1. PENDAHULUAN
Selain itu, pada tahapan Evaluasi dan Optimasi Cadangan Batubara ini
diharapkan telah dapat dikuantifikasi jumlah batubara yang realistis dan
layak yang dapat diperoleh melalui penambangan dengan metoda &
sistem penambangan yang dipilih sesuai dengan model sumberdaya yang
telah diketahui.
High ash coal : batubara yang mengandung lebih dari 15% abu
dalam basis as-received.
High sulfur coal : batubara yang mengandung lebih dari 3% sulfur
dalam basis as-received.
Recoverable coal : batubara yang dapat/bisa diekstrak dari suatu
lapisan batubara pada saat penambangan. Term “Recoverable” ini
biasanya dikombinasikan dengan sumberdaya (resources) bukan
dengan cadangan (reserve).
Mineable coal : kapasitas (jumlah) cadangan batubara yang dapat
ditambang (tertambang) pada kondisi teknologi penambangan
sekarang, dengan telah mempertimbangkan faktor lingkungan,
hukum & perundang-undangan serta peraturan yang berlaku
(legalitas), serta kebijakan pemerintah yang diterapkan.
Langkah awal yang dilakukan untuk penentuan pit potensial ini adalah
membuat (mengkonstruksi) peta iso-overburden, yaitu dengan cara
melakukan overlay antara peta struktur roof (elevasi top) batubara
dengan peta topografi (Gambar 1). Nilai kontur pada peta iso-overburden
merupakan refleksi dari ketebalan overburden. Peta iso-overburden
secara umum (gamblang) dapat menggambarkan (merefleksikan) kondisi
sebaran batubara terhadap variasi topografi pada areal tertentu.
Elevasi topografi
50
Tebal OB 50
0
Elevasi top batubara 0
Adapun pola umum yang dapat diterapkan untuk penentuan pit potensial
adalah sebagai berikut :
a. Identifikasikan faktor-faktor pembatas, seperti :
Struktur geologi : jika pada model sumberdaya batubara
diidentifikasikan terdapat beberapa struktur geologi (seperti
patahan), maka dapat dipisahkan menjadi beberapa pit potensial.
Kondisi litologi : jika pada model sumberdaya batubara
diidentifikasikan adanya blok intrusi, maka blok intrusi tersebut
harus ditentukan batasnya untuk pembatas pit potensial.
Kondisi geografis : jika. pada peta topografi diketahui mengalir
suatu sungai yang besar dan secara teknis sungai tersebut tidak
dapat dipindahkan, maka dapat dipisahkan menjadi beberapa pit
potensial.
Kondisi geologi batubara : jika diidentifikasikan adanya ketebalan
batubara yang tidak memenuhi syarat seperti t < 0,5 m, maka
dengan memanfaatkan peta isopach ketebalan dapat digunakan
sebagai batas pit potensial.
Kondisi geoteknik : jika diketahui limit (batas) ketinggian lereng
maksimum, maka ini juga dapat merefleksikan batasan ketebalan
overburden maksimum.
Kondisi pembatas lain : misalnya adanya jalan, perkampungan,
atau areal lindung, maka dengan memplotkan lokasinya dapat
digunakan sebagai batas pit potensial.
Gambar 2a U
100
0 200 500 meter
NK-20
NK-19
NK-09 NK-02
NK-01
NK-18
PIT-2 NK-17
NK-12
NK-15
S. KAMPAR
NK-14
SK-05 S. KAMPAR
SK-11
PIT-3A
SK-07 SK-01 SK-12
SK-04
SK-09 SK-02
SK-10 SK-03
-B
m
Sea
Jalan Propinsi
PIT-3A KETERANGAN
SK-08 SK-06
-D
p
C
Cropline Seam
-Du
m-
am
Se
Sea
Seam
SK-06
SK-13 Titik Bor
-D
Se a m
Gambar 2b U
100
0 200 500 meter
NK-20
NK-19
NK-09 NK-02
NK-01
NK-18
PIT-2 NK-17
NK-12
NK-15
S. KAMPAR
NK-14
SK-05 S. KAMPAR
SK-11
SK-04
SK-09 SK-02
SK-10 SK-03
-B
am
Se
Jalan Propinsi
KETERANGAN
SK-08 SK-06
-D
p
C
Cropline Seam
-Du
m-
am
Se
Se a
S ea m
SK-06
SK-13 Titik Bor
-D
Seam
Faktor rank, kualitas, nilai kalori, dan harga jual menjadi sangat penting
dalam perumusan nilai Stripping Ratio. Batubara dengan harga jual yang
tinggi akan memberikan Nisbah Kupas yang lebih baik daripada batubara
dengan harga jual yang rendah.
Maka perbandingan nilai jual batubara terhadap total cost harus lebih
besar daripada 1 (revenue > total cost).
b. Faktor Losses
Yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan
geologi maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor losses
adalah :
Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi
ketebalan, parting, maupun pada saat pengkorelasian lapisan
batubara.
Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis
penambangan, seperti faktor alat, faktor safety, dll.
Geological Losses
Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5
- 10%.
Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan
batubara, yaitu dengan bantuan analisis statistik. Parameter
statistik yang dapat digunakan adalah : standard deviasi,
koefisien variasi, atau standard error.
N 2
n (xi - μ)
1
Rata-rata = x = xi ; Standard Deviasi = σ i 1
n i1 N
σ
Koef. variasi = x 100%
μ
Mining Losses
Secara umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining
losses sebesar 10%, sedangkan untuk tambang bawah tanah
digunakan mining losses sebesar 40-50% yaitu (metoda Long
Wall mempunyai Recovery 60-70%, metoda Room & Pillar
mempunyai Recovery 50-60%), untuk auger mining digunakan
mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40% sesuai
dengan spesifikasi perlatannya).
Untuk metoda Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga
digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan ditinggalkan,
yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor. Jika ketebalan lapisan
hanya 1 m, maka Mining Losses = 20%., sedangkan jika
ketebalan lapisan adalah 2 m maka Mining Losses = 10%., dan
jika ketebalan lapisan adalah 5 m maka Mining Losses = 4%.
1
g-
an
mp
na
Pe
-1 -2
ang ng
p p a
n am am
Pe Pe
n
Jarak antara
Penampang-1 & Penampang-2
Gambar 4a. Penampang untuk rumus mean area & kerucut terpancung.
(A1 A2 )
Rumus mean area : Volume xd
2
(A1 A2 A1.A 2 )
Rumus kerucut terpancung : Volume xd
3
dimana A1 dan A2 adalah luasan penampang 1 & 2, dan d adalah jarak
antar penampang.
a2
S2 b2
S1 b1
a1
(A1 4m A2 )
Rumus obelisk : Volume x d,
6
dimana M =
a1 + a2 b1 + b2
2 2
1
g- g-
2
g-
3
an an an
mp mp p
na na na
m
Pe Pe Pe
(A1 4A2 A3 )
Rumus prismoida : Volume x (d1 d2 )
6
250 250
200 200
150 150
100 100
50 50
0 0
150 150
S. Lawai
100 100
50 50
0 0
PUSTAKA