Anda di halaman 1dari 4

ISSN: 2088-2351

KESEJAHTERAAN SOSIAL
Vol. IV, No. 08/II/P3DI/April/2012

Kebijakan Pendidikan Kedokteran


di Indonesia
Tri Rini Puji Lestari*)

Abstrak

Salah satu tujuan dari pendidikan kedokteran adalah untuk mencetak profesi dokter
yang berkualitas. Untuk itu diperlukan keseriusan pemerintah sebagai pemangku
kepentingan pendidikan untuk menciptakan sistem yang terbaik. Kenyataannya,
kondisi pendidikan kedokteran saat ini masih jauh dari harapan dan tantangan pasar
global. Jumlah peminat pendidikan kedokteran yang sangat tinggi terus meningkat,
sedangkan kapasitas sarana dan prasarana masih terbatas. Akibatnya kualitas lulusan
tidak sesuai dengan harapan. Untuk itu dituntut komitmen dari stakeholder terkait
pengaturan penyelenggaraan pendidikan kedokteran dalam bentuk undang-undang
untuk sama-sama mewujudkan pendidikan kedokteran yang berorientasi masa depan
dengan menitikberatkan pada mutu pendidikan yang mengacu pada standar global.

Pendahuluan pendidikan kedokteran dibiarkan berjalan


sendiri, terutama untuk pendidikan profesi
Pendidikan kedokteran (dokter dan dokter, pendidikan dokter spesialis, dan
dokter gigi) mempunyai peran yang sangat subspesialis. Hal ini dapat terlihat di
strategis dalam mencetak tenaga dokter antaranya dari belum adanya kebijakan
berkualitas. Dokter yang berkualitas akan yang mewajibkan pemerintah pusat
memberikan pelayanan kesehatan yang maupun daerah untuk memberikan subsidi
berkualitas pada masyarakat, dan tentunya pendanaan dan beasiswa. Akibatnya
dokter tersebut merupakan hasil didikan pendidikan kedokteran semakin mahal.
dari lembaga pendidikan kedokteran Selain itu, jumlah peminat peserta didik
yang berkualitas pula. Jika dilihat dari dalam pendidikan kedokteran cenderung
sejarahnya, pendidikan kedokteran terus meningkat, sementara kapasitas
yang dimulai sejak masa penjajahan tempat pendidikan terbatas, sehingga tidak
dalam berbentuk Nederlandsch Indische dapat ditampung secara optimal. Selain
Artsenschool (NIAS) dan School tot itu jumlah tenaga dosen juga semakin
Opleiding von Indische Artsen (STOVIA) berkurang, karena adanya kebijakan
sampai sekarang ini sudah berperan Pemerintah tidak menambah dosen
cukup banyak dalam pembangunan pegawai negeri baru (zero growth policy),
masyarakat Indonesia. Namun, setelah padahal cabang ilmu kedokteran semakin
diserahkan kepada Indonesia tampaknya terspesialisasi, sehingga telah membuat
*)
Peneliti Kebijakan dan Manajemen Kesehatan pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Setjen DPR RI, e-mail: tririni74@yahoo.com

-9-
rasio spesifik dosen dan mahasiswa menjadi Perizinan pendirian fakultas
timpang. kedokteran (FK) negeri selama ini
Pendidikan kedokteran adalah dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan
pendidikan yang diselenggarakan untuk Nasional (Kemendiknas). Konsil Kedokteran
menghasilkan sarjana kedokteran, dokter, Indonesi (KKI) membina dan menetapkan
dokter spesialis, dan dokter subspesialis standar pendidikan kedokteran, sedangkan
yang memiliki kompetensi memadukan akreditasi FK diberikan oleh BadanAkreditasi
pendekatan humanistik terhadap pasien, Nasional Perguruan Tinggi. Sementara
disertai dengan profesionalisme tinggi dan peran Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
pertimbangan etika. Kompetensi di atas hanya memberikan rekomendasi
diperlukan dalam melaksanakan pelayanan berdasarkan hasil survei. Saat ini terdapat
kesehatan tingkat primer, sekunder dan 69 pendidikan tinggi kedokteran dan baru
tersier. 53 yang terakreditasi. Adapun 16 fakultas
Permasalahan pendidikan kedokteran kedokteran lainnya belum terakreditasi.
di Indonesia tersebut perlu mendapat Namun, demikian, masih ditemukan FK
perhatian serius dari Pemerintah, swasta yang berdiri atas dasar hanya izin
pemangku kepentingan pendidikan. Hal dari Kemendiknas saja, padahal belum
ini juga sejalan dengan tantangan dalam memiliki fasilitas yang disyaratkan. Tidak
pendidikan kedokteran yang semakin adanya pengawasan yang komprehensif
besar termasuk kebijakan mengenai menyebabkan perijinan pendirian FK
Asean Free Trade Area (AFTA) dan World hanya dilihat dari sudut administrasi,
Trade Organization (WTO). Berdasarkan padahal pada pelaksanaannya peserta
latarbelakang tersebut maka berikut ini didik tidak mendapatkan fasilitas yang
akan di uraikan lebih lanjut bagaimana sesuai. Akibatnya, kualitas pembelajaran
kondisi pendidikan kedokteraan saat ini dan pun menurun. Hal ini menunjukkan tidak
bagaimana penyelenggaraan pendidikan adanya kejelasan kebijakan Pemerintah
kedokteran ke depan yang diharapkan. dalam pemberian izin pendirian FK.
Saat ini kurikulum pendidikan
kedokteran di Indonesia (meski belum
Pendidikan Kedokteran Saat semua fakultas kedokteran menerapkannya)
Ini menganut sistem pembelajaran berdasarkan
pendekatan/strategi SPICES (Student-
Di Indonesia, pendidikan kedokteran centered, Problem-based, Integrated,
dibuka di tingkat fakultas kedokteran Community-based, Elective/Early Clinical
universitas. Dalam 10 tahun terakhir, telah Exposure, Systematic). Sistem pendidikan
berdiri begitu banyak fakultas kedokteran tersebut dapat juga disebut kurikulum
negeri dan fakultas kedokteran swasta di berbasis kompetensi. Dengan sistem
Indonesia. Pendirian fakultas kedokteran kurikulum berbasis kompetensi tersebut
yang begitu pesat diasumsikan sebagai maka sistem pendidikan yang diterapkan
solusi minimnya tenaga dokter di tengah akan lebih terintegrasi. Kurikulum Berbasis
globalisasi dokter asing yang akan masuk Kompetensi yang merupakan Kurikulum
pada pasar kesehatan serta penyebaran Inti Pendidikan Dokter Indonesia 3 (KIPDI
tenaga dokter yang tidak merata. Namun, 3), meliputi: 1. Kurikulum Nasional
mendirikan sebuah fakultas kedokteran Berbasis Kompetensi dengan Pelayanan
merupakan investasi yang besar dan Kedokteran Keluarga; 2. Standar Pelayanan
membutuhkan sarana prasarana yang luar Minimal (SK Menkes No.1457/MOH/SK/
biasa, sehingga menjadi sebuah alasan X/2003) untuk mencapai Indonesia Sehat
pembenar besarnya biaya pendidikan 2010; dan 3. Standar Kompetensi Dokter
kedokteran. Akibatnya peserta didik Indonesia (SKDI).
pendidikan kedokteran secara perlahan Selain itu ada juga tujuh Area
berpihak pada kaum menengah atas, Kompetensi (Kompetensi Utama) dalam
sedangkan kaum menengah bawah hanya KIPDI 3, yaitu keterampilan komunikasi
dapat bermimpi. efektif; keterampilan klinik dasar;

- 10 -
keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu permasalahan penyelenggaraan pendidikan
biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan kedokteran yang kompleks dan menjawab
epidemiologi dalam praktek kedokteran tantangan global akan kebutuhan tenaga
keluarga; keterampilan pengelolaan dokter yang bermutu baik secara nasional
masalah kesehatan pada individu, keluarga, maupun internasional.
ataupun masyarakat dengan cara yang Pengaturan tentang pendidikan
komprehensif, holistik, bersinambung, kedokteran merupakan mata rantai utama
terkoordinir, dan bekerjasama dalam dalam pelayanan kesehatan dan saat
konteks Pelayanan Kesehatan Primer; ini RUU Pendidikan Kedokteran masih
memanfaatkan, menilai secara kritis dan dibahas di Komisi X DPR-RI. Diharapkan
mengelola informasi; mawas diri dan keberadaan RUU ini dapat dijadikan
pengembangan diri/belajar sepanjang pedoman dalam membenahi sistem
hayat; serta etika, moral dan profesionalisme pendidikan kedokteran Indonesia, sehingga
dalam praktik. peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Namun demikian, fasilitas praktek bagi seluruh masyarakat dapat tercapai.
dalam Pendidikan Kedokteran di beberapa Peran lembaga pendidikan kedokteran
FK (umumnya di luar pulau Jawa) masih selain sebagai penyelenggara pendidikan
belum banyak yang terbarukan, sehingga juga perlu dikembangkan sebagai pusat
mahasiswa kurang dapat mengikuti penelitian dan pengembangan ilmu
perkembangan teknologi kedokteran kedokteran pada khususnya dan ilmu
dengan baik. Contohnya FK Universitas kesehatan pada umumnya. Sehingga
Sumatera Utara yang masih menggunakan perkembangan penyelenggaraan
mikroskop tua (berusia sekitar 30 tahun) pendidikan kedokteran bisa sejalan dengan
dan juga pengunaan model (boneka/ perkebangan ilmu kedokteran atau ilmu
manekin) untuk praktik (sebagai pengganti kesehatan.
mayat). Hal ini sangat jauh dari inspirasi Perkembangan IPTEK harusnya
pendidikan kedokteran yang memiliki bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
keistimewaan, yaitu lulusannya akan mutu pendidikan kedokteran. Tidak kalah
melakukan pekerjaan yang berkaitan pentingnya dengan media pengajaran yang
dengan nyawa manusia. juga harus mengarah pada pemanfaatan
Berkaitan dengan standar pendidikan kemajuan teknologi yang ada. Staf pengajar
kedokteran, sekarang ini ada Peraturan harus sudah memanfaatkan teknologi
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang komputer dan multimedia. Misalnya,
Standar Pendidikan Nasional yang berbagai proses dalam tubuh akan lebih
mengatur dan mengizinkan fakultas jelas bila diterangkan melalui animasi serta
kedokteran mengembangkan kurikulum video-video yang sekarang banyak beredar
institusi tergantung kebutuhan, dalam arti dalam bentuk CD ROM atau lainnya.
jangkauan perkembangan untuk masyarakat Peserta didik merupakan anggota
global meskipun masih bertahap dan masyarakat yang berminat dan mempunyai
belum optimal dilakukan karena berbagai potensi untuk mengikuti pendidikan
keterbatasan baik sarana, fasilitas dan kedokteran. Dengan demikian setiap
kualitas tenaga dosen itu sendiri serta anggota masyarakat yang memenuhi
kemampuan dari pihak penyelenggara. persyaratan tersebut mempunyai hak
yang sama untuk mengikuti pendidikan
kedokteran, sehingga kebijakan penerimaan
Harapan ke Depan dan seleksi peserta didik dilakukan
dengan mempertimbangkan potensi dan
Untuk ke depan, pengaturan kemampuan spesifik yang dimiliki calon
pendidikan kedokteran secara khusus peserta didik disesuaikan dengan kapasitas
dalam bentuk undang-undang sangat fakultas kedokteran yang bersangkutan.
diperlukan. Karena keberadaan undang- Guna memenuhi kebutuhan dokter,
undang tentang pendidikan kedokteran maka pemerintah daerah perlu memberikan
ini akan membantu menyelesaikan subsidi atau beasiswa bagi peserta

- 11 -
didik yang berpotensi namun memiliki RUU tentang Perguruan Tinggi ditunda
keterbatasan dalam segi perekonomian. pengesahannya pada Masa Persidangan
Selain itu, dimungkinkan juga untuk III, Tahun Sidang 2011-2012 guna lebih
warga negara asing mengikuti pendidikan mencermati beberapa hal yang termuat
kedokteran di Indonesia namun dengan dalam RUU tersebut. Mengingat muatan
jumlah kuota yang terbatas. RUU Pendidikan Kedokteran juga masih
Untuk mewujudkan pendidikan menuai kontroversi dari beberapa pihak
kedokteran yang berorientasi masa depan, yang salah satunya dari Ikatan Dokter
pendidikan kedokteran kedepan juga Indonesia (IDI), maka kajian lebih mendalam
harus menjadikan informatika kedokteran dengan memperhatikan berbagai masukan
sebagai bagian dari kurikulumnya. stakeholder menjadi keharusan.
Untuk itu, dukungan dan dukungan
dari pemerintah dalam hal ini sangat
diperlukan. Kerjasama antar-stakeholder Rujukan:
terkait dalam penyelenggaraan pendidikan 1. Loedin, A. A., 2005, Sejarah Kedokteran
kedokteran berperan penting dalam di Bumi Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka
meningkatkan dan menjaga kualitas baik Utama Grafiti.
lembaga pendidikan kedokteran maupun 2. Konsil Kedokteran Indonesia, 2006,
lulusannya. Stakeholder dalam hal ini di Standar Pendidikan Profesi Dokter,
antaranya pemerintah, organisasi profesi, Jakarta.
ikatan rumah sakit, ikatan lembaga 3. Sekjen DPR RI, 2008, Laporan
pendidikan kedokteran, dan masyarakat Penelitian Dalam Rangka Penyusunan
luas. Draft Naskah Akademik di Medan,
Selain itu, mengingat pentingnya Surabaya, dan Bandung, Jakarta.
pengaturan penyelenggaraan pendidikan 4. DPR RI, 2011, Naskah Akademik RUU
kedokteran dalam bentuk undang-undang, Pendidikan Kedokteran, Jakarta.
maka pembahasan RUU Pendidikan 5. Rahman, Khalilul, 2011, Kurikulum
Kedokteran oleh Komisi X DPR RI masih Pendidikan Kedokteran, Bali: Fakultas
harus terus dilaksanakan meskipun Kedokteran Universitas Udayana.

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai