Anda di halaman 1dari 11

Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No.

2, Desember 2018, pp 171-181


p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENERIMAAN


PESAN MAHASISWA DALAM KEGIATANBELAJAR MENGAJAR DI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI USM

Mochamad Chaerul Latief, R.A Putri Shakty A, Firdaus Azwar Ersyad


1
latief@usm.ac.id, 2 Shakti@usm.ac.id, 3 firdaus.azwar@usm.ac.id
1,2,3
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang

ABSTRAK

Dapat mengenyam pendidikan tinggi adalah hak dan impian tiap warga negara
Indonesia. Universitas Semarang sebagai institusi penyelenggara pendidikan tinggi
memfasilitasi tiap warga Jawa Tengah dan seluruh Indonesia untuk mendaptkan
pendidikan tinggi dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang baik. Kegiatan belajar
mengajarpundilakukan oleh para pengajar yang ahli di bidangnya. Namun dalam
kenyataannya input dan output yang diharapkan kurang sesuai. Oleh karena itu, penelitian
ini dibuat untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas penerimaan
pesan dalamkegiatan belajar mengajar di Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memilii karakteristik data
yang dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya. Subjek kajian pada
penelitian ini adalah individual yang menjadi narasumber utama dalam kegiatan belajar
mengajar di Fakultas teknologi dan Informasi komunikasi. Adapun hasil penelitian yang
telah dilakukan menjelaskan bahwa faktor kecakapan dalam berkomunikasi dosen sangat
mempengaruhi penerimaan pesan mahasiswa dan cara dan gaya berbicara serta diksi atau
pemilihan kata yang disampaikan mempengaruhi mahasiswa dalam menangkap pesan yang
disampaikan.

Kata Kunci: Efektivitas, Kegiatan Belajar Mengajar, Kualitatif.

1.1 Latar Belakang Penelitian meningkatkan taraf hidup seseorang.


Menyadari bahwa fasilitas pendidikan
Setiap warga negara di Indonesia
tinggi masih belum bisa dinikmati secara
pasti menginginkan dirinya dapat
merata di daerah luar ibu kota negara,
mengenyam pendidikan hingga level
Jakarta, maka Universitas Semarang
yang tertinggi apapun latar belakangnya
memfasilitasi masyarakat se-Jawa
dan apa pun status sosial ekonominya.
Tengah dan sekitarnya bahkan hingga ke
Namun banyak yang tidak bisa
luar pulau Jawa agar dapat mengenyam
mengenyam pendidikan tinggi karena
pendidikan tinggi dengan harga yang
tidak memiliki kemampuan finansial
terjangkau dan memiliki kualitas tinggi.
untuk membayar biaya pendidikan.
Universitas Semarang mendirikan
Padahal pendidikan adalah wahana untuk
fakultas-fakultas yang dapat menjawab
memperbaiki kualitas hidup seseorang.
tantangan kebutuhan bisnis dan
Dengan mendapatkan pendidikan tinggi
masyarakat, salah satunya Fakultas
seseorang dapat memiliki wawasan yang
Teknologi Informasi dan Ilmu
luas, pola pikir yang terbuka, dan lebih
Komunikasi. Dunia kini berada di era
cerdas secara intelektual serta emosional
digital dan era informasi dimana bidang-
dalam menyelesaikan permasalahan.
bidang yang sedang populer di dunia
Selain itu sebagai bonus akhir, dengan
bisnis berada di ranah Teknologi
memiliki pendidikan tinggi dapat

171
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Informasi serta ranah Ilmu Komunikasi. penelitian yang akan dilakukan terkait
Bidang-bidang spesifik seperti segala “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
sesuatu yang berkaitan dengan komputer Efektivitas Penerimaan Pesan dalam
seperti software dan hardware, e- kegiatan Belajar Mengajar di Fakultas
commerce, digital marketing, jurnalistik, Teknologi dan Informasi dan
public relations, dan broadcasting masih Komunikasi”.
menjadi tren di dasawarsa terakhir.
Kurikulum yang dibuat oleh
2.2. Komunikasi Dalam Pembelajaran
Fakultas Teknologi Informasi dan Ilmu
Komunikasi pun dibuat agar dapat Komunikasi dalam bahasa Inggris adalah
menjawab tantangan bisnis. Diharapkan communication, berasal dari kata
dikemudian harinya para mahasiswa commonicatio atau dari kata comunis
memiliki bekal ilmu yang sesuai dengan yang berarti “sama” atau “sama
kebutuhan perusahaan-perusahaan tempat maknanya” dengan kata lain komunikasi
mereka bekerja nantinya. Agar dapat memberi pengertian bersama dengan
menyampaikan kurikulum yang sesuai maksud mengubah pikiran, sikap,
dengan baik dan benar maka Fakultas perilaku, penerima dan melakukan yang
Teknologi Informasi dan Ilmu diinginkan oleh komunikator. Menurut
Komunikasipun menyediakan para tenaga Roben komunikasi merupakan kegiatan
pengajar yang berkompeten dan ahli di perilaku atau kegiatan penyampaian
bidang-bidang terkait. Kegiatan belajar pesan atau informasi tentang pikiran atau
mengajar diadakan dalam sarana dan perasaan (Roben, 2008: 12). Selain itu,
prasarana yang baik yang telah Frank Dance mendefinisikan bahwa
disediakan oleh pihak Universitas komunikasi merupakan sebuah sistem
Semarang. Namun permasalahan muncul untuk menyampaikan informasi dan
ketika setelah mahasiswa menjalani perintah (Littejhon, 2009: 4).
perkuliahan, banyak yang tidak Dengan demikian, dari konsep
memahami dengan baik apa yang yang diutarakan para ahli komunikasi
disampaikan oleh dosen. Terbukti dari tersebut di atas dapat disimpulkan secara
hasil tes kecil yang diadakan garis besar bahwa komunikasi adalah
memperlihatkan bahwa mahasiswa tidak penyampaian informasi, gagasan, pikiran,
dapat memaparkan dengan baik jawaban- perasaan, keahlian dari komunikator
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kepada komunikan untuk mempengaruhi
dilontarkan dalam tes kecil tersebut. pikiran komunikan dan mendapatkan
Selain itu mahasiswa banyak yang tidak tanggapan balik sebagai feedback bagi
mampu menulis maupun menyampaikan komunikator. Sehingga komunikator
secara lisan pemikiran mereka. Asumsi dapat mengukur berhasil atau tidaknya
para pengajar telah menyampaikan materi pesan yang di sampaikan kepada
sesuai dengan silabus dan rencana komunikan.
pembelajaran yang telah dibuat. Menjadi Dalam perkembangannya, model
ganjalan para pengajar bahwa dalam komunikasi terbagi atas berbagai macam
proses kegiatan belajar bahwa materi model komunikasi. Ruliana dalam
kuliah yang disampaikan tidak terserap bukunya yang berjudul “Komunikasi
dengan baik oleh para mahasiswa. Organisasi” memaparkan dua model
komunikasi sebagai berikut:
2.1. Kerangka Pemikiran 1. Model Komunikasi Linier
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini Model komnikasi ini, merupakann
dapat membantu menggambarkan konsep ungkapan verbal yakni who (siapa), say
what (apa yang dikatakan ), In Which
172
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Channel (salauran Pembicara Pesan Dalam ranah pendidikan tinggi


Pendengar komunikasi), To Whom komunikasi juga sangat berperan sangat
(kepada siapa), With What Effect? (unsur penting dalam proses kegiatan
pengaruh). Model ini kemukakan oleh pembelajaran. Kegiatan komunikasi
Harolld laswel tahun 1948 yang tersebut merupakan proses pengiriman
menggambarkan proses komunikasi dan informasi dari Dosen kepada Mahasiswa
fungsi-fungsi yang diembannya dalam untuk tujuan tertentu. Komunikasi
masyarakat dan merupakan model dikatakan efektif jika komunikasi yang
komunikasi yang paling tua tetapi masih terjadi menimbulkan arus informasi dua
digunakan orang untuk tujuan tertentu. arah, yaitu dengan munculnya feedback
Berikut dibawah ini bagan dari model dari pihak penerima pesan. Dengan kata
Komunikasi Laswell. lain bahwa tujuan pendidikan akan
tercapai jika prosesnya komunikatif.
2. Model komunikasi Interaksional Pembelajaran dapat dimaknai
Joseph Devito mengemukakan sebagai interaksi antara pengajar dengan
bahwa komunikasi mengacu pada peserta didik yang dilakukan secara
tindakan satu orang atau lebih yang sengaja dan terencana serta memiliki
mengirim dan menerima pesan, terjadi tujuan positif. Keberhasilan pembelajaran
dalam suatu konteks tertentu, mempunyai harus didukung oleh komponen-
pengaruh tertentu dan ada kesempatan komponen instruksional yang terdiri dari
untuk melakukan umpan balik (feedback) pesan berupa materi belajar, penyampai
yang dipengaruhi oleh lingkungan pesan yaitu guru, bahan untuk
(konteks) dimana itu terjadi. menuangkan pesan, peralatan yang
mendukung kegiatan belajar, teknik atau
metode yang sesuai, serta latar atau
situasi yang kondusif bagi proses
pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran,
komunikasi yang efektif sangat
membantu proses berjalannya kegiatan
akedemik. Namun faktanya untuk
Gambar 2.2 Komunikasi mendapatkan komunikasi yang efektif
Universal DeVito pun juga tidak mudah. Banyak kesulitan
yang terjadi yang diakibatkan komunikasi
Komunikasi Interaksional yang tidak efektif. Alvonco berasumsi
dikemukakan oleh DeVito bahwa hal tersebut terjadi karena adanya
mendiskripsikan bahwa komunikasi gangguan komunikasi yang disebabkan
interaksional mengandung elemen- oleh dua faktor yaitu Faktor internal dan
elemen yang ada dalam setiap tindakan Eksternal. Adapun gangguan komunikasi
komunikasi, terlepas dari sifat karena faktor internal yaitu seperti: Cara
intrapribadi, antarpribadi, kelompok, berifikikir, perbedaan persepsi, faktor
pidato terbuka atau komunikasi massa. sikap, faktor pengetahuan dan
Model Komunikasi DeVito bersifat ketrampilan, perbedaan status,
interaksional karena kekuatan dari model permasalahan semantik atau bahasa,
ini terletak pada sumber atau perbedaan budaya, gangguan fisik, dan
komunikatornya. Adapun unsur melamun (Alvonco, 2014: 49).
komunikasinya seperti gambar 2.2 di Gangguan komunikasi yang
atas. kedua adalah ganguan karena faktor
eksternal yang salah satunya gangguan

173
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

kenyamanan lingkungan. Faktor ini (balasan positif) dan terhindar dari


terjadi dalam lingkungan yang dapat punishmen (keadaan, kondisi yang tidak
menyebabkan gangguan dalam proses enak) dari komunikator, jika menerima
komunikasi, bilamana komunikator tidak atau menggunakan isi pesannya.
efektif dalam menyampaikan pesan dan Adapun faktor faktor yang dapat
komunikan juga sulit untuk mendengar mempengaruhi efektivitas dalam
pesan tersebut. Gangguan dapat berupa komunikasi, baik faktor yang terjadi pada
kebisingan, hiruk pikuk, cuaca, tata ruang pengirim maupun pada penerima pesan,
yang tidak kondusif ataupun kondisi yaitu sebagai berikut:
geografis. 1. Kemampuan berkomunikasi
penyampai pesan seperti
2.3. Efektivitas Pesan kemampuan bertutur dan
Komunikasi bisa dikatakan efektif jika: berbahasa dan kemampuan
(1) pesan yang disampaikan dapat menulis. Sedangkan faktor dari
dipahami oleh komunikan. (2) penerima pesan diantaranya
Komunikan bersikap atau berperilaku kemampuan untuk menerima dan
seperti apa yang di kehendaki oleh menangkap pesan seperti
komunikator. (3) ada kesesuaian antar mendengar, melihat, dan
komponen menginterpretasikan pesan.
Teori tentang efektivitas pesan yang 2. Sikap dan pandangan penyampai
berasumsi bahwa komunikasi diharapkan pesan kepada penerima pesan dan
efektif maka pesan-pesannya perlu sebaliknya. Misalnya , rasa benci,
dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai pandangan negatif, prasangka,
atau merupakan kebutuhan komunikan. merendahkan satu diantara kedua
Komunikasi yang efektif menurut belah pihak, sehingga akan
Kelman akan terjadi jika komunikan menimbulkan kurangnya respon
mengalami internalisasi (internalization), terhadap isi psan yang
identifikasi diri (Self Identification) dan disampaikan.
ketundukan (complience). Komunikan 3. Tingkat pengetahuan baik
menalami proses internalisasi, jika penerima maupun penyampai
komunikan menerima pesan yang sesuai pesan. Sumber pesan yang kurang
dengan sistem nilai yang dianut. memahami informasi yang ingin
Komunikan merasa memperoleh sesuatu dicapai akan mempengaruhi gaya
yang bermanfaat, pesan disampaikan dan sikap dalam proses
memiliki rasionalitas yang dapat penyampai pesan. Sebaliknya,
diterima. Internalisasi bisa terjadi jika penerima pesan yang kurang
komunikatornya memiliki ethos atau mempunyai pengetahuan dan
credibelity (ahli dan dapat dipercaya). pengalaman terhadap informasi
Identifikasi terjadi pada diri yang disampaikan tidak akan
komunikan, jika komunikan merasa puas mempu mencerna informasi
dengan meniru atau mengambil pikiran dengan baik.
atau perilaku dari orang atau kelompok 4. Latar belakang sosial budaya dan
lain. Identifikasi akan terjadi pada diri ekonomi penyampai pesan serta
komunikan jika komunikatornya penerima pesan. Ketanggapan
memiliki daya tarik (attactiveness). penerima pesan dalam merespon
Ketaatan pada diri komunikan terjadi, informasi tergantung dari siapa
jika komunikan yakin akan mengalami dan oleh siapa pesan itu
kepuasan, mengalami reaksi yang disampaikan.
memyenangkan, memperoleh reward

174
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

2.4. Teori Resepsi (Reception Theory) aspek pengetahuan ialah, dari yang
Menurut Nyoman Khuta Ratna (2012: tadinya belum atau tidak mengerti
165) Secara umum teori resepsi diartikan menjadi mengerti, dari bodoh menjadi
sebagai penerimaan, penyambutan, pintar, dari aspek keterampilan, dari tidak
tanggapan, reaksi, dan sikap komunikan bisa menjadi bisa, dari tidak terampil
terhadap suatu hal yang diberikan oleh menjadi terampil; dalam aspek sikap
komunikator. Secara definitif resepsi ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dari
berasal dari kata recipere (latin), tidak sopan menjadi sopan, dari kurang
reception (Inggris), yang diartikan ajar menjadi terpelajar. Hal tersebut
sebagai penerimaan. Dalam arti luas merupakan suatu kriteria keberhasilan
resepsi didefinisikan sebagai pengolahan belajar yang ditengarai dengan terjadinya
teks, cara-cara pemberian makna perubahan tingkah laku, belajar dapat
terhadap karya, sehingga dapat dikatakan tidak berhasil atau gagal.
memberikan respon terhadapnya. Ernest R. Hilgard yang dikutip
oleh Uzer Usman dan Lilis Setiawati
2.5. Kegiatan Belajar Mengajar (1993:5) berpendapat: “We may define
Dalam bidang pendidikan, kegiatan learning as the process by which an
belajar mengajar mempunyai peranan activity ariginates or is changed through
yang sangat vital untuk mencetak lulusan responding to a situation, provide the
yang berkompeten. Kegiatan ini change cannot be attributed to growth or
merupakan komponen utama dalam temporary state of the organism (as
mencerdaskan kehidupan bangsa. Apabila fatigue or under drugs)”. Belajar adalah
dilihat dari suku katanya, Kegiatan suatu proses dimana ditimbulkan atau
Belajar Mengajar (KBM) terdapat dua perubahan karena mereaksi suatu
macam aktivitas, yaitu belajar dan keadaan, perubahan tersebut tidak
mengajar. disebabkan oleh proses pertumbuhan
Belajar mengajar dapat diartikan (kematangan) atau keadaan organisme
sebagai perubahan tingkah laku pada diri yang sementara (seperti kelelahan atau
individu berkat adanya interaksi antara karena pengaruh obat)”.
individu dengan individu dan individu H.C Witherington yang dikutip
dengan lingkungannya sehingga mereka oleh Uzer Usman dan Lilis Setiawati
lebih mampu berinteraksi dengan (1993:5) mengemukakan bahwa “Belajar
lingkungannya. adalah suatu perubahan di dalam
Menurut Burton: kepribadian yang menyatakan diri
“Learning is a change in the individual sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa
due to instruction of that individual and kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian
his environment, which fells a need and atau suatu pengertian.”
make him more capable of dealing Ketiga definisi belajar dari
adequately his environment” (Upaya beberapa pakar tersebut menunjukan
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, bahwa belajar adalah suatu proses
1993:4) perubahan tingkah laku atau kecakapan
Terdapat kata change yang dalam manusia. Perubahan tingkah laku itu
Bahasa Indonesia berarti perubahan bukan disebabkan oleh proses
memiliki makna bahwa seseorang yang pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau
telah mengalami proses belajar akan proses kematangan. Perubahan yang
mengalami perubahan tingkah laku, baik terjadi karena belajar dapat berupa
dalam aspek pengetahuan, perubahan-perubahan kebiasaan (habit),
keterampilannya, maupun dalam kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam
sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam ketiga aspek yakni pengetahuan

175
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

(kognitif), sikap (afektif), dan 1. Mengajar adalah menyampaikan


ketrampilan (psikomotor). Kegiatan pengetahuan kepada siswa didik atau
belajar merupakan kegiatan yang paling siswa di sekolah.
pokok dalam keseluruhan proses 2. Mengajar adalah mewariskan
pendidikan. Hal ini mengandung arti kebudayaan kepada generasi muda
bahwa berhasil tidaknya pencapaian melalui lembaga pendidikan sekolah.
tujuan pendidikan banyak bergantung 3. Mengajar adalah usaha
kepada bagaimana proses belajar yang mengorganisasi lingkungan sehingga
dialami oleh peserta didik atau siswa (M. menciptakan kondisi belajar bagi
Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 1993:5). siswa.
Aktivitas lainnya dalam proses 4. Mengajar atau mendidik adalah
pendidikan ialah mengajar. Menurut memberikan bimbingan belajar
Bruner yang dikutip oleh Uzer Usman kepada siswa.
dan Lilis Setiawati (1993:5) 5. Mengajar adalah kegiatan
mengemukakan bahwa “Mengajar adalah mempersiapkan siswa untuk menjadi
menyajikan ide, problem, atau warganegara yang baik sesuai
pengetahuan dalam bentuk yang dengan tuntutan masyarakat.
sederhana sehingga dapat dipahami oleh 6. Mengajar adalah proses membantu
setiap siswa.” siswa menghadapi kehidupan
Teknik untuk menyederhanakan masyarakat sehari-hari.
bahan yang disajikan tersebut menurut
Bruner adalah dengan cara enactive, Mengajar pada prinsipnya adalah
iconic, dan symbolic. Penyajian enactive membimbing siswa dalam kegiatan
adalah penyajian suatu bahan pelajaran belajar. Dapat pula dikatakan bahwa
dalam bentuk gerak atau dalam bentuk mengajar merupakan suatu usaha
psikomotor. Cara penyajian ini amat mengorganisasi lingkungan dalam
sederhana, konkret, bahkan dapat hubungannya dengan anak didik dan
dikatakan primitif. Cara penyajian ini bahan pengajaran sehingga menimbulkan
amat sederhana, konkret, bahkan dapat terjadinya proses belajar pada diri siswa.
dikatakan primitif. Penyajian iconic, Pengertian ini mengandung makna bahwa
melibatkan penggunaan grafik dalam pengajar dituntut untuk dapat berperan
penyajian suatu ide, objek, dan prinsip. sebagai organisator kegiatan belajar siswa
Cara penyajian ini lebih abstrak bila yang mampu memanfaatkan lingkungan,
dibandingkan dengan penyajian enactive. baik yang terdapat di dalam kelas
Sedang penyajian symbolic adalah maupun di luar kelas. Pengertian ini
dengan menggunakan bahasa dan sejalan dengan apa yang dikemukakan
penyajian hendaknya mengikuti oleh Burton bahwa “Teaching is the
perkembangan jiwa anak. Dengan guidance of learning activities”.
demikian, pengajar dapat memilih cara
penyajian mana yang akan diterapkan 3.1. Jenis Penelitian
dalam menyampaikan materi Peneliti menggunakan pendekatan
pelajarannya kepada siswanya, dengan kualitatif yang memiliki karakteristik data
memperhatikan tingkat perkembangan yang dinyatakan dalam keadaan
jiwa anak tersebut. sewajarnya atau sebagaimana adanya
Oemar Hamalik (2010:44) dalam (natural setting) tanpa merubahnya ke
bukunya Proses Belajar Mengajar dalam bentuk simbol-simbol atau
menuliskan setidaknya ada 6 kriteria atau bilangan (Nawawi, 1994:15). Objek
pengertian mengajar yaitu: penelitian kualitatif ini adalah seluruh
bidang atau aspek kehidupan manusia.

176
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Sehingga prosedur penelitian akan mewakili pemikiran mahasiswa Ilmu


menghasilkan data deskriptif berupa kata- Komunikasi Universitas Semarang.
kata tertulis dari orang-orang sebagai b. Data Sekunder
narasumber.
Dalam penelitian ini penulis Data sekunder merupakan data
menggunakan pendekatan kualitatif yang diperoleh dengan mengumpulkan
karena teknik ini sangat berguna dalam data-data berupa buku-buku ilmiah
mengeksplorasi persoalan komunikasi serta literatur-literatur yang relevan
pemasaran sebagaimana pendapat Broom dengan masalah yang dibahas dalam
& Dozier (Broom & Dozier, 1990: 25) penelitian ini.
mengenai penggunaan metode ini yaitu
bahwa sebagian besar teknik pengamatan
kualitatif mengumpulkan informasi yang 3.3. Sifat Penelitian
rinci dari beberapa studi kasus. Sifat penelitian ini adalah
Metode kualitatif juga deskriptif yang bertujuan
memungkinkan peneliti untuk mengenal menggambarkan secara tepat sifat-sifat
narasumbernya secara pribadi dan suatu individu, keadaan, gejala, atau
mengikuti bagaimana narasumbernya itu kegiatan-kegiatan tertentu (Patton Quinn
mengembangkan definisinya tentang Michael, 2006: 30). Penelitian deskriptif
fenomena dan dunia melalui data yang ditujukan untuk mengumpulkan
dimiliki seseorang, idealisme, informasi aktual secara terperinci yang
harapannya, dan lain-lain. Sehingga pada melukiskan gejala yang ada dan
akhirnya individu tersebut mampu mendefinisikan masalah atau memeriksa
mengimplementasi konsep-konsepnya kondisi dan praktek-praktek yang
dalam suatu organisasi tempatnya berada berlaku. Penelitian seperti ini biasanya
(Sanapiah, 1990: 28). dilakukan tanpa hipotesa yang telah
3.2. Sumber data dirumuskan secara ketat dan meskipun
Data merupakan keterangan- ada-tidak dilakukan uji statistik (Rachmat
keterangan yang diproleh dari suatu Jalaludin, 1985: 29). Dengan demikian
penelitian dan data tersebut nantinya akan penulisan penelitian ini berjalan
diperlukan untuk menganalisis menggambarkan atau mendeskripsikan
permasalahan maupun problema yang dan kemudian menganalisa pernyataan-
dihadapi. Untuk selanjutnya data tersebut pernyataan mengenai Faktor-Faktor yang
digunakan untuk mencari alternatif Mempengaruhi Efektivitas Penerimaan
pemecahan yang dirasa sesuai dan paling Pesan dalam kegiatan Belajar Mengajar
efektif. Dalam rangka pengumpulan data di Fakultas Teknologi dan Informasi dan
dan informasi maka menggunakan data Komunikasi.
sebagai berikut: 3.4. Strategi Penelitian
a. Data Primer Strategi penelitian ini adalah
Data Primer merupakan data utama penelitian studi kasus. Studi kasus (case
yang secara langsung diperoleh dari study) adalah penelitian tentang status
sumber data dari peneliti guna subjek penelitian yang berkenaan dengan
mencapai tujuan penelitian. Adapun suatu fase spesifik atau khas dari
dalam hal ini yang merupakan sumber keseluruhan personalitas. Studi kasus
data primer adalah mahasiswa Ilmu merupakan cara yang paling lazim
Komunikasi semester 1 hingga 6 yang digunakan dalam penelitian kualitatif.
menjabat sebagai ketua kelas di Kelemahan studi kasus terdapat
kelasnya yang dianggap dapat pada jumlah informan yang terlalu kecil
sehingga sulit dibuat inferensi kepada
177
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

populasi. Di samping itu studi kasus efektivitas penerimaan pesan dan


sangat dipengaruhi oleh pandangan kegiatan belajar mengajar Ilmu
subjektif dalam pemilihan kasus karena Komunikasi Universitas Semarang.
adanya sifat khas yang dapat saja terlalu 2. Wawancara Mendalam
dibesar-besarkan. Studi kasus dapat Peneliti melakukan wawancara
memberikan atau menghasilkan hipotesa- mendalam dan tidak terstruktur kepada
hipotesa untuk penelitian lanjutan. Dari narasumber. Daftar pertanyaan
segi edukatif maka studi kasus dapat digunakan sebagai panduan yang
digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dapat dikembangkan lagi dalam
dalam perumusan masalah, penggunaan wawancara. Meskipun demikian
statistik dalam menganalisa data serta diskusi selalu tertuju pada pokok-
cara-cara perumusan generalisasi dan pokok permasalahan. Sesuai dengan
kesimpulan (Nazir, Moh. PhD, 1988: 25). ciri-ciri pengumpulan data dalam
3.5. Subjek Kajian penelitian kualitatif yang berupa
Subjek kajian atau unit analisis kalimat atau kata-kata, maka data yang
yang ditentukan dalam penelitian ini diperoleh bukan bilangan atau angka-
adalah individual yang menjadi angka.
narasumber utama dalam kegiatan Belajar Dalam buku James E. Grunig & Todd
Mengajar di Fakultas Teknologi dan Hunt, Managing Public Relations
Informasi dan Komunikasi. Narasumber disebutkan bahwa penelitian kualitatif
utama merupakan beberapa mahasiswa dapat menggunakan dua jenis wawancara
Ilmu Komunikasi semester 1 hingga 6 yaitu:
yang menjabat sebagai ketua kelas di 1. Wawancara yang berlangsung tidak
kelasnya yang dianggap dapat mewakili resmi
pemikiran mahasiswa Ilmu Komunikasi Pada proses wawancara yang
Universitas Semarang. berlangsung tidak resmi, peneliti
membahas program yang sedang
3.6 Metode Pengumpulan Data dicari tahu tanpa ada dugaan apa yang
Teknik pengumpulan data yang akan terjadi berikutnya.
digunakan untuk memperoleh data yang 2. Wawancara yang berdasarkan panduan
memenuhi standar data yang ditetapkan Pada wawancara berdasarkan
dalam penelitian ini adalah dengan panduan, peneliti mencari efek tertentu
melakukan wawancara mendalam (in tanpa memberikan pertanyaan yang
depth interview) dan studi kepustakaan. terstruktur. Dengan pertanyaan yang
Catherine Marshall, Gretchen B. bersifat terbuka atau kuesioner,
Rossman dalam buku yang ditulis oleh peneliti memberikan pertanyaan yang
Sugiyono (2009: 63) menyatakan bahwa sama pada setiap responden contohnya
“the fundamental methods relied on by mengenai komunikasi, agama, ataupun
qualitative researchers for gathering perilaku, membuka jalan bagi para
information are, participation in the responden dalam berkomunikasi di
setting, direct observation, in-depth suatu organisasi, apa yang diyakini,
interviewing, document review. ataupun apa yang telah dilakukan oleh
Data penelitian ini diperoleh dengan cara si responden (Grunig James. E, 1984:
pengumpulan data sebagai berikut: 105).
1. Studi kepustakaan
3.7 Proses Analisis Data
Studi kepustakaan dilakukan untuk
mendapatkan gambaran umum secara Teknik pengumpulan data dalam
teoritis dan konseptual mengenai penelitian ini adalah wawancara
berbagai hal yang berkaitan dengan individual terhadap informan. Sementara

178
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

wawancara dilaksanakan dengan daftar kegiatan belajar mengajar di Jurusan Ilmu


pertanyaan terbuka yang telah Komunikasi Universitas Semarang.
dipersiapkan sebelumnya agar diskusi Jurusan Ilmu Komunikasi
terfokus pada konteks pembahasan Universitas Semarang memiliki
namun tidak menutup kemungkinan kurikulum yang mencakup ranah
pertanyaan tersebut dikembangkan asal penyiaran, public relations, jurnalistik,
tidak menyimpang dari permasalahan periklanan, dan ilmu sosial lainnya. Cara
yang dibahas. Dosen berkomunikasi disesuaikan dengan
tiap-tiap bidang yang diajar. Di ranah
4. Hasil Penelitian
periklanan maka Dosen akan membuat
Penelitian yang dilakukan suasana yang menyenangkan dan kreatif
merupakan upaya menjawab fenomena karena bidang iklan membutuhkan ide-
yang terjadi seperti bagaimana cara dosen ide segar yang kreatif yang hanya bisa
sebagai komunikator berkomunikasi muncul ketika seseorang dalam suasana
dengan mahasiswa ketika melakukan hati yang senang dan bahagia. Dosen
pengajaran, bagaimana mahasiswa berperan besar dalam menciptakan
penerimaan pesan yang diberikan dosen, suasana kelas yang demikian. Dalam tiap
faktor-faktor apa saja yang mata kuliah yang diberikan dosen
mempengaruhi hambatan dalam memberikan teori-teori serta konsep-
penyampaian materi dalam kegiatan konsep serta contoh atau
belajar mengajar, serta solusi yang dapat pengaplikasiannya kehidupan nyata.
dilakukan agar materi yang disampaikan Permasalahan muncul ketika
dapat terserap dengan baik dan benar. dalam proses belajar mengajar terdapat
Dalam kegiatan belajar mengajar proses komunikasi yang tidak efektif
terdapat proses komunikasi linier maupun sehingga kegiatan belajar mengajar yang
interaksional dimana baik pengajar dilakukan tidak menghasilkan feedback
(Dosen) maupun mahasiswa memiliki yang diharapkan. Pengajaran dilakukan
peran sebagai komunikator dan agar mahasiswa dapat memahami suatu
komunikan di waktu yang bersamaan. gejala sosial atau permasalahan sosial
Dosen sebagai tenaga pengajar dan tertentu namun temuan di lapangan
pendidik mengkomunikasikan materi bahwa mahasiswa tidak sepenuhnya
perkuliahan baik secara verbal maupun memahami apa yang dijelaskan oleh
non verbal. Secara verbal Dosen Dosen atau mengerjakan sesuai dengan
memberikan penjelasan materi dengan instruksi dari Dosen. Hal ini terbukti dari
memberikan ceramah di kelas, diskusi, hasil evaluasi seperti kuis, ujian tengah
serta tanya-jawab. Secara non verbal semester, maupun ujian akhir semester.
Dosen menggunakan slide atau alat bantu Sebagai pengajar tujuan utama dari
lainnya seperti internet dan komputer, kegiatan belajar mengajar adalah
dan alat peraga untuk memberikan mahasiswa memahami secara
pemahaman secara holistik yang dibantu keseluruhan materi yang diberikan dan
melalui media visual. Model komunikasi bersikap serta bertindak sesuai dengan
Laswell dimana komunikasi merupakan instruksi dan target pencapaian yang
ungkapan verbal yakni who (siapa), say sudah di rencanakan.
what (apa yang dikatakan), In Which Komunikasi dua arah tidak dapat
Channel (saluran Pembicara Pesan terjadi apabila tidak adanya koneksi
Pendengar komunikasi), To Whom antara pemberi dan penerima pesan.
(kepada siapa), With What Effect (unsur Tahap awal untuk terkoneksi antar
pengaruh) telah terangkum dalam individu adalah melalui perkenalan.
Setiap awal perkuliahan dosen akan

179
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

memperkenalkan dirinya ke hadapan sehingga tidak memahami makna kalimat


mahasiswa. Mahasiswa yang masuk ke secara holistik. Mahasiswa membutuhkan
perkuliahan rata-rata hanya mengetahui waktu yang cukup lama untuk memahami
nama panggilan dosennya namun tidak setiap perkataan dari dosen. Mahasiswa
banyak yang mengingat nama lengkap membutuhkan waktu untuk membaca
dosen dengan dalih lupa atau memang sendiri serta mengeksplorasi sendiri
bukanlah suatu kebutuhan mereka untuk materi yang diberikan agar mendapatkan
mengingat nama lengkap dosen. pemahaman yang holistik.
Manusia cenderung menerima Mahasiswa mengatakan bahwa
pesan yang diberikan apabila pemberi 80% dosen memiliki kemampuan
pesan adalah orang yang memiliki kuasa, berkomunikasi yang baik dalam arti jelas
berwenang, berkuasa, atau memiliki dalam menyampaikan materi serta
jabatan. Dosen memiliki kewenangan di interaktif. Namun ada juga dosen yang
kampus sebagai pengajar dimana dalam kemampuan berkomunikasinya kurang
peraturan Universitas, mahasiswa baik dalam arti tidak mampu
mendapatkan pengajaran dari para Dosen. menyampaikan isi pikirannya dalam
Dalam hal ini dosen memiliki kuasa atau kalimat yang tepat. Pemilihan diksi yang
jabatan dalam perkuliahan. Mahasiswa tepat dan lebih kekinian membuat
cenderung mendengarkan materi yang mahasiswa lebih mengerti apa yang
diberikan oleh dosen yang disenangi disampaikan dosen. Istilah teknispun
karena dosen tersebut memiliki akan sulit dicerna oleh mahasiswa karena
kemampuan dalam menghantarkan materi mereka belum memiliki banyak
dengan bahasa yang mudah dimengerti. pengetahuan serta adanya “gap” generasi
Mahasiswa mengetahui nama dosen yang yang menyebabkan perbedaan tren
mengajar mereka hanya terkadang lupa bahasa.
nama lengkap serta gelar akademis dosen. Mahasiswa juga menyatakan
Mahasiswa juga banyak yang tidak bahwa terkadang mereka sulit memahami
mengetahui profil dosen seperti latar keinginan dosen. Terkadang dosen
belakang akademis, pengalaman kerja, menampilkan emosi yang tidak dapat
serta keahlian dosennya masing-masing. dipahami penyebabnya dan terbawa
Ada dosen yang memberitahukan profil ketika mereka mengajar di kelas.
mereka ketika pertemuan pertama kuliah Mahasiswa melihat dosen sebagai sosok
ada yang tidak. Ketika dosen tidak yang mengetahui segala hal di dunia ini
memberikan keterangan lebih lanjut sehingga mahasiswa menuntut dosen
mengenai profilnya, maka mahasiswapun untuk dapat menjawab semua pertanyaan
tidak berusaha mencari tahu lebih lanjut mereka. Ada kalanya dosen tidak bisa
dengan alasan belum diperlukan atau menjawab pertanyaan mahasiswa dan
hanya malas mencari tahu. Mahasiswa mahasiswa menangkap ketidakmampuan
mengetahui kompetensi lain dari dosen tersebut sehingga mahasiswa tidak
apabila dosen tersebut datang dari merasa puas. Efek dari rasa
kalangan praktisi. ketidakpuasan tersebut adalah turunnya
Mahasiswa mulai mengerti kepercayaan mahasiswa terhadap dosen
karakter masing-masing dosen dengan sehingga mereka malas untuk bertanya
melihat kebiasaan yang dilakukan. Materi kembali. Untuk mata kuliah tertentu
sering sulit dicerna oleh mahasiswa mahasiswa banyak yang tidak memahami
karena mahasiswa tidak dapat memahami materi karena mereka merasa tidak
kalimat yang dilontarkan. Mahasiswa memahami jalan pemikiran dosennya
sering tidak mengerti istilah teknis dan yang terlalu kompleks. Mahasiswa sering
ilmiah yang membuat mereka bingung berbeda persepsi dengan apa yang

180
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 171-181
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

disampaikan oleh dosen karena DAFTAR PUSTAKA


pandangan mereka masih sangat subjektif
akan suatu isu. Alvonco, Johnson. 2014, Practical
Mahasiswa juga sulit menangkap Communication Skill, Jakarta:
pesan karena ruang kelas yang terlalu Elex Media Komputindo.
dingin atau terlalu panas atau terlalu Fiske, J., 2014. Pengantar Ilmu
sempit. Selain itu juga banyaknya Komunikasi. Jakarta: Rajawali.
mahasiswa di dalam kelas dapat membuat Littlejohn, Stephen W. 2008. Teori
bising sehingga materi sulit diterima Komunikasi, Jakarta: Salemba
karena noise atau gangguan yang tinggi. Humanika.
Selain itu fasulitas LCD di kelas sering Moleong, Lexy J.2014. Metode
mati sehingga media yang seharusnya Penelitian Kualitatif. Bandung:
bisa mempermudah pemahaman Remaja Rosdakrya
mahasiswa tidak dapat digunakan. Pawito, 2008. Penelitian Komunikasi
Kualitatif. Yogyakarya: LKiS.
Poppy, Ruliana. 2014. Komunikasi
5.1 Kesimpulan
Organisasi Teori dan Studi
Penelitian yang dilakukan berkenaan Kasus, Jakarta: Rajawali Pers.
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Sunarwinadi, Ilya.2015. Teori-Teori
efektivitas penerimaan pesan dalam Komunikasi Dalam Pengaruh
kegiatan belajar mengajar di jurusan Ilmu Psikologi, Jakarta: Indeks.
Komunikasi Universitas Semarang dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Bahwa faktor kecakapan dalam
berkomunikasi dosen sangat
mempengaruhi penerimaan pesan
mahasiswa.
2. Cara dan gaya berbicara serta diksi
atau pemilihan kata yang
disampaikan mempengaruhi
mahasiswa dalam menangkap pesan
yang disampaikan.
3. Ruang kelas yang terlalu dingin atau
terlalu panas juga dapat
mempengaruhi suasana belajar.
Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangsih bagi Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Semarang agar
dapat lebih baik lagi dalam melayani
mahasiswa.

181

Anda mungkin juga menyukai