Anda di halaman 1dari 29

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar BBLR


2.1.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan
mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR dapat disebabkan oleh
kelahiran premature atau retardasi pertumbuhan intrauteri. Kelahiran prematur
adalah kelahiran bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu. Retardasi
pertumbuhan intrauterine (yang kadang-kadang disebut “small for dates”)
didiagnosis kalau berat lahir bayi dibawah persentil 10 sampai untuk usia
gestasional kehamilannya (Farrer, 2009).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di Desa berat lahir
masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama
(Depkes RI, 2009).
Triana, dkk (2015) menyatakan bahwa BBLR adalah bayi lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan, yang ditimbang 1 jam
setelah lahir atau 24 jam pertama untuk keperluan lain.

2.1.2 Klasifikasi
Semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2500
gram desiebut dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR
dikelompokkan sebagai berikut :
2.1.2.1 Bayi berat lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.
2.1.2.2 Bayi berat lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
2.1.2.3 Bayi berat lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
1501-2500 gram Saifuddin AB (2009).

6
7

2.1.2.4 Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan
dismaturitas.
1) Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat
badan terletak antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90 pada intrauterine
growth curve Lubchenko, disebut juga neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematic pada derajat
prematuritas, maka Usher (2011) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga
kelompok, yaitu :
(1) Bayi sangat premature (extremely premature): 24-30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup, terutama
di Negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi
28-30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat
intensif (perawat yang sangat terlatih dan menggunakan alat-alat yang
lengkap) agar dicapai hasil yang optimal.
(2) Bayi dengan derajat premature sedang (moderately premature): 31-36
minggu. Pada golongan ini, kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari
pada golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari
juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
(3) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini memiliki sifat-
sifat premature dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola
seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic seperti yang dialami
bayi premature, akan tetapi sering timbul problematic seperti yang dialami
bayi premature, misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia,
daya hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi
dengan seksama.
2) Dismaturitas
Yaitu suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan, atau bayi yang lahir dengan berat
badan tidak sesuai dengan masa kehamilan (Amru, 2011).
8

2.1.3 Penyebab
Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ada beberapa penyebab dari bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu :
2.1.3.1 Faktor Ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) :
1) Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklamsia)
Pre-eklampsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias:
hipertensi,proteinuria dan edema yang kadang-kadang di sertai konvulsi
sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan-
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya. Hipertensi adalah kelainan
yang tidak diketahui etiologinya yang terjadi dalam kehamilan,
dimanifestasikan dengan hipertensi, (tekanan sistolik 90 mmHg dan atau
tekanan diastolic 150 mmHg di atas nilai dasar) edem dan proteinuria
(preeklamsia) yang dapat berlanjut pada kejang/koma (eklamsia).
Klasifikasi toksemia gravidarum Ringan TD:130/90 mmHg, Sedang TD:
140/90 mmHg, dan Berat TD: ≥160/90 mmHg (Rencana Perawatan
Material Bayi, 2009).
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
(1) Hipertensi antara lain penyakit hipertensi yang di sebabkan oleh faktor
herediter, faktor emosi (stress), dan lingkungan (pola hidup).
(2) Penyakit ginjal antara lain penyakit ginjal dan gejala hipertensi pada
wanita hamil adalah Glumerulonepritis akut dan kronik serta
pielonefritus akut dan kronis.
(3) Gejala hipertensi pada ibu hamil yaitu sakit kepala, mudah lelah,
mual, muntah, sesak nafas, gelisah, perdarahan dari hidung, wajah
kemerahan, pandangan menjadi kabur sebab karena ada kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal.
9

2) Riwayat kehamilan premature sebelumnya


Premature adalah bayi yang di lahirkan sebelum lengkap 37 minggu
(Ridwanamiruddin, 2007). Dapat di simpulkan bahwa premature adalah
bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
untuk masa kehamilan yang di sebut juga neonates kurang bulan sesuai
masa kehamilan.
3) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah
kehamilan 20 minggu. Perdarahan pada kehamilan selalu di anggap
sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda di
sebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua di sebut
perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehailan muda dan kehamilan
tua ialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), mengingat
kehidupan janin di luar uterus. Perdarahan yang bersumber pada kelainan
plasenta, yang secara klinis yang biasanya tidak terlalu sukar untuk
menentukannya, yaitu antara plasenta previa, dan solusio plasenta
(abrupsio plasentae), sehingga pembagian perdarahan antepartum di bagi
menjadi 4, yaitu plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa dan
perdarahan yang belum di tekatahui penyebabnya. Klasifikasi perdarahan
antepartum menurut tingkat gejala klinisnya yaitu:
(1) Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada
tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%
(2) Sedang : Perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3
bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%
(3) Berat : uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi 2/3 bagian atau keseluruhan.
4) Kelainan bentuk uterus (misalnya: uterus bikurnis, inkompeten seviks)
5) Tumor (misalnya: mioma uteri, eistoma)
6) Ibu yang menderita penyakit antara lain: akut dengan gejala panas tinggi
(misalnya: tifus abdominalis dan malaria), kronis (misalnya: TBC,
10

penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal yaitu glomerulonephritis


akut).
7) Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh.
8) Kebiasaan ibu (ketergantungan pada obat narkotik, rokok, dan alcohol).
9) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Jurnal penelitian Merzalia, Nita (2012) beberapa faktor yang
mempengaruhi kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu:
(1) Umur ibu
Umur atau usia adalah satuan yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal,
manusia di kata kana lima belas tahun di ukur sejak dia lahir hingga
sekarang di hitung. Dalam reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang
beresiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20
tahun atau di atas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur <20 tahun,
rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.
Akibatnya di ragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.
Kemungkinan bahaya yang mungkin dapat terjadi yaitu bayi lahir belum
cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir.
Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan
alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Penyakit yang
ditimbulkan pada pada kehamilan ibu kurang dari 20 tahun, lebih tinggi di
bandingkan kuva waktu reproduksi sehat antara 20-35 tahun, kemudian ini
di sebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga
kerugian kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin
sehingga itu akan semakin menyulitkan bila di tambah dengan
tekanan/stress. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun karena
menurunnya kesuburan alat reproduksi dan dapat menyebabkan penyakit
system kardiovaskuler, sehingga menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah
(Merzalia, Nita 2012).
Pengaruh umur terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
yaitu kehamilan pada usia muda merupakan faktor resiko hal yang di
11

sebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat


merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin
yang memudahkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
sedangkan pada umur 35 tahun meskipun mereka telah berpengalaman,
tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga
dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebakan kelahiran
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dimana angka tertinggi kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah pada wanita yang berusia di bawah
20 tahun dan lebih dari 35 tahun, angka kejadian terendah pada usia 20-35
tahun (Merzalia, Nita 2012).
(2) Jarak persalinan
Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dan sampai 3 tahun
untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan
berikutnya (Merzalia, Nita 2012).
(3) Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami ibu hamil sebelum
persalinan atau kehamilan sekarang. Pada umumnya Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) meningkat sesuai dengan peningkatannya paritas ibu.
Paritas yang beresiko melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah paritas nol yaitu bulan ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari
4. Hal ini dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya karena kondisi
Rahim ibu belum pulih jika untuk hamil kembali. Resiko untuk Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih tinggi pada paritas 0 kemudian
menurun pada paritas 1, 2, 3 selanjutnya kembali meningkat pada paritas 4
(Merzalia, Nita 2012).
Kemudian grade muktigravida (paritas tinggi) menyebabkan kemunduran
gaya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali direnggangkan
kehamilan. Sehingga cenderung untuk timbul kelainan letak ataupun
kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Hal ini dapat mempengaruhi
suplai gizi dari ibu ke janin dan semakin tinggi paritas maka resiko
melahirkan BBLR semakin tinggi (Astuti, 2010).
12

