Anda di halaman 1dari 3

Penyebab paling banyak ditemui adalah pola hidup yang tidak sehat.

Contoh pola hidup yang tidak sehat yaitu


makan makanan yang banyak mengandung gula/lemak, sedikit mengandung karbohidrat dan/serat serta jarang
melakukan aktivitas fisik (Soegondo and Sukardji, 2008). Penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu penyebab tingginya angka kasus penyakit termasuk DM
tipe 2 (Zahtamal, Chandra and Restuastuti, 2007).

Berkaitan degan modifikasi perilaku, pengetahuan dan sikap merupakan faktor tersebut sangat penting bagi
perubahan perilaku seseorang. (Wiro, 2013)

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang DM tipe 2 dengan tindakan pencegahan DM tipe 2
pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. (Limsah, 2019)

Pengetahuan tentang diabetes merupakan komponen penting untuk pengendalian maupun


pencegahan, dengan pengetahuan seseorang dapat menentukan manajemen diri dan perilaku apa
yang harus digunakan untuk mengatasi penyakitnya (Hu, Jie dkk, 2012).

Sebagaimana penelitian Omolafe dkk (2010) menyebutkan bahwa orang Amerika Afrika dengan
riwayat keluarga positif diabetes memiliki pengetahuan lebih besar tentang faktor risiko terhadap
diabetes, lebih memahami tentang pengaruh penyakit akibat kebiasaan makan dan aktivitas fisik,
dan secara signifikan lebih sering terlibat dalam aktivitas fisik daripada yang tidak memiliki riwayat
keluarga diabetes.

DM memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur, gangguan tidur atau tidur yang kurang
secara fisiologi dapat mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Inry, 2016)

Obesitas paling banyak terjadi pada dewasa, mahasiswa termasuk pada dewasa awal. Semakin
meningkatnya usia semkin meningkat resiko obesitas

Kualitas tidur yang buruk seperti OSA (Obstruktive Sleep Apnea) juga merupakan salah satu faktor
resiko dari DM. (inry,n2016)

sebagaian besar mahasiswa memiliki obesitas I


Terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas pada mahasiswa di Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥16 tahun paling banyak konsumsi
bumbu penyedap yaitu sebesar 77,30% diikuti makanan dan minuman manis 53,1% dan makanan
berlemak 40,70%.
Remaja usia sekolah dan mahasiswa juga merupakan suatu kelompok masyarakat yang relatif rentan
terhadap iklan terutama iklan makanan cepat saji di televisi. Adanya iklan-iklan produk makanan
cepat saji di televisi dapatmeningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat
Penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama dan rasanya yang enak
sangat mendukung remaja atau pun orang dewasa untuk sering mengkonsumsinya. Selain itu
dukungan teman dan promosi makanan cepat saji juga sangat mempengaruhi dalam untuk
mengkonsumsi fast food, karena mahasiswa beranggapan dengan mengkonsumsi fast food dapat
menaikkan status social mereka, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas di antara teman
sebayanya dan dengan adanya promosi makanan cepat saji, berpengaruh terhadap kebiasaan
mengkonsumsi fast food.
Mahasiswa UNITRI Malang lebih mudah mengalami masalah dengan berat badan karena pola
makan yang tidak teratur dikarenakan padatnya jadwal kuliah dan tugas yang banyak dan hal ini
menyebabkan mahasiswa mengkonsumsi makanan cepat saji serta mengalami kenaikan berat badan
dan akhirnya menjadi obesitas. (Evan, dkk, 2017)
Sebanyak 1,6milyar orang dewasa
didunia memiliki berat badan lebih
overweight dan 400 juta diantaranya
mengalami obesitas (WHO, 2011).
Pada masa akhir
menuju dewasa, individu akan
mengalami suatu kondisi yang disebut
torm & stress yang merupakan suatu
perubahan fisiologis dan perkembangan
berupa peningkatan kadar hormon. Hal
ini cenderung mengakibatkan individu
cenderung labil dalam menghadapi
permasalahan dalam kehidupannya
(Pratama, 2014).
Sumber stress pada mahasiswa
meliputi: situasi yang monoton,
kebisingan, tugas yang terlalu banyak
harapan yang mengada–ada,
ketidakjelasan, kurang adanya control,
keadaan bahaya dan kritis, tidak
dihargai, diacuhkan, kehilangan
kesempatan, aturan yang ketat (Pratama,
2014).
Kondisi
kehidupan stres akan mempengaruhi
perilaku makan, yaitu lebih pada
konsumsi berlebih dan berkontribusi
terhadap kejadian obesitas. Orang-orang
dengan karakteristik tertentu saat berada
dalam kondisi stres akan mengkonsumsi
makanan lebih banyak dan mengalami
peningkatan total konsumsi makan
(Nadaek, 2015).
mayoritas mahasiswa memiliki tingkat
stres yang masuk dalam kategori sedang
dan berat
hubungan
yang signifikan antara stres dengan
obesitas pada mahasiswa program studi
ilmu keperawatan di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta. Mayoritas mahasiswa program studi
ilmu keperawatan mengalami
obesitas sedang.
2. Mayoritas mahasiswa program studi
ilmu keperawatan mengalami stres
sedang dan stres berat. (Fivin, 2017)

Anda mungkin juga menyukai