Anda di halaman 1dari 5

MENTERI KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN


NOMOR  :  P.18/Menhut-II/2004

TENTANG

KRITERIA HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIBERIKAN IZIN USAHA


PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM
DENGAN KEGIATAN RESTORASI EKOSISTEM

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: SK.159/Menhut-


II/2004, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Restorasi
Ekosistem di Kawasan Hutan Produksi;

b. bahwa untuk memperoleh izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan
alam dengan kegiatan restorasi ekosistem perlu adanya kriteria kawasan hutan
produksi yang dapat diberikan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada
hutan alam dengan kegiatan restorasi ekosistem;

c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dipandang perlu menetapkan


Peraturan Menteri Kehutanan tentang Kriteria Hutan Produksi Yang Dapat
Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam dengan
Kegiatan Restorasi Ekosistem.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 jo. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam


Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;


7.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan;
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
11.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan;
12.Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet
Gotong Royong;
13.Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 602/Kpts-II/1998 jo
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 622/Kpts-II/1999 tentang
Analisa Dampak Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Pembangunan
Kehutanan;
14.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123/Kpts-II/2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kehutanan;
15.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 200/Kpts-IV/1994 tentang Kriteria Hutan
Produksi Alam yang Tidak Produktif;
16.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 8171/Kpts-II/2002 tentang Kriteria Potensi
Hutan Alam Pada Hutan Produksi Yang Dapat Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam;
17.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 32/Kpts-II/2003 tentang Pemberian izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam atau hutan tanaman
melalui penawaran dalam pelelangan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA HUTAN PRODUKSI YANG


DAPAT DIBERIKAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN
ALAM DENGAN KEGIATAN RESTORASI EKOSISTEM.

Pasal 1
 

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1.    Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan.

2.    Kawasan hutan produksi adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

3.    Keseimbangan hayati adalah interaksi antara unsur biotik dan abiotik yang menghasilkan
produktifitas biotik serta berfungsinya unsur abiotik untuk menunjang kehidupan.

4.    Restorasi ekosistem adalah upaya untuk mengembalikan unsur biotik (flora dan fauna)
serta unsur abiotik (tanah, iklim dan topografi) pada kawasan hutan produksi, sehingga
tercapai keseimbangan hayati.

5.    Restorasi ekosistem pada hutan produksi adalah upaya untuk mengembalikan unsur biotik
(tegakan hutan) pada kawasan hutan produksi, sehingga kondisi optimal potensi hutan
produksi tercapai.

Pasal 2
Hutan produksi yang dapat diberikan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam
dengan kegiatan restorasi ekosistem didasarkan atas kriteria.

Pasal 3

(1)   Kriteria potensi hutan produksi sebagaimana dimaksud pada pasal 2, didasarkan atas
gambaran umum vegetasi areal hutan, penutupan vegetasi berdasarkan penafsiran citra
landsat, jumlah pohon setiap hektar berdasarkan kelas diameter dari rata-rata setiap unit
pada hutan alam produksi.

(2)   Berdasarkan kriteria potensi areal hutan produksi terbagi atas :

a.  Hutan produksi yang tidak produktif adalah areal hutan produksi yang penutupan
vegetasinya sangat jarang/kosong berupa semak belukar, perladangan, alang-alang dan
tanah kosong dengan kriteria teknis sebagai berikut :

1.  Pohon inti yang berdiameter minimum 20 (dua puluh) c kurang dari 25 (dua puluh
lima) batang/setiap hektar.

2.  Pohon induk kurang dari 10 (sepuluh) batang/setiap hektar.

3.  Permudaan alamnya kurang, yaitu :

a)  Anakan alam tingkat semai (seedling) kurang dari 1.000 (seribu) batang setiap
hektar, dan atau

b)  Pohon dalam tingkat pancang kurang dari 240 (dua ratus empat puluh) batang
setiap hektar, dan atau

c)  Pohon dalam tingkat tiang (poles) kurang dari 75 (tujuh puluh lima) batang
setiap hektar.

b.  Hutan produksi yang kurang produktif adalah areal hutan produksi yang penutupan
vegetasi/ potensi hutannya dengan jumlah pohon jenis niagawi setiap hektar sesuai
kelas diameter pada suatu lokasi hutan produksi tertentu, dibandingkan dengan rata-
rata jumlah pohon pada suatu tegakan hutan alam dinyatakan kurang dengan kriteria
teknis antara kriteria hutan produksi yang tidak produktif dan kriteria hutan produksi
yang asih produktif.

c.  Hutan produksi yang masih produktif adalah areal hutan produksi dengan penutupan
vegetasi berupa hutan alam sekunder atau primer dengan kriteria teknis sebagai
berikut :

1.  Hutan Produksi Alam Tanah Kering.


Minimal jumlah pohon niagawi :

Minimal Jumlah Pohon


Klas Niagawi Sehat per Hektar
No. Diameter Keterangan
Regional
( cm )
I II III IV V VI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
           I.  
     
Sumatera
1 10 - 19 108 108 108 108 108 108
 II. 
2 20 - 49 39 39 39 39 39 39 Kalimantan
3 50 > 16 15 15 14 17 14  III.
                Sulawesi
 IV. NTB
                 V.  Maluku
 VI. Papua

2.  Hutan Produksi Alam Tanah Basah/Rawa.


Minimal jumlah pohon niagawi :

Minimal Jumlah Pohon


Klas Niagawi Sehat per Hektar
No. Diameter Keterangan
Regional
( cm )
I II III
1 2 3 4 5 6
           
 I.  
1 10 - 19 108 108 109
Sumatera
2 20 - 49 39 39 39  II. 
Kalimantan
3 50 > 12 16 18
 III. Papua

Pasal 4

(1)   Kriteria hutan produksi yang dapat diberikan izin usaha pemanfaatan hasil hutan pada
hutan alam dengan kegiatan restorasi ekosistem adalah:

a.  Hutan produksi dala satu kesatuan kawasan hutan yang meliputi :
1)  Hutan produksi yang tidak produktif;
2)  Hutan produksi yang kurang produktif;
3)  Hutan produksi yang masih produktif dengan proporsi yang berimbang dan masih
     mempunyai kemampuan untuk pemulihan ekosistem.

b.  Tidak tumpang tindih dengan hak dan izin yang sah lainnya.

c.  Luas dan letak kawasan hutan produksi yang masih produktif tetapi tidak layak untuk
dijadikan 1 (satu) unit izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam.

Pasal 5

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T A     
Pada tanggal : 19 Oktober 2004 

MENTERI KEHUTANAN,   
ttd.                
MUHAMMAD PRAKOSA  
SALINAN Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. :

1. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian


2. Menteri Dalam Negeri
3. Menteri Keuangan
4. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
6. Kepala Badan Pertanahan Nasional
7. Para Pejabat Eselon I lingkup Departemen Kehutanan
8. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I s/d IV
9. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia
10. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia
11. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan
Provinsi di seluruh Indonesia
12. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang
kehutanan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

  • LogikaMatematika
    LogikaMatematika
    Dokumen34 halaman
    LogikaMatematika
    Rahayu Werdiningsih
    Belum ada peringkat
  • ANUITAS
    ANUITAS
    Dokumen15 halaman
    ANUITAS
    Rahayu Werdiningsih
    Belum ada peringkat
  • Anuitas
    Anuitas
    Dokumen22 halaman
    Anuitas
    DuvanDinata
    Belum ada peringkat
  • Contoh Lamaran
    Contoh Lamaran
    Dokumen11 halaman
    Contoh Lamaran
    Rahayu Werdiningsih
    Belum ada peringkat
  • Contoh Lamaran
    Contoh Lamaran
    Dokumen1 halaman
    Contoh Lamaran
    Abuzar Ipank Giffari
    Belum ada peringkat