Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN MEMBANGUN KOMITMEN DIRI BERSAMA ANAK

UNTUK BERINTEGRITASI DIMANAPUN

LATAR BELAKANG
Permasalahan di Indonesia sangat komplek, bahkan sudah mendekati permasalahan yang
sangat pelik. Kebobrokan mental dan karaktek di kalangan remaja, khususnya peserta didik
merupakan permasalahan yang sulit diuraikan, bagaikan benang kusut yang sulit diuraikan
pangkal dan ujungnya. Tidak dapat ditemukan akar permasalahannya. Masing-masing institusi
saling menyalahkan. Masyarakat menyalahkan pihak pendidikan, pihak pendidikan
menyalahkan pemerintah yang mengambil kebijakan. Mereka saling menyalahkan, tapi mereka
tidak sadar kalau semua pihak mempunyai kontribusi masing-masing. Mari kita memulai dari
diri kita masing-masing!
Menghadapi maraknya praktek dan perilaku tidak berintegritas, tugas guru adalah menjadi
motor penggerak perubahan ke arah yang lebih baik. Ini keyakinan yang harus menjadi prinsip
bagi seorang guru. Tanpa keyakinan itu, tak ada jalan untuk memperbaiki diri dan mengubah
keadaan. Berbekal keyakinan tersebut, maka setiap guru selayaknya adalah murid pertama dari
kebaikan yang ia ajarkan. Selanjutnya, ia menjadi teladan bagi seluruh peserta didiknya.
Tantangan yang dihadapi pasti berat, dan belum tentu berhasil mengubah keadaan. Tapi yang
pasti, dengan menerapkan perilaku berintegritas akan memberi manfaat pada diri pribadi.
Demikian pula ikhtiar untuk menguatkan integritas akan memberi manfaat baik bagi diri
pribadi.
TUJUAN
1. Mampu menumbuhkan komitmen diri secara bersama dengan peserta didik dalam
mengaktualisasi perilaku berintegritas dalam kehidupan;
2. Mampu mewujudkan suasana berintegritas di semua aktivitas pembelajaran, di kelas,
sekolah, dan masyarakat;
3. Mampu melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap capaian penguatan perilaku
dan komitmen berintegritas di kalangan peserta didik.
PENDAHULUAN
Sebagai sosok guru berintegritas, kita sudah menunjukkan kesungguhan dengan menyusun
rencana penguatan integritas yang sesuai. Kini saatnya beraksi dan meluaskan semangat
berintegritas kepada peserta didik dan lingkungan sekolah. Pada tahap ini, tantangan yang akan
dihadapi sangat berat. Perlu keyakinan yang sangat kuat dan kerja keras. Namun dengan
keteladanan dan inspirasi yang kita jalani, ada harapan untuk mengubah keadaan.
Bagaimanapun juga kita adalah siswa pertama dari setiap kebaikan yang kita sebarkan. Dengan
rancangan program penguatan integritas guru bersama siswa dapat berkomitmen untuk
berintegritas dimanapun.
HASIL KEGIATAN
1. Dari pembiasaan kedisiplinan masih ada sekitar 5% anak yang masih terlambat masuk
sekolah dan bajunya tidak rapi. Dan masih ada juga 1 atau 2 guru yang masih sering
terlambat masuk kelas atau sekolah.
2. Untuk penguatan nilai religius, masih ada beberapa anak yang sering tidak ikut berdoa saat
diajak berdoa dan tidak ikut sholat dhuhur berjamaah dengan berbagai macam alasan
seperti malas, sedang halangan atau bajunya kotor.
3. Dari pembiasaan membuang sampah pada tempatnya masih perlu bimbingan dan pantaun
karena jika tidak diingatkan mereka sering membuang sampah sembarangan.
4. Kemudian untuk pembiasaan supaya tidak menyontek saat ulangan masih sangat sulit
diterapkan karena masih ada sekitar 50% siswa yang sulit meninggalkan kebiasaan
menyontek. Alasan yang dikemukakan siswa, tentang apa yang mendorong mereka ingin
menyontek, diantaranya adalah :
1. Solidaritas antar teman.
2. Hampir semua teman menyontek.
3. Tidak siap mengikuti ujian/tes (tidak bisa menjawab).
4. Tidak percaya diri dengan jawaban sendiri.
5. Malu jika nilainya kecil.
6. Ada kesempatan untuk menyontek.
Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan siswa hal ini menunjukkan bahwa budaya
menyontek sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung sejak lama. Pada saat guru
melihat siswanya sedang menyontek pada saat ulangan, maka tentu guru harus langsung
bertindak tegas, bukan malah memberi kebebasan anak untuk menyontek. Namun,
persoalannya dengan jumlah siswa yang banyak, efektivitas, efisiensi waktu dalam
mengontrol siswa saat ujian ini menjadi kendala tersendiri. Sehingga kebiasaan
menyontek belum dapat diminimalisir.
Untuk itu muncul ide/gagasan untuk membentuk suatu gerakan yang memerangi
kebiasaan siswa dalam kedisiplinan, kebersihan dan kejujuran seperti yang kami
kemukakan di atas. Gerakan disiplin belajar ini terdiri dari disiplin waktu, disiplin
pakaian, cinta kebersihan dan anti menyontek. Gerakan disiplin belajar ini terorganisir,
yang didukung oleh kepala sekolah, dewan guru, serta melibatkan siswa.
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam upaya tercapainya visi pendidikan
nasional. kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap kualitas praktik pengajaran dan
pencapaian belajar peserta didik, karena kepala sekolah memiliki tugas sekaligus
fungsi sebagai perencana program, pelaksanaan rencana kerja, dan fungsi
pengawasan dan evaluasi. Kepala sekolah sebagai pemimpin, memiliki wewenang
untuk melakukan kontrol dan evaluasi terhadap pelaksanaan program sekolah dalam
upaya pengembangan nilai-nilai integritas. Kontrol dan evaluasi oleh kepala sekolah
harus senantiasa menjaga atmosfer akademik yang kondusif, menciptakan suasana
yang kompetitif bagi siswa, rasa tanggung jawab bagi guru dan karyawan, rasa aman
dan nyaman dalam bekerja dan belajar, menumbuhkan kesadaran tentang arti penting
kedisiplinan, serta bagaimana kinerja guru dibangun dengan semangat integritas
yang tinggi.
2. Peran Guru
Guru dalam pengelolaan suatu sekolah, diantaranya ada yang memiliki tugas
tambahan sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan ( waka kesiswaan), wali
kelas, dan tugas umum sebagai guru mata pelajaran,serta guru khusus bimbingan
konseling. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola peserta didik,
guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajaran yang
memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik
sehingga menjadi manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi
kemanusiaannya secara optimum, guru bimbingan konseling melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik.
Berkenaan dengan tugas wakil kepala bidang kesiswaan, tugas guru mata pelajaran,
dan tugas guru bimbingan konseling dalam usaha pencapaian visi, misi, tujuan
sekolah serta hubungannya dengan peserta didik, maka ketiganya dapat saling
berkerjasama dalam upaya membangun nilai-nilai kejujuran di lingkungan sekolah.
Kerja sama tersebut dapat diwujudkan dalam usaha bersama-sama membentuk
gerakan disiplin belajar, dengan melibatkan siswa sebagai ujung tombak perubahan.
Waka kesiswaan, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan sekolah berkerjasama
dalam merekomendasikan siswa-siswi yang akan dijadikan pengurus gerakan
disiplin belajar. Pengurus gerakan diaisplin belajar adalah siswa-siswi yang dipilih
berdasarkan ; (1) komitmen yang tinggi untuk membangun kejujuran, (2) merupakan
figur teladan, seperti; pintar secara akademik; pengurus kelas; pengurus osis; anggota
organisasi lainnya.
3. Peran Siswa dalam Gerakan Disiplin Belajar
Pengurus gerakan disiplin belajar adalah siswa-siswi calon pengurus yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh waka kesiswaan. Para calon pengurus dengan bimbingan
waka kesiswaan membuat pembagian tugas-tugas sebagaimana mengikuti struktur
kepengurusan suatu organisasi, struktur kepengurusan oleh siswa terdiri dari :
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Koordinator kelas VII
Koordinator kelas XI
Koordinator kelas XII
Tujuan dibentuknya kepengurusan gerakan disiplin belajar ini, adalah untuk
menjalankan program-program yang mendukung pada upaya membangun sekolah
sebagai zona integritas. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru dan
pengurus gerakan anti menyontek bersama-sama memberikan pemikiran terbaiknya
untuk menentukan strategi dan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan. Sebagai
langkah awal upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh gerakan ini diantaranya :
1. Mengkampanyekan disiplin belajar kepada seluruh siswa-siswi
1. Secara lisan
Pengurus gerakan disiplin belajar bersama-sama perwakilan masing-masing kelas
untuk mensosialisasikan gerakan disiplin belajar (berkeliling kelas) setiap hari.
2. Tulisan
Membuat tulisan-tulisan kreaktif, dalam bentuk slogan, misalnya ; (1) saya malu
datang terlambat (2) budayakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) (3)
cowok keren itu yang ringan melangkahkan kaki ke masjid (4) saya malu
menyontek saat ujian, dan lain sebagainya.
3. Poster.
 Membuat poster kreatif, misalnya; gambar anak yang di kunci di luar pagar
sekolah, dengan tulisan”beginilah jadinya kalau datang terlambat”.
 Membuat poster kreatif, misalnya; gambar sampah bertumpuk, dengan tulisan
“sampah bukan warisan untuk anak cucu kita”
 Membuat poster kreatif, misalnya; gambar karuptor yang sedang dipenjara,
dengan tulisan “beginilah jadinya kalau biasa tidak jujur’.
2. Membuat daftar siswa-siswi anggota gerakan didiplin belajar.
Siswa-siswi yang telah terdaftar kemudian disampaikan kepada guru dan wali kelas,
dengan harapan mendapatkan apresiasi dari guru dan wali kelas dalam hal penilaian
sikap.
3. Melaporkan, perkembangan hasil dari gerakan anti menyontek kepada waka kesiswaan.
4. Mengevaluasi, konsistensi anggota, dan terus membina anggota agar tetap konsisten
dalam kejujuran dan tetap mensosialisasikan gerakan disiplin belajar kepada seluruh
siswa yang belum bergabung dalam gerakan disiplin belajar. Untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam menjalankan progam, maka evaluasi
dilakukan tiap satu semester.
Pembentukan gerakan didiplin belajar ini merupakan upaya pembiasaan disiplin
belajar supaya tumbuh integritas yang tinggi pada diri anak. Agar kerja gerakan diplin
belajar terus–menerus berkesinambungan, maka semua warga sekolah harus saling
mendukung dan memiliki komitmen yang tinggi demi terciptanya sekolah yang menjadi
zona integritas. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru dan pengurus dan
gerakan disiplin belajar harus mampu memberikan contoh teladan yang baik dalam
berintegritas, serta senantiasa mendorong untuk komitmen dalam menjaga kedisiplinan,
kebersihan dan kejujuran saat mengerjakan ujian/ tes, ulangan harian, ujian mid semester,
ujian akhir semester dan bentuk-bentuk tes lainnya. Selain itu gerakan ini harus mendorong
anggotanya agar membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya, melatih
kecerdasan emosional dan spiritualnya serta bisa terus menerapkannya dimanapun berada.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan dan solusi yang telah dipaparkan, maka untuk
menumbuhkan nilai-nilai integritas di lingkungan sekolah, yang dapat dilakukan adalah :
1. Visi, misi dan tujuan sekolah yang ditetapkan kepala sekolah harus berorentasi pada penanaman nilai-
nilai integritas.
2. Kepala sekolah harus senantiasa menjaga atmosfer akademik yang kondusif, menciptakan suasana yang
kompetitif bagi siswa, rasa tanggung jawab bagi guru dan karyawan, rasa aman dan nyaman dalam
bekerja dan belajar, menumbuhkan kesadaran tentang arti penting kedisiplinan, serta bagaimana kinerja
guru dibangun dengan semangat integritas yang tinggi.
3. Sekolah membentuk suatu gerakan yang memerangi kebiasaan siswa terlambat masuk sekolah, dan
dalam melakukan kecurangan pada saat melakukan tes/ujian. Suatu gerakan disiplin belajar yang
terorganisir, yang didukung oleh kepala sekolah, dewan guru, serta dengan melibatkan siswa.
4. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan konseling
berkerjasama mengelola siswa-siswi yang akan menjadi pengurus gerakan disiplin belajar.
5. Siswa-siwi pengurus gerakan disiplin belajar adalah; (1) siswa yang berkomitmen untuk menjaga
kejujuran dalam segala bentuk kegiatan di sekolah, (2) siswa yang pandai atau menonjol kemampuan
akademiknya, sampai siswa yang nilainya minimal diatas rata-rata, (3) siswa yang memilki pengaruh
terhadap siswa yang lain, (4) siswa yang religius, dan (5) siswa yang aktif dalam berbagai kegiatan.
6. Program kerja gerakan disiplin belajar diantaranya adalah: (1) Mengkampanyekan disiplin belajar secara
lisan maupun tulisan kepada seluruh siswa setiap hari, (2) Membuat daftar siswa-siswi yang mendukung
gerakan disiplin belajar, kemudian disampaikan kepada guru dan wali kelas untuk dijadikan salah satu
dasar penilaian sikap, (3) Membuat laporan perkembangan hasil dari gerakan disiplin belajar kepada
waka kesiswaan, (4) Mengevaluasi program setiap satu semester.

Anda mungkin juga menyukai