BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Diabetes melitus berasal dari bahasa Yunani, yaitu diabetes yang berarti
"sypon" atau pembentukan urine yang berlebihan, serta melitus yang berasal
dari kata "meli" yang artinya madu. Diabetes melitus merupakan gangguan
kerja insulin, ataupun keduanya. Diabetes melitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh
karena berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas yang
2.1.2 Epidemiologi
1 terdapat di Finlandia yaitu 43 dari 100.000 anak usia kurang dari 15 tahun.
mengalami DM tipe 1 pada tahun 2010, atau sekitar 1 dari 400 anak di
sebanyak 3% setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya data Ikatan
7
8
Dokter Anak Indonesia, dimana pada tahun 2007 jumlah anak usia 0-10 tahun
yang menderita DM tipe 1 kurang dari 100 anak, sedangkan data pada akhir
menjadi 674 anak (Indonesian Pediatric Society, 2009, Rustama dkk., 2010).
Data terakhir dari Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia pada bulan Juni 2012 menunjukkan 803 anak di Indonesia menderita
2.1.3 Etiologi
yang diperantarai berbagai faktor. Faktor genetik dan dipicu oleh faktor
biasanya terjadi sebeum usia 25-30 tahun. Beberapa faktor lingkungan yang
diduga memicu terjadinya diabetes melitus tipe 1 antara lain infeksi virus
2.1.4 Patogenesis
insulin. Timbulnya penyakit klinis merupakan tahap akhir dari kerusakan sel
1 baru tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit serupa, faktor genetik
lokus gen telah dipelajari untuk menentukan hubungan faktor genetik dengan
DM tipe 1. Pada awalnya, antigen B8 dan B15 HLA kelas I diduga sebagai
tipe 1 dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, saat ini fokus genetik
bergeser ke lokus HLA-DR kelas II, serta ditemukan bahwa DR3 dan DR4
lebih menonjol daripada HLA-13 pada DM tipe 1. Selain itu, lokus alel HLA-
Bukti lain menunjukkan bahwa faktor genetik yang berperan sebagai salah satu
faktor risiko DM tipe 1 berada dalam residu asam amino tunggal dari rantai b-
dan DM tipe 1 terkait alel DQ. Ditemukan bahwa hanya mereka yang memiliki
haplotipe DR4 positif yang membawa alel DQW8 pada lokus HLA-DQ terkait
oleh antigen sel pulau langerhans pankreas memegang peranan penting dalam
10
spesifik untuk sel-sel pulau langerhans yang berasal dari tikus NOD terbukti
menimbulkan insulitis, sel T CD8+ juga berkontribusi pada kerusakan sel beta
pankreas yang lebih luas. Temuan ini menunjukkan bahwa sel T CD4+
Hanya sebagian sel T CD4+ yang bertanggung jawab untuk induksi penyakit.
Penurunan regulasi respon autoimun diabetogenik oleh sel limpa yang berasal
dari hewan yang dirawat dengan adjuvan juga dapat dijelaskan oleh subset sel
kearah Th-2 pathway. Sitokin yang diproduksi oleh Th-1, yaitu interleukin
Azar, 2013).
Gambar 2.1 Patogenesis diabetes melitus tipe I (Chakhtoura dan Azar, 2013)
antara faktor genetik dan DM tipe 1, beberapa penelitian yang dilakukan pada
12
dalam aspek genetika tidak menjadi penentu terjadinya diabetes melitus pada
terjadinya DM tipe 1. Pada infeksi rubella kongenital, 20% dari anak yang
bahwa selain urutan asam amino dari rantai DQ-b yang berperan sebagai faktor
premorbid, protein envelope virus rubella yang serupa dengan antigen pada
permukaan sel beta pankreas mendukung proses mimikri antigen virus sebagai
faktor etiologi dalam DM tipe 1 (Nam dkk., 2013). Infeksi virus lainnya yang
mekanisme infeksi pada sel beta pankreas dan meningkatkan ekspresi HLA
Pada saat terjadi defisiensi insulin akibat kerusakan dari sel beta
2.1.5 Patofisiologi
peranan penting dalam proses sintesis cadangan energi sel. Pada keadaan
glukosa darah yang diatur oleh suatu mekanisme kompleks yang melibatkan
disposisi energi yang berasal dari makanan menjadi energi yang akan dipakai
pada DM tipe 1, cadangan glukosa tidak dapat masuk kedalam hepar ataupun
2009).
proses katabolisme. Akibat glukosa yang tidak dapat memasuki hepar ataupun
sel otot, maka akan dikirimkan sinyal bahwa tubuh kekurangan cadangan
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel hepar ataupun sel otot, maka
hepar akan berusaha lebih keras lagi untuk memproduksi glukosa. Selain itu
14
juga akan terjadi proteolisis (proses pemecahan cadangan protein dalam sel
otot menjadi asam amino) dan lipolisis (proses pemecahan lipid dalam
jaringan adipose menjadi gliserol dan asam lemak bebas). Keseluruhan proses
2010).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi (>180 mg/dL), ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Hal ini
glukosa akan muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik yang
2005).
kerusakan total sel beta pankreas. Kerusakan sel beta pankreas ditandai oleh
Insulin autoantibodies (IA), dan IA2 (dikenal sebagai ICA 512 atau tyrosine
kemungkinan timbulnya diabetes. Sebagai salah satu contoh, jika terdapat IA2
dan GAD, maka risiko untuk menjadi DM tipe 1 dalam kurun waktu lima
1 sangat bervariasi, mulai dari gejala klasik DM yang muncul dalam beberapa
16
minggu atau muncul sebagai ketoasidosis diabetikum yang terjadi secara akut.
dkk., 2010).
sudah menghabiskan seluruh sisa insulin. Secara klinis, periode ini dicurigai
atau bulan setelah terapi insulin. Kriteria periode "honeymoon" yaitu bila
kebutuhan insulin kurang dari 0,5 U/kgBB/hari dengan HbAlc <7%. Hal ini
pada saat cadangan insulin sudah habis, penderita akan kembali membutuhkan
insulin seumur hidup biasanya cukup lama, tetapi bisa dipercepat dengan
perjalanan klinis yang akut. Biasanya gejala poliuria, polidipsi, polifagia, dan
berat badan yang cepat menurun terjadi antara satu sampai dua minggu
Kesalahan diagnosis yang sering terjadi adalah pola napas kusmaul disangka
2.1.7 Diagnosis
pemeriksaan fisik dapat ditemukan gejala klasik DM tipe 1 antara lain poliuria,
polidipsi, polifagia, dan berat badan yang cepat menurun. Walupun demikian,
1. Kadar glukosa darah puasa >126 mg/dL dan 2 jam setelah makan > 200
mg/dL.
18
3. Glukosuria
4. Bila hasil kadar glukosa darah puasa meragukan atau asimptomatis, perlu
5. Kadar C-peptide.
2.1.8 Penatalaksanaan
metabolik yang baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam
kontrol metabolik standar pada diabetes melitus tipe 1. Nilai HbAlc < 6,5%
berarti kontrol metabolik baik, HbAlc < 8% cukup, dan HbA1c > 8% dianggap
buruk. Kriteria ini pada anak perlu disesuaikan dengan usia anak mengingat
dkk., 2009).
(1) Insulin
tipe 1. Saat ini telah dikembangkan beberapa jenis insulin yang memungkinkan
tergantung pada banyak faktor antara lain usia, berat badan, status pubertas,
hasil pemantauan kadar glukosa darah dan HbA1c, lama dan fase diabetes,
Kerja Kerja
Background Insulin
NPH dan lente (Intermediate acing) 1-2 jam 4-12 jam 8-24 jam
acting)
(2) Diet
cara untuk menghitung kebutuhan kalori, antara lain berdasarkan berat badan
ideal dan berdasarkan umur. Jumlah kalori yang dibutuhkan jika dihitung
20
berdasarkann berat badan ideal memerlukan data umur, jenis kelamin, tinggi
badan dan berat badan saat penghitungan serta data kecukupan kalori yang
bila anak berusia 0-12 tahun menggunakan rumus 1000 + (usia dalam tahun x
100) kalori/hari, sedangkan bila anak berusia lebih dari 12 tahun menggunakan
rumus 2000 kal/m2. Komposisi sumber kalori per hari yang disarankan
dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak. Pembagian kalori per 24 jam
diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil dengan rincian 20%
berupa makan pagi, 10% berupa makanan kecil, 25% berupa makan siang,
10% berupa makanan kecil, 25% berupa makan malam, dan 10% berupa
(3) Olahraga
keluarganya mampu mengukur kadar glukosa darahnya secara cepat dan tepat.
Pengukuran kadar glukosa darah beberapa kali dalam sehari harus dilakukan
2.1.9 Komplikasi
diabetik dijumpai pada satu diantara tiga penderita DM tipe 1. Diagnosis dan
pengobatan dini penting untuk mengurangi terjadinya end stage renal disease
identifikasi penderita risiko tinggi untuk nefropati diabetik. Pada anak dengan
2.1.10 Pemantauan
2. Kemungkian infeksi.
glukometer) setiap sebelum makan utama dan menjelang tidur malam hari.