Paritas rendah minimal 3 anak berarti ibu sudah menerapkan keluarga


kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu program pembangunan
kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Paritas
yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan
baik ibu dan bayi yang di lahirkan, salah satu dampak kesehatan yang
mungkin timbul paritas tinggi adalah gangguan pertumbuhan janin
sehinggga melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah
lemah di karenakan oleh alat-alat reproduksi yang sudah mulai menurun
sehingga sel-sel otot mulai melemah dan bagian tubuh lain nya sudah
menurun sehingga dapat menyebabkan peningkatan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Hasil uji statistik menunjukan bahwa paritas
merupakan faktor resiko tinggi penyebab Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), dimana ibu dengan paritas >3 anak akan beresiko 2 kali
melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Paritas atau jumlah
kelahiran merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu serta
bayi yang di kandung selama kehamilan dan persalinan.komplikasi yang
sering terjadi adalah gangguan pada plasenta, yaitu abruption plasenta
(plasenta tidak seluruhnya melekat pada dinding uterus), plasenta letak
rendah dan solution plasenta. Komplikasi ini mempunyai dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin, yang selanjutnya akan
menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (Merzalia, Nita 2012).
Pengaruh paritas pada kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu
ibu dengan paritas 1 dan ≥4 beresiko melahirkan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), pada primipara terkait dengan belum siapnya fungsi
organ dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin,
keterampilan ibu untuk melakukan perawatan diri dan bayinya serta faktor
psikologis ibu yang masih belum stabil, sedangkan ibu yang pernah
melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi
akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi
pembuluh darah. Kehamilan berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan
pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke
13

janin pada kehamilan selanjut nya sehingga dapat menyebabkan gangguan


pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (Merzalia, Nita 2012).
10) Bekerja yang terlalu berat
2.1.3.2 faktor janin
beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian premature antara lain:
kehamilan ganda, hidramonion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misalnya: rubella, sifilis, toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus,
golongan darah A, B dan O) infeksi dalam rahim.
1) Hidramnion/polihidramnion
Yaitu keadaan dimana kebanyakan air ketuban melebihi 2000 cc, pada
keadaan abnormal banyaknya air ketuban dapat mencapai 1000 cc
untuk kemudian menurun lagi setelah minggu ke 38 sehingga hanya
tinggal beberapa ratus cc saja. Hidramnion dianggap sebagai
kehamilan resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak,
pada hidromnion menyebabkan uterus renggang sehingga dapat
menyebabkan partus premature. Kondisi ini biasanya terjadi pada
kehamilan ganda.
2) Kehamilan ganda/kembar
Ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Berat badan janin
pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin pada kehamilan
tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi yang
umumnya baru lahir pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram.
Frekuensi hidromniosn kira-kira sepuluh kali lebih besar dari pada
kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar
cenderung untuk terjadinya partus premature.
3) Cacat bawaan
Keadaan lain yang mungkin terjadi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
yaitu cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindroma down,turner)
serta cacat bawaan karena infeksi intraunterine (menyebabkan
gangguan pada bayi dalam bentuk fetal dismaturity) sehingga janin
14

