Anda di halaman 1dari 16

BIOGRAFI B.

J HABIBIE

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare,


Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie
yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua
orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie
yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal
dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya
meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare
School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-
pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di
Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule,
Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun
1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi
Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum
namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan
bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu
menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih
gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu
bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi
panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,
memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI,
dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto.
Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945.
Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih
merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi
warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan
pesawat terbang :
* VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
· Helikopter BO-105.
· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
· Beberapa proyek rudal dan satelit.
Sebagian Tanda Jasa/Kehormatannya :
* 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40,
1980)
* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia
A. Masa Muda
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie
atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare
(Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden
ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden
RI ke-7. Habibie merupakan “blaster” antara orang Jawa [ibunya]
dengan orang Makasar/Pare-Pare [ayahnya].
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di
Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch
Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, 
R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk
menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar
negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang
melakukan usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya
(ayah Habibie). Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas
Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar
Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya
disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya,
Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman,
Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya.
Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965,
Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor
Teknik) dengan  indeks prestasi summa cum laude.
B. Karir di Industri
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja
untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm  atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian
menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial
dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia
dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-
1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB
(1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor
dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang,
terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di
negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun
intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan
teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie
Theorem” dan “Habibie Method“.
C. Kembali ke Indonesia
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur  untuk bekerja
di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja
di MBB atas rekomendasi Pak Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan
pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan
membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika
(Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya
membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan
jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi
sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie
pulang ke tanah air.  Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah
Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978.
Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman
karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di
Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada  1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga
1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus
merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai
jabatan lainnya.
Pesawat CN-235 karya IPTN milik AU Spanyol
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan
visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri
berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam
strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung
menuju negara industri maju. Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi negara
Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang
menghendaki pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang
pertanian. Namun, Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu “quote”
yang terkenal dari Habibie yakni :“I have some figures which compare the cost of one kilo
of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US
dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of
high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ
Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya.
Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia
membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil
pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000
dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara
dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka
akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun
bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi
Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie
dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis
seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.
D. Habibie menjadi RI-1
Secara materi, Habibie sudah sangat mapan ketika ia bekerja di perusahaan MBB
Jerman. Selain mapan, Habibie memiliki jabatan yang sangat strategis yakni Vice
President sekaligus Senior Advicer di perusahaan  high-tech Jerman. Sehingga Habibie
terjun ke pemerintahan bukan karena mencari uang ataupun kekuasaan semata, tapi lebih
pada perasaan “terima kasih” kepada negara dan bangsa Indonesia dan juga kepada
kedua orang tuanya. Sikap serupa pun ditunjukkan oleh Kwik Kian Gie, yakni setelah
menjadi orang kaya dan makmur dahulu, lalu Kwik pensiun dari bisnisnya dan baru
terjun ke dunia politik. Bukan sebaliknya, yang banyak dilakukan oleh para politisi saat
ini  yang menjadi politisi demi mencari kekayaan/popularitas sehingga tidak heran
praktik korupsi menjamur.
Tiga tahun setelah kepulangan ke Indonesia, Habibie (usia 41 tahun) mendapat
gelar Profesor Teknik dari ITB. Selama 20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada
tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang
Umum MPR. Di masa itulah krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia termasuk
Indonesia. Nilai tukar rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp
12.000-an per dolar. Utang luar negeri  jatuh tempo sehinga membengkak akibat
depresiasi rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan
likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Pada saat bersamaan, kebencian masyarakat memuncak dengan sistem orde baru
yang sarat Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dilakukan oleh kroni-kroni Soeharto
(pejabat, politisi, konglomerat). Selain KKN, pemerintahan Soeharto tergolong otoriter,
yang  menangkap aktivis dan mahasiswa vokal.
Dipicu penembakan 4 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998,
meletuslah kemarahan masyarakat terutama kalangan aktivis dan mahasiswa pada
pemerintah Orba. Pergerakan mahasiswa, aktivis, dan segenap masyarakat pada 12-14
Mei 1998 menjadi momentum pergantian rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Dan
pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang
dipegangnya selama lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah, pemerintahan
otoriter dan sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula, banyak kebenaran
yang dibungkam. Mulai dari pergantian Pemerintah Soekarno (dan pengasingan Pres
Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, hingga dugaan konspirasi Soeharto dengan pihak
Amerika dan sekutunya yang mengeruk sumber kekayaan alam oleh kaum-kaum
kapitalis dibawah bendera korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni, IMF dan
konglomerasi).
Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat menjadi
Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa jabatannya sebagai
presiden hanya bertahan selama 512 hari. Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden
Habibie mampu membawa bangsa Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis.
Presiden Habibie berhasil memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis,
melaksanankan transisi dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses melaksanakan
pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), sukses membawa perubahan signifikn pada
stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak penghargaan
terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya
dalam bidang teknologi pesawat terbang mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor
Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia,
antara lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
E. Teori Pembangunan Ekonomi  Habibie
Menjadi pimpinan di Industri Pesawat Terbang skala besar di Jerman selama
bertahun-tahun memberikan inspirasi dan mempengaruhi pemikiran Habibie.
Berlandaskan pengalaman itu, Habibie memiliki keyakinan bahwa untuk bisa menjadi
negara maju tidak selalu perlu melewati “tahap-tahap” pembangunan yakni
pertanian/agraris industri pengolahan pertanian, manufaktur, industri teknologi
rendah/menengah baru ke teknologi tinggi. Ia mengemukan teori pembangunan ekonomi
negara yang berbeda yakni “Dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara
industri teknologi tinggi”, tanpa harus menunggu dan melewati kematangan indsutri
pertanian, atau tahapan industri manufaktur serta teknologi rendah.
“The basis of any modern economy is in their capability of using their renewable
human resources. The best renewable human resources are those human resources which
are in a position to contribute to a product which uses a mixture of high-tech.” (Sumber :
BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Dari teori pembangunan ekonomi tersebut, Habibie sangat menekankan pada
kualitas SDM bukan semata SDA. Dengan meningkatkan sumber daya manusia (human
resources), maka kita dapat membuat produk berteknologi tinggi dimana memiliki nilai
jual yang tinggi. Hal ini pun akan mentriger berdirinya perusahaan-perusahaan
pendukung dengan teknologi lebih rendah. Jadi, prinsip pembangunan industri ala
Habibie adalah Top-Down (dari tinggi hingga ke rendah). Sedangkan secara
konvensional adalah dari Down-Top (dari industri teknologi rendah ke teknologi tinggi).
Selama masa pengabdiannya di Indonesia, Habibie memegang 47 jabatan penting
seperti : Direkur Utama (Dirut) PT. Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT
Industri Perkapalan Indonesia (PAL), Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD),
Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala BPPT, Kepala
BPIS, Ketua ICMI, dan masih banyak lagi.
F. Habibie Sebagai Bapak Demokrasi Indonesia
Ketika mendapat amanah menjadi Presiden RI ke-3, kondisi ekonomi, sosial,
stabilitas politik, keamanan di Indonesia berada di ujung tanduk “revolusi”. Dengan
mengambil kebijakan yang salah serta pengelolaan ekonomi yang tidak tepat, maka
Indonesia 1998 berpotensi masuk dalam era “chaos” ataupun revolusi berdarah.
(catatan : perlu diingat bahwa reformasi 1998 menelan ratusan bahkan ribuan korban
pembunuhan dan  pemerkosaan serta serangkaian  kerusuhan, penjarahan,
pembakaran, yang terutama ditujukan  pada etnis Tionghoa). Untungnya di tahun 1998,
Indonesia tidak masuk dalam era revolusi jilid-2 namun hanya masuk dalam era
reformasi.
Belajar dari kesalahan presiden pendahulunya, Jenderal Soeharto, Presiden
Habibie memimpin Indonesia dengan cermat, cepat, telaten, rasional dan reformis.
Habibie menunjukkan perhatiannya terhadap keinginan bangsa untuk lebih mengerti dan
menerapkan prinsip umum demokrasi. Perhatiannya didasarkan pada pengamatan
Habibie pada pemerintahan Orde Lama dan sebagai pejabat pada masa Orde Baru,
dimana telah mengarahkan beliau untuk mempelajari situasi yang ada. Melalui proses
yang sistematik, menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep
yang lebih jelas, sebuah pengejewantahan dari proaktif dan prediksi preventive atas
interpretasi dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian
diimplementasikan dalam berbagai agenda politik, ekonomi, hukum dan keamanan
seperti:
 Kebebasan multi partai dalam pemilu (UU 2 tahun 1999)
 Undang Undang anti monopoli (UU 5 tahun 1999)
 Kebijakan Independensi BI agar bebas dari pengaruh Presiden (UU 23 tahun 1999)
 Kebebasan berkumpul dan berbicara, (selanjutnya masyarakat lebih mengenal istilah
demonstrasi)
 Pengakuan Hak Asasi Manusia (UU 39 tahun 1999)
 Kebebasan pers dan media,
 Usaha usaha menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang baik
dan bersih. (Membuat UU Pemberantasan Tindak Korupsi pada tahun 1999)
 Penghormatan terhadap badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang
dibentuk atas prinsip demokrasi;
 Pembebasan tahanan-tahanan politik tanpa syarat, (eg. Sri Bintang Pamungkas dan
Muktar Pakpahan)
 Pemisahan Kesatuan Polisi dari Angkatan Bersenjata.
Dalam waktu yang relatif singkat sebagai Presiden RI, Habibie telah memelihara
pandangan modern beliau dalam demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap
proses pembuatan keputusan. Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi
di Indonesia dikenal baik oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau
dianggap sebagai “Bapak Demokrasi“. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah
nyata. Ketika MPR, institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie
(masalah referendum Timor-Timur), Habibie secara berani mengundurkan diri dari
pemilihan Presiden yang baru pada tahun 1999. Beliau melakukan ini, selain penolakan
MPR atas pidatonya tidak mengekang beliau untuk terus ikut serta dalam pemilihan, dan
keyakinan dari pendukung beliau bahwa beliau akan tetap bisa unggul dari kandidat
Presiden lainnya, karena yakin bahwa sekali pidatonya ditolak oleh MPR akan menjadi
tidak etis baginya untuk terus ikut dalam pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan
sebagai pendidikan politik dari arti sebuah demokrasi.
Karena “demokratis”-nya Habibie, maka iapun memberikan opsi referendum bagi
rakyat Timor-Timur untuk menentukan sikap masa depannya. Namun, perlu dicatat
bahwa Habibie bukanlah orang yang bodoh dengan mudah memberikan opsi referendum
tanpa alasan yang jelas dan tepat. Habibie sebagai Presiden RI memberikan opsi
referendum kepada rakyat Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur tidak masuk
dalam peta wilayah Indonesia sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Secara yuridis, wilayah kesatuan negara Indonesai sejak 17 Agustus 1945
adalah wilayah bekas kekuasaan kolonialisme Belanda yakni dari Sabang (Aceh) hingga
Merauke (Irian Jaya/ Papua). Ketika Indonesia merdeka, Timor-Timur merupakan
wilayah jajahan Portugis, dan bergabung bersama Indonesia dengan dukungan kontak
senjata.
Bagi sebagian orang menganggap bahwa masuknya militer Indonesia di Timor-
Timur merupakan bentuk neo-kolonialisme baru (penjajahan modern) dari Indonesia
pada tahun 1975. Seharusnya Indonesia tidak ikut campur pada proses kemerdekaan
Timor-Timur dari penjajahan Portugis. Jadi, kita dapat memahami dibalik landasan
Habibie dimana provinsi Timor-Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perlu dicatat bahwa  kasus Aceh dan Papua berbeda dengan Timor-Timur.
G. Habibie Sebagai Master of Economic
Sejak era reformasi 1998, tampaknya hanya Habibie yang menjadi presiden yang
benar-benar sukses mengelola ekonomi dengan baik. Dalam kondisi yang amburadul,
kacau balau baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa
demonstrasi, Habibie mampu membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun Presiden Singapura Lee Kuan Yeew berusaha mendiskritkan
kemampuan Habibie untuk memimpin Indonesia, toh Habibie menunjukkan bukti.
Ketika banyak orang yang menyangsikan bahwa Habibie mampu bertahan selama 3
hari sebagai Presiden, namun semua dapat dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka
dengan Habibie pun menyampaikan opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih
dari 100 hari. Sekali lagi, Habibie membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia
dalam kondisi kritis.
Dari nilai tukar rupiah Rp 15000 per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu
membawa nilai tukar rupiah ke posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76%
pada periode Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu
mengendalikan harga barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-
September 1999. Indeks IHSG naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan
memimpin. Tentu, indikator-indikator kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat
diikuti dengan baik oleh masa pemerintah Megawati maupun SBY.
Beberapa keberhasilan ekonomi di era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha
keras dan perubahan mendasar dari para tokoh reformis yang duduk di kabinet seperti
Adi Sasono (Men. Koperasi), Soleh Salahuddin (Men. Kehutanan dan Perkebunan),
Tanri Abeng (Men. BUMN). Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden
yang benar-benar reformis dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan
keterbatasannya, beliau terpaksa menjalana 50 butir kesepakatan (LoI) antara
pemerintah Indonesia dengan IMF, sehingga penangganan krisis ekonomi di Indonesia
pada hakikatnya lebih pada penyembuhan dengan “obat generik”, bukan penyembuhan
ekonomi “terapis” ataupun “obat tradisional”.  Sehingga ketika meninggalkan tampuk
kekuasaan, Indonesia masih rapuh.
Disisi lain, Habibie masih sangat mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di
kabinetnya, padahal masyarakat menuntut reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang
menempatkan dirinya sebagai Presiden Transisi, bukan Presiden yang Reformis.
H. Habibie Sebagai Cendekiawan Muslim
Kekuasaan adalah amanah dan titipan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi
mereka yang percaya atas eksistensi-Nya. Bagi mereka yang tidak percaya atas
eksistensi-Nya, kekuasaan adalah amanah dan titipan rakyat. Pemilik kekuasaan
tersebut, setiap saat dapat mengambil kembali milik Nya dengan cara apa saja.
Selain memiliki kecerdasan yang tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia),
Habibie dikenal sebagai cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam
menghadapi berbagai kesulitan, Habibie tidak luput dari do’a dan sholat untuk mendapat
petunjuk atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie merupakan
amanah dan titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Meskipun tidak terjun dalam dunia politik dan kekuasaan, Habibie tetap
memberikan sumbangsih kepada bangsa Indonesia dengan mendirikan The Habibie
Centre pada 10 November 1999. Habibie Center merupakan organisasi yang berusaha
memajukan proses modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada
moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama. Ada dua misi utama Habibie
centre yakni  (1) menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang
mengakui, menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan
mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia, dan (2) memajukan
dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi.
Beberapa kegiatan yang dikenal luas oleh masyarakat dari Habibie Centre yakni seminar,
pemberian beasiswa dalam dan luar negeri, Habibie Award serta diskusi mengenai
peningkatan SDM maupun IPTEK.
Selain mendirian The Habibie Centre, Habibie juga berjasa dalam pendirian Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 7 Desember  1990 atas persetujuan
Soeharto. ICMI merupakan wahana menampung cendekiawan-cendekiawan muslim
untuk bersama-sama berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Pada awalnya, ICMI
didirikan untuk menampung aspirasi pengusaha non-China  yang benci akan kekayaan
dan pengaruh dari keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank sendiri dan
koran harian yang diberi nama Republika. Banyak umat muslim yang ikut terdaftar
dalam keanggotaan ICMI termasuk cendekiawan pengkritik pemerintah Soeharto yakni
(Alm) Prof. Nurcholish Majid dan Prof. Amien Rais.
I. Kritikan Untuk Seorang Habibie ketika Menjadi Presiden
Tidak ada gading yang tidak tidak retak, begitu juga halnya pada diri BJ Habibie.
Ada beberapa kepribadian dan sikap/kebijakan BJ Habibie khususnya di masa
pemerintahannya yang kontroversial dan dianggap buruk. Dibidang kepribadian, BJ
Habibie dikenal sebagai orang yang kurang bisa dikritik (langsung reaktif), meskipun
disisi lain beliau sangat menghargai pendapat orang lain, dan senang berdebat. Hal ini
sangat mungkin disebabkan karena beliau terlampu jenius, terlalu cerdas.  Salah satunya
adalah kengototan Menristek BJ Habibie membeli 36 kapal perang bekas Jerman Timur
pada 1992. Padahal terjadi pembengkakan pembelian kapal perang bekas dari USD 12.7
juta menjadi USD 1.1 miliar.
Ketika menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto, banyak orang berharap agar
BJ Habibie dapat bertindak tegas kepada Pak Harto yang diduga melakukan KKN,
setidaknya gurita KKN di Cendana dan kroni Soeharto lainnya. Namun, selama menjadi
Presiden RI, BJ Habibie tidak pernah memeriksa Soeharto. Pres Habibie dianggap 
memasang badan melindungi Soeharto sampai-sampai Jam Intel Kejagung Mayjen
(Purn) Syamsal Djalal dipecat. Menurut pengakuan mantan Jam Intel Kejagung Syamsul
Djalal, ia dipecat lantaran mengusulkan agar Pak Harto secepatnya dibawah ke
pengadilan. Bisa dimaklumi pula bahwa Habibie dalam posisi dilematis, karena
bagaimanapun Pak Harto adalah salah satu gurunya.
Hal lain yang menjadi catatan hitam Pak Habibie adalah penangangan kasus Bank
Bali. Presiden BJ Habibie dianggap kurang serius menangani kasus  yang melibatkan
orang-orang yang dekat dengan Habibie. Mereka yang disebut-sebut terlibat dalam
skandal Bank Bali diantaranya adalah Timmy Habibie (adik kandung Habibie), AA
Baramuli (Ketua DPA), Setya Novanto (Wa.Bendara Golkar) dan Tanri Abeng.
Dikalangan pengusaha, terlibat konglomerat hitam Djoko Tjandra yang selama ini dekat
dengan petinggi Golkar.
KESIMPULAN

Setelah tulisan biografi Habibie yang “super panjang” ini, saya akan mengakhiri ceritera ini
dengan beberapa poin harapan.
 Semoga  “Habibie-Habibie” baru yang genius bermunculan di seantero nusantara
sehingga Indonesia tidak hanya menjadi “penonton” atau konsumen atas produk-
produk berteknologi
 Semoga generasi muda bangsa Indonesia memiliki semangat teknopreneur yang
minimal sama dengan semangat Habibie dalam mengembangkan industri-industri
strategis. Dan harapannya, orang-orang pintar dan cerdas Indonesia dapat
memberikan karyanya bagi perkembangan industri Indonesia, bukan menghabiskan
seluruh hidupnya di perusahaan asing.
 Para calon pemimpin dan para politisi partai perlu bercermin diri dan cobalah insaf
agar “tidak gila kekuasaan”, dan ketika memegang kekuasaan jangan serakah (KKN)
dan sombong.
 Saya bangga dengan sikap Habibie yang tidak mencalonkan diri sebagai presiden,
namun beliau tetap memberikan kontribusi nyata melalui berbagai organisasinya
seperti The Habibie Centre serta siap selalu memberikan masukan dan bimbingan
bagi para politisi/penguasa melalui berbagai dialog atau seminar.
 Semoga Habibie terus memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaganya bagi bangsa
Indonesia dan selalu dikarunia fisik yang sehat.
REFERENSI

BJ Habibie.2006. Detik-Detik yang Menentukan. THC Mandiri : Jakarta (recommended)


A. Makmur Makka. A True Life of Habibie. Pustaka Iman : Bandung (recommended)
Wawancara Habibie di Impact (Youtube) (recommended)
BJ Habibie – Biografi Tokoh Indonesia
Wikiepedia – BJ Habibie Profile
BBC : BJ Habibie Profile
MAKALAH :

BOIGRAFI
B.J HABIBIE

Oleh :

NAMA : DESWITA MAHARANI


KELAS :

SMA NEGERI 1 ASERA

Anda mungkin juga menyukai