Anda di halaman 1dari 5

Plagiarisme Di Universitas Negeri Jakarta

Rektor UNJ Djaali dicopot sementara karena program doktoral yang bermasalah.
Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Djaali, diberhentikan sementara dari jabatannya
menyusul dugaan sejumlah penyelewenangan program akademik, termasuk kasus plagiarisme di
tingkat doktoral yang melibatkan lulusan berstatus pejabat negara.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Risetdikti) Muhammad Nasir awal
pekan ini menunjuk Intan Ahmad menjadi pelaksana harian tugas rektor UNJ.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan itu akan menjalankan tugas sampai UNJ
memiliki rektor permanen yang diangkat melalui pemilihan berstandar pemerintah.

 Plagiarisme di 'puluhan universitas' sudah mengarah ke 'jual-beli ijazah'


 Dugaan plagiarisme di UNJ: 'Pelaku ingin naik pangkat dan dipandang tinggi'
 ICW: Dugaan suap di pemilihan rektor karena hak kewenangan dana yang besar di PTN
 Praktek ijazah palsu perlu 'pengawasan ketat'

Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Ni'am, mengatakan Nasir akan menelisik


lebih lanjut berbagai dugaan kasus akademik yang dilakukan Djaali selama dua pekan ke depan.
Jika terbukti bersalah, Djaali akan diberhentikan secara permanen. Kepada BBC Indonesia,
Djaali enggan mengkonfirmasi pencopotan itu. "Saya tidak bisa bicara sekarang," ucapnya, Rabu
(27/09).
Kelompok dosen di UNJ berharap penindakan beragam penyimpangan akademik di
kampus mereka tak berhenti pada pemberhentian Djaali atau pemilihan rektor baru. Mereka
mendesak pencabutan gelar doktor yang diterima mahasiswa S3 berdisertasi plagiat. Merujuk
keterangan tim independen bentukan kementeriannya, setidaknya ditemukan tiga hingga lima
doktor lulusan UNJ yang diduga menjiplak karya ilmiah orang lain. "Terhadap mereka yang
terbukti plagiat, seharusnya law enforcement diterapkan, gelarnya dicabut," ujar Ubedilah
Badrun dari Aliansi Dosen UNJ Bersatu.

Menteri Muhammad Nasir akan memutuskan nasib Djaali sebagai rektor UNJ dalam dua
pekan ke depan. Ali Gufhron Mukti, ketua tim independen yang menyelidiki dugaan pelanggaran
akademik di UNJ, enggan memaparkan secara rinci temuan yang telah diserahkannya kepada
Nasir.
Merujuk pemberitaan berbagai media massa, tiga pejabat yang diduga meraih gelar
doktor dari UNJ dengan disertasi plagiat berasal dari Sulawesi Tenggara, yakni Nur Alam
(gubernur nonaktif), Sarifuddin Safaa (kepala Bappeda), dan Nur Endang Abbas (asisten I
sekretariat provinsi).
Nur Alam kini berstatus tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi atas dugaan
penyalahgunaan wewenang pemberian izin pertambangan nikel periode 2009-2014. Tiga pejabat
asal Sultra itu merupakan mahasiswa program doktor Ilmu Sumber Daya Manajemen Manusia
Pascasarjana UNJ, yang menurut Ali Ghufron, "tidak mengikuti standar nasional pendidikan
tinggi."
Ainun Ni'am menyebut pencabutan gelar doktor dapat dilakukan UNJ melalui
pemeriksaan internal. Pencabutan gelar seperti itu, kata dia, pernah terjadi pada beberapa kasus
serupa di universitas lain. "Pencabutan ijazah ada mekanisme internal universitas karena yang
menerbitkan gelar kan mereka," tutur Ainun.
Peraturan Menteri Pendidikan 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat
di Perguruan Tinggi mengatur tujuh sanksi untuk mahasiswa yang menjiplak karya ilmiah orang
lain.
Mereka yang telah lulus dari satu program studi dan terbukti plagiat diancam pembatalan ijazah.
Sementara sanksi lainnya diberlakukan untuk mahasiswa aktif, antara lain teguran, peringatan
tertulis, dan pemberhentian secara tidak hormat.

'Langgar dua aturan'

Pemberhentian sementara Djaali didasarkan atas dugaan pelanggarannya terhadap dua


Peraturan Menteri Risetdikti, yaitu yang bernomor 44/2015 tentang standar nasional pendidikan
tinggi. Satu peraturan lainnya bernomor 100/2016 yang mengatur pendirian, perubahan,
pembubaran perguruan tinggi negeri dan swasta.
Menurut Ainun Ni'am, Djaali mengeluarkan regulasi dan syarat kelulusan tanpa
melibatkan senat. Aturan itu dikeluarkan Djali dalam surat keputusan rektor 1278A, November
2016. "Regulasi yang dibuat Djaali melampaui kewenangannya. Regulasi akademik seharusnya
dibuat bersama senat, tapi ini tidak melibatkan senat. Regulasi itu menyebabkan semakin banyak
plagiarisme," ujar Ainun.
Djaali mengeluarkan regulasi yang dinilai ramah plagiarisme. Meski regulasi yang
diterbitkan Djaali 'cacat prosedur', ketua tim independen Ali Ghufron Mukti menyebut para
lulusan UNJ tak perlu khawatir kehilangan gelar akademik, "sepanjang mengikuti prosedur dan
kode etik yang benar."
Ali yang juga berstatus Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti berharap pemberhentian Djaali
dapat menimbulkan efek jera terhadap para pimpinan universitas di berbagai daerah. "Ini
memberi pembelajaran kepada para pengelola perguruan tinggi termasuk pengelola pascasarjana
untuk secara serius mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku," tuturnya.

'Menambah harga diri'

Fenomena pelanggaran aturan akademik di perguruan tinggi, menurut Sekjen


Kemenristekdikti Ainun Ni'am, didasari keinginan sejumlah kelompok masyarakat
meningkatkan status sosial melalui jalan pintas.
Gelar akademik, kata Ainun, sebenarnya tidak berdampak untuk meningkatkan karier
pegawai negeri. "Ini mungkin untuk semacam aspek sosial, citra sosial yang ingin mereka
peroleh dari gelar itu. Bagi masyarakat berpikiran dewasa, gelar itu tidak ada artinya," ujarnya.
Di samping kasus plagiarisme di UNJ, sebelumnya pernah terkuat kasus jual-beli ijazah palsu di
beberapa universitas dan sekolah tinggi, di Jakarta maupun kota-kota lain.
Pada 2015, Menteri Nasir pernah menyebut terdapat 187 pejabat negara strategis yang
memegang ijazah palsu dari Universitas Berkley Michigan Amerika. Perguruan tinggi tak berizin
itu berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat.

Link sumber : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41416802

Nama : arfin yogatama


Nim : 18506134001
Kelas : B 2018
Prodi : Teknik Elektro D3

Anda mungkin juga menyukai