BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2500
gram desiebut dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR
dikelompokkan sebagai berikut :
2.1.2.1 Bayi berat lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.
2.1.2.2 Bayi berat lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
2.1.2.3 Bayi berat lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
1501-2500 gram Saifuddin AB (2009).
6
7
2.1.2.4 Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan
dismaturitas.
1) Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat
badan terletak antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90 pada intrauterine
growth curve Lubchenko, disebut juga neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematic pada derajat
prematuritas, maka Usher (2011) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga
kelompok, yaitu :
(1) Bayi sangat premature (extremely premature): 24-30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup, terutama
di Negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi
28-30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat
intensif (perawat yang sangat terlatih dan menggunakan alat-alat yang
lengkap) agar dicapai hasil yang optimal.
(2) Bayi dengan derajat premature sedang (moderately premature): 31-36
minggu. Pada golongan ini, kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari
pada golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari
juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
(3) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini memiliki sifat-
sifat premature dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola
seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic seperti yang dialami
bayi premature, akan tetapi sering timbul problematic seperti yang dialami
bayi premature, misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia,
daya hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi
dengan seksama.
2) Dismaturitas
Yaitu suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan, atau bayi yang lahir dengan berat
badan tidak sesuai dengan masa kehamilan (Amru, 2011).
8
2.1.3 Penyebab
Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ada beberapa penyebab dari bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu :
2.1.3.1 Faktor Ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) :
1) Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklamsia)
Pre-eklampsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias:
hipertensi,proteinuria dan edema yang kadang-kadang di sertai konvulsi
sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan-
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya. Hipertensi adalah kelainan
yang tidak diketahui etiologinya yang terjadi dalam kehamilan,
dimanifestasikan dengan hipertensi, (tekanan sistolik 90 mmHg dan atau
tekanan diastolic 150 mmHg di atas nilai dasar) edem dan proteinuria
(preeklamsia) yang dapat berlanjut pada kejang/koma (eklamsia).
Klasifikasi toksemia gravidarum Ringan TD:130/90 mmHg, Sedang TD:
140/90 mmHg, dan Berat TD: ≥160/90 mmHg (Rencana Perawatan
Material Bayi, 2009).
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
(1) Hipertensi antara lain penyakit hipertensi yang di sebabkan oleh faktor
herediter, faktor emosi (stress), dan lingkungan (pola hidup).
(2) Penyakit ginjal antara lain penyakit ginjal dan gejala hipertensi pada
wanita hamil adalah Glumerulonepritis akut dan kronik serta
pielonefritus akut dan kronis.
(3) Gejala hipertensi pada ibu hamil yaitu sakit kepala, mudah lelah,
mual, muntah, sesak nafas, gelisah, perdarahan dari hidung, wajah
kemerahan, pandangan menjadi kabur sebab karena ada kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal.
9
lahir dengan berat badan yang lebih kecil atau mati dalam kandungan,
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat terjadi akibat ketuban pecah
dini yaitu keluarnya cairan jernih dari vagina pada kehamilan lebih
dari 20 minggu sebelum proses persalinan berlangsung.
Hal ini dapat mempengaruhi keadaan janin. Bila usia kehamilan belum
cukup bulan, namun ketuban sudah pecah sebelum waktu maka hal
tersebut dapat mengakibatkan kelahiran premature sehingga bayi yang
dilahirkan beresiko untuk Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2.1.3.3 Faktor lain
Selain faktor ibu dan janin terdapat faktor lain: faktor plasenta
(missal:plasenta previa,solusio plasenta), faktor ligkungan (missal: radiasi
atau zat-zat beracun) pendidikan, keadaan social ekonomi yang rendah,
kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan dan merokok serta faktor
pengetahuan yang kurang.
1) Malnutrisi atau status gizi ibu hamil
Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan penggunaan satu
nutrien atau lebih yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Status gizi
seseorang pada hakekat nya merupakan hasil keseimbangan antara
kosumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari orang tersebut. Pada
akhir kehamilan kenaikan berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang
kurus. Sementara untuk ibu yang memiliki berat ideal cukup 10-12 kg
sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg.
Bila status gizi ibu normal pada masa kehamilan maka kemungkinan
besar akan melahirkan bayi sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Dengan kata lain bayi yang dilahirkan sangat tergantng pada
gizi ibu selama hamil. Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yang
bertugas mengangkat oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Untuk
level normalnya untuk wanita sekitar 12-16 g per 100 ml sedangkan
untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml. Pengukuran Hb pada saat
kehamilan biasanya menunjukan perbedaan pada Hb.
Menurut Garika, R. (2012) Indeks massa tubuh adalah metric standar
yang di gunakan untuk menentukan siapa saja yang masuk dalam
15
golongan berat badan sehat dan tidak sehat. Indeks massa tubuh alias
BMI (Body Mass Index) membandingkan berat badan anda dan tinggi
badan anda, di hitung dengan membagi berat badan dalam kilogram
dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Berat Badan(Kg)
Rumus IMT= =¿
( Tinggi Badan(m)) 2
Nilai IMT sebagai berikut:
(1) Berat badan kurang : < 18,5 kg
(2) Berat badan normal : 18,5 – 24,9 kg
(3) Cenderung obesitas : 25 – 29,9 kg
(4) Obesitas : ≥ 30 kg
2) Pendidikan ibu
Pendidikan merupakan faktor yang mendasar pengambilan keputusan.
Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan menggambarkan
pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan
semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan
selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan
janinnya.
Pendidikan adalah suatu kegiatan proses pelajaran untuk
menggembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,2010).
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran untuk agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya dan
masyarakat (Notoatmodjo,2010).
Latar belakang seorang ibu sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan ibu semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin mudah
ibu untuk mendapatkan informasi. Pendidikan banyak menentukan
sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah misalnya
kesediaan menjadi peserta keluarga , termasuk pengaturan makan bagi
16
ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peran yang cukup penting
dalam kesehatan dan pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh
kenyataan berikut, anak-anak dan ibu mempunyai latar belakang.
Pendidikan lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta
tumbuh kembang yang baik (Notoatmodjo,2010).
3) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, (2012).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari
subjek penelitian atau responden. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase
dengan rumus. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sp
N= = × 100%
Sm
Keterangan:
N : Nilai pengetahuan
Sp : Skor yang didapat
Sm: Skor tertinggi maksimal
Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori menurut Notoadmodjo (2012:
138), yaitu:
(1) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% -100%
dari seluruh petanyaan.
(2) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% -75%
dari seluruh pertanyaan.
(3) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 56% dari
seluruh pertanyaan.
17
2.1.4.13 Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
2.1.4.14 Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tangisnnya lemah
2.1.4.15 Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
2.1.4.16 Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Pantiawati, 2010).
kulit dan selaput lender membrane tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup
bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
2.1.6 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram (Nursalam,
2009).
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas
dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebihbesar.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
22
2.1.6.1 Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2.1.6.2 Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
2.1.6.3 Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai
kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau
buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim
yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34
minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila
terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
23
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi BBLR yang dapat terjadi sebagai berikut.
2.1.7.1 Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36◦ sampai dengan 37◦C. Segera setelah lahir, bayi dihadapkan pada
suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi
pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermia dapat terjadi
karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas yang sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum
cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf
pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relative lebih besar dibanding dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Pantiawati, 2010). Tanda klinis
hipotermia :
1) Suhu tubuh di bawah normal
2) Kulit dingin
3) Akral dingin
4) Sianosis
2.1.7.2 Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan
sumber utama energy selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin
tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dari
janin, menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
24
sedangkan bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan
cadangan glikogen yang belum mencukupi (Pantiawati, 2010). Hipoglikemia bila
kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.Tanda klinis
hipoglikemia :
1) Gemetar atau tremor
2) Sianosis
3) Apatis
4) Kejang
5) Apnea intermitten
6) Tangisan lemah atau melengking
7) Kelumpuhan atau letargi
8) Kesulitan minum
9) Terdapat gerakan putar mata
10) Keringat dingin
11) Hipotermia
12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-
sama)
2.1.7.3 Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated
intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal
epidermal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan
terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda klinis perdarahan
intracranial :
1) Kegagalan umum untuk bergerak normal
2) Refleks Moro menurun atau tidak ada
3) Tonus otot menurun
4) Letargi
5) Pucat dan sianosis
6) Apnea
7) Kegagalan menetek dengan baik
8) Muntah yang kuat
9) Tangisan bernada tinggi dan tajam
25
10) Kejang
11) Kelumpuhan
12) Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan menifestasi klinik
satupun (Pantiawati, 2010).
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1 Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2.1.8.2 Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat
2.1.8.3 Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan/bungkus
BBLR dengan kain hangat
2.1.8.4 Ditempatkan di incubator (tempat tidur khusus dengan pengontrol suhu)
2.1.8.5 Kepala bayi ditutup topi
2.1.8.6 Berikan oksigen
2.1.8.7 Tali pusat dalam keadaan bersih
2.1.8.8 Tetesi ASI bila dapat menelan, bila tidak dapat menelan langsung rujuk ke
rumah sakit
2.1.8.9 Beri munim dengan sonde/ tetesi ASI
2.1.8.10 Bila tidak mungkin, infuse Dekstrose 10% + Bicarbonat Natrium 1,5% =
4:1. Hari pertama 60 cc/kg/hari, hari kedua 70cckg/hari
2.1.8.11 Terapi Antibiotika
2.1.8.12 Bila tidak dapat menghisap puting susu tidak dapat menelan
langsung/sesakbiru/tanda-tanda hipotermia berat, terangkan
kemungkinan akan meninggal (Saifuddin, dkk, 2009).
Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan
Populasi adalah keseluruhan Pada penelitian ini sampel diambil 1. BBLR Dalam penelitian ini sampling
subjek penelitian (Arikunto, 2010) untuk melihat faktor-faktor yang Dari 68 responden yang yang digunakan adalah Penelitian
sebanyak 93 BBLR. Sampel menyebabkan kejadian BBLR termasuk BBLR (1500-2500 ini merupakan penelitian survey
pada penelitian ini menggunakan berdasarkan berat lahir dari faktor ibu gram) sebanyak 59 bayi (86,8%) analitik yaitu suatu penelitian yang
rumuss lovin dengan jumlah sehingga dapat dilakukan tindak dan terdapat 9 bayi (13,2%) yang menyangkut bagaimana factor
sampel minimal adalah 25 lanjut guna meminimalkan terjadinya termasuk dalam kategori tidak resiko dipelajari dengan
BBLR. Sampel diambil dari 3 BBLR. BBLR (BBLER dan pendekatan retrospective. Dengan
puskesmas perkotaan di BBLSR yaitu BB <1500 gram). kata lain efek diidentifikasikan
Banjarnegara yang memiliki pada saat ini, kemudian faktor
jumlah 2. Paritas resiko diidentifikasikan ada atau
BBLR terbanyak, dengan kriteria Dari 68 responden yang terjadinya pada waktu yang lalu
inklusi (ibu bersalin dengan bayi termasuk dalam paritas resiko (Notoatmojo, 2010).
tunggal) sedangkan rendah (multipara yaitu
kriteria eksklusi (ibu bersalin maksimal melahirkan 2 kali) ada
dengan lahir mati dan ibu bersalin 65 orang (95,6%) dan masih ada
dengan data yang tidak yaitu 3 orang
lengkap). (4,4%) termasuk dalam paritas
resiko tinggi (melahirkan lebih
dari 4 kali).
21
25
4. Jarak kehamilan
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 58 orang (85,3%)
masuk dalam kategori resiko
rendah (jarak kehamilan >2
tahun atau belum pernah
melahirkan) dan masih ada 10
orang (14,7%) termasuk dalam
kategori resiko tinggi ((jarak
kehamilan <2 tahun).
5. Umur kehamilan
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 53 bayi (77,9%)
dilahirkan saat usia
kehamilanya termasuk resiko
rendah (>37 minggu) dan
sebagian kecil yaitu 15 bayi
(22,1%) dilahirkan saat usia
kehamilanya termasuk resiko
tinggi (<37 minggu).
6. Anemia
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 48 bayi (70,6%)
dilahirkan dari ibu yang
mengalami anemia (Hb <11gr)
dan ada 20 bayi (29,4%)
dilahirkan dari ibu yang tidak 28
26
7. Status gizi
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 48 bayi (70,6%)
dilahirkan dari ibu yang tidak
mengalami KEK (LILA <23,5
cm) dan ada 20 bayi (29,4%)
dilahirkan dari ibu yang
mengalami KEK (LILA >23,5
cm)
8. Penyakit kronis
Dari 68 responden, hanya ada 1
bayi (1,5%) yang dilahirkan dari
ibu yang mengalami
Pre klamsia.
9. Gemeli
Dari 68 responden, terdapat 2
bayi (3%) yang kembar
29
27
32
31
Variabel Independen
Faktor Internal:
1. Umur Ibu
2. Malnutrisi/status gizi
3. Jarak kelahiran Variabel Dependen
4. Paritas Kejadian Berat Badan
5. Riwayat Kelahiran Prematur Lahir Rendah (BBLR)
Sebelumnya
6. Tingkat pengetahuan
Faktor Eksternal:
7. Pendidikan
8. Status Sosial ekonomi
9. Perdarahan Antevartum
10. Toksemia Gravidarum
11. Anemia sel sabit
12. Kelainan bentuk uterus
13. Tumor
14. Ibu yang menderita penyakit: TBC,
Hipertensi
Keterangan :
= Di teliti
= Berpengaruh
= Tidak di teliti
Bagan 2.1 : Kerangka Konsep Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
32
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian. Setiap
hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari suatu permesalahan (Nursalam,
2011).
Hipotesis nol (HO) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik
dan interprestasi hasil statistik. Sedangkan hipotesis alternative (H1) adalah hipotesis
penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan
perbedaan antara dua atau lebih variabel (Nursalam, 2011).
Hipotesis penelitian adalah suatu peryataan hubungan antara dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam penelitian (Nursalam,
2011). Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu:
2.4.1 Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
2.4.2 Hipotesis alternatif (Hₐ/H¹) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih
variabel (Nursalam, 2011).
Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk
memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Ketentuan uji statistik yang
berlaku adalah sebagai berikut :
1) Bila nilai P ≤ 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak, H1 diterima artinya
ada pengaruh antara variabel independen dan dependen.
2) Bila nilai P > 0,05, maka keputusannya adalah Ho diterima, H1 di tolak artinya
tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu:
HO : Tidak adanya pengaruh antara faktor umur, jarak persalinan, paritas, riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, malnutrisi, tingkat pengetahuan, pendidikan,
dan status sosial ekonomi ibu yang melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah
33
(BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
H1 : Adanya pengaruh antara faktor umur ibu yang melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H2 : Adanya pengaruh antara faktor jarak persalinan yang melahirkan bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H3 : Adanya pengaruh antara faktor paritas yang melahirkan bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
H4 : Adanya pengaruh antara faktor riwayat kelahiran prematur sebelumnya yang
melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang
Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
H5 : Adanya pengaruh antara faktor malnutrisi yang melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H6 : Adanya pengaruh antara faktor tingkat pengetahuan ibu yang melahirkan bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
H7 : Adanya pengaruh antara faktor pendidikan yang melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H8 : Adanya pengaruh antara faktor status sosial ekonomi yang melahirkan bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.