Anda di halaman 1dari 2

Assalaamu’alaikum Wr Wb

            

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan pada kita sekalian. Allah
masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang. Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan ummat Islam seluruhnya.

Dalam perang badar, dengan jumlah kamum muslimin yang lebih sedikit dan jumlah musuh yang lebih banyak, kaum
muslimin bisa memenangkan peperangan.  Bukan tanpa sebab kemenangan kaum muslimin bisa tercapai saat itu. Secara akal
sehat tidak mungkin rasanya kemenangan yang besar tersebut bisa tercapai, tidak lain karena pertolongan Allah SWT.

Namun perlu diketahui Allah SWT pun sudah menerapkan sunnatullah-Nya. Dia memberikan syarat-syarat pertolongan-Nya
dengan janji kemenangan-kemengan yang hakiki bagi ummat. Sebagaimana kemenganan kaum muslimin di medan perang
badar Kubro. Mari disimak QS. Al-Anfal ayat 46-47 berikut:

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah
(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan
rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah
meliputi apa yang mereka kerjakan.

Syaikh Muhammad Abdul Athi Buhairi dalam kitab Nida’atur Rohman Li Ahlil Iman memberikan penjelasan bahwa seruan
ini ditujukan kepada kaum mu’minin sebagai pelajaran dari Allah SWT tentang bagaimana sikap seorang mu’min dalam
menghadapi musuh-musuh Allah. Ayat ini diawali dengan

awalan kalimat ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬  yang berarti Nida’ul Karomah (panggilan kemuliaan/kehormatan) dari Allah secara langsung
sebagaimana dijelaskan oleh beliau Syaikh Muhammad Abdul Athi Buhairi.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Allah SWT menjelaskan sebab-sebab meraih kemenangan yang hakiki dalam menghadapi kedzoliman musuh-musuh Islam.
Setidaknya ada 6 hal besar yang ditunjukkan oleh Allah SWT tentang sebab-sebab tercapainya kemenangan dalam QS. Al-
Anfal ayat 45-47 ini:

Pertama, ‫فَ ْاثبُتُوا‬ (Tegar/teguh hati) ketika menghadapi Musuh.

Ketegaran inilah yang menghantarkan menuju kemenangan. Orang yang beriman terkadang tidak menyadari kalau musuhnya
ternyata lebih sengsara daripada mereka, mereka merasa sakit sebagaimana kaum beriman merasa sakit. Akan tetapi bedanya,
mereka tidak punya harapan kepada Allah sedangkan kaum mukminin mempunyai harapan yang digantungkan kepada Allah
yang maha Kuasa. Maka apabila kaum mukminin mau lebih tegar, lebih sabar niscaya akan meraih kemenangan yang hakiki.

Kedua, ‫ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا‬  (Selalu banyak berdzikir kepada Allah).

Berdzikir (mengingat) Allah adalah pelajaran yang sangat prinsip bagi seorang mu’min. Bahkan Al-Quran sendiri telah
menceritakan umat-umat terdahulu tatkala berhadapan dengan tukang-tukang sihir Fir’aun. Tatkala Fir’aun mengancam
mereka dengan siksaan yang berat maka hati kaum mu’min semakin khusu’ dan lebih sepenuhnya berserah diri serta pasrah
kepada Allah.

Ketiga, ُ‫وأَ ِطيعُوا هَّللا َ َو َرسُولَه‬  (Taat


َ kepada Allah dan Rasul-Nya).

Ini bertujuan agar kaum mu’minin pasrah sepenuhnya kepada Allah sehingga mereka tidak saling bertentangan. Manusia
tidak saling bertentangan kecuali dipicu oleh adanya beberapa pemimpin, hawa nafsu, syahwat, dan terlalu senang jabatan.
Seandainya seseorang memasrahkan semua urusannya kepada Allah dan Rasulnya niscaya hilanglah semua pertentangan-
pertentangan itu.
Keempat, ‫ َواَل تَنَا َزعُوا‬  (Menjauhi perselisihan dan pertengkaran/saling berbantah-bantahan).

Banyak berbantah-bantahan tidak jarang justru berujung dengan perpecahan. Hanya karena perbedaan pandangan dan pilihan
politik tidak sepantasnya berujung perpecahan. Padahal perpecahan merupakan satu hal yang sangat dilarang dalam Islam.
Perintah Allah bersatu padu sangat jelas sebagaimana QS. Ali Imran [3]: 103 (‫ص ُموا بِ َحب ِْل هَّللا ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرقُوا‬
ِ َ‫وا ْعت‬ )
َ demikian juga
perintah untuk menyusun barisan dengan rapi sebagaimana dijelaskan dalam QS. As-Shoff [61]: 3:

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Kelima, ‫واصْ بِرُوا‬ (Sabar


َ dan tabah dalam berjuang) dan Keenam,  ‫اس َو ِرئَا َء بَطَ ًرا‬
ِ ‫صدُّونَ ال َّن‬
ُ َ‫يل َعن َوي‬
ِ ‫اس ِب‬
َ ‫ه‬ِ َّ‫( لل‬Jangan sombong,
jangan bersikap Riya dan jangan menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah).

Allah mengingatkan kaum mukminin agar menjauhi tiga sikap ini. Ketiga sikap ini telah dipraktekkan oleh Abu Jahal dengan
congkaknya merasa punya pasukan yang lebih banyak serta menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah sehingga
berakhirlah dia dengan kekalahan dengan izin Allah.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Itulah enam kunci sekaligus syarat untuk mewujudkan Islam yang unggul, Islam yang berkemajuan, Islam pemenang zaman.
Semoga kita bisa mengamalkannya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai