1. Menyimak
Thomkins (1991) menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi- bunyi
yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf
pendengaran seseorang. Dengan menyimak, anak tidak hanya sekedar
mendengar namun juga memahami makna atau informasi penting yang ada
didalamnya. Dalam kegiata menyimak terdaoat dua jenis yaitu menyimak
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon
atau yang sejenisnya. Kedua, menyimak non interaktif yaitu situasi- situasi
mendengarkan non interaktif yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah,
atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak non
interaktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan maupun
pengulangan dari pembicara. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan
mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita
dengar menurut Henry (2008) , yaitu pendengar harus mampu menguasai
beberapa hal berikut:
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam
berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang
dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang
dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern.Sedangkan menurut Profesor Djaali
ada Empat Interaksi Pendidikan yaitu :
Ke empat intraksi tersebut jika dikaitkan dengan proses belajar menagajar, maka
interaksi belajar mengajar adalah suatu hal yang saling melakukan aksi di dalam
proses belajar mengajar yang di dalamnya ada suatu hubungan antara siswa dan guru
untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari intraksi tersebut adalah suatu hal yang
sudah disadari serta disepakati sebagai milik bersama dan berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan itu.dalam kegiatan pengajaran. Belajar
cenderung kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar cenderung
kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin dalam belajar. Dua kegiatan
itu menjadi terpadu dalam satu kegiatan ketika terjadi hubungan timbal balik atau
intraksi antara guru dan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Brown, Douglas. H, Asaasu Ta’liimi Al-Lughoh Wa Ta’liimihaa, Terjamah Oleh ‘Abdul Ar-
Rojkhi Dan ‘Alii ‘Alii Mhammad Sya’baan, (Beirut-Lebanon: Daar An-Nahdhoh
Al-‘Arobiyah, 1994)
Byrne, Donn. 1995. Teaching Writing Skills. London and New York: Longman.
Chomsky, Noam. Syntactic Structure. Tenth Printing, (The Hague–Paris: Mouton And C.O,
Printers, 1972)
Ety Nur Inah. 2015. PERAN KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI GURU DAN SISWA.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari
Klein, dkk, 1996. Theaching Reading in the Elementary Grades. Boston, Allyn nda Bacon
Suwatra I Wayan dan Tristiantari. 2013. Sosiologi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Shoolah ‘Abdul Al-Majiid Al-‘Arobi, Ta’liim Al-Lughoh……, p. 30
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tompkins, G. F, and Hoskisson, K. 1991. Language Arts: Content and Teaching Strategies.
New York: Merrill.
Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (Jakarta: Bumi Aksara, 1986), hal. 8
Widdowson (1978)memilahperformansi bahasa menjadi dua, yaitu language usage dan language
use. Language usage adalah performansi bahasa lepas konteks, sedangkan language use
adalah performansi bahasa untuk tujuan komunikasi yang sudah barang tentu berada dalam
konteks. Canale dan Swain (1980) menyatakan bahwa kompetensi komunikatif mencakup (1)
kompetensi gramatikal (grammatical competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang
kaidah-kaidah gramatika bahasanya;