maka dasar hukumnya berbeda dari Negara ke Negara.
Secara umum hukum Negara itu didasarkan atas
konsep keagenan. Di Indonesia diatur dalam
KUHD dan Peraturan Pemerintah lainnya Freight Forwarder
A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan …)
Freight forwarder merupakan agen dari pemilik
barang atau prinsipalnya, shipper/consignee,
dalam melaksanakan angkutan barang atas dasar aturan tradisionil keagenan.
Dalam tugasnya patuh kepada prinsipalnya,
mematuhi instruksi-instruksi yang beralasan
dan mampu melaksanakan transaksinya. Freight Forwarder
A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan ...)
Bila bertindak sebagai agen, maka tanggung jawabnya terbatas sebagai agen, tetapi ini tidak akan sama bila bertindak sebagai prinsipalnya dan melakukan kontrak yang menyangkut tanggung jawab atas namanya sendiri. Dia akan bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan angkutan itu termasuk periode waktu barangnya berada didalam pengawasan carrier dan semua penanggung jawab angkutan multimoda lainnya yang digunakan. Freight Forwarder
A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan ...)
Dalam praktek sesungguhnya,
umpama bila freight forwarder mengambil alih tugas angkutan darat, menyangkut barangnya sendiri dia bertindak sebagai principal; tetapi dalam hal menggunakan subkontraktor atas persetujuan pelangganya, maka ini kembali bertindak sebagai agen. Freight Forwarder
A. Dasar hukum dari freight forwarder (lanjutan ...)
Sebaliknya kalau melaksanakan konsolidasi atau groupage dan menerbitkan bill of ladingnya (B/L) sendiri, maka dia menjadi principal Menurut Undang-undang di beberapa negara kedudukan freight forwarder bermacam-macam tentang hak dan kewajibannya. Umumnya freight forwarder melakukan transasi atas namanya sendiri bertindak atas nama pelanggannya yaitu shipper/consignee dan sebagai principal dimata pengangkut/carrier (actual carrier). Dalam hukum perancis misalnya, kegiatan freight forwarder yang dilakukan juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan yang baik dari kontrak angkutan, dan sering dianggap sebagai pengangkut/carrier. Sehubungan dengan pertanggungan jawab terhadap pelasakaan dari angkutan yang sesungguhnya, maka hukum Perancis itu mengijinkan pengirim barang/shipper untuk menuntuk forwarder maupun pengangkutnya/carrier. Freight Forwarder
B. Standard Trading Condition (STC)
Beberapa Negara menyetujui adanya Standard Trading Condition (Dasar Pengaturan Perdagangan) yang secara umum mengatur kewajiban forwarder dalam hubungannya dengan pelanggan/customer, khususnya mengenai hak, tanggung jawabnya, termasuk pembelaan yang dapat dilakukan olehnya. Kondisi-kondisinya ditungkan dalam bentuk pengaturan perdagangan Negara masing-masing atau hukum yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Freight Forwarder
B. Standard Trading Condition (STC) (lanjutan..)
Di Negara dimana tidak dipergunakan STC, maka
kontrak yang berlaku bagi freight forwarder dan
customernya mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak. Freight Forwarder
B. Standard Trading Condition (STC) (lanjutan..)
Meskipun STC itu berlainan di Negara satu dan
lainnya, namun demikian freight forwader
diharapkan untuk: Harus hati-hati terhadap barang yang dipercayakan kepadanya