Anda di halaman 1dari 14

Penuaan Dini

Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari

seharusnya. Banyak orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah

pada usia yang relatif muda, bahkan pada usia awal 20-an. Hal ini biasanya

disebabkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

Faktor internal ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan dari

dalam tubuh. Misalnya sakit yang berkepanjangan, serta kurangnya asupan

gizi. Sedangkan faktor eksternal bisa terjadi karena sinar matahari, polusi, asap

rokok, makanan yang tidak sehat dan lain sebagainya.

Gambar 1. Struktur Kulit

Fakta Ilmiah Tentang Kulit

1. Pada usia muda, kulit baru akan muncul ke lapisan epidermis setiap 28 –

30 hari. Dengan bertambahnya usia, proses regenerasi berkurang

secara cepat. Dan setelah usia di atas 50 tahun prosesnya menjadi

sekitar 37 hari.
2. Lapisan dermis kulit adalah lapisan kulit yang bertanggung jawab

terhadap sifat elastisitas, dan kehalusan kulit. Berfungsi mensuplai

makanan untuk lapisan epidermis, dan sebagai fondasi bagi kolagen

serta serat elastin.

3. Vitamin C merangsang dan meningkatkan produksi kolagen kulit dengan

cara meningkatkan kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast tua

dermis.

Kolagen adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah

epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblast. Pada dasarnya kolagen adalah

senyawa protein rantai panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin,

arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline. Sebelum menjadi kolagen,

terlebih dahulu terbentuk pro kolagen. Bilamana produksi kolagen menurun

seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah meningkatnya proses

“kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang bertanggung

jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang

merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah

(beautiful skin) (Anonimous, 2006)


Gambar. 2. Struktur Kolagen

Proses Penuaan Kulit

Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan

kronologi (chronological aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi

ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit

seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis;

munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan

proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen

serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar

UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya

enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya

memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis.


Gambar. 3. Proses Penuaan Kulit

Spirulina

Spirulina merupakan tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) berbentuk

spiral, bersel satu yang telah ada sejak 3.5 milyar tahun yang lalu dan telah

dikonsumsi oleh suku Aztec kuno di Mexico sejak 5 abad yang lalu. Terdapat ±

2000 jenis Spirulina di dunia, dari berbagai penelitian diketahui bahwa spirulina

dari species platensis dan strain Pacifica merupakan spirulina yang aman untuk

dikonsumsi dan memiliki nilai gizi tinggi dengan kandungan protein sampai

65% (Anonimous, 2007)

Klasifikasi Spirulina menurut Bold & Wyne (1978) dalam Pamungkas

(2005) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Protista

Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Famili : Oscilatoriaceae

Genus : Spirulina

Spesies : Spirulina sp.

Gambar 4. Spirulina

Spirulina merupakan mikroorganisme autrotrof berwarna hijau-kebiruan

dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix),

sehingga disebut alga biru-hijau berfilamen (cyanobacterium) (Richmond 1988

dalam Pamungkas 2005). Bentuk tubuh Spirulina sp yang menyerupai benang

merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang

tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp hidup berdiri sendiri

dan dapat bergerak bebas (Richmond 1988 dalam Pamungkas 2005).

Spirulina, ganggang biru hijau ini ditemukan pada air payau yang bersifat

alkalis. Salah satu spesies Spirulina telah lama dikonsumsi sebagai bahan

pangan di daerah Afrika. Bahkan pada abad ke-16, bangsa Astec Indian
ditemukan sebagai pengguna Spirulina yang merupakan sumber protein utama

dan ternyata kemudian ditemukan mengandung berbagai vitamin (Angka dan

Suhartono 2000).

Spirulina dilaporkan hidup baik pada keadaan kandungan khlorida

sampai 14000mg/l (1,4%) dan pH optimum 8,5-9,5. lingkungan pertumbuhan

dalam hal ini harus seimbang. Produksi Spirulina pada dasarnya meliputi

penumbuhan ganggang, pemanenan, pencucian, pengeringan, dan

penyimpanan produk. Ukuran Spirulina cukup besar sehingga dapat dipisahkan

dari medium filtrasi sederhana. Di negara berkembang seperti Chad Amerika,

pemisahan Spirulina cukup dilakukan dengan menggunakan kain penyaring

sederhana. Hal ini merupakan salah satu keunggulan Spirulina dibandingkan

dengan mikroorganisme sebagai sumber protein nonkonvensional (Angka dan

Suhartono 2000). Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari maupun

dengan alat pengering modern, memberikan hasil yang cukup memuaskan dan

secara umum tidak berakibat buruk terhadap kandungan gizi Spirulina.

Penyimpanan Spirulina cukup mudah, karena tidak mudah terfermentasi

(Angka dan Suhartono 2000).

Ada beberapa spesies Spirulina yang telah ditelaah secara baik.

Spirulina yang tumbuh di Meksiko dikenal sebagai Spirulina maxima, dan di

Afrika Spirulina platensis. Spirulina maxima terlihat sebagai benang filamen

bersel banyak dengan ukuran panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Suatu

filamen dengan 7 spiral akan mencapai ukuran 1000 mikron dan berisi 250-400

sel (Angka dan Suhartono 2000).


Spirulina platensis adalah salah satu mikroalga penghasil phycocyanin

yang relatif cepat berproduksi dan mudah dalam sistem pemanenannya. Jenis

ini hidup dalam lingkungan yang sangat basa (pH 8-11) dengan kandungan

senyawa karbonat-bikarbonat yang tinggi, memerlukan cahaya dan CO untuk


2

fotosintesisnya. Spirulina keringnya, memiliki produktivitas penghasil protein

yang tinggi dan mengandung pigmen biru (phycocyanin) hingga mencapai 20 %

dari bobot keringnya (LANDAU 1992).

Komposisi Umum
Protein 56-62%
Karbohidrat 17-20%
Lemak 5-7%
Mineral 8-12%
Kadar Air 4-8%
ASAM LEMAK
Gamma Linoleic Acid 24mg
VITAMIN & ENZYME
Vitamin A 15.030IU
Vitamin B1 (Thiamin) 73mcg
Vitamin B2 (Riboflavin) 109mcg
Vitamin B (Niacin) 449mcg
Vitamin B6 14mcg
Vitamin B12 2.34mcg
Vitamin E (d-a tocopherol) 106mcg
Inositol 1.74mcg
Biotin 0.97mcg
Asam Folat 1.6mcg
Asam Pantotenat 13.8mcg
Superoxide dismutase (SOD) 2450unit
PHYTONUTRIENT
Cholorophyll 21mg
Phycocianin 200-350mg
Beta Carotene 7.8mcg
MINERAL
Mineral Makro
Kalsium 8.8mg
Kalium 59mg
Natrium 53.2mg
Phospor 30mg
Magnesium 12.8mg
Mineral Mikro
Besi 1.64mg
Zinc 53mcg
Selenium 12.5mcg
Mangaan 118mcg

Tabel Komposisi Kimia Spirulina

Anti Penuaan

Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses

degeneratif. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada

kulit seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap. Kerutan ataupun keriput

dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab menurunnya jumlah

kolagen dermis.

Indonesia mempunyai iklim tropis dengan sinar matahari melimpah yang

dapat menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit atau penuaan dini

(premature aging). Masalah yang timbul pada kulit akibat sinar matahari dapat

diatasi dengan pengobatan dermatologis. Pengobatan yang diaplikasikan

langsung ke kulit biasanya lebih efektif, pemakaian pelembab dapat

mengurangi munculnya garis-garis halus dan keriput. Produk yang digunakan

secara topikal ini relatif lebih praktis dan aman sehingga lebih disukai.

Proses Pengolahan Spirulina

Proses pengolahan spirulina menggunakan teknologi tinggi yang disebut

ocean chill dryng, yang merupakan sistem tertutup, bebas polusi dan bebas

oksidasi dengan menggunakan suhu rendah dalam proses pengeringan


dengan tujuan untuk melindungi gizi seperti vitamin, mineral dan ezim dari

kerusakan selama pemrosesan sehingga kualitas produk terjaga terutama zat

gizinya dan dapat diterima oleh konsumen dalam keadaaan baik.

Gambar 5.Pemrosesan Spirulina


Gambar 6. Hasil Akhir Olahan Spirulina

Gambar 7.. Bubuk Spirulina


Masker Hijau

Salah satu cara untuk memperlambat proses penuaan adalah

dengan cara memakai masker. Perusahaan ini adalah perusahaan yang

bergerak dalam pembuatan masker wajah yang lebih dikenal dengan masker

hijau. Masker hijau dapat membuat kulit terasa lebih kencang setelah hanya

sekali digunakan, kulit lebih halus, pori-pori tidak terlihat, kurang berminyak. anti

aging,jerawat, noda bekas jerawat, flek.

Dalam masker hijau terkandung klorofil yang berfungsi untuk

membersihkan racun dari tubuh, GLA menyeimbangkan sistem hormonal dalam

menghilangkan keriput, Vitamin B2 dan B6 merangsang metabolisme lemak,

vitamin A dan Seng membantu penyembuhan luka, kandungan mineral

menyeimbangkan pH tubuh dan merangsang metabolisme, Nicotinic Acid

mencegah bekas jerawat

Proses pembuatan masker hijau adalah dengan cara Spirulina bubuk

ditambahkan beberapa bahan tambahan sehingga menjadi produk baru yaitu

spirumask. Penggunaan masker hijau sama dengan penggunaan masker

lainnya pada wajah.


Gambar 8. Spirumask

Gambar 8. Penggunaan Masker Hijau Pada Wajah

4. Penutup

Banyaknya sumberdaya hayati laut yang kita miliki, hal ini memberikan

suatu masukan sekaligus merupakan tantangan bagi para peneliti untuk

melakukan penelitian lanjutan dalam menelusuri zat-zat apa saja yang

terkandung dalam ekstrak spirulina tersebut, untuk memanfaatkan dan

mengolah petensi sumberdaya yang ada sebagai produk anti penuaan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2006 Anti Penuaan http://www.medicastore.com/ser-

c/anti_aging.htm

Anonimous, 2006 http://www.pengobatan.wordpress.com pada-perawatan kulit

Anonimous, 2007 Mikroalga http://www.waspada.co.id/index2.optioncom pdf

Anonimous, 2007. Spirulina http://ulfana.multiply.com/journal.htm

Angka ST dan Suhartono MT, 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB Bogor

Davidson, B. S. 1993. Ascidians: Producers of Amino Acid Derived


Metabolite. Chemical Reviews, Vol 93, No. 5, Hal 1771-1791

Pamungkas E, 2005 Pengolahan Limbah Cair dengan Spirulina, Program


Studi Teknologi Hasil Perairan, FPIK. IPB Bogor

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di


Wilayah Pesisir Tropis. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 1-11

Tomo, HS. 2005. Mengenal Lingkungan Laut. Departemen Kelautan dan


Perikanan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai