Anda di halaman 1dari 11

I.

SISTEM RESPIRASI
A. KASUS TUBERKULOSIS
1. Identitas Pasien
Nama : Sdri. Z
Alamat : Jl. Mangesti Raya No 19 Gentan, Sukoharjo
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 8 Tahun

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


 Nafsu makan menurun
 Berat badan sulit naik, menetap
 Demam subfebris yang berkepanjangan, berlanjut hingga 2
minggu
 Pembesaran kelenjar superfisial di daerah leher, aksila, inguinal
 Keluhan respiratoris berupa batuk kronis lebih dari 3 minggu atau
nyeri dada
 Keluhan gastrointestinal, sperti diare persisten yang tidak sembuh
dengan pengobatan baku.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji tuberkulin
 Dosis 0,1 ml. Tuberkulin PPD, intrakutan di bagian volar
lengan dengan arah suntikan memanjang lengan
(longitudinal). Reaksi (indurasi transversal) diukur 48-72
jam setelah penyuntikan;
 Uji tuberkulosis positif jika indurasi ≥10 mm, meragukan
dan perlu diulang dalam jarak waktu minimal 2 minggu jika
indurasi 5-9 mm, negatif jika indurasi <5 mm;
 Pada anak yang sudah diimunisasi BCG, jika indurasi ≥15
mm dapat dipikirakan kemungkinan penyebab infeksi
alamiah M. Tuberculosis. Namun pada kondisi
imunosupresi, nilai ≥5 mm dinyatakan positif;

1
 Hasil positif pada anak menunjukkan adanya infeksi TB.
Akan tetapi, reaksi tuberkulin tidak digunakan untuk
memantau pengobatan karena akan bertahan lama hingga
bertahun-tahun, walaupun pasien sudah sembuh.
b. Foto toraks AP dan lateral kanan. Terdapat tujuh gambaran
radiologis sugestif TB, yaitu pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakela, konsolidasi segmen/lobus paru, miller, kavitas, efusi
pleura, ateleketasis, atau kalsifikasi.
c. Pemeriksaan mikrobiologi, menggunakan sputum atau bilasan
lambung untuk mencari Basil Tahan Asam (BTA) pada
pemeriksaan langsung dan Mycobacterium tuberculosis dari
biakan. Hasil positif menunjukkan diagnosis pasti TB, namun
hasil negatif belum menyingkirkan diagnosis TB
d. Pemeriksaan serologi
e. Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah, urine dan feses rutin
f. Pungsi lumbal
g. Pemeriksaan lainnya seperti funduskopi.

4. Diagnosa
Diagnosa Utama : Tuberculosis bronchus with bacteriological and
histological confirmation
Diagnosa Lain :-

5. Komplikasi
-
6. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
Obat anti-tuberkulosis (OAT) diberika 2 fase, yaitu fase intensif
(3-5 OAT selama 2 bulan awal) dan fase lanjutan (INH-
rifampisin) hingga 6-12 bulan. Pemberian etambutol dosis 15-25
mg/KgBB/hari. Regimen untuk TB paru : 2HRZ- 4RH
2. Terapi non-medikamentosa

2
 Pendekatan Directly Observed Treatment Shortcourse
(DOTS)
 Asuhan gizi.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
a. Tuberculosis (TB) : penyakit akibat infeksi bakteri
mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga
dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.
b. Uji tuberkulin : pemeriksaan yang dilalkukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kuman penyebab penyakit
tuberkulosis pada tubuh.
c. Pemeriksaan serologi : pemeriksaan untuk mengetahui anti
bodi dalam darah.

d. Pungsi lumbal : prosedur pengambilan cairan tulang


belakang dan otak (serebrospinal). Prosedur dilakukan dengan
menusukkan jarum ke celah tulang belakang di punggung
bagaian bawah.

e. Funduskopi : tes kesehatan untuk melihat ke dalam fundus mata


dan strukur lain menggunakan oftalmoskop
f. M. Tuberculosis : bakteri penyebab penyakit tuberkulosa.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Cari Lead Term Tuberculosis pada ICD 10 Vol 3
- bronchi, bronchial, bronchus
- - with bacteriological and histological confirmation A15.5
b. Kode Tindakan
-

9. Referensi
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat
Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.

3
B. KASUS PNEUMONIA
1. Identitas Pasien
Nama : By. B
Alamat : Jl Dr. Sutomo No 12 Surakarta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 1 tahun 2 bulan

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


Demam, penurunan nafsu makan, diare, sesak napas, batu, retraksi
dada, takipnea, air hunger, napas cuping hidung, sianosis, retraksi.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer lengkap
 Pneumonia viral/mycoplasma: leukosit normal atau sedikit
meningkat
 Pneumonia bakterial: leukositosis, berkisar antara 15.000-
40.000/mm³, predominan PMN. Pada nfeksi chlamydia
kadang ditemukan eosinofilia.
b. Foto toraks
c. Pemeriksaan kultur dan perwanaan Gram sputum
d. Pemeriksaan antigen
e. Analisis cairan pleura
f. Pemeriksaan C-reactive protein (CRP).
4. Diagnosa
Diagnosa Utama : Pneumonia Bacterial, unspecified
Diagnosa Lain :-

5. Komplikasi
Empiema torasis

4
6. Penatalaksanaan
 Oksigen untuk mempertahankan saturasi >92%, dipantau setiap
4 jam. Pada anak yang stabil dapat dilakukan uji coba tanpa
menggunakan oksigen setiap hari . bila saturasi tetap stabil,
pemberian okseigen diberhentikan.
 Bila asupan per oral kurang, dapat diberikan cairan intravena
dan dialkukanbalans cairan ketat agar tidak terjadi hidrasi
berlebihan (pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi
hormon antidiuretik;
 Pada distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari, dapat digantikan dengan NGT/intravena dengan
perhitungan balans cairan yang ketat
 Bila suhu ≥39℃ dapat diberikan parasetamol
 Nebulasi agonis β – 2 dan/ NaCl 0,9% dapat dibrikan untuk
memperbaiki mucocilli-ary clearance, namun bukan merupakan
terapi yang rutin dilakukan
 Pemberian antibiotik :
 Amoksilin 50-100 mg/KgBB IV atau IM setiap 8 jam,
dipantau ketat dalam 72 jam pertama. Bila respon baik,
terapi diteruskan hingga 5 hari, kemudian dilanjutkan
dengan amoksilin oral 15 mg/KgBB/kali, 3 hari sekali,
selama 5 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk
sebelum 48 jam atau terdapat keadaan yang berat ( tidak
dapat menyusu, makan,atau minum) tambahkan
kloramfenikol 25 mg/KgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam.
 Antibiotik ini kedua: seftriaksin 80-100 mg/KgBB IM atau
IV satu kali sehari.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
a. Pneumonia : infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alvaeolus dan jaringan interstisal.

5
b. Takipnea : peningkatan frekuensi pernapasan tanpa
memerhatikan ada atau tidak perubahan pada bentilasi paru
secara keseluruhan.
c. air hunger / dispnea : kesukaran bernapas dan keluhan
subjektif akan kebutuhan oksigen yang meningkat.
d. Sianosis : perubahan warna kulit atau selaput mukosa
menjadi kebiruan atau keunguan karena jaringan yang
berdekatan dengan permukaan kulit memiliki saturasi oksigen
rendah.
e. Leukositosis : suatu kondisi tubuh yang ditandai dengan
peningkatan leukosit (sel darah putih) di dalam darah.
f. Chlamydia : penyakit seksual berupa infeksi yang disebabkan
oleh bakteri.
g. Eosinofilia : tingginya rasio eosinofil di dalam plasma darah.
8. Kode Penyakit dan Tindakan
a. Kode Penyakit
Cari Lead term Pneumonia pada ICD 10 Vol 3
Pneumonia (acute)
- bacterial J15.9
Rujuk Vol 1 Bacterial pneumonia, unspecified
J15.9 Bacterial pneumonia, unspecified
b. Kode Tindakan
-

9. Referensi
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat
Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.

6
C. KASUS BRONKIEKTASIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Alamat : Jl. Manggis I No. 49 Karanganyar
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 57

2. Manifestasi Klinis/ Anamnesa


 Batuk berdahak, batuk kering lama. Sputum mukoid,
mukopurulen (71-97%), kental atau campuran ketiganya yaitu
sputum tiga lapis.
 Hemoptisis (50-70% kasus)
 Lemas, penurunan BB, mialgia
 Dipsneu, mengi
 Demam, nyeri dada pleuritik
 Kor pulmonal
 Tidak ada atau riwayar merokok
 Riwayat keluhan kronik

3. Pemeriksaan Penunjang
 Foto toraks
 CT scan
 Bronkoskopi fiberoptik
 Pemeriksaan sputum, kultur sputum, pewarnaan – dapat
ditemukan neutrofilia dan kolonisasi
 Tes resistensi antibiotik
4. Diagnosa
Diagnosa Utama : Bronchiectasis
Diagnosa Lain :-

5. Komplikasi

7
-
6. Penatalaksanaan
Medikamentosa, terapi antibiotik.
1. Ekaserbasi akut
Indikasi terapi antibiotik pada akserbasi akut antara lain terjadi
perburukan keadaan umum mendadak yang biasanya terjadi
dalam beberapa hari berupa bertambahnya keluhan batuk,
volume sputum atau terdapat keluhan sesak atau hemoptisis.
Terapi antibiotik bersifat empiris dan diberikan selama 10-14
hari.
2. Jangka panjang
Indikasi terapi antibiotik jangka panjang
Jika keluhan sangat berat dan sering (ekaserbasi akut >3x /
tahun). Regimen antibiotik ditentukan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologis ketika tidak dalam ekaserbasi akut.
3. Pemberian bronko-dilator
4. Pemberian mukolitik.
7. Arti istilah-istilah penyakit, laboratorium, singkatan, tindakan
dan pengobatannya
a. Bronchiectasis : dilatasi bronkus yang bersifat abnormal dan
permanen. Dilatasi dapat bersifat fokal atau difus, biasanya
disebabkan oleh infeksi kronik, obstruksi pernapasan
proksimal, atau abnormalitas bronkus kongenital
b. Hemoptisis : batuk darah, kejadian dimana darah
dikeluarkan dari mulut yang berasal dari pendarahan pada
saluran pernapasan.
c. Dipsneu : atau disebut sebagai shortness of breath (SOB))
merupakan sensasi yang dirasakan ketika bernapas tetapi
rasanya tidak cukup
d. Kor pulmonal : kondisi gagal jantung sisi kanan dimana
terjadi peruabahan struktur fungsi dengan penyebab primer
kelainan paru yang kronik dapat berupa hipertensi pulmonal

8
yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah paru atau
parenkim paru

e. Tes resistensi antibiotik : tes perlawanan / daya tahan bakteri


terhadap antibiotik yang awalnya efektif untuk mengobati
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut

f. Bronko-dilator : sebuah substansi yang dapat memperlebar


luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan
membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat

g. Mukolitik : obat yang bekerja dengan mengurangi kekentalan


dahak dan mempermudah pengeluaran dahak dari saluran
pernapasan

8. Kode Penyakit dan Tindakan


a. Kode Penyakit
Cari Lead term Bronchiectasis pada ICD 10 Vol 3
Bronchiectasis J47
Rujuk Vol 1 Bronchiectasis
J47 Bronchiectasis
b. Kode Tindakan
-
9. Referensi
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat
Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius.

9
Bukti Screenshot Proses Bimbingan, Post Test, ACC
Pembimbing dan Pengesahan Kepala Laboratorium Rekam
Medis
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...

10
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...
……………………...
………………………………………………………………...
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...

11

Anda mungkin juga menyukai