Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1   Pengertian Suspensi
Menurut Dirjen POM (2014), suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Menurut
Ansel (1989), suspensi adalah sediaan obat yang terbagi dengan halus yang
ditahan dalam suspensi dengan menggunakan pembawa yang sesuai. Menurut
Syamsuni (2006), suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak
larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair.
2.1.2 Jenis-Jenis Suspensi
Jenis-jenis suspensi menurut Syamsuni (2006), yaitu :
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai yang ditujukan untuk pemakaian oral.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
penggunaan pada kulit.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk
dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya
(syringe ability) serta tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan
spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.
2.1.3 Masalah – Masalah Dalam Suspensi
Menurut Syamsuni (2006), masalah-masalah dalam suspense yaitu:
1.   Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran
partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan
antara luas penampang dengan daya tekan ke atas terdapat hubungan linier.
Artinya semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya (dalam
volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya
tekan ke atas cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan
partikel untuk mengendap. Sehingga, untuk memperlambat gerakan tersebut dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran cairan
tersebut, semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau
semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan memengaruhi pula
gerakan turun partikel yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, dengan
menambah kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak
boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (Konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka
partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapan zat
tersebut, oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat atau muatan partikel
Suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak dapat
memengaruhinya.
2.1.4 Bahan Pensuspensi (Suspending Agent)
Suspending agent adalah bahan pengental untuk menaikkan viskositas dari
suspensi, umumnya bersifat mudah mengembang di dalam air (hidrokoloid)
(Syamsuni, 2006).
Menurut Syamsuni (2006), bahan pensuspensi atau suspending agentdapat
dikelompokkan menjadi:
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”. Gom
dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk musilago atau lendir. Bahan pensuspensi ini terbagi menjadi dua,
yaitu :
a. Gom arab meliputi akasia, chondrus, tragakan, dan algin.
b. Bahan pensuspensi alam bukan gom adalah tanah liat. 
2. Bahan pensuspensi sintesis
Bahan ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Derivat selulosa, contohnya metil selulosa (methosol, tylose),
karboksimetilselulosa (CMC), dan hidroksimetil selulosa.
b. Golongan organik polimer, contohnya adalah carbophol 934
2.1.5 Metode Pembuatan Suspensi
Menurut Syamsuni (2006), terdapat beberapa metode dalam proses pembuatan
sediaan suspensi, yaitu:
a. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam musilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu
diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan
kedalam pembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan
pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar
dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut
kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak kurang lebih 90o,
serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang dimiliki demikian disebut
memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel
zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting
agent.
b. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu kedalam pelarut organic
yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organic, laritan zat
ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan
terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organic
tersebut adalah etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol.
2.1.6 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan suspensi menurut Syamsuni (2006); Anief (1987), yaitu:
1. Ukuran partikel lebih kecil sehingga lebih mudah diabsorbsi.
2. Suspensi injeksi mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum suntik.
3. Dapat menutupi bau dan rasa dari obat karena menggunakan sirup
simplex.
Kekurangan suspensi menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Masalah dalam proses pembuatan suspensi (cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitasnya).
2. Terjadinya agregasi yang membuatnya tidak terdistribusi merata.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46.07 gr/mol
Rumus Struktur :

H3C OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan hidup),
desinfektan (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan mati) dan
sebagai kosolven (pelarut)
Kegunaan : sebagai pensteril
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
2.2.2 Aquadet (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Dihydrogen monoxida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.3 Chloramphenicol (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi :  CHLORAMPHENICOLUM
Nama Lain : Kloramfenikol
Rumus Molekul :  C11H12Cl2N2O3 
Berat Molekul : 325.13 gr/mol
Rumus struktur :                 

Pemerian :  Serbuk hablur, halus berbentuk jarum atau


lempeng memanjang putih hingga putih kelabu
atau putih kekuningan
Kelarutan :  Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dalam propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil
asetat
Khasiat : Antibiotikum (zat yang mematikan atau
menghambat bakteri)
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Penyimpanan :  Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Metil Paraben (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama Lain : Metil Paraben
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152.15 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hamper tidak berbau,


tidak mempunyai rasa, agak membakar diikat rasa
tebal
Kelarutan : Larut dalam 50 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) dan
dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter
P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam
60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian
minyak lemak nabati, jika didinginkan larutan
tetap jenuh
Khasiat : Sebagai zat pengawet, antimikroba (membunuh
mikroorganisme)
Kegunaan : Zat tambahan (pengawet)
Penyimpanan : Dalam wadah, tertutup baik
2.2.5 Na-CMC (Dirjen POM, 1979 ; Rowe, 2009)
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHIL CELLULOSUM
Nama Lain : Natrium Karboksimetil Selulosa
Rumus Molekul : C16H19ClN2.C4H4H2
Berat Molekul : 390,87 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih gading,


tidak berbau atau hamper tidak berbau,
higroskopis
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspense koloid, tidak larut dalam etanol
Khasiat : Meningkatkan viskositas
Kegunaan : Sebagai emulgator
Penyimpanan : Dalam wadah, tertutup rapat
2.2.6 Polysorbat - 80 (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : POLYSORBATUM - 80
Nama Lain : Tween 80
Rumus Molekul : C64H124O26
Berat Molekul : 1310 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan agak kental seperti minyak, jernih, kuning,


bau khas
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol (95%) P, dalam
asetat P, dan dalam metanol P dan dalam minyak
biji kapas P
Khasiat : Meningkatkan viskositas
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah, tertutup rapat
2.2.7 Propilenglikol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama Lain : 1,2 - propanadiol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas;


praktis tidak berbau; menyerap air pada udara
lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam
beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat : Antimikroba (menghambat atau membunuh
mikroorganisme).
Kegunaan : Sebagai pembasah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.8 SUKROSA (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : SUCROSUM
Nama Lain : Sukrosa
Rumus Molekul : C12H22O11
Berat Molekul : 342.30 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur


atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa manis, stabil diudara.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan dalam
Kegunaan : Sebagai pemanis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Anda mungkin juga menyukai