5. Pemeriksaan keton urine (terutama bila kadar gula > 250 mg/dL).
7. Fungsi ginjal
9. Tumbuh kembang
2.2 Vitamin D
digunakan oleh para klinisi untuk dapat menentukan status vitamin D pasien.
ke dalam sel. Agar dapat menghasilkan efek pada sel targetnya, vitamin D
24
berikatan dengan reseptor vitamin D (VDR) yang terdapat pada berbagai tipe
sel, antara lain pada sistem skeletal, ginjal, kulit, hepar dan sel pulau
kulit. Pada daerah dengan sedikit paparan sinar matahari, asupan vitamin D
vitamin D yang adekuat adalah 400 IU untuk anak-anak dan dewasa usia 50
IU, dan 800 IU bagi mereka yang berusia 71 tahun ke atas. Namun, dengan
800 hingga 1000 IU vitamin D setiap harinya (Mathieu dan Badenhoop, 2005;
Holick, 2007). Berikut adalah tabel kandungan vitamin D pada berbagai jenis
Ikan salmon
Jamur shitake
Kuning telur 20 IU
mempertahankan kadar kalsium dan fosfor dalam sirkulasi darah dan memberi
kalsium di usus. Oleh karena itu, secara tidak langsung vitamin D berperan
vitamin D yang ditemukan pada berbagai sel tubuh, seperti sel hepar, lambung,
prostat, pankreas, dan pada sebagian usus besar mengarahkan fungsi vitamin D
memiliki implikasi yang lebih luas. Vitamin D secara langsung dan tidak
langsung, dapat mengontrol lebih dari 200 gen-gen tubuh, termasuk gen yang
proliferasi sel pada sel normal maupun sel abnormal. Bila kadar vitamin D
rheumatoid arthritis, dan juga diabetes melitus tipe 1. Saat ini, vitamin D telah
2008).
28
vitamin D pada anak dengan DM tipe 1 pada berbagai penelitian, yaitu antara
38% hingga 76% (Bin-Abbas dkk., 2011, Aljabri dkk.,2013). Suatu studi
kadar vitamin D pada anak diabetik dan anak non-diabetik, dimana didapatkan
85,3% (Bener dkk., 2009). Pemberian suplemen vitamin D pada ibu hamil
(Dahlquist, 1999; Danescu dkk., 2009; Miettinen dkk., 2012). Penelitian meta-
seperti paparan matahari, asupan vitamin D, dan kadar kalsium dalam plasma
29
darah. Paparan sinar matahari dipengaruhi musim, letak geografis, dan cara
vitamin D pada anak usia 3-20 tahun berdasarkan empat musim, didapatkan
bahwa kadar vitamin D tertinggi terjadi saat musim panas dan kadar vitamin D
tipe 1 lebih sering ditemukan pada musim dingin dibandingkan ketiga musim
lainnya (Svoren dkk, 2009; Janner dkk., 2010). Bukti juga menunjukkan
bahwa insiden diabetes melitus tipe 1 lebih tinggi pada daerah yang terletak
jauh dari garis khatulistiwa (Busta dkk., 2011). Hal ini sehubungan dengan
menurunnya paparan sinar matahari pada daerah yang jauh dari garis
Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan paparan sinar matahari
penelitian yang dilakukan pada negara kaya akan paparan sinar matahari
2000). Suatu penelitian yang dilakukan di Jakarta pada anak sekolah dasar usia
7-12 tahun melaporkan bahwa 75% anak mengalami kekurangan kadar vitamin
D. Hal ini berkaitan dengan perubahan gaya hidup saat ini dimana anak
90 menit atau 450 menit per minggu. Namun gaya hidup sekarang, dimana
30
pankreas (Luong dkk., 2005; Thraikil dkk., 2011). Hal pertama yang tetjadi
pada proses autoimun adalah infiltrasi sel dendritik dan makrofag ke daerah
sekitar sel-sel pulau langerhans pankreas, yang kemudian diikuti oleh sel
limfosit T (CD4+ dan CD8+). Proses ini biasanya berlangsung selama 3-4
minggu, yang kemudian diikuti dengan proses destruksi sel beta pankreas oleh
antigen APQ yang aktif dan matur setelah menangkap dan memproses antigen.
limfosit T akan berdiferensiasi menjadi sel Th-1 dan sel Th-2. Pada proses
autoimun keseimbangan ini bergeser, dimana sel Th-1 diproduksi lebih banyak
pankreas. Sel Th-2 bersifat protektif terhadap sel beta pankreas dengan
menghambat efek sel Th-1, namun jumlah sel Th-2 ini berkurang pada proses
2005).
berbagai fase. Pada tahap awal, vitamin D mampu menghambat maturasi sel
kepada sel limfosit T dan juga tidak mampu mensekresikan IL-12. Bila sel
antigen. Dengan dihambatnya IL-12, maka sel limfosit T tidak akan dapat
mampu menghambat efek sitokin IL-2 dan IFN γ yang dihasilkan sel Th-1
sehingga sel T sitotoksik dan makrofag yang mendestruksi sel beta pankreas
vitamin D juga memiliki efek meningkatkan pembentukan sel Th-2 dan sel T
regulator, dimana kedua sel tersebut dapat menghambat sel Th-1. Keseluruhan
kerja vitamin D tersebut menghasilkan efek proteksi terhadap sel beta pankreas
untuk menjaga kadar vitamin D normal (>30 ng/mL) pada anak dengan
gula darah puasa dan kadar HbA1c, setelah pemantauan selama 12 minggu
harian yang lebih tinggi dibandingkan vitamin D normal (Gorham dkk., 2012).