Anda di halaman 1dari 4

B.

Upaya Penanggulangan

1. Pengurangan Resiko Bencana Tanah Longsor

Pemerintah daerah dalam perspektif penyelenggaraan upaya pengurangan resiko


bencana merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah. Ini relavan, apabila dikaitkan dengan fungsi pemerintah
yaitu memberikan perlindungan kepadamasyarakat, termasuk didalamnya melakukan upaya
dampak terhadap resiko bencana. Pemerintah daerah Pemerintah daerah sebagai
penyelenggara pemerintahan hendaknya memiliki kepekaan dalam mengantisipasi terjadinya
bencana, utamanya pada saat sebelum terjadinya bencana yaitu pengurangan resiko bencana
yang bertumpu pada 3 (tiga) faktor yaitu pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Ditinjau
dari jenis bencana yang terjadi serta dampaknya, situasi dan kondisi kebencanaan di negeri
kita saat ini cukup mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang serius dari
pemerintah daerah untuk melakukan langkah yang konkrit dalam melindungi masyarakatnya
apabila terjadi kondisi kedaruratan, karena lokus dari bencana berada pada wilayah kerja
pemerintah daerah Kabupaten/Kota, Kecamatan atau Desa/Kelurahan tergantung dari skala
dan kriteria bencana yang terjadi.

Aparat bersama-sama masyarakat dalam rangka membangun kesiapsiagaan menuju


terwujudnya budaya siaga bencana melalui rencana aksi daerah dalam pengurangan resiko
bencana. Hal ini bertujuan untuk membangun kesamaan gerak dan langkah dalam
pengurangan resiko bencana atau peningkatan pemahaman dan penyamaan persepsi melalui
penguatan kapasitas pemerintah daerah yang berpijak kepada penguatan kebijakan,
prosedur, personil dan kelembagaan, yang dijabarkan melalui :
a) Penguatan kebijakan dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan kepada
sosialisasi dan harmonisasi kebijakan penanggulangan bencana di daerah, agar
kebijakan dari tingkat nasional dapat dijalankan secara operasional di daerah.
b) Penguatan prosedur dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan kepada
bagaimana pedoman, panduan dan juknis dapat diimplementasikan sehingga memiliki
daya dorong inisiasi yang tinggi dari setiap pemangku kepentingan di daerah.
c) Penguatan personil dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan kepada
peningkatan kapasitas aparatur pemda dalam mendukung penyelenggaraan pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan.
d) Penguatan kelembagaan dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan untuk
mendorong pembentukan BPBD di Kabupaten/Kota dan peningkatan status
hukum/aturan perundang-undangan di daerah, terkait kelembagaan BPBD di
provinsi/kabupaten/kota, seperti status dari peraturan Gubernur/Bupati/Walikota sebagai
dasar pembentukan BPBD menjadi peraturan daerah.
Pemerintah Daerah melalui Pengurangan Resiko Bencana (PRB) mampu
memprakarsai dan menumbuhkembangkan sumber daya guna memberikan dukungan
terhadap penyelenggaraan utusan di bidang penanggulangan bencana dengan fokus
terhadap upaya pengurangan resiko bencana. Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
diarahkan kepada peningkatan pemahaman untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
serta membudayakan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Upaya ini
membutuhkan sumber daya yang memadai serta waktu yang panjang, sehingga kedepan
Pengurangan resiko bencana merupakan bagian investasi pemerintah daerah di masa
yang akan datang. Sebagaimana investasi tentu tidak dapat dinikmati hasilnya segera/
bersifat instan tetapi dirasakan pada masa yang akan datang yaitu dapat melindungi atau
mengamankan aset daerah dan aset negara yang sulit dihitung nilainya. Menyadari akan
hal tersebut, maka pemahaman kesadaran, kepedulian dan tanggung jawab akan
pentingnya upaya Pengurangan Resiko Bencana (PRB) hendaknya dari waktu ke waktu
harus selalu ditingkatkan, agar tidak berdampak merugikan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
2. Peringatan Dini Tanah Longsor
1. Melakukan Perencanaan pemasangan alat pemantau gerakan tanah.
2. Mendatangi daerah rawan longsor.
3. Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
4. Manfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya.
5. Permukiman sebaiknya menjauhi tebing.
6. Tidak melakukan pemotongan lereng.
7. Melakukan reboisasi pada hutan gundul.
8. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang miring.
9. Membatasi lahan untuk pertanian.
10. Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah.
11. Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
12. Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah).

C.
D. Konsep Tanggap Darurat Saat TerjadI Bencana.

 Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya.
 Penentuan status keadaan darurat bencana.
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
 Pemenuhan kebutuhan dasar.
 Perlindungan terhadap kelompok rentan, dan
 Permulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

E.

F. Konsep Upaya Pencegahan Pasca Bencana

Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan
pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang
serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan
masyarakat dapat berjalan kembali.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi :

 Perbaikan lingkungan daerah bencana.


 Perbaikan prasarana dan sarana umum.
 Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
 Pemulihan sosial psikologis.
 Pelayanan kesehatan.
 Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
 Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya.
 Pemulihan keamanan dan ketertiban.
 Pemulihan fungsi pemerintah.
 Pemulihan fungsi pelayanan public.

Sedangkan tahap rekontruksi merupakan tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana
yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya
harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang di dahuli oelh pengkajian dari berbagai ahli dan
sector terkait.

 Pembangunan kembali prasarana dan sarana.


 Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
 Pembangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
 Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana.
 Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan
masyarakat.
 Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
 Peningkatan fungsi pelayanan public atau
 Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai