Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GENETIKA IKAN

“GENES AND CHROMOSOMES”


Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Genetika Ikan
Tahun Akademik 2018-2019

Disusun oleh:
Kelompok 1 / Perikanan A
Monica Anastasya Sinaga 230110160004
Fillia Utami 230110160003
Bagja Satria Zulkarnaen 230110160001
Mohommad Rifki S 230110160002
Kevin Aditya 230110160006

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Genetika
Ikan. Penyusun sangat berharap makalah yang telah disusun dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca tentang Genetika dan
Kromosom.
Penyusun telah berusaha menyusun makalah dengan sebaik-baiknya. Oleh
sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah penyusun buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Dalam penyusunan makalah, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen, orang tua, serta kerabat
sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi.
Sekiranya makalah yang telah disusun dapat berguna bagi penyusun
sendiri maupun orang yang membacanya. Penyusun mengucapkan terima kasih.

Jatinangor, Februari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2

II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gen ........................................................................... 3
2.2 Sifat-sifat gen .............................................................................. 3
2.3 Macam-macam Gen ........................................................................ 4
2.4 Fungsi Gen ................................................................................. 4
2.5 Pengertian Kromosom ................................................................ 6
2.5.1 Struktur Kromosom .................................................................... 6
2.6 Jenis-jenis Kromosom ................................................................. 9
2.6.1 Jenis Kromosom Berdasarkan Tempat Sentromer ...................... 9
2.6.2 Jenis Kromosom Berdasarkan Fungsi ......................................... 10
2.7 Keanekaragaman Kromosom Ikan .............................................. 11
2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Materi Genetik
Kromosom................................................................................... 15

III PENUTUP
3.1 Saran .......................................................................................... 16
3.2 Kesimpulan ................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 17

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Basa Nitrogen pada Gen (Asam Nukleat) 5
2 Klasifikasi Kromosom Berdasarkan Tempat Sentromer 10
3 Jumlah Kromosom Beberapa Ikan Diploid
Genus Oreochromis 10
4 Mekanisme Penentuan Jenis Kelamin Tilapia 11

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Tahap Pembentukan Asam Amino 5
2 Karyotipe Ikan Rainbow Trout 6
3 Struktur Umum Kromosom 8
4 Kromosom Berdasarkan Tempat Sentromer 9
5 Profil RAPD OPA-13 ikan Kelabau asal Sintang 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada sel eukariotik terdapat nukleus yang berfungsi mengendalikan
aktivitas sel karena di dalamnya terdapat substansi genetik. Sifat keturunan
dikendalikan oleh gen. Gen (dari bahasa Belanda: gen) adalah unit pewarisan sifat
bagi organisme hidup. Gen merupakan asam nukleat yang menempati lokus
kromosom. Kromosom dibangun oleh Nukleosom, di mana Nukleosom tersebut
terdiri dari DNA yang melirik pada protein dasar (Histon). Bentuk fisiknya adalah
urutan DNA yang melekat atau berada di suatu protein, polipeptida, atau seuntai
RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Gen diwariskan oleh
satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama
dengan DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga
keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga (Pearson
2006).
Genetika (kata serapan dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari bahasa
Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani: genno yang berarti
“melahirkan”) adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada
organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara singkat dapat
juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya. Istilah
genetika diperkenalkan oleh William Bateson (Lamarck 2008).
Salah satu cara untuk mengetahui sifat genetik suatu spesies yaitu dengan
analisis kromosom. Informasi kromosom sangat bermanfaat untuk pengungkapan
keanekaragaman, kekerabatan, dan dalam usaha pelestarian suatu spesies (Albert
1989). Selain itu, dalam dunia perikanan pengetahuan mengenai kromosom dan
kromosom penentu seks sangat diperlukan dalam pengembangan usaha budidaya
monoseks, ploidisasi, maupun hibridisasi. Dalam hal ini selain untuk penentuan
rekayasa genetika yang akan diterapkan juga dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi hasil rekayasa yang telah diterapkan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah Gen dan Kromosom adalah sebagai
berikut
1. Apakah yang dimaksud dengan gen?
2. Apakah fungsi gen pada ikan?
3. Apakah yang dimaksud dengan kromosom?
4. Apakah jenis-jenis kromosom?
5. Bagaimana keanekaragaman pada kromosom ikan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah Gen dan Kromosom adalah sebagai berikut
1. Mengetahui definisi gen
2. Mengetahui fungsi gen pada ikan
3. Mengetahui definisi kromosom
4. Mengetahui jenis-jenis kromosom
5. Mengetahui keanekaragaman kromosom pada ikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gen


Gen adalah unit genetik yang berisi cetak biru atau kode biologis untuk
produksi fenotipe. Gen adalah rangkaian linear subunit yang sangat spesifik dan
hanyalah segmen kecil dari molekul besar yang disebut asam deoksiribonukleat
(Tave 1986). Gen dapat terbentuk dalam satu atau lebih bentuk. Setiap bentuk gen
tertentu disebut alel. Dalam populasi, gen apapun mungkin hanya memiliki satu alel
atau mungkin memiliki lebih dari satu lusin alel. Gen yang hanya memiliki satu alel
disebut monomorfik. Gen dengan dua atau lebih alel umum ((f)>0,01) disebut
polimorfik. Sebagai contoh, gen P pada ikan platyfish, yang mengendalikan pola
bintik ekornya, memiliki sembilan alel (Kollman 1975).
Alel yang berbeda juga memiliki urutan basa berpasangan yang berbeda.
Perbedaan ini menghasilkan pesan berbeda, lalu tahap selanjutnya menghasilkan
variasi fenotip tertentu. Untuk melakukan program pengembangbiakan (breeding)
yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas, harus memahami hal-hal
berikut
a. Fenotip yang berbeda
b. Varians yang ditunjukkan oleh fenotipe dalam suatu populasi
c. Cara yang dikontrol secara genetik

2.2 Sifat-sifat Gen


Gen adalah faktor keturunan. Gen mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Mengandung informasi genetik.
b. Tiap gen mempunyai tugas khusus dan fungsi yang berbeda.
c. Pada waktu pembelahan sel (mitosis dan meiosis) dapat mengadakan
duplikasi.
d. Kerjanya ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogennya.
e. Sebagai zarah tersendiri yang terdapat dalam kromosom.

3
4

2.3 Macam-macam Gen


Berdasarkan letaknya, gen dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Kromogen: gen yang terletak pada kromosom dalam inti.
2. Plasmagen: gen yang terletak pada plasma.

2.4 Fungsi Gen


Fungsi gen antara lain:
a. Menyampaikan informasi kepada generasi berikutnya.
b. Sebagai penentu sifat yang diturunkan.
c. Mengatur perkembangan dan metabolisme.

Sifat keturunan dikendalikan oleh gen. Gen merupakan asam nukleat yang
menempati lokus kromosom. Kromosom dibangun oleh Nukleosom, di mana
Nukleosom tersebut terdiri dari DNA yang melirik pada protein dasar (Histon).
Variasi genetik penting keberadaannya dalam populasi dan terus menerus
dikelola dan harus diperluas agar selalu tersedia bahan untuk meningkatkan stok
yang unggul.
Gen mengatur metabolisme dari satu individu dan sifat-sifat keturunan
melalui penentuan rancangan sintesa protein. Sintesa protein berlangsung di
ribosom tepatnya di Unit Molekul Besar.
Tahapan pembentukan atau sintesa protein (gen) adalah sebagai berikut
1. Transkripsi
Transkripsi yaitu DNAsense (DNA template) mencetak atau membentuk
RNAd (RNA duta) di nukleus. Ada 3 tahap, yakni inisiasi, elongasi, dan terminasi.
Inisiasi yakni tahap awal, elongasi yaitu tahap pemanjangan, dan tahap terminasi
adalah tahap akhir.

2. Translokasi
Translokasi adalah RNAd yang dibentuk di nukleus berpindah ke
sitoplasma lalu menempel pada ribosom membentuk piring cetakan sintesa protein.
5

3. Translasi
Translasi adalah RNAt (RNA transfer) menerjemahkan kode genetika
yang dibawa oleh RNAd lalu membawa jenis asam amino yang sesuai ke piring
cetakan sintesa protein.
Tabel 1. Basa Nitrogen pada Gen (Asam Nukleat)
Asam Nukleat Purin Primidin
DNA Adenin (A) Timin (T)
Guanin (G) Sitosin (S)
RNA Adenin (A) Urasil (U)
Guanin (G) Sitosis (S)

A.

B.

C.

Gambar 1. Tahap Pembentukan Asam Amino: (A) Transkripsi, (B) Translokasi,


(C) Translasi
(Sumber: Buku Biologi SMA XII)
6

2.5 Pengertian Kromosom


Kromosom adalah sekumpulan gen (DNA) dalam inti sel yang yang
berperan dalam pewarisan sifat keturunan (Kirpichnikov 1981; Tave 1986; Pai
1987; Suryo 1994). Gen-gen menempati posisi tertentu (lokus) dalam kromosom
dan mengandung cetak biru berupa kode sifat biologis untuk memproduksi fenotipe
(Tave 1986). Panjang rangkaian DNA akan menentukan ukuran kromosom dan hal
ini bervariasi antara suatu spesies dengan spesies yang lain. Panjang kromosom
berkisar antara 0,2-20 mikron (Suryo1994). Kromosom yang terdapat dalam sebuah
sel haploid tidak pernah sama ukurannya. Kromosom yang memiliki bentuk yang
sama disebut homolog dan biasanya terdapat pada sel diploid (Denton 1973; Suryo
1994).

Gambar 2. Karyotipe Ikan Rainbow Trout


(Sumber: http://www.genetics.org)

2.5.1 Struktur Kromosom


Kromosom memiliki struktur, seperti membran, matriks, sentromer,
kromonema, kronomer, telomer, NOR, dan satelit. Bagian-bagian tersebut tidak
terjadi pada fase pembelahan yang sama (De Robertis dan De Robertis 1988).
Bagian-bagian kromosom antara lain adalah sebagai berikut.
7

1. Membran
Membran berfungsi untuk melindungi lapisan dalam kromosom.
2. Matriks
Matriks kromosom berfungsi sebagai tempat kromonema dan lain-lain.
3. Sentromer
Sentromer merupakan bagian kromosom yang menjadi pengikat
gelendong pembelahan. Bagian inilah yang menentukan bentuk kromosom.
Umumnya tiap kromosom mempunyai satu sentromer sehingga disebut
monosentrik. Sedangkan yang memiliki dua dan lebih masing-masing disebut
kromosom disentrik dan polisentrik (De Robertis et al. 1975; De Robertis dan De
Robertis 1988; Suryo 1994). Sentromer dikenal juga sebagai penyempitan primer
(primary contriction) atau kinetokor yang mengandung serangkaian DNA spesifik
dengan posisi tertentu dan membentuk struktur tertentu (Wilson dan Morrison
1962; De Robertis dan De Robertis 1988).

4. Kromonema
Kromonema adalah material kromosom berbentuk filamen tipis yang
menggambarkan kromatid-kromatid pada awal kondensasi. Hal ini terjadi saat
profase dan kadang-kadan selama interfase. Jadi kromatid dan kromonema adalah
dua nama yang strukturnya sama, yakni sebuah molekul DNA linear yang
dihubungkan oleh protein. Jamak dari kromonema adalah kromonemata (De
Robertis dan De Robertis 1988).

5. Kromomer
Kromomer merupakan bahan nucleoprotein yang mengendap dan nampak
sebagai penebalan-penebalan di beberapa tempat kromonema (De Robertis dan De
Robertis 1988; Suryo 1994). Menurut De Robertis dan De Robertis (1988),
komponen kromomer menyerupai kumpulan material kromatin dan dapat dilihat
selama interfase. Di dalam kronomer terdapat lokus, di dalam lokus terdapat gen.
8

6. Telomer
Telomer adalah bagian dari ujung-ujung kromosom yang menghalangi
bersambungnya kromosom satu dengan yang lain (Suryo 1994). Bagian ini
mengandung molekul-molekul akhir dari DNA linear yang panjang dan terdapat
pada tiap kromatid (De Robertis dan De Robertis, 1988).

7. NOR (nucleolar organizer region)


NOR (nucleolar organizer region) merupakan daerah kromosom tempat
penyempitan kedua (secondary contriction) yang mengandung gen-gen berkode
18S dan 28S rRNA (Swarzacher dan Wachtler 1983; De Robertis dan De Robertis
1988). Daerah ini disebut juga zona anak inti dan umumnya terdapat pada dua
kromosom dalam tiap inti (Wilson dan Morrison 1962; De Robertis et al. 1975).

8. Satelit
Satelit adalah bagian yang merupakan tambahan dari ujung kromosom.
Tidak setiap kromosom memiliki satelit. Kromosom yang memiliki satelit disebut
kromosom satelit (De Robertis et al. 1975; Suryo 1994).
Gambar struktur umum kromosom dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 3. Struktur Umum Kromosom


(Sumber: Buku Biologi SMA XII)
9

2.6 Jenis-jenis Kromosom


Jenis-jenis kromosom dapat dibedakan menjadi dua, yakni jenis
kromosom berdasarkan tempat sentromer dan jenis kromosom berdasarkan
fungsinya.

2.6.1 Jenis Kromosom Berdasarkan Tempat Sentromer


Bentuk kromosom diklasifikasikan sebagai metasentrik (M) untuk
kromosom yang memiliki sentromer terletak ditengah, submetasentrik (SM)
apabila posisi sentromer terletak submedian atau kearah salah satu ujung
kromosom, akrosentrik (A) apabila sentromer terletak didekat salah satu ujung
kromosom dan telosentrik (T) jika posisi sentromer terletak di ujung kromosom (De
Robertis et al. 1975; Schulz dan Schaeffer 1980; De Robertis dan De Robertis 1988;
Suryo 1994). Kromosom akrosentrik kadang kadang disebut juga subtelosentrik
(ST) (Denton 1973). Walaupun jarang digunakan ada yang menggolongkan
kromosom ke dalam bentuk V, J dan batang yang masing-masing untuk
metasentrik, submetasentrik dan telosentrik akrosentrik (Denton 1973; Sharman
1976; Eldridge 1985).

Gambar 4. Kromosom Berdasarkan Tempat Sentromer (De Robertis dan De


Robertis 1988)

Klasifikasi kromosom berdasarkan posisi sentromer yang diakui secara


internasional dapat dilihat pada Levan et al. (1964). Tiap kromosom dihitung nilai
indeks sentromernya yang didefinisikan sebaghai rasio panjang lengan pendek
dengan lengan panjang dan dikalikan 100 (Tabel 2) (Konferensi Chicago 1966
dalam Schulz dan schaeffer 1980; Macgregor dan Varley 1983).
10

Tabel 2. Klasifikasi Kromosom Berdasarkan Tempat Sentromer (Macgregor dan


Varley 1983)
Tempat Terminologi Sedang Indeks
Simbol
Sentromer Alternatif Sentromer
Median Metasentrik m 46-49
Submedian Submetasentrik sm 36-45; 26-35
Subterminal Akrossentrik st 15-25
Jumlah kromosom dalam satu setiap spesies pada keadaan normal adalah
tetap. Walaupun jumlah kromosom satu spesies bisa sama dengan spesies lain,
tetapi berbeda dalam bentuk, ukuran dan komposisi gen-gennya (Goldstein 1967;
Dwidjoseputro 1977; Yatim 1991). Makin jauh hubungan kekerabatan suatu
organisme, makin besar kemungkinan perbedaan jumlah, bentuk dan susunan
kromosomnya (Ville dan Dethier 1971; Denton 1973; Yatim 1991). Hasil penelitian
menyatakan bahwa kromosom ikan nila merah berjumlah 44 buah (Rosyidah 1995;
Setiadi 1995; Ahmad 1995 ). Data jumlah kromosom Oreochromis, genus dari nila
merah tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Kromosom Beberapa Ikan Diploid Genus Oreochromis


Spesies Jumlah (buah) Pustaka
Natarajan dan
O. mossambicus 44
Subrahmanyam (1968)
O. niloticus 44 Anonimus (1986)
O. aureus 44 Mair (1993)

2.6.2 Jenis Kromosom Berdasarkan Fungsi


Kromosom terdiri dari autosom dan gonosom (kromosom seks). Autosom
yaitu kromosom yang tidak berhubungan dengan penentuan jenis kelamin.
Susunannya secara morfologis sama pada jantan dan betina. Kromosom seks
digunakan untuk menentukan jenis kelamin (Tave 1986; Suryo 1994). Sepasang
kromosom seks ikan jantan dan betina berbeda secara morfologi (Tave 1986).
Kromosom seks ini sangat sulit dideteksi, oleh karena itu sebelum pembuatan
preparat kromosom sebaiknya telah diketahui jenis kelamin ikan yang digunakan.
Pengetahuan jumlah kromosom dan mekanisme penentuan seks dapat
menjadi informasi dasar yang penting dalam budidaya tilapia monoseks hasil
hybrid dan pengubahan jenis kelamin. Hal tersebut juga penting dalam menyeleksi
11

genotip jantan dan betina untuk dapat menyilangkan antara betina/jantan yang
berfenotip homogamet (hasil pengubahan kelamin) dengan jantan/betina
homogamet normal untuk menghasilkan turunan semua jantan atau semua betina
(Nijjhar et al. 1983).
Jenis kelamin tilapia mungkin dikontrol oleh gen-gen yang terdapat dalam
kromosom seks dengan pola XX,XY untuk beberapa spesies dan pola WY,YY
untuk spesies-spesies yang lain. Dengan pola seperti itu rasio seks dalam pemisahan
kelamin adalah 1:1. Jenis kelamin mungkin juga dikontrolkan oleh gen yang tidak
terletak pada kromosom seks yang dikenal dengan poligen. Mekanisme penentuan
jenis kelamin yang diusulkan untuk ikan-ikan tilapia tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Mekanisme Penentuan Jenis Kelamin Tilapia


Pola Gonosom
Mekanisme Oreochromis
Betina Jantan
XX XY
Kromosom seks mossambicus hornorum
WY YY
xx xY
Kromosom seks niloticus machrochir
Xy yy
Kromosom seks dengan AAXX AAXY
mossambicus hornorum
satu autosom aaWy aaYY

2.5 Keanekaragaman Kromosom Ikan


Informasi genetis mengenai jurnlah dan bentuk kromosom, identifikasi
kromosom seks, dan pembuatan karyotipe ikan dapat digunakan untuk mengetahui
keanekaragamannya dalam rangka rnenunjang usaha pelestarian maupun
pengembangan usaha budidaya ikan tersebut. Keragaman genetik mempunyai arti
penting dalam stabilitas dan ketahanan populasi seperti pencegahan terhadap
kehilangan fitness individu yang disebabkan oleh inbreeding yang dapat
mengakibatkan kepunahan karena sifat yang seragam (Ferguson et al. 1950). Leary
et al. (1985) memaparkan bahwa keragaman genetik yang rendah akan berakibat
negatif terhadap sifat penting dalam makhluk hidup seperti kecilnya sintasan suatu
organisme, berkurangnya pertumbuhan, dan keragaman ukuran, serta turunnya
kemampuan adaptasi.
12

Menurut Frankham (1999) kehilangan keragaman genetik akan


mengurangi kemampuan spesies tersebut untuk beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Individu dengan keragaman genetik yang tinggi akan
mempunyai komponen fitness yang besar yang meliputi laju pertumbuhan,
fekunditas, viabilitas, dan daya tahan terhadap perubahan lingkungan dan stres.
Kromosom yang diamati dapat berasal dari beberapa sumber sel. Masing-
masing sumber memiliki kelebihan dan kekurangan. Insang, sirip, epitel sisik dan
epitel insang kurang baik untuk digunakan karena jaringan ini biasanya sedikit
sekali sel yang membelah. Ginjal merupakan jaringan yang baik untuk digunakan
dalam pembuatan preparat kromosom karena sel-selnya aktif membelah. Hal ini
berkaitan dengan fungsinya sebagai pusat pembentukan sel darah merah atau selnya
sering mengalami kerusakan (Denton 1973). Sel darah putih yang dikultur (in vitro)
merupakan salah satu sumber untuk mendapatkan kromosom dengan sebaran
metafase yang tinggi. Di samping itu cara ini dilakukan tanpa membunuh
organisme yang diambil darahnya (Paul 1972; Denton 1973; Sharma 1976; Suryo
1994). Keanekaragaman kromosom dapat diketahui melalui beberapa metode atau
tahap, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Sel darah putih dikulturkan pada media yang terdiri dari campuran HEPES,
Eagle’s MEM, akuabides, NaOH, fetal bovine serum (FBS), L Glutamin dan
phytohemagglutinin-mitogen (PHA-M) (Ng dalam Carman 1992). Metode ini
telah berhasil dengan baik untuk beberapa jenis ikan seperti lele Jepang
(Silurus asotus), lele local (Clarias batrachus) dan maskoki (Carassius
auratus) (Carman 1992).
2. Perlakuan yang berkaitan dengan pembuatan preparat kromosom meliputi
penghentian pembelahan sel (mitotic inhibitor), perlakuan hipotonik, fiksasi,
pewarnaan dan penutupan preparat (Denton 1973). Masing-masing perlakuan
mempunyai tujuan tertentu.
3. Bahan yang paling sering digunakan sebagai penghambat pembelahan
mitosis adalah kolkisin. Kolkisin adalah suatu alkaloida hasil ekstraksi umbi
tanaman Colcicum autumnale yang berpengaruh unik, yaitu meniadakan
13

pembentukan gelendong inti dan menghentikan pembelahan mitosis pada


stadium metafase, fase dimana kromosom berkontraksi maksimal dan
nampak paling jelas (Denton 1973; Sharma 1976; Suryo 1994). Konsentrasi
normal yang biasa digunakan untuk jaringan ikan berkisar antara 0,01-0,1%
untuk periode waktu 1-6 jam (Denton 1973). Selain kolkisin dapat juga
menggunakan kolsemid (deacethymethyl colcicine), velban (vinblastine
sulfate), asenaften, kloral hidrat, coumarin dan turunannya, askalin,
isopsoralen, oksiquinalen, bromonaftalen dan P-diklorobenzen (Sharma
1976).
4. Perlakuan hipotonik bertujuan agar sel-sel membesar dan kromosom-
kromosom menyebar letaknya (Denton 1973; Sharma 1976, 1994). Larutan
hipotonik dapat dibuat dari campuran akuades, sodium sitrat dan potassium
klorid. Lama perlakuan bergantung pada suhu dan konsistensi jaringan/sel
yang digunakan (Denton 1973; Sharma 1976).
5. Fiksasi merupakan perlakuan untuk mematikan sel tanpa merusak bentuk dan
kandungannya (Denton 1973; Sharma 1976). Larutan fiksatif yang paling
sering digunakan adalah campuran methanol dengan asam asetat glacial pada
perbandingan 3:1 (v/v). Larutan ini harus dalam keadaan segar jika akan
digunakan (Wilson dan Morrison 1962; Denton 1973; Phillips et al. 1986;
Chaves et al. 1991).
6. Pewarnaan dilakukan agar kromosom mudah diamati di bawah mikroskop
(Denton 1973; Sharma 1976). Giemsa merupakan pewarna yang paling sering
digunakan untuk mewarnai kromosom (Denton 1973; Sharma 1976; Chaves
et al. 1991) meskipun mekanisme pewarnaannya tidak bersih (Macgregor dan
Valley 1983). Komponen aktif Giemsa berupa molekul eosin Y dan biru
metilen (Sharma 1976; Magregor dan Valley 1983). Kualitas hasil pewarnaan
bervariasi tergantung perbandingan pewarna yang digunakan (Sharma 1976).
7. Teknik lain pewarnaan kromosom merupakan modifikasi dari prosedur
pewarnaan dengan Giemsa, yakni dengan menggunakan beberapa bahan
sebagai perlakuan tambahan sehingga menghasilkan tampilan kromosom
yang berbedabeda. Teknik ini dikenal sebagai banding dan berkembang sejak
14

tahun 1970-an (Sharma 1976). Dikenal beberapa teknik banding kromosom


diantaranya C-banding, G-banding, Q-banding dan R-banding (Schullz dan
Schaeffer, 1980).
8. Setiap pergantian tahapan prosedur, preparat dibiarkan kering udara.
Pengeringan setelah penetasan suspensi sel di atas preparat misalnya berguna
agar sel melekat dengan erat sehingga tidak terlepas saat proses berikutnya.
Setelah pewarnaan dilakukan penutupan preparat. Semua gelembung udara
dalam etelan dikeluarkan dari preparat. Gelas penutup diarahkan secara
merata dan hati-hati. Tekanan yang terlalu kuat akan merusak warna, bentuk
sel dan kromosom (Denton 1973).

RAPD (Random Amplified Polymorphism DNA), Penanda molekular


RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) adalah aplikasi PCR yang
digunakan untuk untuk mendeteksi adanya suatu polimorfisme DNA dalam suatu
populasi atau antarpopulasi. Penanda RAPD pertama kali ditemukan untuk
mendeteksi adanya polimorfisme dalam suatu segmen DNA. Teknik PCR RAPD
dapat mendeteksi DNA polimorfik yang disebabkan oleh tidak adanya amplifikasi
pada suatu lokus yang disebabkan oleh adanya perbedaan urutan basa nukleotida
pada titik penempelan primer. Hal ini akan menyebabkan primer tidak dapat
menempel pada bagian tersebut sehingga tidak terjadi amplifikasi. Polimorfisme
yang dihasilkan dengan teknik PCR RAPD disebabkan adanya perubahan basa
nukleotida, delesi, dan insersi (William et al. 1990).

Gambar 5. Profil RAPD OPA-13 Ikan Kelabau Asal Sintang


(Sumber: https://media.neliti.com)
15

2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Materi Genetik Kromosom


Proses perubahan kromosom dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan
(fisika dan kimia) sehingga proses pembelahan sel meiosis dan mitosis akan
terganggu bahkan tidak berjalan dengan semestinya sehingga mengakibatkan
adanya perubahan komposisi gen dari satu kromosom dibandingkan dengan
induknya. Becak et al. (1966) dalam Hartono (2003) menyatakan bahwa
kemungkinan adanya perbedaan di dalam individu dapat disebabkan terjadinya pola
Robertsonian (penggabungan dan pemisahan) selama perkembangan zigot.
Pencemaran lingkungan dan praktek penyetruman menyebabkan populasi
ikan menurun. Jumlah populasi ikan yang terbatas menyebabkan peluang
terjadinya perkawinan sekerabat atau inbreeding sangat besar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gen merupakan asam nukleat yang menempati lokus kromosom.
Kromosom dibangun oleh Nukleosom, di mana Nukleosom tersebut terdiri dari
DNA yang melirik pada protein dasar (Histon). Gen mengatur metabolisme dari
satu individu dan sifat-sifat keturunan melalui penentuan rancangan sintesa protein.
Tahap pembentukan asam amino transkripsi (mencetak), translokasi
(memindahkan), translasi (menerjemahkan).
Kromosom adalah sekumpulan gen (DNA) dalam inti sel yang yang
berperan dalam pewarisan sifat keturunan. Kromosom yang memiliki bentuk yang
sama disebut homolog dan biasanya terdapat pada sel diploid. Kromosom memiliki
struktur, seperti membran, matriks, sentromer, kromonema, kronomer, telomer,
NOR, dan satelit. Jenis-jenis kromosom dapat dibedakan menjadi dua, yakni jenis
kromosom berdasarkan tempat sentromer (metasentrik, submetasentrik,
akrosentrik, telosentrik) dan jenis kromosom berdasarkan fungsinya (autosom dan
gonosom).
Informasi genetis mengenai jurnlah dan bentuk kromosom, identifikasi
kromosom seks, dan pembuatan karyotipe ikan dapat digunakan untuk mengetahui
keanekaragamannya dalam rangka rnenunjang usaha pelestarian maupun
pengembangan usaha budidaya ikan tersebut. Proses perubahan kromosom dapat
disebabkan oleh pengaruh lingkungan (fisika dan kimia) sehingga proses
pembelahan sel meiosis dan mitosis akan terganggu bahkan tidak berjalan dengan
semestinya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui
lebih banyak lagi tentang Gen dan Kromosom, sehingga dapat menambah wawasan
untuk pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam bidang perikanan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, M. Rafi K. Robert, & J.D. Watson. 1989. Molecular
biology of the cell. 2"d. Garland Publishing, Inc. NewYork: xxxv + 1219
hlm.
De Robertis, E.D.P., F.A. Saez, E.M.P. De Robertis.1975. Cell Biology,
Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Denton, T. E . 1973. Fish Chromosome. Methodology. Charles C. Thomas
phublisher.
Dwidjoseputro, D. 1977. Pengantar Genetika. Bhratara. Jakarta.
Rankham, R. 2003. Genetics and conservation biology. C.R. Biologies, 326
Kollman, F. J. P., E. E. Kuezi, dan A. J. Stamm. 1975. Principle of Wood Science
and Technology. Volume II. Wood Based Material. Springer-Verlag-
Berlin-.
Lamarck, J-B. 2008. In Encyclopædia Britannica. Diambil dari Encyclopædia
Britannica Online (Diakses pada tanggal 24 Februari 2018 pukul 09.56)
Leary, R.F., F.W. Allendorf, and K.L. Knudsen. 1985. Development instability and
high meristic counts in interspecific hybrid of salmonid fishes. Evolution.
39(6): 1,318— 1,326.
Levan, A., K. Fredga., dan A.A. Sanberg. 1964. Nomenclature for Centromeric.
Position on Chromosom. Hereditas 52: 201-220.
Pearson, H. 2006. Genetics: what is a gene?. Nature 441 (7092): 398–401.

Rachmawati, F. 2009. Biologi untuk XII SMA program IPA. Jakarta: departemen
pendidikan nasional

Suryo. 1994. Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta .

Tave, D. 1986. Genetic for Fish Hatchery Managers. AVC Publish Co, p: 299
William, J.G.K. et al. (1990). “DNA Polymorphisms Amplified by Arbitrary
Primers are Useful as Genetic Markers”. Nucleid Acids Research. 18, (22),
6531-6535.

17

Anda mungkin juga menyukai