nyamuk
a.       Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b.      Menggunakan repellent
Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu dilaksanakan sehingga
terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah
endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera memeriksakan
diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC secara lengkap dan
teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.. Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan
setelah 5 tahun, dengan melakukan pemeriksaan vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi
mikrofilaria.
 
2.2 Landasan Teoritis Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a.       Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing filariasis
menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III.
Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat
istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
 
b.      Aktifitas / Istirahat
Gejala        : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda        : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas ( Perubahan TD,
frekuensi jantung)
 
c.  Sirkulasi
Tanda        : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler.
 
d. Integritas dan Ego
Gejala        : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan, putus asa,
dan sebagainya.
Tanda        : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
 
e. Integumen
Tanda        : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.

f. Makanan / Cairan
Gejala        : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda        : Turgor kulit buruk, edema.

g.  Hygiene
Gejala        : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda        : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
 
h.      Neurosensoris
Gejala        : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda        : Ansietas, refleks tidak normal.
 
i.        Nyeri / Kenyamanan
Gejala        : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda        : Bengkak, penurunan rentang gerak.
 
j.       Keamanan
Gejala        : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun,
demamberulang,berkeringat malam.
Tanda        : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.
 
k. Seksualitas
Gejala        : Menurunnya libido
Tanda        : Pembengkakan daerah skrotalis
 
l.        Interaksi Sosial
Gejala        : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda        : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.
 
m.    Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan rapid
test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah mengalami
filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing
dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mamae wanita.
 
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3.      Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
4.      Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
6.    Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
 
2.2.3 Intervensi
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
No.
Intervensi
Rasional
 
1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi panas tubuh yang
mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara konduksi.
2 .Monitor vital sign, terutama suhu tubuh
Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan, misalnya sediakan
selimut yang tipis
Dapat membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh pasien.
4.Anjurkan kien untuk banyak minum air putih
Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi.
5.Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi
Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapan.
6.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik).
Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi.
 
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
No. Intervensi
1.Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan 
koping.
 
2.Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri

3.Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri


Rasional : Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjutan

4.Alihkan perhatian klien dari nyeri yang dialami


Rasinal : Untuk Mengatasi nyeri

5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat anelgetik).
Diberikan untuk menghilangkan nyeri.
 
3.     Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
No
Intervensi
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya
Rasinal : Klien memperoleh informasi untuk  dapat melakukan pengobatan secara mandiri
 
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi
Klien dapat informasi yang benar dari perawat untuk dapat merasakan manfaat penanganannya
lebih baik
 
3.Nasehati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan
Rasional : Dengan terjaganya hygiene, tidak memperparah komplikasi yang timbul
 
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
Intervensi
1.Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
Rasinal : Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi

2.Tingkatkan tirah baring / duduk


Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk penyembuhan

3.Berikan lingkungan yang tenang


Rasional : tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan

4.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi


Rasional : Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

5.Observasi ukuran diameter pada tungkai kaki klien


 Rasional : untuk mengetahui perubahan ukuran pada tungkai kaki klien
 
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
Intervensi
1.Ubah posisi tempat tidur dan kursi sesering mungkin
Rasional : Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan
kerusakan aliran darah seluler

2.Gunakan pelindungan kaki, bantalan busa atau air pada waktu berada di tempat tidur dan pada
waktu duduk dikursi
Rasional : Tingkatkan sirkulasi darah pada permukaan kulit untuk mengurangi panas atau
kelembaban

3.Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin


Rasional : Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah yang bereksiko yang terinfeksi
dan nekrotik

4.Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak


Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan partisipasi pasien

5.Kolaborasi: Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya decubitus
Rasional :Mungkin membutuhkan perawatan professional untuk masalah yang dialami
 
 
2.3. Landasan Kasus
KASUS PEMICU FILARIASIS
Ibu S. Usia 39 tahun, agama Islam, alamat tinggal lorong Mawar no 30 Jambi, pekerjaan Ibu
Rumah Tangga. Masuk RS pada tanggal 13/03/2011, diruang perawatan penyakit dalam kelas
III/A. dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan
demam akan muncul kembali ketika bekerja berat. Klien selalu bertanya kepada perawat tentang
penyakit yang dideritanya.Klien tampak cemas.Klien juga mengatakan terasa panas dan sakit
menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki dan klien mengatakan nyeri semakin terasa jika
kaki yang sakit dibawa bergerak. Klien mengatakan kakinya yang sakit tampak lebih besar dari
yang satunya. Saat pengkajian didapat klien masih mengeluh demam dan Wajah klien tampak
memerah, klien juga mengeluh terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki keujung
kaki, skala nyeri 7. Nyeri terasa berulang-ulang, nyeri tekan (+), non piting oedema (+), klien
tampak meringis ketika berjalan. data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.Dari
pemeriksaan TTV TD : 130/60 mmHg, RR : 24 x/i, N : 110 x/i, S : 38,5°C. Dari hasil
pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9500/mm3;.Dari pemeriksaan darah
jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti
dan selubung tubuh transparan.
 
2.3.1 Pengkajian
Unit : perawatan penyakit dalam             
Tanggal masuk : 13 maret 2011
 
Ruang /kamar : III / A
1.      Identitas klien
a.       Nama                      : Ibu S
b.      Umur                     : 39 tahun
c.       Jenis kelamin         : perempuan
d.      Agama                     : islam
e.       Suku/bangsa          : Indonesia
f.       Alamat                   : Lrg. Mawar
 
 
Penanggung Jawab
a.       Nama                             : Tn. A
b.      Alamat ruma                   :Lrg. Mawar
c.       Hubungan dengan klien : suami
 
2.      Data medik
Diagnosa Medik
Saat masuk          : Filariasis
Saat pengkajian  : Filariasis
 
3.      Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang
bila istirahat dan demam akan muncul lagi ketika bekerja berat.
 
4.      Riwayat kesehatan saat ini : Klien merasakan nyeri, panas, dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki kearah ujung kaki dengan skala nyeri , nyeri terasa berulang-ulang
 
5.      Riwayat kesehatan masa lalu
1. penyakit yang pernah diderita        : tidak ada
2. pernah dirawat                                : tidak
3. pernah dioperasi                              : tidak
4. alergi terhadaap obat                       : tidak ada
 
6.      Riwayat kesehatan keluarga
1. Genogram                                       :tidak ada
2. Penyakit yang pernah diderita        : tidak ada
3. Kesehatan orang tua                       : baik
4. Saudara kandung                            : baik
5. Hubungan keluarga dengan klien   : baik
 
7.      Faktor resiko penyakit tertentu dalam keluarga (kanker, hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, epilepsy, TBC) : tidak ada
 
8.      Kebiasaan Sehari-hari
1.      Nutrisi-Cairan
a.       Keadaan sejak sakit
a)      Nafsu makan                                             : baik
b)      Frekuensi makan                                       : 3x/sehari
c)       Jumlah makan yang masuk                      : satu piring
d)     Diet                                                           : tidak ada
e)       Ketaatan terhadap diet tertentu                : tidak ada
f)       Mual/enek                                                : tidak ada
g)      Muntah                                                     : tidak ada
h)      Nyeri ulu hati                                           : tidak ada
i)        Jumlah minum/24 jam                             : 600 ml/24 jam
j)        Jenis minum                                             : susu formula, air putih
k)      Keluhan makan dan minum                      : tidak ada
2.      Eliminasi
a.       Keadaan sejak sakit
a)      Frekuensi BAB/24 jak            : 1x/24 jam
b)      Waktu BAB                           : pagi
c)      Warna feses                             : kuning
d)     Konsistensi                              : semi solid
e)      Bentuk feses                           : lunak
f)       Penggunaaan pencahar            : tidak ada
g)      Keluhan BAB                          : tidak ada
h)      Frekuensi BAK/24 jam           : 4-6x/24 jam
i)        Warna urine                             : kuning
j)        Volume urine                          : 200-300 ml
k)      Bau urine                                 : khas
l)        Melena                                    : tidak ada
m)    Konstipasi                               : tidak ada
n)      Kolostomi                               : tidak ada
o)      Sering menahan BAK             : tidak
p)      Keluhan BAK                         : tidak ada
 
3.       Tidur istirahat
a.       keadaan sejak sakit
1)      Tidur siang                                    : tidak ada
2)      Bila ya berapa jam                        : -
3)      Tidur malam                                 : 4 jam
4)      Kebisaan sebelum tidur                : minum susu
5)      Keluhan tidur                                : sering terbangun(nyeri)
6)      Ekspresi wajah mengantuk           : ada
7)      Banyak menguap                          : ada
 
4.       Data Psikologis
1. Persepsi tentang penyakit   : tidak mengetahui penyakit
2. Suasana hati                        : sedih
3. Daya konsentrasi                 : kurang
4. Koping                                : baik
5. Konsep diri                         : baik

6.      Data sosial


1. tempat tinggal                     : Lrg. mawar
2. hubungan dengan keluarga : baik
3. hubungan dengan klien       : baik
4. hubungan dengan perawat  : baik.
 
7.      Data spritual
1. Agama yang dianut                                     : islam
2. Apakah agama sangat penting                    : ya
3. Kegiatan keagamaan selama dirawat          : berdoa
4. Apakah berdoa untuk kesembuhan             : ya
 
8.      Pemeriksaan fisik
1.      Keadan sakit : klien tampak sakit pada kaki
Alasan : klien masih dapat berinteraksi dengan baik,hanya terkadang tampak meringis saat nyeri
pada kakinya kembali dirasakan.
2.      Tanda tanda vital :
a.       Kesadaran
1)      Kualitatif : kompos mentis
2)      Kuantitatif : Glaslow coma scale
Respon motorik ( M )               : 6
Respon verbal ( V )                  : 5
Respon eyes ( E )                   : 4
Jumlah :                                 : 15
Kesimpulan                            : Composmentis
b.      Nadi
Frekuensi : 110 x/menit
Irama : Teratur
c.       Suhu :38,50C daerah Axila
 
3.      Kepala
a.       Bentuk kepala                   : simetris asimetris
b.      Cephalon hematome         : tidak ada
c.       Warna rambut                   : hitam
d.      Keadaan rambut               : baik
e.       Kulit kepala                      : kotor dan bau
f.       Lesi                                   : bersih ketombe
g.      Bengkak/benjolan             : tidak ada
h.      Nyeri/pusing                      : tidak ada
i.        Keluhan lain                      : tidak ada
 
4.      Mata/Penglihatan
a.       Ketajaman penglihatan     : baik
b.      Alis                                    : tebal dan lebat
c.       Simetris                             : ya
d.      Sclera                                : putih dan jernih kebiruan kuning/ikterik
e.       Pupil                                  : baik
f.       Konjungtiva                      : an anemis
g.      Bola mata                          : baik
h.      Gerakan bola mata            : baik
i.        Lapang pandang               : baik
j.        Kornea dan iris                  : baik
k.      Peradangan                       : tidak ada
l.        Keluhan penglihatan         : tidak ada
 
5.      Hidung/penciuman
a.       Ukuran                              : kecil
b.      Bentuk                              : mancung
c.       Kesimetrisan                     : simestris
d.      Warna                               : kemerahan
e.       Fungsi penciuman             : baik
f.       Perdarahan                        : tidak ada
 
6.      Telinga pendengaran
a.       Warna                               : merah muda
b.      Lesi                                   : tidak ada
c.       Cerumen                           : dalam batas normal
d.      Membran timpani : baik
e.       Fungsi pendengaran          : baik
f.       Nyeri                                 : tidak ada
 
7.      Pengecapan
a.       Warna lidah                      : merah muda
b.      Kelembapan lidah             : lembab
c.       Keadaan lidah                   : normal
d.      Caries                                : tidak ada
e.       Keadaan gusi                    : normal
f.       Fungsi pengunyah             : belum sempurna
g.      Fungsi mengecap              : normal
h.      Fungsi bicara                     : normal
i.        Bau mulut                         : normal
j.        Reflek menelan                 : baik
 
8.      Dada/pernafasan
a.       bentuk                               : simetris
b.      suara nafas                        : tidak ada bunyi tambahan
c.       perkusi dada                     : bronkovesikuler
d.      ekspansi paru                    : baik
e.       batuk                                 : tidak ada
f.       sputum                              : tidak ada
g.      nyeri dada                         : tidak ada
h.      pergerakan ronggga dada : retraksi
 
9.      kardiovaskuler
a.       Ukuran jantung                 : normal
b.      Bunyi jantung I                 : normal (lup)
c.       Bunyi jantung II               : normal (dup)
d.      Bunyi jantung tambahan  : tidak ada
e.       Nyeri dada                        : tidak ada
f.       Palpitasi                             : tidak ada
g.      Edema                               : tidak ada
h.      Jari-jari tabuh                    : tidak ada
 
10.  Abdomen/pencernaan
a.       bising usus                        : 10X/menit
b.      keadaan hepar                   : normal
c.       keadaan limfa                   : normal
d.      nyeri tekan                        : tidak ada
e.       benjolan-benjolan : tidak ada
f.       ascietas                              : tidak ada
 
11.  Muskuloskeletal
a.       Kekuatan otot                   : 2
b.      Tonus otot                         : buruk
c.       Kaku sendi                        : ada
d.      Atropi                               : tidak ada
e.       Trauma/lesi                        : tidak ada
f.       Nyeri                                 : panas dan sakit pada bagian pangkal sampai ujung kaki
g.      Kecacatan/deformitas       : tidak ada
h.      Eksermitas atas                 : baik
i.        Ekstermitas bawah            : kaki klien tampak besar sebelah, nyeri tekan (+), non piting
edema (+), klien mengatakan panas dan sakit yang menjalar dari pangkal hingga ujung kaki.
Klien tampak meringis ketika berjalan, nyeri bertambah saat kaki klien bergerak.
 
12.  Keadaan neurologi
a.       Tingkat kesadaran                         : komposmetis
b.      Koordinasi                                    : baik
c.       Memory/daya ingat                       : baik
d.      Orientasi ( tempat, orang, waktu ) : baik
e.       Tremor                                          : tidak ada
f.       Gangguan motorik/ lumpuh          : tidak ada
g.      Kejang                                           : tidak ada
 
13.  Sensasi terhadap ransangan
a.       Rasa Nyeri                        : baik
b.      Rasa suhu                          : baik
c.       Rasa raba                          : baik
 
14.  Integumen kulit
a.   Warna                    : normal
b.   Tekstur                   : halus / licin, fleksibel, lunak
c.   Kelembapan          : baik
d.   Suhu kulit             : hangat normal
e.   kelainan warna      : tidak ada
f.   Pucat                     : tidak
g.  Bau kulit               : khas
h.  Pigmentasi             : normal
I keadaan kuku        : panjang
j.   kebersihan kuku    : baik
 
15.  hasil laboratorium
a.       pemeriksaan darah
Hb 10,8 gr/dl, leukosit 12.000/mm3, Ht 36,80%, trombosit 423.000/mm3, eosinofil 20%, basofil
4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
 
 i.  Interpretasi laboratorium
Nilai                            Normal                 Kasus              Keterangan
Hb                           12-16 g/dl             10,8 g/dl                    ↓
Ht                             37-47 %                36,80 %                   ↓
Leukosit           5.000-10.000/mm³           12.000/mm³             naik
Trombosit         150-450 x 103/mm³        423.000/mm³           Normal
                                                                                
   ii.   Interpretasi hasil kajian leukosit
Diftel                     Nilai Normal                Kasus             Keterangan
Eosinofil                     1-3                         20                       ↑↑
Basofil                        0-1                          4                        ↑
Neutrofil batang            2-6                        40                       ↑↑
Neutrofil segmen        50-70                      20                         ↓
Limfosit                    20-40                       15                         ↓
Monosit                      2-8                          1                         ↓

Dari pemeriksaan darah jari ditemukan Parasit → Mikrofilaria : inti tubuh teratur, ujung ekor
runcinng, tidak berinti, dan seluruh tubuh (W. bancrofti) transparan.
 

2.3.2 Klasifikasi Data


     
Data Subjektif / DS :
·         Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
·         Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
·         Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
·         Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
·         Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
·         klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
·         Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.

Data objektif / DO :
·         Klien tampak meringis ketika berjalan.
·         Skala nyeri 7
·         nyeri tekan (+)
·         non pitting oedema (+)
·         Nadi: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHgSuhu 38,5°c
·         Obstruksi kelenjar getah bening pada daerah tungkai
·         Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
·         Wajah klien tampak memerah
·         Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
·         Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
·         Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
·         Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang
40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
·         Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung
ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
·         kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor
·         Klien tampak cemas.
 2.3.3 Analisa Data
 Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
1.Syimptom :
DS:
·         Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
·         Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
·         Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
DO:
·         Klien tampak meringis ketika berjalan.
·         Skala nyeri 7
·         nyeri tekan (+)
·         non pitting oedema (+)
·         N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg
·         Suhu 38,5°c
·         Leukosit 9500/mm³

Etiologi :
Parasite dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa penyebab penyumbatan pemb.limfa

Nyeri

Problem :
Nyeri
2. Syimptom
DS:
·         Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
·         Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
·         Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.

DO:
·         Suhu 38,5°c
·         RR 24x/i
·         N 110x/
·         TD 130/60 mmHg
·         Wajah klien tampak memerah
·         Kulit klien teraba hangat
·         Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang
40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
IgE berikatan dengan parasite

Mediator inflamasi

Adanya inflamasi pada kelenjar getah bening


Hipertermi
Hipertermi
DS:
·         Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki
·         Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.

DO:
·         Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
·         Klien tampak meringis saat berjalan.
·         N 110x/i
·         RR 24x/i
·         Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
 
Etiologi :
Parasit dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa

Gangguan mobilitas Fisik
 Problem :Gangguan mobilitas fisik
 
3. Symptom
DS:
·         Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
·         klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
DO:
·         Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
·         Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
·         Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
·         Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung
ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
·         kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor

Etiologi :
Parasite dewasa

Menyebabkan dilatasi pembuluh limfa

Pembengkakan pemb. Limfa

Kerusakan struktur

Kerusakan Integritas Kulit
 
Problem  : Kerusakan integritas kulit
 

4. Symptom
DS:
·         Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.
DO:
·         Klien tampak cemas.
Inefektif Informasi
Kurangnya pengetahuan

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


1.      Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien mengatakan terasa
panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, klien mengatakan kaki nya yang
sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang
sakit dibawa bergerak, klien tampak meringis ketika berjalan, Skala nyeri 7, nyeri tekan (+), non
pitting oedema (+), N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c, Leukosit 9500/mm³.
 
2.      Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening d.d Klien mengatakan demam
berulang selama 4 hari, demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat,
klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, Suhu
38,5°c, RR 24x/I, N 110x/I, TD 130/60 mmHg, wajah klien tampak memerah, kulit klien teraba
hangat.Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang
40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
 
3.      Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien
mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki, klien mengatakan
nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak, kaki klien tampak lebih besar dari yang
satunya, klien tampak meringis saat berjalan, N 110x/I, RR 24x/i.data yang di dapat ukuran
tungkai kaki klien 30cm.
 
4. Kerusakan integritas kulit b.d Pembengkakan menyebabkan kerusakan struktur d.d Klien
mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan
kakinya yang sakit tampak besar sebelah, Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada
kelenjar getah bening, Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya, Adanya pembengkakan
pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal), Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan
parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh
transparan, kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor
5. Kurangnya pengetahuan b.d Inefektif Informasi d.d Klien selalu bertanya kepada perawat
tentang penyakit yang dideritanya, Klien tampak cemas.
 
