Anda di halaman 1dari 11

SHIPPING AND RECEIVING

Topik 2

ABNER SIMANJUNTAK
Freight Forwarder

A. Dasar hukum dari freight forwarder

 Karena belum adanya pengaturan internasional

yang mengatur keberadaan freight forwarder,


maka dasar hukumnya berbeda dari Negara ke
Negara.

 Secara umum hukum Negara itu didasarkan atas

konsep keagenan. Di Indonesia diatur dalam


KUHD dan Peraturan Pemerintah lainnya
Freight Forwarder

A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan …)

 Freight forwarder merupakan agen dari pemilik

barang atau prinsipalnya, shipper/consignee,


dalam melaksanakan angkutan barang atas
dasar aturan tradisionil keagenan.

 Dalam tugasnya patuh kepada prinsipalnya,

mematuhi instruksi-instruksi yang beralasan


dan mampu melaksanakan transaksinya.
Freight Forwarder

A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan ...)


 Bila bertindak sebagai agen, maka tanggung
jawabnya terbatas sebagai agen, tetapi ini tidak
akan sama bila bertindak sebagai prinsipalnya dan
melakukan kontrak yang menyangkut tanggung
jawab atas namanya sendiri.
 Dia akan bertanggung jawab terhadap seluruh
pelaksanaan angkutan itu termasuk periode waktu
barangnya berada didalam pengawasan carrier
dan semua penanggung jawab angkutan
multimoda lainnya yang digunakan.
Freight Forwarder

A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan ...)

 Dalam praktek sesungguhnya,


umpama bila freight forwarder
mengambil alih tugas angkutan darat,
menyangkut barangnya sendiri dia
bertindak sebagai principal; tetapi
dalam hal menggunakan
subkontraktor atas persetujuan
pelangganya, maka ini kembali
bertindak sebagai agen.
Freight Forwarder

A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan ...)


 Sebaliknya kalau melaksanakan konsolidasi atau groupage dan
menerbitkan bill of ladingnya (B/L) sendiri, maka dia menjadi
principal
 Menurut Undang-undang di beberapa negara kedudukan freight
forwarder bermacam-macam tentang hak dan kewajibannya.
Umumnya freight forwarder melakukan transasi atas namanya
sendiri bertindak atas nama pelanggannya yaitu
shipper/consignee dan sebagai principal dimata
pengangkut/carrier (actual carrier). Dalam hukum perancis
misalnya, kegiatan freight forwarder yang dilakukan juga
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan yang baik dari kontrak
angkutan, dan sering dianggap sebagai pengangkut/carrier.
Sehubungan dengan pertanggungan jawab terhadap pelasakaan
dari angkutan yang sesungguhnya, maka hukum Perancis itu
mengijinkan pengirim barang/shipper untuk menuntuk
forwarder maupun pengangkutnya/carrier.
Freight Forwarder

B. Standard Trading Condition (STC)


 Beberapa Negara menyetujui adanya Standard
Trading Condition (Dasar Pengaturan
Perdagangan) yang secara umum mengatur
kewajiban forwarder dalam hubungannya dengan
pelanggan/customer, khususnya mengenai hak,
tanggung jawabnya, termasuk pembelaan yang
dapat dilakukan olehnya.
 Kondisi-kondisinya ditungkan dalam bentuk
pengaturan perdagangan Negara masing-masing
atau hukum yang berlaku di Negara yang
bersangkutan.
Freight Forwarder

B. Standard Trading Condition (STC) (lanjutan..)

 Di Negara dimana tidak dipergunakan STC, maka

kontrak yang berlaku bagi freight forwarder dan


customernya mengatur hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
Freight Forwarder

B. Standard Trading Condition (STC) (lanjutan..)

 Meskipun STC itu berlainan di Negara satu dan

lainnya, namun demikian freight forwader


diharapkan untuk:
 Harus hati-hati terhadap barang yang dipercayakan
kepadanya

 Ikuti instruksi pelanggannya/customer menyangkut


hal-hal yang berhubungan dengan angkutannya
Freight Forwarder

 Catatan : GAFEKSI (INFA) mempunyai STC

edisi tahun 1988 yang diwajibkan bagi freight


forwarder anggotanya diberi wewenang
menggunakan FIATA B/L
Thank You

Anda mungkin juga menyukai