Anda di halaman 1dari 8

RESUME KESELURUHAN PERENCANAAN DAN PROGRAM AUDIT

PUTRI SALSABILA 18043138

A. Jenis-Jenis Pengujian

Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis


pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor
menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko salah saji material, yang digambarkan
oleh gabungan antara risiko bawaan dan risiko pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya
menggambarkan prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk menhadapi risiko-risiko yang
teridentifikasi. Masing-masing prosedur audit masuk kedalam satu, dan terkadang lebih dari satu. Dari
kelima kategori ini.

1. Prosedur Pengukuran Risiko

Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor untuk mendapatkan


pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk
mengukur risiko salah saji material dlam laporan keuangan klien. Secara bersamaan, prosedur
yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, merupakan prosedur penilaian risiko yang dilakukan auditor. Prosedur
pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis
serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap salah saji material
sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur audit
lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.

2. Pengujian Pengendalian

Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut,
auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual
maupun otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut:

•Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.

•Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.

•Mengamati aktivitas terkait pengendalian.

•Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.

3. Pengujian Substantif Transaksi


Pengujian substantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji
rupiah (salah saji moneter) yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan
keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif.

Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan


audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi. dua dari enam tujuan
untuk transaksi penualan adalah transaksi penjualan benar-benar tejadi dan transaksi penjualan
yang ada telah dicatat. Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secara terpisah dari
semua pengujian lainnya, namun sering kali lebih efisien untuk melakukannya bersamaan
dengan pengujian substantif transaksi.

4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis
dilakukan selama perencanaan dan penyelesaian audit. Dua tujuan utama dari prosedur analitis
dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :

•Mendandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.

•Memberikan bukti substantif.

Standar audit menyatakan bahwa prosedur analaitis merupakan salah satu jenis
pengujian substantif (yaitu prosedur analitis substantif) ketika dilakuakn utuk memberikan bukti
mengenai suatu saldo akhir tahun.

5. Pengujian Terperinci Saldo

Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-
akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian
saldo adalah pada neraca. Seperti halnya untuk transaksi.

Ikhtisar Jenis-Jenis Pengujian

Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah


pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif untukmendukung
pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga memungkinkan pengurangan
pengujian substantif. Pengujian pengendalian juga membentuk dasar laporan auditor atas
pengendalian internal terhadap laporan keuangan untuk klien-klien yang merupakan
perusahaan publik. Dengan menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendaapatkan
keyakianan keseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus penjualan
dan penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian
lainnya.

B. Memilih Jenis Pengujian yang Tepat Untuk Dilaksanakan

Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih dibandingkan
dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Dalam prosedur analitis diharuskan dalam semua audit
untuk menilai resiko salah saji material, sementara keempat jenis pengujian lainnya dilakukan untuk
menghadapi risiko yang teridentifikasi untuk memberikan dasar bagi opini auditor. Makin banyak
jenis bukti, yang jumlah totalnya 6, digunakan untuk menguji peperincian saldo dibandingkan ntuk
setiap jenis pengujian lainnya. Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik
dan konfirmasi. Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian. Dokumentasi
digunakan di setiap jenis pengujian kecualian prosedur analitis. Pengerjaan ulang dilakukan di setiap
jenis pengujian kecuali prosedur analitis. Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi
matematis atas transaksi ketika melakukan pengujian substantive transaksi dan saldo akun ketika
melakukan pengujian atas perincian saldo.

Biaya-biaya Relatif

Terdapat jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang terendah ke
yang tertinggi

 Prosedur analitis
 Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
 pengendalian internal
 Pengujian pengendalian
 Pengujian substantive transaksi
 Pengujian terperinci saldo

Sedangkan pengujian terperinci saldo hamper selalu lebih mahal dibandingkan dengan jenis prosedur
lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan persediaan.

Hubungan Pengujian pengendalian degan Pengujian Substantif


Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji
yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatupengecualian dalam pengujian
substantive transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif
Prosedur analitis hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah
laporan keuangan. Ketika prosedur analitis mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus
melakukan pengujian substantive transaksi atau pengujian terperinci saldountuk menentukan apakah salah
saji rupiah benar-benar terjadi.

Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko pengendalian, risiko deteksi yang
direncanakan dalam model risiko audit meningkat, sehingga pengujian substantive yang direncanakan
dapat dikurangi. Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari
prosedur pengukuran risiko yang memberikan dasar bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian
internal klien.

C. Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit

PSA 07 (SA 326) dan PSA 69 (SA 319) memberikan panduang bagi para auditor dari entitas-entitas
yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronik.
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan
tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima
dengan hanya melakukan pengujian substantif. Meskipun beberapa pengujian substantif masih
dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurang pengujian substantif jika hasil pengujian
pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan public,
pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus diuji jika
auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material
dalam laporan keuangan.

Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor
mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Jika seorang auditor memutuskan bahwa
pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian selanjutnya
untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian.Jika
keberadaan pengendalian umum yang efektif akan menyebabkan efisiensi audit yang signifikan, Standar 2
PCAOB mengharuskan auditor perusahaan public untuk menguji pengendalian setiap tahun. Untuk
menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh
komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektivitas
pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan
pengendalian atas akses. Ketika auditor menguj pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang
dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelaahan
manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.
D. Bukti Gabungan

Pilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian tersebut dilakukan
dapat berbeda antara audit yang memiliki tingkat efektivitas pengendalian dan risiko bawaan yang
berbeda. Bahkan dalam sebuah pengauditan, perbedaan dapat terjadi dari satu siklus ke siklus lainnya.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko-risiko yang
teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis
pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (evidence mix)

Analisis Audit 1 Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang
rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas
dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantive
lainnya. Hal ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
diminimalkan.

Analisis Audit 2 Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberapa
risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian
sedang, kecuali untuk prosedur substantif, yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih
banyak pengujian yang luas yang akan dibutuhkan jika risiko bawaan yang khusus ditemukan.

E. Merancang Program Audit

Prosedur audit spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian
digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Pada sebagian besar audit, auditor kontrak yang
bertugas merekomendasikan bukti gabungan pada manajer kontrak kerja. Setelah bukti gabungan
disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada
untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti
materialitas, bukti gabungan, risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya,
demikian pula dengan kebutuhan untuk seuatu audit terintegrasi bagi perusahaan publik. Auditor yang
bertugas juga kemungminan mendapatkan persetujuan dari manajer sebelum melakukan prosedur audit
atau mendelegasikan pekerjaan mereka pada para asisten.

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk
bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan
selama melakukan prosedur penilaian risiko. Pada program tersebut kemungkinan terdapat deskripsi
prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal dan deskripsi
penilaian tingkat risiko pengendalian. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan
program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian internal yang
digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian di bawah tingkat maksimum
(pengendalian-pengendalian kunci). keluasan pengujian atas pengendalian ditentukan oleh pengendalian
atas pengendalian yang direncanakan. Untuk perusahaan-perusahaan publik. Pengujian harus memadai
untuk menerbitkan suatu opini untuk pengendalian internal atas laporan keuangan.

Tahapan merangcang program audit :

a. Prosedur Analitis
Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya
pada semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama pengujian substantif, seperti
untuk audit piutang dagang, biasanya lebih terfokus dan lebih luas daripada yang dilakukan
sebagai bagian dari perencanaan. Selama perencanaan, auditor dapat menghitung persentase
margin kotor untuk penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang,
auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan jumlah
bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan
berdasarkan jumlah tahunan dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif
daripada perbandingan berdasarkan persuahaan secara keseluruhan.

b. Pengujian Terperinci Saldo


Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan
suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program
audit pengujian terpecinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut. Rancangan prosedur ini
biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya
yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar.

Mengidentifikasi Risiko – Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh pada Akun Piutang

c. Dagang Sebagai bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah
risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan keuangan.

d. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengukur Resiko Bawaan Piutang Dagang.
Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian
mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap
saldo yang signifikan. Untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang
signifikan. Untuk salah saji yang dapat diterima yang lebih rendah, lebih banyak pengujian terperinci
saldo yang diperlukan, dan sebaliknya. Beberapa auditor mengalokasikan salah saji yang dapat
diterima pada setiap tujuan audit terkait saldo, namun sebagian besar tidak demikian. Resiko bawaan
diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau operasi klien yang
mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan.Sebuah
saldo akun yang resiko bawaannya dinilai tinggi akan mengakibatkan pengumpulan bukti yang lebih
banyak dibandingkan dengan akun yang memiliki resiko bawaan yang rendah.

Auditor harus merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun
ketepatan rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya. Jika hasil pengujian
tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian terperinci saldo ketika audit
berlangsung. Salah satu bagian paling menantang dalam pengauditan adala pada penerapan faktor-
faktor yang berpengaruh pada pengujian terperinci saldo dengan tepat. Auditor perlu menggunakan
pertimbangan profesional yang besar untuk memutuskan pengaruh spesifik atas perubahan semacam
itu terhadap prosedur, ukuran sampel, unsur-unsur yang dipilih serta penentuan waktu auditnya

F. Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi dengan Tujuan Audit Terkait Saldo serta Tujuan Audit
Terkait Penyajian dan Pengungkapan

Auditor masih akan mengandalakan pengujian atas saldo untuk memenuhi tujuan auditnya yang
berkaitan dengan saldo berikut:
• Nilai yang dapat direalisasikan Hak dan kewajiban.
• Pengujian substantif tambahan saldo juga mungkin dilaksaknakan untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo lainnyam tergantung pada hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi.

Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung pengurangan penilaian risiko


pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Auditor juga melakukan
prosedur substantive untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua tujuan audit telah tercapai untuk informasi
dan jumlah-jumlah yang dimasukkan dalam pengungkapan tersebut.

G. Ikhtisar Istilah-Istilah Penting Terkait Bukti


Fase Proses Audit, yaitu:
a. Merencanakan dan merancang pendekatan audit,
b. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi,
c. Melaksanakan prosedur analisis dan pengjuian rincian saldo,
d. Menyelesaikan audit dengan mengeluarkan laporan audit.

Tujuan Audit ini merupakan tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa suatu kelas transaksi atau saldo akun tertentu telah dinyatakan secara wajar. Ada
enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, delapan yang berkaitan dengan saldo, serta empat
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, yang semuanya tercantum pada tabel.

Jenis Pengujian lima jenis pengujian audit yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar disajikan pada tabel. Keputusan Bukti Empat
subkategori keputusan yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti audit disajikan dalam kolom
keempat tabel. Kecuali untuk prosedur analitis, keempat keputusan bukti berlaku untuk setiap jenis
pengujian.

Anda mungkin juga menyukai