2. ETIOLOGI
a) Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b) Perdarahan
c) Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d) Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
3. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)
Pathway Anemia
4. MANIFESTASI KLINIS
a) Lemah, letih, lesu dan lelah
b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi
d) Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
e) Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
f) Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
g) Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare)
5. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
a) Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat,
vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin,
dan waktu tromboplastin parsial.
b) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding
capacity serum
c) Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut
dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
a) Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
b) Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan
asam folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan
kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk
membuat darah, sehingga Hb meningkat.
d) Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus
dan fumarat ferosus.
e) Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin
B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
3) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien
dengan gangguan absorbsi.
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Lakukan pengkajian fisik
b) Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
c) Observasi adanya manifestasi anemia
d) Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
e) Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
f) Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekwensi jatung
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
2) Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang, anoreksia
INTERVENSI
a. Kaji riwatan nutrisi ( termaksuk adanya alergi makanan dan
makanan kesukaan )
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
c. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
d. Berikan ajaran pada pasien untuk makan sedikit dengan
frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
RASIONAL
a. mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan.
memudahkan intervensi
b. meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber
diet nutrisi yang dibutuhkan.
c. Untuk melancarkan BAB
d. Untuk mengurangi mual muntah
e. mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
KRITERIA HASIL :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
INTERVENSI
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b. Batasi pengunjung bila dan pertahankan teknik isolasi
c. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
d. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan dan Cuci tangan
setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
e. Berikan terapi antibiotik bila perlu
RASIONAL
a. Untuk mencegah terjadinya infeksi silang
b. membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat
terganggu.
c. mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora
normal kulit
d. menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri
e. mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.