Anda di halaman 1dari 11

A.

Languange Competence / Kompetensi Bahasa


Menurut Sholaah ‘Abdul (1981) teori transformatif-generatif telah menekankan
bahwasannya ada tiga aspek dalam segala bahasa yang membantu mencapai
komunikasi yang berhasil yaitu: aspek sintaksis, aspek fonologi, dan aspek semantic.
Fungsi bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat untuk berhubungan dengan
sesama manusia, dan sebagai alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia, serta
sebagai alat untuk menentukan identitas diri. Kemudian, Language competence
menurut Asep adalah kemampuan berbahasa dasariah manusia yang mencakup
kemampuan secara implisit untuk mengerti sebanyak mungkin kalimat. Dikatakan juga
oleh Douglas Brown (1994) bahwasannya kompetensi bahasa ini adalah kemampuan
khusus tentang bahasa yang mencakup pengetahuan yang tersembunyi tentang aturan-
aturan ketatabahasaan, kaedah-kaedah, dan kosakatanya serta bagian-bagiannya dan
bagaimana menyatukan bagian-bagian tersebut. Noam Chomsky menekankan
bahwasannya kompetensi bahasa bukan merupakan kemampuan tentang kaedah-
kaedah bahasa dalam otak manusia dan kemampuan dasar manusia dalam memperoleh
bahasanya tetapi ia merupakan kemampuan dasar anak yang akan memudahkan
seorang anak dalam memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan menjadi anggota
komunitas bahasa tersebut. Jadi dapat disimpulkan Languange Competence atau
Kompetensi Bahasa adalah kemampuan berbahasa manusia yang paling dasar.
Kompetensi berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Berikut penjelasannya :

Ciri-ciri Lisan Tulisan

Reseptif Menyimak Membaca

Produktif Berbicara Menulis

1. Menyimak
Thomkins (1991) menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi- bunyi
yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf
pendengaran seseorang. Dengan menyimak, anak tidak hanya sekedar
mendengar namun juga memahami makna atau informasi penting yang ada
didalamnya. Dalam kegiata menyimak terdaoat dua jenis yaitu menyimak
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon
atau yang sejenisnya. Kedua, menyimak non interaktif yaitu situasi- situasi
mendengarkan non interaktif yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah,
atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak non
interaktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan maupun
pengulangan dari pembicara. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan
mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita
dengar menurut Henry (2008) , yaitu pendengar harus mampu menguasai
beberapa hal berikut:

a. Menyimpan atau mengingat unsur bahasa yang didengar


menggunakan daya ingat jangka pendek (Short-Term Memory)
b. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti
dalam bahasa target
c. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna
suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata
d. Membedakan dan memahami arti kata yang didengar
e. Mengenal bentuk-bentuk kata khusus (Typical Word-Order
Patterns)
f. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengindentifikasi topik dan
gagasan
g. Menebak makna dari konteks
h. Mengenal kelas-kelas kata (Grammatical Word Classes)
i. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis
j. Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices)
k. Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek,predikat, objek,
preposisi, dan unsur-unsur lainnya
2. Berbicara
Menurut Tarigan ( 1983:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata- kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Keterampilan berbicara ada 3 jenis situasi berbicara, yaitu Interaktif,
semi interaktif, dan non interaktif. Situasi- situasi berbicara interaktif,
misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang
memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak dan juga
memungkinkan kita meminta penjelasan, pengulangan atau kita dapat
meminta lawan berbicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.
Kemudian ada pula situasi berbicara yang semi interaktif, misalnya dalam
berpidato di depan umum secara langsung. Dalam situasi ini pendengar
memang tidak melakukan interupsi terhadap pembicaraan namun pembicara
dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.
Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat non interaktif,
misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Berikut ini beberapa
keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, antara lain:

a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga


pendengar dapat membedakannya
b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan
tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan
pembicara
c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata
yang tepat
d. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan
situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara
pembicara dan pendengar
e. Berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence
constituents) jelas bagi pendengar
f. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna
menjelaskan ide-ide utama
g. Berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga
pendengar mudah mengikuti pembicaraan
3. Membaca
Menurut Crawley dan Mountain (1995) membaca adalah suatu yang rumit dan
melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,dan metakognitif. Kemudian menurut
Klein, dkk.(1996) membaca mencakup: (1) membaca adalah suatu proses, (2)
strategis, (3) Interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimana suatu informasi
dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peran utama
dalam membentuk makna. Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait
dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah:

a. Mengenal sistem tulisan yang digunakan


b. Mengenal kosakata
c. Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan
gagasan utama
d. Menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata yang terpisah
dari konteks tertulis
e. Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan
sebagainya
f. Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat seperti subjek,
predikat, objek, dan preposisi
g. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis; merekonstruksi dan
menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan
h. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna
menarik kesimpulan-kesimpulan
i. Menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan perangkat-perangkat
kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau
informasi utama
j. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan
k. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan
membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide
utama atau melakukan studi secara mendalam
4. Menulis
Jago Tarigan (1995:117) menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan,
ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Byrne (1988:1) menulis tidak hanya
membuat satu kalimat atau beberapa hal yang tidak ada hubungan, tetapi
menghasilkan serangkaian hal yang teratur, yang berhubungan satu dengan
lainnya dalam gaya tertentu. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa
yang paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan berbahasa yang lainnya.
Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat.
Melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam
suatu struktur tulisan yang teratur. Berikut ini keterampilan-keterampilan
mikro yang diperlukan dalam menulis, antara lain:

a. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk disini penggunaan


ejaan
b. Memilih kata yang tepat
c. Menggunakan bentuk kata dengan benar
d. Mengurutkan kata-kata dengan benar

e. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca


f. Memilih gaya tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju
g. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara
jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan
h. Mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan
koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau
informasi yang disajikan
i. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki
oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat
asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting
untuk ditulis
B. Komunikasi Interaksi
Komunikasi dalam bahasa Ingris adalah communication, berasal dari kata
communication atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya”
dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud mengubah
pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan oleh komunikator.
Menurut Roben komunikasi merupakan kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian
pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan. Tidak jauh dari pengertian Roben,
John R. Schemerhorn dalam bukunya berjudul Managing Organizational Behavior
menyatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam
mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti dalam kepentingan mereka. John C.
Merril mengatakan bahwa komunikasi tidak lain adalah suatu penyesuaian pikiran,
penciptaan perangkat simbol bersama di dalam pikiran para peserta atau singkatnya. Don
Fabun dalam bukunya The Transfer of Meaning mengatakan komunikasi adalah suatu
peristiwa yang dialami secara internal, murni personal, dibagi dengan orang lain.
Kemudian Interaksi menurut Shaw (2015), ialah suatu pertukaran antar pribadi yang
masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka
dan masingmasing perilaku memengaruhi satu sama lain. Menurut Sardiman (2014:1),
interaksi adalah suatu proses komunikasi atau interaksi baik antara individu satu dengan
individu lainya. Thibaut dan Kelley (2015) mengemukakan interaksi sebagai suatu
peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama,
yang kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu
sama lain. Menurut Suwatra & Desia (2013:131), menyatakan interaksi merupakan
hubungan timbal balik yang dilaksanakan oleh beberapa orang.
Komunikasi interaksi adalah kegiatan penyampaian pesan atau informasi yang
nantinya ada timbal balik antar dua orang atau lebih. Dapat diartikan bahwa seorang guru
menyampaikan materi kepada siswanya adalah bentuk dari komunikasi. Dalam kegiatan
komunikasi adanya interaksi antar guru dengan siswa yaitu siswa memberikan timbal
balik kepada gurnya seperti bertanya atau saling memberikan pendapat. Dalam proses
pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Pendidikan pada
dasarnya merupakan interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa), untuk
mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan
ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu
pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang
positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Sedang karakterstik proses komunikasi
dalam pembelajaran menurut Quible dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :
a. Simbolik, yang artinya setiap kegiatan komunikasi melibatkan simbolsimbol
seperti pesan lisan, tulisan dan pesan non verbal. Guru menyampaikan materi
pembelajaran melalui bahasa lisan dan tertulis. Guru juga menggunakan pesan
non verbal seperti gerak tangan untuk memperjelas dan mempertengas pesan
yang disampaikan. Siswa yang menerima pesan mencatat bagian tertentu dari
uraian guru.
b. Dinamis, yang artinya proses komunikasi itu berubah secara kontinyu yang
memungkinkan dilakukannya adaptasi pesan demi efektifitas komunikasi.
c. Bisa dipahami, artinya pesan yang disampaikan bias dipahami oleh
penerimanya. Ciri komunikasi yang efektif adalah pesan yang disampaikan
bisa dipahami , sehingga kita bias memaknai bahwa pembelajaran yang efektif
adalah komunikasi yang efektif.
d. Unik, artinya setiap proses komunikasi selalu melibatkan setidaknya dua orang
dengan keunikan pribadinya masing-masing. Ada orang yang senang humor,
ada yang senang membaca, ini semua akan berdampak pada proses
komunikasi yang berlangsung dalam komunikasi pembelajaran .
1. Macam-macam Interaksi dalam Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa,
yakni komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.
a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, yaitu guru sebagai
pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif,
mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, yaitu guru bisa
berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa
penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan
siswa.
c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, yaitu komunikasi
tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa dengan
siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat
berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lain.

Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam
berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang
dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang
dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern.Sedangkan menurut Profesor Djaali
ada Empat Interaksi Pendidikan yaitu :

a. Interaksi murid dengan murid


b. Interaksi murid dengan guru
c. Interaksi murid dengan sumber belajar, dan
d. Interaksi murid dengan lingkungan.

Ke empat intraksi tersebut jika dikaitkan dengan proses belajar menagajar, maka
interaksi belajar mengajar adalah suatu hal yang saling melakukan aksi di dalam
proses belajar mengajar yang di dalamnya ada suatu hubungan antara siswa dan guru
untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari intraksi tersebut adalah suatu hal yang
sudah disadari serta disepakati sebagai milik bersama dan berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan itu.dalam kegiatan pengajaran. Belajar
cenderung kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar cenderung
kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin dalam belajar. Dua kegiatan
itu menjadi terpadu dalam satu kegiatan ketika terjadi hubungan timbal balik atau
intraksi antara guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung.

2. Pola Interaksi Antara Guru dan Siswa


Dalam proses pembelajaran interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang
meliputi sebagai berikut:
a. Pola Dasar Interaksi, dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur
pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang
semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran.
Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi
yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi
tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang
saling mendominasi.
b. Pola Interaksi Berpusat Pada Isi, dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan
guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi
pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada
isi/materi pembelajaran.
c. Pola Interaksi Berpusat Pada Guru, pada pembelajaran yang kegiatannya
semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat
penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik
pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang
bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang
disebut juga siswa pasif.
d. Pola Interaksi Berpusat Pada Siswa, pada pembelajaran yang kegiatannya
semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi
pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam
mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat
permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam
mempelajari apapun yang dikehendakinya.

Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan


sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat.
Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi
keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.

3. Proses Interaksi Dalam Pembelajaran


Proses interaksi dalam belajar mengajar mempunyai sifat edukatif dengan maksud
bahwa intraksi itu terjadi dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi untuk
mengembangkan potensi pendidikan. Di dalam interaksi harus ada perubahan tingkah
laku dari siswa sebagai hasil dari belajar. Intraksi belajar mengajar merupakan
kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa.
DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. 

Alif Cahya Setiadi. PENGAJARAN BAHASA DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF:


Analisis atas Teori Transformatif-Generatif Noam Chomsky. Alumni PBA Fakultas
Tarbiyah ISID

Brown, Douglas. H, Asaasu Ta’liimi Al-Lughoh Wa Ta’liimihaa, Terjamah Oleh ‘Abdul Ar-
Rojkhi Dan ‘Alii ‘Alii Mhammad Sya’baan, (Beirut-Lebanon: Daar An-Nahdhoh
Al-‘Arobiyah, 1994)

Byrne, Donn. 1995. Teaching Writing Skills. London and New York: Longman.

Chomsky, Noam. Syntactic Structure. Tenth Printing, (The Hague–Paris: Mouton And C.O,
Printers, 1972)

Crawley dan Mountain. 1995. Language Development: An Introduction. New York:


Macmillan Publishing Company.

Ety Nur Inah. 2015. PERAN KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI GURU DAN SISWA.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari

Henry Guntur Tarigan. Menyimak. (Bandung : Angkasa, 2008) hal. 67.

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:


Angkasa, 1983) 15. 

I Wayan Wdiana. INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI


SEKOLAH DASAR. Universitas Pendidikan Ganesha

Klein, dkk, 1996. Theaching Reading in the Elementary Grades. Boston, Allyn nda Bacon

Quible, Johnson dan Mott. Business Communication: Principles and Applications,


(Singapore:Prentice Hall International) h.

Roben. Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,


2008)

Suwatra I Wayan dan Tristiantari. 2013. Sosiologi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Shoolah ‘Abdul Al-Majiid Al-‘Arobi, Ta’liim Al-Lughoh……, p. 30

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

Tompkins, G. F, and Hoskisson, K. 1991. Language Arts: Content and Teaching Strategies.
New York: Merrill.

Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (Jakarta: Bumi Aksara, 1986), hal. 8

Widdowson (1978)memilahperformansi bahasa menjadi dua, yaitu language usage dan language
use. Language usage adalah performansi bahasa lepas konteks, sedangkan language use
adalah performansi bahasa untuk tujuan komunikasi yang sudah barang tentu berada dalam
konteks. Canale dan Swain (1980) menyatakan bahwa kompetensi komunikatif mencakup (1)
kompetensi gramatikal (grammatical competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang
kaidah-kaidah gramatika bahasanya;

Anda mungkin juga menyukai