USULAN
PENELITIAN MAHASISWA
TIM PENGUSUL
1. ZELDA FAHMA PUTRI 18040704034
2. MARIA ADISTI ANGGIA CAHYANI 19040704024
3. OKKY OCKTAVIANTI 19040704049
(........................................) (.............................................)
NIP. NIM.
Mengetahui, Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan, Dekan Fakultas, Ketua LPPM Unesa
Cap dan tanda tangan Cap dan tanda tangan Cap dan tanda tangan
ABSTRACT
Bahasa needs special attention in terms of its preservation. Referring to one of the points in
the 1928 Youth Pledge, Bahasa is the language of unity. This is closely related to the
development of the personality of the Indonesian people and nation. In the world of
education,Bahasa as the language of instruction for all types and levels of education can be
proud of. However, pride only reaches regular schools in Indonesia. Meanwhile,
international-based schools in Indonesia do not pay attention to the importance of
preserving bahasa and advancing Bahasa in the international realm. The function of bahasa
as a means of developing and socializing science and technology demands special attention
because the rapid development of science and technology demands the dynamism of
bahasa, especially in relation to the development of scientific terminology. The attitude of
language is a supporting factor in optimizing the role and position of bahasa as a
strengthening of the national identity. The attitude of language in education, especially
international schools, needs to be strengthened by a firm policy from the government.
keywords: Language, Education, Policy.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemuda mempunyai peran sebagai iron stock dalam mempertahankan
NKRI (Negara Kesatuan Republik), banyak yang dapat dilakukan pemuda
dalam mempertahankan NKRI,salah satunya melestarikan Bahasa Indonesia.
Generasi muda Indonesia merupakan benteng kokoh dan cermin perwujudan
kelangsungan bangsa dan bahasa. Mengingat besarnya tanggung jawab yang
disematkan ke pundak generasi muda, maka generasi muda memiliki peranan
besar dalam menentukan tetap terpeliharanya bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara disiplin merupakan
salah satu langkah nyata dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme dikalangan
generasi muda Indonesia. Disiplin berbahasa di kalangan generasi muda pada
dasarnya merupakan cara untuk lebih mengaktualisasikan jati dirinya sebagai
manusia dari sebuah bangsa. Tanpa mempunyai sikap tersebut, maka jati diri
generasi muda baik selaku individu maupun bagian dari anggota masyarakat
patut diragukan keberadaannya.
Menurut Kridalaksana (2001), sikap bahasa merupakan posisi mental
atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Sikap bahasa
terbagi atas positif dan negatif. Sikap positif bahasa memiliki tiga ciri, yakni
1) kesetiaan bahasa (language loyalty), 2) kebanggaan bahasa (language
pride), dan 3) kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm)
(Garvin dan Mathiot dalam Chaer dan Agustina, 1995). Kesetiaan bahasa
berarti adanya dorongan dari suatu masyarakat bahasa untuk mempertahankan
bahasanya. Dalam hal ini dapat berupa pencegahan terhadap berbagai bahasa
asing. Kebanggaan bahasa mendorong seseorang mengembangkan bahasanya
dan menggunakannya sebagai identitas dan kesatuan masyarakat. Kesadaran
adanya norma mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan
santun.
Sikap negatif bahasa merupakan kebalikan dari ketiga sikap positif
tersebut. Artinya, seseorang lebih suka menggunakan bahasa selain bahasa
Indonesia. Masyarakat mulai banyak yang menggunakan bahasa Inggris atau
bahasa asing lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap bahasa yang dimiliki
adalah negatif. Demikian pun ketika seseorang sudah tidak merasa bangga
dengan bahasa Indonesia. Fenomena ini dapat ditemui terutama pada remaja
yang lebih suka menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Sikap
negatif terhadap bahasa terjadi karena tidak dimilikinya lagi gairah atau
dorongan untuk mempertahankan bahasa. Banyak faktor yang menyebabkan
hilangnya rasa bahasa, antara lain karena politik, ras, etnis, dan gengsi (Chaer
dan Agustina, 1995).
Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia. Hal ini diikrarkan pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dan berikrar (1)
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Peristiwa
tersebut dikenal dan diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Sejak itulah
bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Pada
perkembangannya, Pemerintah menguatkan keberadaan bahasa Indonesia
melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009 berisi
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Bab I
pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa “Bahasa Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi
nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
Dalam ilmu bahasa, bahasa selain bahasa Indonesia yang berasal dari
negara lain disebut bahasa asing. Saat ini, banyak tempat kursus bahasa asing,
seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Mandarin, dan bahasa Korea.
Bahasa-bahasa asing ini sengaja dipelajari untuk membekali para tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri. Masyarakat Indonesia dituntut untuk
menguasai bahasa negara lain apabila ingin bekerja atau bersekolah disana.
Sementara lembaga pendidikan di Indonesia seperti sekolah – sekolah
Internasional, tidak mewajibkan masyarakat luar untuk menggunakan bahasa
Indonesia. Bahasa Nasional seakan kehilangan eksistensinya dalam era
globalisasi.
Jika ditinjau pada fungsi bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan
lembaga-lembaga pendidikan adalah sebagai bahasa pengantar. Seiring
berkembangnya zaman, pendidikan masa kini mulai menggunakan tradisi
baru, yaitu penggunaan bahasa asing ataupun bahasa daerah sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan. Hal ini dianggap memprihatikan bagi
sebagian kelompok masyarakat akan eksistensi bahasa Indonesia di masa
mendatang. Mengenai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, seperti yang telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan di sebuah
negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam agar kelangsungan
pendidikan tidak terhambat atau terganggu. Pada Undang-undang No 24
Tahun 2009 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut “Bahasa
pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa
asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta
didik”. Meskipun pasal 29 ayat (2) berbunyi seperti itu, tetapi bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan harus diutamakan menggunakan bahasa
indonesia. Hal ini berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Hal ini dapat disiasati dengan lebih mengefektifkan proses pembelajaran
bahasa Indonesia dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih
banyak diarahkan pada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan kepada hal-
hal bersifat teorits. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa
yang aplikatif tetapi sesuai dengan aturan bahasa Indonesia secara baik dan
benar. Dengan pengkondisian tersebut, siswa menjadi terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana upaya mempertahankan bahasa persatuan Indonesia di
dalam sekolah nasional berbasis internasional ?
b) Bagaimana upaya sekolah nasional berbasis internasional untuk
mencari alternatif penyampaian pembelajaran selain menggunakan
bahasa asing?
c) Bagaimana kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan bahasa Indonesia
dalam pembelajaran di sekolah nasional berbasis internasional ?
C. TUJUAN
a) Untuk mengetahui upaya mempertahankan bahasa persatuan Indonesia
di dalam sekolah nasional berbasis internaisonal.
b) Untuk mengetahui upaya sekolah berbasis internasional untuk mencari
alternatif penyampaian pembelajaran selain menggunakan bahsa asing.
c) Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan bahasa
Indonesia dalam pembelajaran di sekolah nasional berbasis
internasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode yang digunakan dalam mengkaji buku teks pelajaran sejarah ini adalah
metode analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana dikenal adanya tiga sudut
pandang mengenai bahasa Pandangan pertama, bahasa dilihat sebagai jembatan antara
manusia dengan objek di luar dirinya. Jadi analisis wacana digunakan untuk
menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Pandangan
kedua, subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan
sosialnya. Jadi analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan ketiga, bahasa
dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membetuk subjek tertentu,tema-
tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Jadi analisis wacana
dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Analisis
wacana ini dikenal dengan nama analisis wacana kritis.
BAB IV JADWAL PENELITIAN
Jadwal pelaksanaan dibuat untuk 8 (delapan) bulan dalam bentuk tabel berikut
No. Uraian Bulan
I II III IV V VI VII VIII
1. Koordinasi awal
2. Pelaksanaan
Penelitian
3. Penyusunan
hasil penelitian
4. Pengumpulan
hasil penelitian
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, Vol. I, No. 2 (April 2018) ‘Identitas nasional dalam
pelajaran’
JURNAL PARADIGMA Volume 2, Nomor 1, November 2015: ISSN 2406-9787 ‘Bahasa Indonesia
dalam Pendidikan’
LAMPIRAN 1. Justifikasi Anggaran Peneltian
No Komponen Persentase
.
1.
2.
3.
LAMPIRAN 4. Biodata Tim Peneliti Biodata ketua dan anggota tim peneliti
ditandatangani asli dengan tinta warna biru