BAB IV
PENUTUP
      4.1 Kesimpulan
Filariasis adalah kelompok penyakit yang mengenai manusia dan binatang yang disebabkan oleh
parasit kelompok nematode yang disebut filaridae., dimana cacing dewasanya hidup dalam
cairan san saluran limfe, jaringan ikat di bawah kulit dan dalam rongga badan. Cacing dewasa
betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam darah, hidrokel, kulit sesuai
dengan sefat masing-masing spesiesnya.
Penyakit filariasis banayak ditemukan di berbagai negara tropik dan subtropik, termasuk
Indonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis kelamin, usia maupun ras.
Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagai macam spesies, sehingga gambaran klinisnya
spesifik untuk masing-masing spesies, misalnya bentuk limfatik biasnya digunakan sebagai tanda
bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori, dimana parasit dapat menyumbat saluran limfe dengan manifestasi terbentuknya
elefantiasis, sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling. Onchocerca volvulus
menyebabkan kebutaan dan pruritus pada kulit.
Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah, sedangkan bila tidak
ditemukan mikrofilaria maka diagnosis dapat berdasarkan riwayat asal penderita, biopsi kelenjar
limfe, dan pemeriksaan serologis.
Prinsip terapi ialah dengan menggunakan kemoterapi untuk membunuh filaria dewasa dan
mikrofilarianya serta mengobati secara simpotomatik terhadap reaksi tubuh yang timbul akibat
cacing yang mati. Dapat juga dilakukan pembedahan.Pencegahan penularan penyakit ini dapat
dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti DEC ataupun dengan mengontrol vektor.
Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia dapatditemukan penyakit ini karena
mudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa asuhan keperawatan secara teoritis yang
mungkin yang mungkin muncul pada penderita penyakit ini yaitu :
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3.      Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
4.      Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
6.    Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
 
Namun pada kasus Ny. S yang dibahs kelompok, diagnosa yang dapat diangkat berupa :
1.      Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien mengatakan terasa
panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, klien mengatakan kaki nya yang
sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang
sakit dibawa bergerak, klien tampak meringis ketika berjalan, Skala nyeri 7, nyeri tekan (+), non
pitting oedema (+), N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c, Leukosit 9500/mm³.
 
2.      Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening d.d Klien mengatakan demam
berulang selama 4 hari, demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat,
klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, Suhu
38,5°c, RR 24x/I, N 110x/I, TD 130/60 mmHg, wajah klien tampak memerah, kulit klien teraba
hangat.Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang
40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
 
3.      Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien
mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki, klien mengatakan
nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak, kaki klien tampak lebih besar dari yang
satunya, klien tampak meringis saat berjalan, N 110x/I, RR 24x/i.data yang di dapat ukuran
tungkai kaki klien 30cm.
 
4.    Kerusakan integritas kulit b.d Pembengkakan menyebabkan kerusakan struktur d.d Klien
mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan
kakinya yang sakit tampak besar sebelah, Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada
kelenjar getah bening, Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya, Adanya pembengkakan
pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal), Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan
parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh
transparan, kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor
5. Kurangnya pengetahuan b.d Inefektif Informasi d.d Klien selalu bertanya kepada perawat
tentang penyakit yang dideritanya, Klien tampak cemas.
 
Dari kasus yang kita dapatkan diatas dapat dipastikan bahwa Ny. S mengalami fialriasis. Dan
setelah dilakukan intervensi didapati keadaan klien tampak mulai membaik, masalah teratasi
sebagian dan beberapa intervensi masih harus dilanjutkan.
     
      4.2 Saran
Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan. Diharapkan dengan
adanya makalah opini mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai penyakit Filariasis.
Selain itu mahasiswa juga mampu memahami secara teoritis mengenai penyakit ini serta mampu
membuat asuhan keperawtan tentang kasus Filariasis.
 
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi akademik untuk melengkapi
bahan pembelajaran dan motivasi mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang
penyakit Filariasis.
 
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki penulisan makalah ini
selanjutnya.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
·         http://v3aza.blogspot.com/2011/05/askep-filariasis.html
·         http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-keperawatan-pada-klien.html
·         Widoyono. Penyakit TropisEpidemiologi, penularan pencegahan dan
pemberantasannya.Edisi kedua.Jakarta: Penerbit Erlangga.
·         Muttaqin,Arif dan Kumala Sari.2010.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai