Anda di halaman 1dari 6

Nama: Diefa Oktavia Putra

NIM: 196111108
Kelas: Sastra Inggris 2-D
Kedatangan Islam di Eropa dan Amerika

A. Kedatangan Islam di Eropa


Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak
dikenal dengan nama Andalusia. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani
Umayah merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah
Al-Walid ibn Abdul Malik. Kemenangan yang dicapai umat Islam terlihat begitu
mudah. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor internal dan faktor eksternal,
yaitu:
Faktor internal: karena para penguasa, pemimpin, sampai prajuritnya yang begitu
kompak. Pada saat itu para pemimpin diisi oleh sosok-sosok yang kuat, tegas, percaya
diri, serta bertanggung jawab. Dan yang tak kalah pentingnya adalah ajaran umat Islam
yang sering ditunjukkan oleh para pemimpin dan pasukan Islam. Dalam penaklukan
mereka mengajarkan arti persaudaraan, toleransi serta tolong menolong. Faktor
eksternal: kondisi di Spanyol sendiri pada waktu itu yang memprihatinkan baik kondisi
sosial, ekonomi, atau politiknya. Penguasa yang ada seperti Gothic sangat kejam dan
tidak bersikap toleran kepada agama yang dianut oleh rakyatnya. Hal inilah yang
membuat para kaum yang tertindas menantikan pembebasan, dan pada akhirnya yang
berhasil membebaskan mereka adalah kaum muslimin.
Proses masuknya Islam ke Eropa melalui 4 jalur, yaitu:
1. Andalusia (Spanyol)
Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756M)
berhasil membangun pemeritahan yang berpusat di Andalusia dan pertengahan abad ke-
9 M Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Phillip K. Hitti mengungkapkan bahwa kaum
muslimin Spanyol telah menorehkan catatan yang paling mengagumkan dalam sejarah
intelektual pada abad pertengahan di Eropa. Para pencari ilmu dari Eropa Barat telah
berduyun-duyun mendatangi Andalusia untuk menimba ilmu. Kejayaan ini mencapai
puncaknya pada abad ke-11 M. Dinamika keilmuan dan peradaban ini terus berlanjut
sekalipun kekuasaan muslim Spanyol tercabik-cabik. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi
pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya
Universitas Cordova.
Andalusia saat itu menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, tempat
cendikiawan dan ulama Islam di Barat dan Cordova serta menjadi kota raksasa Islam
yang menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang sehingga universitasnya saat itu
juga dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggris, Jerman dan Italia.
Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-
bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan
dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran
dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh
benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan
muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari
peradaban Islam yang kemudian diimplemetasikan pada peradaban mereka (Barat) yang
selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sebagai pusat peradaban Islam Andalusia telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Eropa.

2. Shaqoliyah (Sisilia)
Berakhirnya kekuasaan Islam di Sisilia ditandai dengan runtuhnya kerajaan
kalbiyah, setelah hampir dua abad Islam menguasai Sisilia. Pangeran Roger I putra
Tancred de Hauteville dari Normandia merebut kota Messina tahun 452H/1060M,
menyusul kota Palermo tahun 464H/1071M, Siracuse tahun 478H/1085M, dan
dipungkas dengan penaklukan Maltra tahun 483H/1090M.
Roger I yang menguasai Sisilia, tetap melindungi para cendikiawan, filosof dan
astrolog Arab dan para dokter, dan member kebebasan penuh kepada masyarakat non
Krsiten untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Lebih dari satu abad
setelah Sisilia dikuasai Kristen, beberapa jabatan penting masih dipegang oleh umat
Islam. Pengaruh Arab di Sisilia dimulai oleh Roger I, dan mencapai puncaknya pada
masa anaknya Roger II (525-549 H/1130-1154 M) dan Frederik II. Roger II berpakaian
layaknya muslim, jubahnya dihiasi karakter-karakter Arab, bahkan ketika cucunya
William II (562-585 H/1166-1189 M) berkuasa, beberapa wanita Kristen di Palermo
Ibukota Sisilia mengenakan pakaian muslim.
Sisilia dan Andalusia dapat disebut sebagai jalur masuk Islam ke Eropa melalui
pintu Eropa Barat. Hal ini dibuktikan dengan diadopsinya kebudayaan Arab Islam
sebagai kebudayaan local di Sisilia meskipun mereka pada saat itu berhubungan erat
dengan Byzantium. Kekuasaan Islam di Italia dan Eropa tengah berakhir dengan
ditandai jatuhnya kota Bari ke tangan Kristen.

3. Perang Salib
Syria dan sekitarnya, seperti diketahui, adalah wilayah di mana Islam dan Barat
berjumpa dalam bentuk perang Salib. Perang yang berlangsung antara 1095-1291 ini,
sedikitnya punya pengaruh terhadap transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat.
Kendati demikian, disadari bila pengaruh perang salib di sini tidaklah begitu intens,
mengingat orang-orang yang datang sebagai pasukan Salib adalah ksatria-ksatria perang
dan bukan ilmuan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sekiranya pun terjadi transmisi
akibat perang Salib tetapi bentuknya tak lebih dari peniruan tatacara hidup sebagai hasil
kekaguman Barat- dalam hal ini pasukan Salib- terhadap masyarakat Islam yang
mereka lihat. Transmisi terlihat terutama pada kemiliteran, arsitektur, teknologi
pertanian, industry, rumah-rumah sakit, permandian umum, dan dalam batas tertentu
juga sastra.
Di samping dua bentuk yang mengakibatkan terjadinya transmisi pemikiran dan
sains Islam ke Barat, tak sedikit historian melihat bila terdapat pula pengaruh kontak
pribadi dalam proses itu. Pandangan ini berangkat dari satu kenyataan bahwa sejak
penaklukan Syria, Mesir dan Persia oleh ekspedisi-ekspedisi Islam sejak khalifah Umar
ibn al-Khattab, tak sedikit orang-orang Kristen di Timur (Bizantium) menjalin kontak
pribadi dengan orang-orang Islam. Karena semangat liberasi, moderasi dan toleransi
yang dimiliki umat Islam, sehingga orang-orang Kristen tidak menemukan halangan
dalam mengikuti kegiatan intelektual dan kebudayaan kaum muslim. Tak jarang
diantara mereka menjadi tokoh-tokoh penting dalam gerakan keilmuan Islam yang lahir
kemudian. Mereka pula yang kelak banyak membantu menerjemahkan karya-karya
keilmuan Yunani ke dalam bahasa Arab, dan selanjutnya, terutama pada paruh awal
abad ke-11, karya-karya terjemahan berbahasa Arab itulah yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh sarjana-sarjana Barat.

4. Konstantinopel
Pada masa pemerintahan Muhammad II (pertengahan abad ke-15 M) kerajaan Turki
Usmani telah mencapai puncak kejayaannya. Sehingga pada tanggal 29 Mei 1453,
Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang terkuat,
lambang Imperium Bizantium. Dengan demikian para Khilafah Utsmani mengakhiri
abad kegelapan di Eropa dan memberikan cahaya baru. Dengan dipindahkannya
Ibukota Khilafah Utsmaniyah ke Konstantinopel, maka berakhirlah kekuasaan
Bizantium dan Konstantinopel memasuki babak baru yang penuh dengan ilmu,
kemakmuran dan kemajuan.
Di konstantinopel ini terjadi kontak antara muslim dan Kristen ortodok. Tindakan
Turki Utsmani yang toleran terhadap non muslim makin membantu terjadinya proses
transformasi nilai-nilai Islam ke Barat. Disini tidak terlalu banyak pengaruh sains Islam
terhadap Barat. Sebab Barat ketika itu sedang serius mempelajari dan mengembangkan
sains Islam yang sudah diboyong dua abad sebelumnya, bahkan pada akhirnya Barat
melampaui Turki Usmani.

B. Kedatangan Islam di Amerika


Negara Amerika terbentuk dari 13 bekas koloni Britania Raya yang memerdekakan
diri pada tanggal 4 Juli 1776. Setelah itu Amerika berekspansi secara massive. Daerah
Louisiana dibeli dari Prancis, lalu Alaska dibeli dari Rusia. Lintas sejarah Amerika
Serikat bermula dari kehidupan umat manusia di Amerika Utara yang diperkirakan
telah ada sejak tahun 34.000 SM. Namun, mereka membutuhkan waktu ribuan tahun
untuk menuju ke Selatan, yakni sebuah daratan yang disebut Amerika Serikat.
Diperkirakan mereka sampai ke Amerika Serikat ini pada tahun 12.000 SM. Dugaan
tersebut diperkuat oleh bukti-bukti sejarah dengan ditemukannya tempat berburu di
Alaska Utara. Pada awal kolonialisasi bangsa Eropa, Pribumi Amerika yang hidup di
Amerika Serikat diperkirakan sejumlah dua sampai 18 juta orang. Populasi berkurang
antara lain disebabkan dampak penyakit menular yang dibawa dari Eropa, terutama
wabah cacar yang menewaskan banyak sekali orang Indian pada tahun 1600-an.
Tidak ada sumber resmi yang dapat diperpegangi perihal awal mula kedatangan
Islam di Amerika, meski demikian beredar selentingan bahwa Columbus dengan sukses
mendarat di Benua Amerika atas jasa mualim dan petunjuk arah berkebangsaan Maroko
yang dibeli jasanya. Seorang ahli Geografi Muslim menceritakan bahwa jauh sebelum
Columbus menemukan Benua Amerika, delapan orang ahli pelayaran Muslim telah
menemukan serangkaian perjalanan dari Lisabon guna menemukan beberapa daerah
yang ada di sekitar Atlantik. Dasar utama yang dijadikan sebagai argument untuk
menggambarkan migrasi Muslim ke Amerika. Salah satu sumber semakin menguatkan
anggapan ini dengan menyatakan bahwa penduduk Muslim pertamakali bermigrasi ke
Amerika sekitar tahun 1875 dan 1912 dari pelosok Suriah.
Migran Muslim yang menginjakkan kaki pertama di Amerika memberi pengaruh
kepada penduduk asli setempat baik langsung maupun tidak langsung. Persentuhan
antara warga asli setempat dengan para migran telah membawa pengaruh terhadap
faktor demografi Amerika, politik, ekonomi, dan perdagangan. Ada yang unik dengan
perkembangan Islam di Amerika, hal itu terletak pada ruang lingkup aliran-aliran dalam
Islam yang cukup kondusif untuk berkembang. Ini dapat diperhatikan pada aliran
Syi’ah yang dewasa ini di samping berkembang secara luas di Iran dan wilayah bagian
Timur Tengah. Syi’ah cukup besar di negara-negara Barat, terutama di Amerika. Syi’ah
Isma’ilyah member perhatian yang amat tinggi terhadap pendidikan. Mereka memiliki
struktur organisasi yang kuat dan mampu mengembangkan lembaga-lembaga mereka
secara efektif di Amerika Serikat.
Di bawah pemerintahan Obama, kondisi umat Islam di Amerika berada dalam
dinamika yang cukup cepat dan perlakuan Amerika terhadap dunia Islam masih sangat
beragam, mulai dari status sebagai musuh bebuyutan hingga sekutu strategis. Ini
menandakan bahwa peluang Islam untuk tetap maju di Amerika juga masih sangat
besar.
Daftar Pustaka

SubehanKhalik. 2015. SejarahPerkembangan Islam di Amerika. Al-Daulah, Vol.


4, No. 2 : 312-326
Abdul Ghaffar. 2016. JejakPeradaban Islam di Dunia Barat. Al-Munzir, Vol. 9,
No. 2 : 311-332
Bakri, Samsul. 2016. Tarikh Islam. Surakarta: Bukuku Media

Anda mungkin juga menyukai