Modul 1 Terbaru
Modul 1 Terbaru
MODUL 1
1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. Siklus hidrologi
Mari kita lihat siklus hidrologi pada Gambar 1.1 berikut ini :
kenaikan muka air sungai. Pengaruh pembendungan bisa mencapai ribuan meter dan
dapat menyebabkan meluapnya air dari alur sungai.
Aliran dalam tanah, khususnya air tanah dangkal bergerak dengan kecepatan sangat
lambat melalui ruang-ruang di antara partikel tanah. Tergantung pada kondisi
geologinya, air tanah dapat muncul ke permukaan tanah disebut mata air dan mengalir
membentuk sungai. Pada kondisi muka air tanah lebih tinggi daripada dasar sungai, air
tanah akan merembes dan masuk mengisi sungai melalui tebingnya. Dan sebaliknya,
apabila muka air di sungai, di waduk atau tampungan air lainnya lebih tinggi dari muka
air tanah, maka air akan meresap dan bersatu dengan air dalam tanah. Jadi ada
hubungan antara air tanah dan air permukaan.
Dalam kondisi ekstrim ada kemungkinan alur sungai tak mampu menampung
limpasan permukaan, sehingga terjadilah peluapan yang disebut banjir. (Catatan : dalam
ilmu keairan debit banjir diartikan sebagai debit yang lebih besar dari debit normal, dan
tidak selalu berarti meluap dari alur sungai).
Dalam perjalanan partikel air baik di atas permukaan tanah atau dalam tanah, aliran
dapat terhambat secara alami atau akibat campur tangan manusia. Sebagai contoh,
aliran permukaan terhambat karena adanya tumbuh-tumbuhan, relief permukaan bumi,
bangunan, timbunan atau cekungan di permukaan tanah. Hambatan di permukaan tanah
dapat menyebabkan genangan. Di bawah permukaan tanah aliran air tanah dapat
terhambat antara lain karena pemadatan atau peristiwa/proses geologi, sehingga aliran
dapat berubah arah. Contoh lain: pemompaan memaksa air berkumpul ke satu titik
untuk dipompa keluar dari tanah.
berair sepanjang tahun disebut sungai perenial. Meskipun debitnya bervariasi dan
berfluktuasi sepanjang tahun, dapat diupayakan untuk bisa dimanfaatkan, antara lain
dengan membuat bendung untuk meninggikan muka air agar air dapat mencapai sawah,
waduk untuk menyimpan air saat hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau,
pompa untuk mengangkat air dari muka air yang rendah ke tempat yang lebih tinggi,
dsb.
Dalam lingkup Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kebutuhan air cukup besar untuk
berbagai kebutuhan; air untuk perkotaan, daerah pertanian, industri dlsb. Kualitas air
permukaan sangat rawan terhadap pencemaran dan masuknya hasil erosi permukaan,
sedang air dari segi kualitas lebih terlindung dari pencemaran, kecuali bila ada
perembesan polutan.
Manusia atau makhluk hidup lainnya dan tumbuh-tumbuhan, membutuhkan air
dalam jumlah secukupnya. Selain tumbuhan air, tumbuhan lain akan terganggu
pertumbuhannya (bahkan busuk lalu mati) bila air tergenang cukup lama. Air dalam
tanah juga menimbulkan masalah pada kegiatan konstruksi apabila muka airnya tinggi.
Aliran partikel air di kawasan permukiman mempunyai fenomena yang hampir
serupa. Air sulit meresap ke dalam tanah karena adanya bangunan rumah, bangunan
gedung, jalan dsb. Aliran dalam saluran drainase juga bisa mengalami hambatan akibat
Pekerjaan drainase mencakup pekerjaan pengendalian air permukaan yang berlebih
(banjir, genangan) dan pengaturan muka air di sungai serta pengendalian air tanah.
Pekerjaan drainase di suatu wilayah dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
o Drainase basin (basin drainage)
o Drainase perkotaan/permukiman (Urban drainage).
hujan tertentu alurnya tidak mampu melewatkan debit banjir. Banjir suatu sungai
disebabkan oleh :
Pengendapan di alur sungai mengurangi kapasitas alir sungai.
Pengaruh air balik dari sungai utama masuk ke anak-anak sungai atau dari laut
masuk ke sungai utama/induk, sehingga muka air naik melampaui tebing sungai.
Hambatan di alur sungai, misalnya penyempitan penampang sungai (alami atau
karena adanya bangunan, belokan dlsb.)
Bencana banjir yang ditimbulkan oleh sungai dapat mencakup ratusan hektar
lahan dan kerusakan yang ditimbulkan meliputi kerusakan lahan produktif,
permukiman, bangunan-bangunan di darat dan di sungai, prasarana transportasi,
kerugian harta benda, hewan ternak dsb termasuk adanya korban jiwa.
Penanggulangan banjir yang disebabkan oleh sungai banyak ragamnya, termasuk
dalam pekerjaan teknik sungai antara lain pembuatan tanggul, normalisasi sungai,
pembuatan waduk pengendali banjir dsb. yang tidak dibahas dalam matakuliah Drainase
ini. Pekerjaan penanggulangan banjir dalam hal ini disebut basin drainage.
Banjir yang terjadi dapat masuk dalam wilayah kota/permukiman karena sungai ybs.
mengalir dekat atau melalui kota tersebut., disebut sebagai banjir makro. Dalam
penanganannya, harus dipastikan kapasitas alur sungai tersebut harus dapat menampung
debit banjir dengan periode ulang tertentu.
Drainase perkotaan/permukiman
Pekerjaan drainase yang menyangkut pengaturan pembuangan air hujan dan/atau air
limbah dalam wilayah suatu kota/permukiman, disebut juga sebagai urban drainage.
Drainase lapangan terbang, daerah industri, pelabuhan dalam lingkungan perkotaan
termasuk dalam kategori ini, dengan cara penanggulangan yang tidak jauh berbeda.
Dalam lingkup perkotaan atau permukiman, air bersih (hasil olahan air sungai di
instalasi pengolahan air, water treatment plant) kita peroleh dari PAM untuk rumah
tangga, ± 30% yang habis terpakai, sedangkan sisanya terbuang sebagai limbah cair
rumah tangga antara lain buangan dari kamar mandi, sisa cucian dan dari dapur serta
sisa lainnya. Air buangan rumah tangga dapat mengandung deterjen/sabun, sisa-sisa
minyak dari dapur dsb. Air untuk industri, sebagian air digunakan untuk proses,
sebagian untuk pendingin. Sisa proses berupa limbah, dapat berupa limbah organik
(contoh : limbah pabrik tahu, pabrik tapioka, dsb.) atau limbah yang mengandung zat-
zat kimia sisa proses tersebut (limbah pabrik tekstil dsb). Air sisa irigasi terbuang ke
sungai-sungai dalam keadaan berbeda dengan air yang disuplai, karena telah
mengandung sisa-sisa pupuk dan pestisida. Air buangan yang berasal dari rumah-tangga
/ permukiman, dari pabrik dan dari daerah pertanian / sawah bila mengandung zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan, tidak kita harapkan berada di sekitar kita.
Dengan demikian ada beberapa macam air yang perlu dikendalikan di wilayah
perkotaan/permukiman, yaitu :
a. Air limbah (buangan) dari rumah tangga, fasilitas umum, industri dsb yang
disebut juga sebagai limbah perkotaan atau limbah domestik. Air sisa irigasi
termasuk juga sebagai air limbah.
b. Air limpasan hujan atau disebut air berlebih (excess water)
c. Air tanah.
Pekerjaan yang berurusan dengan pembuangan air limbah dan air berlebih di suatu
tempat disebut drainase perkotaan/permukiman atau urban drainage.
Jaringan saluran drainase dalam suatu kota atau suatu wilayah kota belum tentu
dalam kondisi tertata baik yang menjamin kelancaran pengaliran air. Air hujan yang
tidak dapat mengalir dengan baik, akan meluap dari saluran dan menggenangi lahan di
sekitarnya. Orang awam menyebutnya sebagai banjir lokal. Uraian lebih lengkap dapat
dilihat pada Modul 3.
mampu menampung aliran banjir, sehingga terjadi peluapan dan genangan, maka perlu
segera ditangani.
Genangan, adalah air yang tertahan di suatu tempat dan tidak tersalur dengan cepat
ke pembuangan (saluran, sungai, laut). Genangan dapat terjadi beberapa saat setelah
hujan berhenti, beberapa menit, jam atau bahkan dapat berlangsung berhari-hari,
tergantung pada jenis tanah dan kondisi muka air di pembuangan akhirnya.
Daerah/lahan tergenang permanen disebut rawa-rawa.
1. Mengalirkan air limbah dan/atau air berlebih secara cepat dan aman ke tempat
pengolahan air limbah (bagi air limbah) dan pembuangan akhir atau badan air
penerima bagi air berlebih (limpasan hujan) untuk menghindarkan terjadinya :
banjir
genangan air pada permukiman atau lahan produktif
erosi lapisan tanah dan endapan-endapan
kerusakan dan gangguan fisik, kimiawi dan biologi terhadap lahan atau
lingkungan aktif dan produktif, agar kesehatan lingkungan tetap terjaga, estetika
terpelihara baik, komunikasi dan lalu lintas ekonomi dan sosial tidak terhambat
2. Mengeringkan lahan yang tergenang atau yang jenuh air dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya agar sanitasi dapat berjalan dengan baik, dan tanaman dapat
tumbuh tak terganggu.
3. Mengusahakan agar air tidak tertahan di dalam badan jalan/perkerasan agar
kestabilan konstruksi jalan tetap terjaga.
Lingkup pekerjaannya adalah mengupayakan agar air hujan atau air tanah tidak
menggenang di atas permukaan jalan dan tidak bertahan dalam lapisan perkerasan
jalankarena dapat menurunkan kestabilan konstruksi jalan.
basin).
2. Topografi
Dari garis kontur pada peta topografi daerah, dapat diketahui relief permukaan
medan dan kemiringan medan. Pada perencanaan drainase perkotaan/permukiman,
drainase lahan dan drainase jalan raya/lapangan terbang, dengan bantuan peta
tersebut dapat ditentukan batas daerah pematusan suatu saluran, dan dapat dibuat
jaringan saluran drainase, dan lokasi bangunan-bangunan pelengkap. Dengan peta
topografi dapat dilihat daerah yang tergenang banjir. Dengan bantuan garis kontur
dapat diperkirakan kemiringan saluran yang memenuhi syarat pengaliran air buangan
yang aman.
3. Hidrologi
Kondisi hidrologi suatu daerah dapat berbeda dengan daerah yang lain tergantung
karakteristik iklim masing-masing. Tersedia banyak metode untuk menghitung
besarnya debit saluran berdasarkan curah hujan pada suatu periode ulang tertentu
sebagai dasar perencanaan dimensi saluran.
4. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan atau penutupan lahan menentukan banyaknya air yang mampu
diserap tanah. Dalam perhitungan hidrologi kondisi ini digambarkan dalam koefisien
pengaliran, C.
5. Kondisi pembuangan akhir
Pembuangan akhir merupakan faktor penting yang menentukan sistem pembuangan
air dari saluran. Muka air di sungai dipengaruhi oleh fluktuasi debit sepanjang
waktu, saat musim hujan muka air tinggi dan saat musim kemarau muka air rendah.
Muka air laut dipengaruhi oleh pola pasang surut. Saat pasang ada kemungkinan sulit
melakukan pengaliran secara gravitasi (di dataran yang landai). Muka air di danau
atau rawa relatif tidak banyak berubah.
1.2.1. U m u m
Kelancaran suatu sistim drainase di suatu wilayah tidak lepas dari kondisi tanah dan
kedalaman muka air tanah. Besarnya limpasan permukaan (run-off), tergantung pada :
1. Kemiringan lahan
2. Relief permukaan lahan dan penutupan lahan atau penggunaan lahan
3. Struktur tanah
4. Kedalaman muka air tanah
5. Penutup permukaan lahan
Pada permukaan yang kemiringannya besar, air permukaan mengalir lebih cepat
menuju sungai atau saluran, sebaliknya pada permukaan lahan yang landai diperlukan
waktu yang lebih panjang untuk mencapai sungai atau saluran, sehingga ada
kemungkinan terjadi genangan. Pada kemiringan lahan yang besar, sedikit kesempatan
bagi air untuk meresap ke dalam tanah, sedang pada kemiringan yang landai, peresapan
lebih mudah.
Relief permukaan atau bentuk permukaan lahan menentukan kecepatan aliran dan
besarnya limpasan permukaan. Pada permukaan yang licin, misalnya pada jalan atau
lapangan terbang dari aspal, aliran lebih cepat dibanding dengan aliran di atas
permukaan yang bergelombang, di mana aliran terhambat oleh permukaan yang tidak
rata untuk mencapai tempat yang lebih rendah. Air yang mengalir di atas permukaan
yang licin lebih cepat dibanding dengan air yang mengalir di atas lapangan golf yang
berumput, atau di atas kebun jagung, apalagi di hutan yang beragam tumbuhannya.
Limpasan permukaan di atas tanah yang porus, lebih sedikit dibanding limpasan di
atas tanah yang kedap seperti tanah liat atau tanah yang mengandung tanah liat. Pada
tanah yang porus air mudah berinfiltrasi mengisi pori-pori tanah, sedang tanah liat sulit
dilalui air, sehingga lebih banyak air yang menjadi aliran permukaan. Di kota yang
sudah dipenuhi bangunan, apalagi bila banyak bangunan bertingkat berpondasi tiang
pancang, tanah menjadi lebih mampat dan padat. Hal ini mempengaruhi aliran air dalam
tanah, sehingga ruang pori dalam tanah tidak cukup menampung resapan air.
Pada kondisi muka air tanah yang dangkal, tidak banyak air yang dapat tertampung
dalam lapisan tanah di atas permukaan muka air tanah sampai kondisi jenuh tercapai.
Sebaliknya apabila muka air tanah cukup dalam, tanah dapat menyimpan air lebih
banyak
Tanah top soil (tanah atas), gembur, subur karena mengandung banyak bahan organik
dan bersifat erosif (mudah tererosi). Besarnya laju erosi tanah tergantung pada
parameter erodibilitas, yaitu jenis tanah, intensitas hujan, panjang dan kemiringan
lereng, serta perlakuan terhadap tanah.
Pada tanah terbuka potensi untuk tererosi lebih besar, karena tak ada yang
melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan, dan kecepatan aliran dipermukaan
tanah menjadi tinggi, terutama apabila kemiringan lahan besar.
Tumbuh-tumbuhan tidak memerlukan air lebih dari yang dibutuhkan untuk tumbuh
dengan subur. Kelebihan air justru membuat akar menjadi busuk sehingga tumbuhan
mati. Adanya genangan menunjukkan tanah dalam keadaan jenuh air. Tanaman berakar
pendek cepat mati karena akarnya membusuk.
Profil tanah dan kandungan air dalam tanah dapat dilihat pada Gambar 1.4. Tinggi
air kapiler tergantung pada jenis tanah. Tebal tipisnya lapisan tergantung kondisi
geologi setempat. Tinggi kapiler pada tanah silt dapat mencapai 2000 mm, sedang tanah
jenis pasir kasar tinggi kapiler kurang dari 500 mm s/d 195 mm. Untuk zone jenuh
dekat permukaan tanah, pengeringan airnya menjadikan permasalahan pada konstruksi
jalan atau lahan, sehingga perlu diatasi dengan teknik drainase bawah permukaan. Lihat
di Modul 4 dan 5.
Gravitional water zone Zone ini disebut juga intermideate zone. Air
turun kebawah akibat gaya gravitasi. Tebal
lapisan dapat mencapai > 100 m.
5. Transmisivitas (transmisivity, T)
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengalirkan air atau meneruskan
air per satuan lebar dari keseluruhan ketebalan akifer.
q k i D
Tanah retak lebih banyak menyerap air (100-200 mm), tetapi retakan dapat
tertutup apabila terjadi runtuhan tanah. Pada laju infiltrasi akhir, kondisi sama
dengan k pada keadaan jenuh.
2) Diketahui timbunan jalan di atas tanah gambut seperti pada gambar dibawah ini.
impervious
30 m
k = 20 mm/hari
1.2 m
tanah gambut 2m
impervious
1.4. TERMINOLOGI
Subbab ini memuat istilah / terminologi yang berkaitan dengan pekerjaan drainase.
Aliran Permukaan (limpasan permukaan, surface runoff).
Lapisan air yang mengalir di permukaan tanah yang datangnya dari curah hujan.
Aliran Permanen ( Steady Flow )
Aliran dimana debit air yang mengalir pada saluran tidak berubah atau konstan
selama selang waktu tertentu
Grafik yang menggambarkan hubungan besarnya debit atau kedalaman air pada
sungai atau saluran, terhadap waktu.
Jagaan (wakking (Bld), freeboard)
Jarak vertical dari permuaan air sampai sisi atas tanggul atau tanah tepi saluran.
Limpasan
Aliran air pada alur saluran atau sungai yang datangnya berasal dari curah hujan
yang jatuh pada daerah pematusannya.
Plengsengan (Lining, revetment)
Perkuatan lereng saluran dari bahan penguat seperti aspal, pasangan batu, beton
atau beton bertulang.
Pemasukan tepi ( street inlet )
Lobang aliran yang dibuat pada dinding tepi berm atau diatas saluran tepi,
berfungsi melewatkan air dari limpasan pada permukaan jalan , masuk ke
saluran tepi.
Periode Ulang ( return periode )
Interval waktu rata-rata yang suatu peristiwa disamai atau dilampaui satu kali.
Sebagai contoh misalnya periode ulang 2 tahunan memberi arti bahwa
peristiwa tersebut akan disamai atau dilampaui sebanyak 2 kali dalam kurun
waktu 4 tahun, 3 kali dalam kurun waktu 6 tahun, 4 kali dalam kurun waktu 8
tahun, 10 kali dalam kurun waktu 20 tahun. Mengenai waktu kapan terjadinya
peristiwa tadi disamai atau dilampaui , tidak ( bisa ) ditentukan atau dipastikan.
Plengsengan ( revetment )
Lining yang dibuat dari bahan pasangan batu.
Saluran terbuka ( open channel )
Saluran yang mempunyai permukaan air bebas atau yang permukaan airnya
berhubungan dengan atmosfir.
Saluran Drainase Kota
Saluran drainase yang menerima dan membuang air dari daerah pemukiman atau
dari daerah perkotaan ke badan air, dengan segala fasilitas drainase yang
diperlukan.
Saluran Drainase Basin
Saluran drainase yang menerima air dari luar daerah pemukiman dan
membuang air ke badan air melewati perkotaan.
Sistem Drainase
Kumpulan saluran yang membentuk struktur jaringan saluran mulai dari saluran
primer sampai saluran tepi dengan segala bangunan bantu yang ada didalam
daerah pematusannya termasuk badan air dimana saluran primernya bermuara.
Saluran Tepi (side ditch)
Saluran tepi jalan yang berfungsi menerima air pematusan dari permukaan jalan
dan lahan yang berada berseberangan dengan jalan.
Saluran Kwarter
Saluran yang menerima dan menyalurkan limpasan dari saluran tepi dan air
pematusan dari lahan yang terletak di kiri kanan saluran. Luas daerah pematusan
saluran kwarter, maksimum 5 ha untuk daerah datar dan 10 ha untuk daerah
miring.
Saluran Tersier
Saluran yang menerima dan menyalurkan limpasan dari saluran kwarter dan air
pematusan dari lahan yang terletak di kiri kanan saluran . Hulu saluran tersier
berawal dari pertemuan dua saluran kwarter.Luas daerah pematusan untuk
saluran tersier adalah maksimum10 ha untuk daerah datar dan maksimum 20 ha
untuk daerah miring.
Saluran Sekunder
Saluran drainase yang berawal dari pertemuan dua saluran tersier , menerima
dan menyalurkan air yang masuk dari saluran tersier, saluran kwarter, saluran
tepi danlahan yang berada ditepi saluran bersangkuta.Luas daerah pematusan
untuk saluran sekunder adalah 20 ha untuk daerah datar , dan 40 ha untuk daerah
miring.
Saluran Primer
Saluran primer berawal dari pertemuan dua saluran sekunder, menerima air
pematusan dari saluran sekunder, saluran tersier, saluran kwarter dan saluran
tepi serta lahan yang berada di kiri kanan saluran.
Saluran Prismatis.
Saluran prismatis adalah saluran yang mempunyai bentuk dan dimensi sama
sepanjang saluran.
Trotoar.
Jalur tanah atau perkerasan yang dibuat dikiri kanan jalan, yang diperuntukkan
bagi pejalan kaki dan tidak boleh dilewati kendaraan.
Waktu Konsentrasi
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan partikel air dari titik terjauh sampai
kesuatutempat yang dimaksud dengan Titik Kontrol.
1.5. RANGKUMAN
Ada dua macam drainase, yaitu drainase basin dan drainase perkotaan/
permukiman.
Drainase basin berkaitan dengan pengaturan/pengendalian sungai, sedang
drainase perkotaan / permukiman berkaitan dengan pengaturan serta
pembuangan air hujan dan air buangan domestik serta air tanah.
Pada kondisi tertentu, alur sungai tidak mampu melewatkan suatu debit,
sehingga terjadilah banjir yang dinamakan banjir makro.
Pada kondisi saluran tidak mampu melewatkan limpasan hujan, terjadilah banjir
yang dinamakan banjir mikro.
Apabila tidak diatur pembuangannya, air limbah dan air berlebih dapat
membahayakan kesehatan lingkungan.
Perencanaan saluran drainase mempertimbangkan komponen alam, yaitu tanah
dan air tanah, topografi daerah dan curah hujan.
Air tanah tidak bisa diabaikan kalau permukaan air tanahnya relatif tinggi
(dangkal).