lahir dengan berat badan yang lebih kecil atau mati dalam kandungan,
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat terjadi akibat ketuban pecah
dini yaitu keluarnya cairan jernih dari vagina pada kehamilan lebih
dari 20 minggu sebelum proses persalinan berlangsung.
Hal ini dapat mempengaruhi keadaan janin. Bila usia kehamilan belum
cukup bulan, namun ketuban sudah pecah sebelum waktu maka hal
tersebut dapat mengakibatkan kelahiran premature sehingga bayi yang
dilahirkan beresiko untuk Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2.1.3.3 Faktor lain
Selain faktor ibu dan janin terdapat faktor lain: faktor plasenta
(missal:plasenta previa,solusio plasenta), faktor ligkungan (missal: radiasi
atau zat-zat beracun) pendidikan, keadaan social ekonomi yang rendah,
kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan dan merokok serta faktor
pengetahuan yang kurang.
1) Malnutrisi atau status gizi ibu hamil
Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan penggunaan satu
nutrien atau lebih yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Status gizi
seseorang pada hakekat nya merupakan hasil keseimbangan antara
kosumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari orang tersebut. Pada
akhir kehamilan kenaikan berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang
kurus. Sementara untuk ibu yang memiliki berat ideal cukup 10-12 kg
sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg.
Bila status gizi ibu normal pada masa kehamilan maka kemungkinan
besar akan melahirkan bayi sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Dengan kata lain bayi yang dilahirkan sangat tergantng pada
gizi ibu selama hamil. Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yang
bertugas mengangkat oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Untuk
level normalnya untuk wanita sekitar 12-16 g per 100 ml sedangkan
untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml. Pengukuran Hb pada saat
kehamilan biasanya menunjukan perbedaan pada Hb.
Menurut Garika, R. (2012) Indeks massa tubuh adalah metric standar
yang di gunakan untuk menentukan siapa saja yang masuk dalam
15

golongan berat badan sehat dan tidak sehat. Indeks massa tubuh alias
BMI (Body Mass Index) membandingkan berat badan anda dan tinggi
badan anda, di hitung dengan membagi berat badan dalam kilogram
dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Berat Badan(Kg)
Rumus IMT= =¿
( Tinggi Badan(m)) 2
Nilai IMT sebagai berikut:
(1) Berat badan kurang : < 18,5 kg
(2) Berat badan normal : 18,5 – 24,9 kg
(3) Cenderung obesitas : 25 – 29,9 kg
(4) Obesitas : ≥ 30 kg
2) Pendidikan ibu
Pendidikan merupakan faktor yang mendasar pengambilan keputusan.
Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan menggambarkan
pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan
semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan
selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan
janinnya.
Pendidikan adalah suatu kegiatan proses pelajaran untuk
menggembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,2010).
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran untuk agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya dan
masyarakat (Notoatmodjo,2010).
Latar belakang seorang ibu sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan ibu semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin mudah
ibu untuk mendapatkan informasi. Pendidikan banyak menentukan
sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah misalnya
kesediaan menjadi peserta keluarga , termasuk pengaturan makan bagi
16

ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peran yang cukup penting
dalam kesehatan dan pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh
kenyataan berikut, anak-anak dan ibu mempunyai latar belakang.
Pendidikan lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta
tumbuh kembang yang baik (Notoatmodjo,2010).
3) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, (2012).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari
subjek penelitian atau responden. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase
dengan rumus. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sp
N= = × 100%
Sm
Keterangan:
N : Nilai pengetahuan
Sp : Skor yang didapat
Sm: Skor tertinggi maksimal
Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori menurut Notoadmodjo (2012:
138), yaitu:
(1) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% -100%
dari seluruh petanyaan.
(2) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% -75%
dari seluruh pertanyaan.
(3) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 56% dari
seluruh pertanyaan.
17

4) Status Sosial Ekonomi


Ekonomi adalah pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam kehidupan masyarakat khususnya dengan usaha
memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya
kemampuan daya beli terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk
maka akan menyebabkan kekebalan tubuh menurun.
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah
mengadakan program yang disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang
mana pendataan ini bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar
kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Adapun pentahapan keluarga sejahtera
tersebut ialah sebagai berikut:
1)   Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
(basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
(1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing
anggota keluarga.
(2) Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali
atau lebih dalam sehari.
(3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di
rumah, bekerja, sekolah atau berpergian. Bagian yang
terluas dari lantai bukan dari tanah.
(4) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB
dibawa ke sasaran kesehatan.
2) Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya
secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi
18

lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Pada keluarga sejahtera


I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial
psikologi belum terpenuhi yaitu:
(1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan
daging, ikan atau telur.
(2) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1
stel pakaian baru pertahun.
(3) Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk
tiap pengguna rumah.
(4) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam
kedaan sehat.
(5) Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan
tetap.
(6) Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa
baca tulis huruf latin.
(7) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.
(8) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia
subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
3) Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi. Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik
dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n telah terpenuhi)
namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
(1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
(2) Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan
keluarga.
(3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi
antar anggota keluarga.
19

(4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan


keluarga.
(5) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang
1 kali perbulan.
(6) Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi
atau majalah.
(7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi
sesuai kondisi daerah.
4) Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.

2.1.4 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala bayi prematur, yaitu :
2.1.4.1 Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2.1.4.2 Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
2.1.4.3 Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
2.1.4.4 Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
2.1.4.5 Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
2.1.4.6 Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
2.1.4.7 Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
2.1.4.8 Rambut lanugo masih banyak
2.1.4.9 Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
2.1.4.10 Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
2.1.4.11 Tumit mengkilap, telapak kaki halus
2.1.4.12 Alat kelamin pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labi minora belum tertutup oleh lania mayora
20

2.1.4.13 Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
2.1.4.14 Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tangisnnya lemah
2.1.4.15 Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
2.1.4.16 Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Pantiawati, 2010).

2.1.5 Permasalahan BBLR


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada system tubuhnya di sebabkan kondisi tubuh yang belum
stabil.
2.1.5.1 Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36˚C-37˚C dan
segera setelah lahir bayi di hadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih
rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.
Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-
otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya
lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak
memadai, belum matangnya system saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas
permukaan tubuh relatif lebih besar di banding berat badan sehingga mudah
kehilangan panas.
2.1.5.2 Gangguan Pernapasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya
reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.
2.1.5.3 Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer maternal melalui
plasenta selama trisemester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibody menjadi terganggu. Selain itu
21

kulit dan selaput lender membrane tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup
bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.

2.1.6 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram (Nursalam,
2009).
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas
dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebihbesar.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
22

2.1.6.1 Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2.1.6.2 Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
2.1.6.3 Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai
kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau
buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim
yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34
minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila
terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
23

disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan


memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan
teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea).Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan
klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan
asam basa pada tubuh bayi ( Nursalam, 2009).

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi BBLR yang dapat terjadi sebagai berikut.
2.1.7.1 Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36◦ sampai dengan 37◦C. Segera setelah lahir, bayi dihadapkan pada
suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi
pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermia dapat terjadi
karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas yang sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum
cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf
pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relative lebih besar dibanding dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Pantiawati, 2010). Tanda klinis
hipotermia :
1) Suhu tubuh di bawah normal
2) Kulit dingin
3) Akral dingin
4) Sianosis
2.1.7.2 Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan
sumber utama energy selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin
tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dari
janin, menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
24

sedangkan bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan
cadangan glikogen yang belum mencukupi (Pantiawati, 2010). Hipoglikemia bila
kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.Tanda klinis
hipoglikemia :
1) Gemetar atau tremor
2) Sianosis
3) Apatis
4) Kejang
5) Apnea intermitten
6) Tangisan lemah atau melengking
7) Kelumpuhan atau letargi
8) Kesulitan minum
9) Terdapat gerakan putar mata
10) Keringat dingin
11) Hipotermia
12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-
sama)
2.1.7.3 Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated
intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal
epidermal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan
terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda klinis perdarahan
intracranial :
1) Kegagalan umum untuk bergerak normal
2) Refleks Moro menurun atau tidak ada
3) Tonus otot menurun
4) Letargi
5) Pucat dan sianosis
6) Apnea
7) Kegagalan menetek dengan baik
8) Muntah yang kuat
9) Tangisan bernada tinggi dan tajam
25

10) Kejang
11) Kelumpuhan
12) Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan menifestasi klinik
satupun (Pantiawati, 2010).

2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1 Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2.1.8.2 Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat
2.1.8.3 Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan/bungkus
BBLR dengan kain hangat
2.1.8.4 Ditempatkan di incubator (tempat tidur khusus dengan pengontrol suhu)
2.1.8.5 Kepala bayi ditutup topi
2.1.8.6 Berikan oksigen
2.1.8.7 Tali pusat dalam keadaan bersih
2.1.8.8 Tetesi ASI bila dapat menelan, bila tidak dapat menelan langsung rujuk ke
rumah sakit
2.1.8.9 Beri munim dengan sonde/ tetesi ASI
2.1.8.10 Bila tidak mungkin, infuse Dekstrose 10% + Bicarbonat Natrium 1,5% =
4:1. Hari pertama 60 cc/kg/hari, hari kedua 70cckg/hari
2.1.8.11 Terapi Antibiotika
2.1.8.12 Bila tidak dapat menghisap puting susu tidak dapat menelan
langsung/sesakbiru/tanda-tanda hipotermia berat, terangkan
kemungkinan akan meninggal (Saifuddin, dkk, 2009).

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


(Pantiawati, 2010) pemeriksaan penunjang berupa:
2.1.9.1 Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2.1.9.2 Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan
kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
26

2.1.9.3 Kimia darah sesuai kebutuhan


1) Hb (Hemoglobin). Hb darah lengkap bayi 1-3 hari adalah 14,5-22,5 gr/dl
2) Ht (Hematokrit). Ht normal berkisar 45% - 53%.
3) LED darah lengkap untuk anak – anak. Menurut : Westerfreen : 0 – 10
mm/jam, Wintrobe : 0 – 13 mm/jam.
4) Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³, pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000
– 225.000/ mm³.
5) Trombosit. Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
6) Kadar serum / plasma pada bayi prematur (1 minggu) adalah 14 – 27 mEq/ L
7) Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari) adalah 4,0 – 6,6
juta/mm³.
8) MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM. MCH darah
lengkap : 31 – 37 pg/ sel. MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³.
9) Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
2.1.9.4 Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
2.1.9.5 Penyimpangan darah tali pusat
2.1.9.6 Penilaian Kriteria Neurologis menurut Dubowitz
Menggabungkan hasil penilaian fisik external dan neurologis. Kriteria
neurologis diberikan skor, demikian pula kriteria fisik external.Jumlah skor fisik
dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan grafik linier dicari
masa gestasinya (Pantiawati, 2010).
24

2.2 Penelitian Terkait


Dewie Sulistyorini, Shinta Siswoyo (2013)
Judul: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bblr Di Puskesmas Perkotaan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
Tabel 2.1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR Di Puskesmas Perkotaan Kabupaten Banjarnegara Tahun
2013

Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan
Populasi adalah keseluruhan Pada penelitian ini sampel diambil 1. BBLR Dalam penelitian ini sampling
subjek penelitian (Arikunto, 2010) untuk melihat faktor-faktor yang Dari 68 responden yang yang digunakan adalah Penelitian
sebanyak 93 BBLR. Sampel menyebabkan kejadian BBLR termasuk BBLR (1500-2500 ini merupakan penelitian survey
pada penelitian ini menggunakan berdasarkan berat lahir dari faktor ibu gram) sebanyak 59 bayi (86,8%) analitik yaitu suatu penelitian yang
rumuss lovin dengan jumlah sehingga dapat dilakukan tindak dan terdapat 9 bayi (13,2%) yang menyangkut bagaimana factor
sampel minimal adalah 25 lanjut guna meminimalkan terjadinya termasuk dalam kategori tidak resiko dipelajari dengan
BBLR. Sampel diambil dari 3 BBLR. BBLR (BBLER dan pendekatan retrospective. Dengan
puskesmas perkotaan di BBLSR yaitu BB <1500 gram). kata lain efek diidentifikasikan
Banjarnegara yang memiliki pada saat ini, kemudian faktor
jumlah 2. Paritas resiko diidentifikasikan ada atau
BBLR terbanyak, dengan kriteria Dari 68 responden yang terjadinya pada waktu yang lalu
inklusi (ibu bersalin dengan bayi termasuk dalam paritas resiko (Notoatmojo, 2010).
tunggal) sedangkan rendah (multipara yaitu
kriteria eksklusi (ibu bersalin maksimal melahirkan 2 kali) ada
dengan lahir mati dan ibu bersalin 65 orang (95,6%) dan masih ada
dengan data yang tidak yaitu 3 orang
lengkap). (4,4%) termasuk dalam paritas
resiko tinggi (melahirkan lebih
dari 4 kali).

3. Usia ibu saat hamil


Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 43 bayi (63,2%)
dilahirkan oleh ibu yang 27

21
25

berusia resiko rendah (20-35


tahun) dan masih terdapat 25
bayi (36,8%) yang
dilahirkan oleh ibu yang berusia
resiko tinggi (<20 tahun dan > 35
tahun).

4. Jarak kehamilan
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 58 orang (85,3%)
masuk dalam kategori resiko
rendah (jarak kehamilan >2
tahun atau belum pernah
melahirkan) dan masih ada 10
orang (14,7%) termasuk dalam
kategori resiko tinggi ((jarak
kehamilan <2 tahun).

5. Umur kehamilan
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 53 bayi (77,9%)
dilahirkan saat usia
kehamilanya termasuk resiko
rendah (>37 minggu) dan
sebagian kecil yaitu 15 bayi
(22,1%) dilahirkan saat usia
kehamilanya termasuk resiko
tinggi (<37 minggu).

6. Anemia
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 48 bayi (70,6%)
dilahirkan dari ibu yang
mengalami anemia (Hb <11gr)
dan ada 20 bayi (29,4%)
dilahirkan dari ibu yang tidak 28
26

mengalami anemia (Hb >11gr)

7. Status gizi
Dari 68 responden sebagian
besar yaitu 48 bayi (70,6%)
dilahirkan dari ibu yang tidak
mengalami KEK (LILA <23,5
cm) dan ada 20 bayi (29,4%)
dilahirkan dari ibu yang
mengalami KEK (LILA >23,5
cm)

8. Penyakit kronis
Dari 68 responden, hanya ada 1
bayi (1,5%) yang dilahirkan dari
ibu yang mengalami
Pre klamsia.
9. Gemeli
Dari 68 responden, terdapat 2
bayi (3%) yang kembar

