Anda di halaman 1dari 14

HANDOUT

PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN


KELAS XI

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

ADITYA YUDIANTORO

PPG DALJAB TAHAP 3 UNY

SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA

2019
KOMPETENSI DASAR
3.5 Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.5.1 Menjelaskan fungsi dan komponen sistem pengapian konvensional pada
kendaraan.
3.5.2 Menerangkan cara kerja sistem pengapian konvensional pada kendaraan.
3.5.3 Menggambar rangkaian system pengapian konvensional.

I. Sistem Pengapian Konvensional


A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
mejelaskan fungsi dan komponen sistem pengapian konvensional pada
kendaraan secara mandiri dan kelompok dengan benar.
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
menerangkan cara kerja sistem pengapian konvensional pada kendaraan
secara mandiri dan kelompok dengan benar.
3. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat
menggambar rangkaian system pengapian konvensional pada kendaraan
secara mandiri dan kelompok dengan benar.

B. Uraian Materi
Ada tiga sarat suatu pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan
bakar,udara dan ada api. Api dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan
begitu saja, pasti ada sebab kemunculannya. Untuk memunculkan api ini maka
perlu dibuat suatu sistem yang disebut sistem pengapian. Jadi sistem
pengapian adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang
memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehinga memiliki
satu fungsi yakni memercikkan bunga api yang di gunakan untuk membakar
campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresikan di dalam silinder.
Agar hasil yang diperoleh sistem pengapian sempurna, maka rangkaian
ini harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain :
1. Dapat merubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.
2. Dapat beroperasi dengan sumber tegangan yang berbeda (tegangan
baterai atau alternator).
3. Dapat mengalirkan tegangan tinggi ke busi-busi sesuai dengan urutan
pengapian.
4. Waktu pembangkitan tegangan tinggi harus tepat sesuai dengan
putaranmesin.

Sistem pengapian pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa jenis,


antara lain:
a. Sistem pengapian konvensional
b. Sistem pengapian elektronik
c. Sistem pengapian IIA (Integrated IgnitionAssembly)
d. Sistem pengapian ESA (Electronic Spark Advancer)
e. Sistem pengapian DLI (Distributor LessIgnitions)

C. Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional

Gambar 1. Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional

1. Saat pengapian dan penyetelan saat pengapian


Waktu antara saat awal pembakaran hingga pembakaran sempurna
terjadi sekitar dua mili detik. Percikan bunga api harus cukup untuk
menghasilkan tekanan pembakaran yang optimal padaberbagai kondisi
kerja engine.
Saat pengapian harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti
tercantum di bawah ini, yakni:
- Tenaga engine maksimum.
- Konsumsi bahan bakar yangekonomis.
- Tidak terjadi “engineknock”.
- Gas bekas bersih.
Kebutuhan di atas tidak bisa dipenuhi secara serempak, dengan
demikian permasalahan yang timbul harus ditemukan dari kasus perkasus
secara mendasar. Saat pengapian yang optimum tergantung pada
beberapa faktor yaitu : data kecepatan engine, beban dan desain, bahan
bakar dan kondisi kerja seperti starting, idling dan overrun.
Saat pengapian dihubungkan langsung dengan kondisi kerja engine
melalui mekanisme pengaju saat pengapian (centrifugal dan vacum
advancer).
Kedua jenis penyetel saat pengapian ini dapat memberikan efek secara
individual maupun secara bersama-sama.
2. Urutan pengapian
Urutan pengapian merupakan urutan pengaliran arus bertegangan tinggi
ke busi-busi saat akhir kompresi. Urutan pengapian sudah dirancang dan
disesuaikan dengan silinder engine.
Penomoran silinder pada engine biasanya dimulai dari depan meskipun
demikian ada beberapa variasi pada engine jenis V. Pada engine empat
silinder, urutan pengapiannya 1 - 3 - 4 - 2 atau 1 - 2 - 4 - 3, sedangkan
untuk engine enam silinder, secara umum urutan pengapiannya 1 - 5 - 3 -
6 - 2 - 4.
Urutan pengapian sangat penting diperhatikan, oleh karena itu kabel
tegangan tinggi antara tutup distributor dengan busi-busi harus
dihubungkan dengan urutan yang benar.

Gambar 2. Penempatan Kabel Busi Pada Distributor Untuk


Engine 4 Silinder (Urutan Pengapian: 1-3-4-2)

D. Komponen sistem pengapian konvensional


a. Baterai

Gambar 3. Baterai

Baterai berfungsi sebagai sumber listrik untuk mengaktifkan sistem


pengapian, dan komponen yang lainnya (penyedia arus). Baterai terdiri dari
beberapa buah sel yang dihubungkan secara seri dan setiap sel
mempunyai tegangan listrik sebesar 2 volt, jadi baterai yang berkekuatan 6
volt terdiridari tiga buah sel dan baterai 12 volt terdiri dari 6 buah sel. Setiap
sel mempunyai 2 buah pelat yang diberi atau direndam larutan sulphuric
acid, larutan sulphuric acid ini lebih dikenal dengan nama cairan electrolyte
.
b. Kunci kontak

Gambar 4. Kunci Kontak


Kunci kontak berfungsi sebagai alat untuk memutuskan dan
menghubungkan arus dari batere ke rangkaian primer pada sistem
pengapian. Pada kunci kontak biasanya terdapat beberapa terminal,
terminal-terminal tersebut biasanya diberi tanda secara alphabetis yakni ; B
(batere), IG (ignition/pengapian), ST (starter) dan ACC (accessories),
khususnya kendaraan produksiJepang.
Sedangkan kendaraan produksi Eropa, terminal-terminal pada kunci
kontak tersebut biasanya ditandai dengan angka, misalnya 30 (batere
positif), 15 (ignition/pengapian), 50(starter/solenoid).

c. Koil Pengapian (Ignition Coil)

Gambar 5. Koil Pengapian


Keterangan gambar:
1. Terminal tegangantinggi
2. Isolasi pemisahkumparan
3. Isolasipenutup
4. Penghubung tegangan tinggi melalui kontakpegas
5. Rumah/body
6. Pengikat
7. Plate jacket(magnetic)
8. Kumparanprimer
9. Kumparansekunder
10. Sealingcompound
11. Insulator
12. Intibesi

Koil berfungsi untuk merubah tegangan rendah dari batere menjadi


tegangan tinggi untuk menghasilkan bunga api pada busi. Koil
menghasilkan tegangan tinggi dengan prinsip induksi. Sebuah koil terdiri
dari rangka logam yang menahan plate jacket untuk mengurangi
penyebaran medan manget. Didalamnya terdapat dua buah kumparan,
yakni kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada intibesi.
Kumparan sekunder dililitkan langsung pada inti besi yang sudah
dilaminasi sedangkan kumparan primer dililitkan setelah kumparan
sekunder. Jumlah lilitan pada kumparan primer dan kumparan sekunder
bervariasi, walaupun demikian biasanya kedua kumparan ini mempunyai
perbandingan sekitar 1 : 100 (primer : sekunder). Kumparan primer
mempunyai tahanan antara 2 ohm sampai dengan 3 ohm, tergantung pada
jenis koil.

d. Distributor

Gambar 6. Distributor
Keterangan gambar:
1. Tutup dirstributor
2. Rotor
3. Tutup penahandebu
4. Porosdistributor
5. Cam
6. Sambungan ke saluran vakum
7. Vacuumadvancer
8. Kondensor

Pada dasarnya sebuah distributor berfungsi untuk mengalirkan arus


bertegangan tinggi dari koil ke busi-busi sesuai dengan urutan pengapian.
Untuk lebih detailnya bisa disimpulkan bahwa distributor mempunyai tiga
fungsi yaitu :
1) Menghubungkan dan memutuskan arus pada rangkaian primer
sehingga koil menghasilkan tegangan tinggi (bagian kontak
pemutus/platina).
2) Menjadikan tepatnya waktu pembangkitan tegangan tinggi sesuai
dengan putaran mesin (Bagian mekanis centrifugal advancer dan
vacuum advancer)
3) Meneruskan arus bertegangan tinggi pada busi sesuai dengan
urutannya.
Pada distributor terdapat komponen yang berguna untuk mempercepat
saat terjadinya pengapian yakni centrifugal advancer dan vacuum
advancer.
1) Centrifugal advancer
bekerja berdasarkan putaran mesin sedang vacuum advancer
bekerja berdasarkan kevakuman yang terjadi pada saluran masuk
(intake manifold). Mekanisme Centrifugal Advancer
Plat penopang yang berputar bersama poros distributor merupakan
tempat terpasangnya bobot pemberat (flyweight).

Gambar 7. Centrifugal Advancer


Keterangan gambar:
1. Plat penopang
2. Cam
3. Pengungkit
4. Bobotpemberat
5. Porosdistributor
6. Yoke

2) Vacuum Advancer
Vacuum advancer bekerja berdasarkan kevakuman yang terjadi
pada saluran pemasukan (intake manifold).

Gambar 8. Vacuum Advancer

Dipasangnya vacuum advancer merupakan metode untuk


mempercepat saat pengapian ketika beban engine rendah dan
pembukaan katup gas pada posisi medium.
Ketika katup gas menutup saluran, pada saluran ke vacuum
advancer tidak terjadi kevakuman. Dengan demikian tidak ada
percepatan saat pengapian. Bila katup gas digerakkan sampai
setengah pembukaan katup, maka udara yang bergerak melewati
saluran vakum menyebabkan daerah ini mempunyai kevakuman
yang tinggi, akibatnya membran pada vacuum advancer terhisap.
Gerakan membran ini menyebabkan tertariknya tuas membran
yang dihubungkan pada dudukan platina. Karena gerakan ini
berlawanan dengan arah putaran poros distributor, maka saat
membukanya platina menjadi lebih awal, artinya pengapian juga
terjadi lebih awal.
Kevakuman akan menurun saat percepatan dan katup gas
terbuka penuh. Pada kedua kondisi ini vacuum advancer tidak
bekerja untuk mempercepat saat pengapian. Walaupun demikian,
saat pedal gas diinjak secara mendadak, dimana centrifugal
advancer belumberfungsikarena putaran engine masih rendah,
maka vacuum advancer ini bekerja mempercepat saat pengapian.

3) Kontak Platina

Gambar 9. Kontak Platina

Kontak platina merupakan komponen yang menghubung dan


memutuskan arus pada rangkaian primer yang dikontrol oleh
breaker cam pada poros distributor. Arus yang mengalir pada
kontak platina ini bisa mencapai 5 amper dan tegangan yang
dihasilkan kumparan primer bisa mencapai 500 volt. Pada engine 4
silinder, saat engine pada putaran 6000 Rpm, kontak platina
membuka dan menutup hingga 12.000 kali dengan frekuensi
200Hz.
Kontak platina yang rusak dapat mengganggu pengaliran arus
pada koil pengapian, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih
tinggi dan nilai gas bekas yang lebihjelek.
Kondisi kontak platina berpengaruh pada dwell angle, atau
biasa juga disebut cam angle.Dwell angle adalah sudut yang
dibentuk oleh cam pada distributor saat kontak platina mulai
menutup hingga membuka kembali. Kontak platina menutup dalam
waktu yang sangat singkat, hal ini memungkinkan mengalirnya arus
listrik ke kumparan primer untuk membangkitkan medan magnit.
Bila medan magnit lemah maka tegangan tinggi yang dihasilkan
oleh koil juga rendah, hal ini terjadi terutama pada putarantinggi.
Karena besarnya sudut dwell dipengaruhi besarnya celah
platina maka kondisi kontak platina perlu penanganan khusus.
Dengan berubahnya celah kontak platina maka besarnya sudut
dwell juga berubah. Semakin kecil celah kontak platina, makin
besar sudut dwellnya dan saat pengapian lebih lambat. Sedangkan
semakin besar celah kontak platina, makin kecil sudut dwellnya dan
saat pengapian terjadi lebihawal.
Kontak platina membuka
Kontak platina Kontak platina
membukamenutup

Dwellangle

Kontak platina

Gambar 10. Sudut Dwell (Dwell Angel)

Keterangan gambar :
Kontak platina menutup
Celah kontak platina besar,sudut dwellkecil
Celah kontak platina kecil, sudut dwellbesar

Gambar 11.
Hubungan Celah Kontak Platina Dengan Sudut Dwell

Pemeriksaan sudut dwell yang akurat hanya bisa dilakukan


dengan alat pemeriksa sudut dwell elektronik (Electronic Dwell
Angle Tester). Penyetelan celah kontak platina harus dilakukan
pertama kali, artinya sudut dwell sudah benar sebelum saat
pengapiandisetel.

4) Kondensor
Kondensor terbuat dari dua lembar alumunium yang dibatasi
dengan kertas isolasi. Lembaran ini digulung dan ditempatkan pada
tabung logam. Dalam pemasangannya kondensor dirangkai secara
paralel dengan kontak platina. Plat-plat kondensor meredam arus yang
dapat menimbulkan percikan api pada kontak platina pada saat
membuka. Hal ini mempercepat berhentinya aliran listrik pada
rangkaian primer.
Gambar 12. Kondensor

Proses kerja kondensor :


1) Saat kontak platina terbuka, aliran arus pada kumparan primer
terhenti dan terjadi perubahan medan magnit yang menyebabkan
terbangkitnya tegangan tinggi pada kumparansekunder.
2) Perubahan garis gaya magnit ini juga menghasilkan tegangan
induksi pada kumparan primer dan arus induksinya dapat
mengalir melalui kontak platina yang masihterbuka.
3) Plat-plat pada kondensor menyediakan area yang luas untuk
mengalirkan elektron selama kontak platina terbuka. Keadaan ini
menyebabkan diserapnya arus yang akan mengalir lewat kontak
platina.
4) Secara cepat kondensor diisi, dalam keadaan seperti ini, kontak
platina mempunyai celah yang cukup untuk menghindarkan
adanya percikan api. Kesimpulannya kondensor bekerja sebagai
penampung arus listrik sementara.
5) Kondensor juga menghentikan arus secara cepat, hal ini
menyebabkan perubahan garis gaya magnit terjadi lebih cepat.
Proses inilah yang diperlukan untuk pembangkitan tegangan
tinggi pada kumparan sekunder.

e. Kabel tegangan tinggi


Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignation coil ke busi.

Gambar 13. Kabel Tegangan Tinggi


f. Busi
Busi merupakan media untuk meloncatkan bunga api
untukmembakar campuran udara dan bahan bakar pada akhir langkah
kompresi. Busi mempunyai dua elektroda yakni elektroda tengah
(elektroda positif) yang dihubungkan ke terminal busi dan elektroda
samping (elektroda negatif) yang dihubungkan ke badan busi sebagai
massa.Antara kedua elektroda tersebut terdapat celah untuk
meloncatkan bunga api. Tegangan tinggi yang terinduksi pada koil
akan dialirkan pada distributor, kabel tegangan tinggi, busi (elektroda
tengah busi), dan melalui celah busi dialirkan ke elektroda massa.
Suatu hal yang perlu diingat bahwa saat arus melompati celah busi,
percikan api akan terbangkit, inilah tujuan akhir dari sistempengapian.

Gambar 13. Busi


Keterangan gambar:
1. Mur terminal busi
2. Ulir terminal busi
3. Barrie
4. Isolasi
5. Seal penghantar khusus
6. Batang terminal
7. Bodi
8. Gasket
9. Isolator
10. Elektrodatengah
11. Elektrodamassa
E. Rangkuman
Sistem pengapian berfungsi untuk membangkitkan percikan bunga api
pada busi yang digunakan untuk membakar campuran udara dan bahan
bakar yang dikompresikan di dalam silinder.
Sistem pengapian konvensional mempunyai beberapa komponen, antara lain
: kunci kontak, koil, distributor, kondensor, busi, kabel tegangan tinggi dan
kabel penghubung. Komponen yang berfungsi untuk memajukan saat
pengapian adalah vacuum advancer dan centrifugal advancer, kedua
komponen ini bisa bekerja bersama-sama atau individual.Saat pengapian
pada kendaraan bersilinder banyak harus mengikuti urutan yang baku.Pada
engine empat silinder, urutan pengapiannya 1 - 3 - 4 - 2 atau 1 - 2 - 4- 3,
sedangkan untuk engine enam silinder, secara umum urutan
pengapiannya 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4. Urutan pengapian sangat penting
diperhatikan, oleh karena itu kabel tegangan tinggi antara tutup distributor
dengan busi-busi harus dihubungkan dengan urutan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2000. Sistem Pengapian Mobil. Jakarta: Bumi Aksara.

Suranto, Joko Pramono. 2016. Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan.


Yogyakarta; Andi.

Nugraha, B.S. Sistem Pengapian. Yogyakarta: Fakultas Teknik UNY Jurusan


Pendidikan Teknik Mesin.

Anda mungkin juga menyukai