Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Model sebagai kata benda merupakan gambaran miniatur dari sesuatu, pola

sesuatu yang dibuat, contoh untuk meniru atau emulasi, uraian atau analogi yang

digunakan untuk membantu memvisualisasi segala sesuatu (seperti atom) yang

tidak dapat diamati secara langsung, sebuah sistem postulat, data dan inferensi

sebagai uraian matematika dari entitas atau kondisi suatu urusan (Parlaungan,

2008). Sementara pemodelan adalah sebuah pekerjaan, aktivitas kognitif dimana

kita berpikir tentang membuat model dan menjelaskan bagaimana alat atau objek

itu ada (Dym, 2004). Sedangkan, model matematika adalah gambaran dari situasi

nyata menggunakan konsep dan bahasa matematika. Proses mengubah

permasalahan nyata ke dalam matematika disebut pemodelan matematika (Blum,

1991).

Definisi lain dari model matematika yaitu “Mathematical modelling is a

process of representing real world problems in mathematical terms in an attempt

to find solutions to the problems” maksudnya pemodelan matematika adalah proses

mengubah atau mewakili masalah dalam dunia nyata ke dalam bentuk matematika

dalam upaya untuk menemukan solusi dari suatu masalah (Ang, 2001). Pernyataan-

pernyataan di atas memberikan pengertian pemodelan matematika yaitu

serangkaian proses mengubah atau menggambarkan masalah nyata dalam

kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika untuk menemukan solusi atas

masalah matematika yang ada.

1
Pembelajaran yang berkaitan dengan pemodelan matematika ada pada

penyelesaian soal cerita atau aplikasi materi matematika. Pemodelan matematika

sangat penting pada penyelesaian soal cerita atau aplikasi materi matematika sebab

fenomena kehidupan yang termuat dalam soal cerita terlalu abstrak sehingga

dibutuhkan gambaran atau simbol untuk menyelesaikan masalah tersebut, dalam

hal ini menggunakan bentuk atau simbol matematika. Penyelesaian soal cerita dapat

menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah matematika yang meliputi: (1)

mengetahui; (2) menanya; (3) menyelesaikan masalah; dan (4) meninjau kembali

(Polya, 1973).

Sedangkan pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan tanpa suatu

perantara. Hal tersebut disebabkan: (1) Objek matematika itu abstrak sehingga

memerlukan peragaan; (2) Sifat materi matematika tidak mudah dipahami; (3)

Hierarki matematika ketat dan kaku; (4) Aplikasi matematika kurang nyata; (5)

Belajar matematika perlu fokus; (6) Citra pembelajaran matematika kurang baik;

(7) Kemampuan kognitif siswa masih konkret; (8) Motivasi belajar siswa tidak

tinggi; dan (9) Akhirnya, yang menjadi permasalahan psikologis adalah bahwa

pendidikan matematika di negeri ini sudah terlanjur dan banyak “luka psikologis”

yang diderita siswa berkaitan dengan pendidikan matematika (Kemendikbud,

2014). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pembelajaran terkait pemodelan

matematika membutuhkan suatu bahan pembelajaran.

Bahan pembelajaran merupakan seperangkat bahan yang disusun secara

sistematis untuk kebutuhan pembelajaran yang bersumber dari bahan cetak, alat

bantu visual, audio, video, multimedia dan animasi serta komputer dan jaringan.

Pentingnya pengembangan bahan pembelajaran mencakup tiga elemen yaitu:

2
(1) Sebagai representasi sajian guru, dosen atau instruktur; (2) Sebagai sarana

pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, atau tujuan pembelajaran; dan

(3) Sebagai optimalisasi pelayanan terhadap peserta didik (Yaumi, 2014). Salah

satu bahan pembelajaran yang dapat dikembangkan sebagai sumber belajar ialah

modul.

Modul adalah bahan pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa untuk

belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.

Perancangan modul berdasarkan program pembelajaran yang utuh dan sistematis

serta ditujukan untuk sistem pembelajaran mandiri, yang di dalamnya mengandung

tujuan, bahan, dan kegiatan belajar, serta evaluasi. Oleh karena itu, cakupan

bahasan materi dalam modul lebih fokus dan terukur, serta lebih mementingkan

aktivitas belajar pembacanya (siswa), semua sajian modul disampaikan melalui

bahasa yang komunikatif (Munadi, 2010). Pernyataan di atas memberikan

pentingnya modul dalam pembelajaran, yaitu agar siswa dapat belajar secara

mandiri dengan proses pembelajaran yang utuh dan sistematis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMA Negeri 1

Malang, sesuai kurikulum 2013 yang berkaitan dengan pemodelan matematika di

SMA yaitu guru memberikan suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh

siswa secara logis dan sistematis. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang

dilakukan siswa meliputi : (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan

informasi, (4) menalar atau mengasosiasi, dan (5) komunikasi (Kemendikbud,

2014). Langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa untuk membuat model

matematika dari suatu masalah menjadi suatu kewajiban bagi setiap siswa,

khususnya di SMA Negeri 1 Malang.

3
Selain itu, juga diperoleh informasi bahwa tidak semua siswa di sekolah

tersebut dapat membuat atau merancang suatu model matematika yang berkaitan

dengan pemecahan masalah. Sebagian siswa mengalami kesulitan untuk

menemukan solusi permasalahan dalam membuat model matematika, tetapi dengan

pemberian motivasi dan bimbingan dari guru, siswa mulai terbiasa merancang

pemodelan matematika. Guru juga menerapkan berbagai metode dan model

pembelajaran matematika agar siswa dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang

dialami selama proses pembelajaran matematika, serta kultur di sekolah tersebut

juga membentuk mental bersaing siswa yang tinggi, dan ditunjang dengan kriteria

ketuntasan minimal matematika dengan nilai minimal 80 (setara B).

Pemilihan siswa kelas XI kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam

dikarenakan siswa sudah banyak membiasakan diri dengan kegiatan pembelajaran

matematika di sekolah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang berkaitan

dengan pemodelan matematika telah banyak ditempuh oleh siswa kelas XI.

Berdasarkan kurikulum 2013, salah satu materi yang berkaitan dengan pemodelan

matematika adalah aplikasi turunan fungsi yang sesuai dengan kompetensi

keterampilan bahwa siswa diharapkan dapat membuat suatu model matematika dari

masalah turunan fungsi untuk menemukan solusi atau penyelesaian (Kemendikbud,

2014). Berdasarkan uraian permasalahan di atas, akan dilakukan suatu penelitian

pengembangan modul berbasis pemodelan matematika sebagai bahan

pembelajaran, maka penelitian ini berjudul “Pengembangan Modul Pemodelan

Matematika pada Materi Aplikasi Turunan Fungsi di SMA Kelas XI”.

4
1.2. Rumusan Masalah

Latar belakang yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya memberikan

gambaran pentingnya mengembangkan modul. Rumusan masalah merupakan

pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Berdasarkan latar

belakang di atas tampaknya belum cukup untuk menjawab permasalahan yang ada,

maka dibuatlah suatu rumusan masalah penelitian pengembangan yaitu:

a. Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran pemodelan matematika

yang layak digunakan pada siswa peminatan Matematika dan Ilmu Alam

SMA?

b. Bagaimana tingkat kepuasan siswa melalui respon siswa terhadap modul

pembelajaran pemodelan matematika dalam pembelajaran matematika

peminatan di SMA yang dikembangkan?

1.3. Tujuan Penelitian Pengembangan

Tujuan penelitian pengembangan berkaitan erat dengan rumusan masalah

yang telah ditetapkan. Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang

menunjukkan adanya hasil atau suatu yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

Selanjutnya, setelah merumuskan masalah yang akan diangkat pada penelitian

pengembangan ini, maka tujuan dari penelitian pengembangan adalah:

a. Menghasilkan modul pembelajaran pemodelan matematika yang layak

digunakan pada siswa peminatan Matematika dan Ilmu Alam SMA.

b. Mengetahui tingkat kepuasan siswa melalui respon siswa terhadap modul

pembelajaran berbasis pemodelan matematika dalam pembelajaran

matematika peminatan di SMA yang telah dikembangkan.

5
1.4. Manfaat Penelitian Pengembangan

Manfaat penelitian pengembangan merupakan dampak tercapainya tujuan

penelitian pengembangan dan rumusan masalah yang ditetapkan. Manfaat

penelitian dapat dibedakan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun

manfaat penelitian pengembangan ini secara teoritis maupun praktis meliputi:

a. Manfaat Teoritis

Setelah mengkaji, mengembangkan dan mengujicobakan produk penelitian

pengembangan berupa modul pembelajaran berbasis pemodelan matematika,

diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khasanah

pengetahuan pemodelan matematika sebagai sumber belajar di SMA.

b. Manfaat Praktis

Selain manfaat secara teoritis, diharapkan penelitian pengembangan ini juga

bermanfaat secara praktis. Adapun manfaat praktis dari penelitian

pengembangan ini diantaranya : (1) Bagi guru, pengembangan modul ini

bermanfaat sebagai bahan pembelajaran matematika yang berbasis cetak;

(2) Bagi sekolah, pengembangan modul ini bermanfaat sebagai pustaka

penunjang pembelajaran matematika untuk SMA; (3) Bagi peneliti,

pengembangan modul ini berguna untuk menjawab persoalan yang ada

sehingga dapat menjadi sarana pengembangan penelitian atau produk yang

lain.

1.5. Batasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan suatu usaha untuk menetapkan batasan

masalah penelitian agar penelitian pengembangan ini lebih terfokus dan tidak

terlalu meluas ke hal yang seharusnya tidak perlu dikaji atau diteliti. Sementara

6
dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah, diantaranya: (1) Produk atau

modul dikembangkan berdasarkan model desain pembelajaran berorientasi produk

yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and

Evaluation); (2) Modul diberikan pada SMA kelas XI kelompok peminatan

Matematika dan Ilmu Alam, dalam penelitian pengembangan ini diujicobakan pada

siswa kelas XII; (3) Materi yang digunakan untuk mengembangkan modul

pembelajaran berbasis pemodelan matematika adalah aplikasi turunan fungsi; (4)

Modul dikembangkan dengan memberi materi pengantar, materi belajar, contoh

soal, latihan soal, evaluasi, dan kunci jawaban; (5) Modul pembelajaran dapat

digunakan jika modul dinyatakan valid; dan (6) Uji coba modul berguna untuk

mengukur kepuasan siswa melalui respon siswa atas modul.

Anda mungkin juga menyukai