29
27

2.2.2 Nuryani, Rahmawati (2017)


Judul : Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Desa Tinelo Kabupaten Gorontalo Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Tahun
2017
Tabel 2.2 : Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Desa Tinelo Kabupaten Gorontalo Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Tahun
2017
Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang di gunakan
Populasi dari penelitian ini adalah Penelitian ini Berfokus dalam upaya Karakteristik orang tua balita dalam Penelitian ini menggunakan
seluruh balita yang berdomisili di pencegahan BBLR, sejumlah faktor penelitian ini ditunjukkan pada metode Desain, tempat, dan
Desa Tinelo. Jumlah subjek dalam risiko perlu dipahami. Hubungan Tabel 1. Sebagian besar subjek waktu. Jenis penelitian adalah
penelitian ini yaitu 60 balita dan antara gizi maternal dan faktor sosial adalah ibu berumur 20-34 tahun observasional de-ngan rancangan
penarikan subjek penelitian ekonomi dapat dikaji lebih lanjut, pada saat melahirkan (80,0%) dan studi potong lintas untuk menilai
dilakukan secara accidental untuk memberikan dasar dalam hanya sedikit ibu yang melahirkan hubungan usia ibu melahirkan dan
sampling. pengembangan intervensi yang saat berumur ≤19 tahun (5,0%). status sosial ekonomi dengan
bertujuan untuk mempelajari faktor Tingkat pendidikan Sekolah kejadian BBLR. Lokasi penelitian
risiko dari BBLR. Menengah Atas (SMA) termasuk dilakukan di Desa Tinelo,
kategori jumlah terba-nyak yakni 26 Kabupaten Gorontalo.
orang (43,3%), sementara kategori
pendidikan terendah adalah tidak
tamat Sekolah Dasar (SD) yakni 2
orang (3,3%). Pekerjaan ibu
terbanyak adalah ibu rumah tangga
(IRT) yakni 58 orang (96,7%),
sementara status pekerjaan ayah
terbanyak adalah wiraswasta yakni
32 orang (54,2%) dan terendah
adalah PNS yakni hanya 6 orang
(10,2%). Pendapatan per bulan
paling banyak di bawah upah
minimum Kabupaten Gorontalo
yakni <Rp 1,8 juta sebanyak 43
orang (71,7%).
30
28

32
31

2.3 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar vasiabel akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan
dengan teori (Nursalam, 2009).

Variabel Independen
Faktor Internal:
1. Umur Ibu
2. Malnutrisi/status gizi
3. Jarak kelahiran Variabel Dependen
4. Paritas Kejadian Berat Badan
5. Riwayat Kelahiran Prematur Lahir Rendah (BBLR)
Sebelumnya
6. Tingkat pengetahuan
Faktor Eksternal:
7. Pendidikan
8. Status Sosial ekonomi

9. Perdarahan Antevartum
10. Toksemia Gravidarum
11. Anemia sel sabit
12. Kelainan bentuk uterus
13. Tumor
14. Ibu yang menderita penyakit: TBC,
Hipertensi

Keterangan :
= Di teliti
= Berpengaruh
= Tidak di teliti

Bagan 2.1 : Kerangka Konsep Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
32

2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian. Setiap
hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari suatu permesalahan (Nursalam,
2011).
Hipotesis nol (HO) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik
dan interprestasi hasil statistik. Sedangkan hipotesis alternative (H1) adalah hipotesis
penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan
perbedaan antara dua atau lebih variabel (Nursalam, 2011).
Hipotesis penelitian adalah suatu peryataan hubungan antara dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam penelitian (Nursalam,
2011). Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu:
2.4.1 Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
2.4.2 Hipotesis alternatif (Hₐ/H¹) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih
variabel (Nursalam, 2011).
Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk
memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Ketentuan uji statistik yang
berlaku adalah sebagai berikut :
1) Bila nilai P ≤ 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak, H1 diterima artinya
ada pengaruh antara variabel independen dan dependen.
2) Bila nilai P > 0,05, maka keputusannya adalah Ho diterima, H1 di tolak artinya
tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu:
HO : Tidak adanya pengaruh antara faktor umur, jarak persalinan, paritas, riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, malnutrisi, tingkat pengetahuan, pendidikan,
dan status sosial ekonomi ibu yang melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah
33

(BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
H1 : Adanya pengaruh antara faktor umur ibu yang melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H2 : Adanya pengaruh antara faktor jarak persalinan yang melahirkan bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H3 : Adanya pengaruh antara faktor paritas yang melahirkan bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
H4 : Adanya pengaruh antara faktor riwayat kelahiran prematur sebelumnya yang
melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang
Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
H5 : Adanya pengaruh antara faktor malnutrisi yang melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H6 : Adanya pengaruh antara faktor tingkat pengetahuan ibu yang melahirkan bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
H7 : Adanya pengaruh antara faktor pendidikan yang melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
H8 : Adanya pengaruh antara faktor status sosial ekonomi yang melahirkan bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di rawat Di Ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai