Anda di halaman 1dari 14

Nama : Naura Clariza Finanda

NIM : 185070501111030
Kelas : Farmasi B/ 2018

Kasus pasien

Keluhan utama: Seorang pasien masuk IGD dengan status perubahan mental, kulit kuning, perut keras,
dan muntah darah.

Kondisi saat ini: Pasien berusia 44 tahun, keturunan Manado, sering minum alkohol sejak 20
tahun yang lalu dan didiagnosis sirosis sejak setahun yang lalu.

Riwayat penyakit: Sirosis hati 1 tahun


Hipertensi 1 tahun

Riwayat
pengobatan: Allergi: Tidak ada hingga saat ini
Pengobatan saat ini (tidak patuh, info keluarga):
Laktulose 30 mL p.o. 2x/hari
Lisinopril 10 mg p.o/hari (ACE Inhibitor)

Riwayat
keluarga: Ayah: Hipertensi, diabetes mellitus
Ibu: Meninggal karena penyakit hati
Kakak laki-laki: Merokok dan suka minum alkohol

Riwayat sosial: Tidak merokok, alkohol biasa di malam minggu, bir di siang hari tiap
hari Diet: biasa, makan tidak banyak.

Pemeriksaan fisik:
THT-KL: (+) Icteric sclera
JP: tidak palpitasi, ada takikardia
Paru: (+) nafas pendek; crackle pada dasar paru
Sa. cerna: (+) distensi abdomen; (+) BAB hitam; (+) muntah darah
Kulit: jaundice, (+) spider angiomata

Tanda-tanda vital:
TD: 100/70
Nadi: 110; RR: 18; Temp: 37,2; Ht (Hematokrit): 168; Wt: 110 lb
Asuhan kefarmasian

Analisis data klinis:


Subjektif
- Perubahan mental menunjukkan pasien menderita Hepatic encephalopathy
- Kebiasaan minum alkohol sejak umur 22 tahun menyebabkan peningkatan resiko terjadinya sirosis. Hati merupakan
tempat utama metabolisme etanol. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan menghasilkan spektrum luas lesi hati,
yang paling khas di antaranya adalah steatosis, hepatitis, dan fibrosis/sirosis (Osna, et. Al., 2017).
- Pasien menunjukkan gejala-gejala klinis adanya penyakit hati (sirosis), yaitu pada hasil pemeriksaan THT-KL
menunjukkan adanya Icteric sclera.
- Perut keras menunjukkan pasien mengalami distensi abdomen yang ditandai dengan perut keras. Distensi abdomen
adalah keadaan dimana gas menumpuk pada perut sehingga menyebabkan perut mengembung melebihi ukuran
normal. Hal ini merupakan salah satu gejala dari penyakit sirosis.
- Muntah darah menunjukkan pasien mengalami muntah darah yang merupakan gejala dari penyakit sirosis.
- Penyakit kuning menunjukkan pasien mengalami penyakit kuning yang ditandai oleh mata dan kulit menguning,
dibuktikan dengan hasil lab albumin pasien yang diatas normal. Hal ini juga merupakan gejala dari penyakit sirosis.
- Crackling dan nafas pendek biasa didapatkan apabila terdapat penumpukan cairan didalam rongga dada terutama
paru-paru.
- BAB hitam disebabkan karena feses bercampur dengan asam lambung berlebih dan darah.
- Takikardi merupakan efek samping dari konsumsi obat Lisinopril.
- Riwayat penyakit : Sirosis dan hipertensi

Objektif
- Nadi pasien menunjukkan hasil 110x/menit dengan nilai normal 50-90 x/menit sehingga dapat diketahui bahwa nadi
pasien tidak stabil disebabkan oleh konsumsi obat Lisinopril yang menyebabkan takikardi
- Hematokrit pasien menunjukkan hasil 168% dengan nilai normal 38.8 - 50% sehingga dapat diketahui bahwa kadar
hematokrit tinggi yang dapat menyebabkan gangguan pada paru. Pada pasien ditandai dengan adanya crackling
dan nafas pendek.
- Pasien kekurangan Na dalam tubuhnya yang dapat disebabkan oleh malnutrisi serta gangguan kelenjar tiroid,
adrenal, dan hipotalamus. Pada kasus ini, pasien merupakan pecandu alcohol sehingga hal tersebut dapat menjadi
penyebab kadar Na rendah yang ditunjukkan dengan hasil lab kadar Na pada pasien sebesar 130 mEq/L (normal :
135-145 mEq/L).
- Kadar K pada pasien menunjukkan hasil 3,0 mEq/L (normal: 3,5-5,0 mEq/L) sehingga dapat dikatakan pasien
mengalami hypokalemia yang umumnya disebabkan oleh gangguan makan, dehidrasi, muntah dan diare
berkepanjangan.
- Kadar Cl pada pasien menunjukkan hasil 90 mEq/L (normal: 96-106 mEq/L) sehingga dapat dikatakan pasien
mengalami hipokloremia yang dapat disebabkan oleh diare atau muntah berkepanjangan.
- Kadar CO2 pada pasien menunjukkan hasil 30 mEq/L (normal: 22-28 mEq/L) yang dapat disebabkan akibat nafas
pasien yang cepat.
- Kadar BUN pada pasien menunjukkan hasil 6 mg/dL (normal: 8-20 mg/dL) yang dapat disebabkan oleh adanya
sirosis
- Kadar kreatinin pada pasien rendah yang menunjukkan hasil sebesar 0,4 mg/dL (normal: 0,7-1,5) dan kadar
albumin rendah yang ditunjukkan dengan kadar sebesar 2,1 g/dL (normal: 3,2-4,8). Sedangkan pada kadar AST dan
ALT menunjukkan kadar yang tinggi dengan masing-masing hasil lab sebesar 60 U/L (normal: 4-36) dan 30 U/L
(normal: 4-36), kadar bilirubin pada pasien juga menunjukkan kadar yang tinggi yaitu 8,1 mg/dL (0,3-1,0). Hal
tersebut menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati.
- Kadar Hb pada pasien rendah yaitu sebesar 7,9 g/dL (normal: 12-16) dan kadar HCT rendah yaitu sebesar 21%
(normal: 37-47) yang menunjukkan adanya anemia yaitu akibat dari keluhan muntah darah.

Identifikasi masalah terkait obat:.


■ Laktulose 30 mL p.o. 2x/hari: dapat dilanjutkan karena sudah sesuai dengan indikasi untuk mengobati kondisi
enselopati hepatik pada pasien tetapi pasien diketahui tidak patuh dalam mengkonsumsinya sehingga dosis
lactulose dapat ditingkatkan.
■ Lisinopril 10 mg p.o/hari: tidak dapat dilanjutkan karena diketahui bahwa pasien tidak patuh dalam
mengkonsumsinya dan juga Lisinopril dapat menurunkan kadar Na dan menyebabkan gagal ginjal sehingga perlu
penambahan obat Propranolol yaitu golongan Nonselektif-beta-blocker untuk mengobati pendarahan pada vertices.
Data laboatorium:
Normal Range
Rentang normal
NaNa 130 mEq/L 135–145
130 mEq/L 135–145
KK 3.0
3.0mEq/L 3.5–5.0
mEq/L 3.5–5.0
Cl 90 mEq/L 96–106
Cl 90 mEq/L 96–106
CO 30 mmol/L 22–28
CO22 30 mmol/L 22–28
BUN 6 mg/dL 8–20
BUN 6 mg/dL 8–20
Cr 0.4 mg/dL 0.7–1.5
Cr 0.4 mg/dL 0.7–1.5
Glu 86 mg/dL 70–110
Glu 86 mg/dL 70–110
AST 60 U/L 4–36
AST 60 U/L 4–36
ALT 30 U/L 4–36
ALT 30 U/L 4–36
Tbili 8.1 mg/dL 0.3–1.0
Tbili 8.1 mg/dL 0.3–1.0
Alk Phos 150 U/L 30–120
Alk Phos 150 U/L 30–120
Albumin 2.1 g/dL 3.2–4.8
Albumin 2.1 g/dL 3.2–4.8
PT/INR 19/1.16
PT/INR 19/1.16
WBC 4500/mm3 5000–10,000
Hb 7.9 g/dL 12–16
HbHCT 7.9 g/dL
21% 12–16
37–47
HCT
Plt 21%
82/mm3 37–47
150,000–400,000
Plt 82/mm3 150,000–400,000

Amonia 150 mkg/dL 10–80


Ammonia 150 mcg/dL 10–80

Pencitraan:
Chest x-ray (CXR): Bibasilar pulmonary edema
Abdominal ultrasonography (U/S): hati nodular dan splenomegali; asites bermaknamarked ascites
Esophagogastroduodenoscopy: dua perdarahan varise esofagus diemukan, juga sklerosis.

Identifikasi tujuan terapi.


Tujuan terapi (dan tulis terkontrol atau tidak)
■ Mengurangi progresivitas penyakit  terkontrol dengan bibasilar pulmonary edema berkurang, tekanan darah
normal, pendarahan terhenti, kondisi jaundice menghilang, kadar natrium, AST, ALT, PT, bilirubin kembali
normal, kondisi feses hitam berubah menjadi normal yaitu berwarna kuning
■ Menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakan hati  terkontrol dengan pasien menghentikan
konsumsi alkohol dan bir
■ Pencegahan serta penanganan komplikasi  terkontrol dengan kondisi mental pasien dapat kembali normal
sehingga tidak terjadi komplikasi enselopati hepatik
Buat rencana asuhan.
■ Prednisolone
- Dosis : 40 mg/hari selama 4 minggu
- Indikasi : Prednisolone merupakan pengobatan rini terapi untuk pasien alcoholic hepatic yang disertai dengan
ada atau tidaknya encelophaty hepatic dengan nilai MDF lebih dari 32. Pasien yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol setiap malam minggu dan bir di siang hari setiap hari dapat mencetuskan sebagai
penyebab terjadinya hepatitis alkoholic. Hepatitis alkoholik adalah radang hati yang disebabkan oleh kebiasaan
mengkonsumsi alkohol. Hepatitis alkoholik kemungkinan besar terjadi pada orang yang minum banyak selama
bertahun-tahun. Namun, hubungan antara minum dan hepatitis alkoholik sangat kompleks. Tidak semua
peminum berat mengembangkan hepatitis alkoholik, dan penyakit ini dapat terjadi pada orang yang minum
hanya cukup (Mayoclinic,2020). Prognosis hepatitis alkoholik pada awalnya dapat dievaluasi dengan skor MDF
yang nilainya lebih dari 32. Pada pasien ini terlihat adanya skor MDF lebih dari 32 yaitu sebesar 35,7 dengan
dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini :
MDF = 4,6 x (Patient’s PT – Control PT) + Total bilirubin
= 4,6 x (19 – 13) + 8,1
= 35,7
Pasien dengan nilai MDF lebih dari 32 dengan enselophaty hepatik maupun tidak ataupun dengan nilai MELD
lebih dari 18 disarankan menggunakan prednisolone . Selain itu kondisi pasien yangg menunjukkan kadar
amonia yang tinggi yaitu 150 mkg/dL yang mana nilai normalnya 10-80 mkg/dL dapat diduga terjadi karena
adanya komplikasi terhadap terjadinya enselopati hepatik. Amonia telah dianggap sebagai faktor yang paling
penting menyebabkan terjadinya enselopati hepatik Amonia mencapai sirkulasi sistemik melalui shunting porto
sistemik dan kegagalan hati untuk metabolisme amonia. Kadar yang ekstrim dari amonia telah dapat dilihat
pada ganglia basalis dan serebelum pasien sirosis dengan ensefalopati (Suyoso,dkk.,2015).
- Mekanisme kerja : Efek jangka pendek dari kortikosteroid adalah penurunan vasodilatasi dan permeabilitas
kapiler, serta penurunan migrasi leukosit ke tempat-tempat peradangan. Kortikosteroid yang berikatan dengan
reseptor glukokortikoid memediasi perubahan ekspresi gen yang menyebabkan beberapa efek selama
beberapa jam hingga beberapa hari. Dosis kortikosteroid yang lebih rendah memberikan efek antiinflamasi,
sementara dosis yang lebih tinggi bersifat imunosupresif. Glukokortikoid dosis tinggi untuk waktu yang lama
berikatan dengan reseptor mineralokortikoid, meningkatkan kadar natrium dan menurunkan kadar kalium
(Drugbank, 2020).
- Efek samping : Muka bulat seperti bulan (moon face), peningkatan berat badan, radang kerongkongan
(esofagus), sakit maag, tukak lambung, dan ulkus duodenum, peningkatan gula darah, jerawat, insomnia, dan
vertigo.
■ Propranolol
- Dosis : 20mg p.o 2x/hari
- Indikasi : Diindikasikan untuk pasien yang memiliki varices kecil dan tidak adanya riwayat pendarahan namun
ditemukan resiko peningkatan dari pendarahan. Nonselektif-beta-blocker diindikasikan untuk pasien yang
memiliki medium-large varices.
- Mekanisme kerja : Propanolol sebagai golongan obat non selektif beta blocker ini diberikan sebagai terapi obat
pencegahan. Mekanisme dari nonselektif-beta-blocker ini yaitu dengan menurunkan cardiac ouput dimana yang
dapat memblokade dari reseptor beta 2 untuk mencegah vasodilatasi dari splanchnic. Berdasarkan data pasien
yang ada ditemukan bahwa berdasarkan Esophagogastroduodenoscopy ditemukan dua perdarahan varises
esophagus dengan tidak dijelaskan adanya riwayat perdarahan atau tidak sebelumnya. Sehingga penggunaan
propanolol ini sudah tepat.
- Efek samping : Mual dan muntah, konstipasi, diare, kram perut, dan insomnia
■ Kombinasi Furosemide dan Spironolactone
- Dosis : Furosemide 40 mg dan Spironolactone 100 mg
- Indikasi : Diindikasikan untuk mengobati adanya Ascites
- Mekanisme kerja : Furosemide dan spironolactone merupakan obat golongan diuretik yang dapat membantu
mengatasi edema yang menyertai sirosis dengan atau tanpa asites. Ascites sendiri merupakan kondisi dimana
terdapatnya cairan bebas di rongga perut karena penigkatan resistensi didalam hati (memaksa drainase limfatik
ke dalam rongga perut) sehingga mengurangi tekanan osmotik pada aliran darah. Pasien sirosis dengan
ascites memiliki peningkatan reabsorpsi sodium pada tubular. Terapi diuretik diberikan untuk mengeluarkan
sodium yang berlebih melalui urin. Pemberian diuretik pada pasien yang memiliki nilai natrium dalam tubuh
lebih dari126 mmol/L sangatlah dianjurkan. Penggunaan furosemide dan sprinolactone merupakan regimen
terapi awal yang dianjurkan pada penderita ascites. Berdasarkan data pasien yang menunjukkan kadar natrium
dalam tubuh sebesar 130 serta pada pemeriksaan Abdominal ultrasonography (U/S) terlihat adanya hati
nodular dan splenomegali; asites bermakna marked ascites dan keluhan pasien yang mengalami distensi
abdomen penggunaan obat ini sudah sesuai untuk mengatasi ascites yang dialami pasien.
- Efek samping : Pusing, mual dan muntah, dan diare.
■ Lactulose
- Dosis : 45 mL setiap 1-2 jam
- Indikasi : Diindikasikan untuk mengatasi enselopati hepatik
- Mekanisme kerja : Pasien yang mengalami status perubahan mental dan tingginya kadar amonia dalam tubuh
menunjukkan terjadinya kondisi enselopati hepatik. Enselopati hepatik merupakan sindrom neuropsikiatri yang
dapat terjadi pada penyakit hati akut dan kronik berat dengan beragam manifestasi, mulai dari ringan hingga
berat, mencakup perubahan perilaku, gangguan intelektual, serta penurunan kesadaran tanpa adanya kelainan
pada otak yang mendasarinya Penyakit hepar yang paling sering berkomplikasi menjadi ensefalopati hepatik
adalah sirosis hepatik (Prio dan Wibowo, 2017). Laktulosa adalah turunan disakarida sintetis dari laktosa yang
terdiri dari satu molekul galaktosa dan satu molekul fruktosa. Bakteri sakarolitik yang ada di usus besar
kemudian memecah zat menjadi asam organik seperti asam laktat dan sejumlah kecil asam format dan asam
asetat. Metabolit asam lemak volatil yang dihasilkan tersebut, dalam kombinasi dengan hidrogen dan metana
yang juga dihasilkan secara konsekuen meningkatkan pembentukan gas intraluminal, motilitas peristaltik usus,
dan menimbulkan efek osmotik yang memfasilitasi peningkatan kadar air tinja serta pelunakan tinja yang
terkait. Semua tindakan ini pada akhirnya membantu dalam memfasilitasi dan meningkatkan frekuensi buang
air besar pada pasien (Drugbank, 2020). Sehingga penggunaan obat ini sudahlah sesuai.
- Efek samping : Dehidrasi, hipokalemia, mual dan muntah, kram perut, kembung, aktivitas usus yang berlebih,
diare.
Rancang jadwal monitoring schedule for follow-up.
■ Tanda-tanda vital: TD, temp., nadi (HR), nafas (RR) dicek keesokan harinya setelah pasien diberikan obat dan tetap
dimonitoring setiap hari untuk mengetahui apakah ada perubahan akibat pengkonsumsian obat
■ Monitoring kadar bilirubin, ammonia, ALT dan AST, PT, INR, dan Natrium dicek l a b s e t i a p h a r i u n t u k
mengetahui apakah kadar sudah kembali normal
■ Monitoring keadaan feses setiap harinya
■ Memonitoring frekuensi dan keadaan muntah pasien setiap hari untuk memastikan tidak ada darah yang bercampur
di muntahan
■ Memonitoring status mental pasien setiap hari untuk mengetahui perkembangan dari status tersebut
■ Monitoring kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat setiap hari dan setiap jadwal meminum obat

Evaluasi outcome patient (daftar kondisi/masalah penyakit pasien, saat follow-up ada perbaikan atau sebaliknya).
(Saat di IGD)
■ Tekanan darah kembali normal
■ Perdarahan dapat dihentikan yang ditunjukkan oleh tidak adanya darah di muntahan
■ Kondisi jaundice hilang yang ditunjukkan warna kulit pasien yang sebelumnya kuning sudah kembali normal
■ Kadar natrium, AST, ALT, PT, bilirubin kembali dalam batas normal
■ Kondisi mental pasien kembali normal yaitu tidak adanya perubahan mental yang berarti
■ Kondisi feses hitam pasien dapat berubah menjadi normal yaitu berwarna kuning
■ Bibasilar pulmonary Edema berkurang

Manajemen terapi obat

Kajian terapi

Obat (nama, dosage Masalah


form, dosis, cara Indikasi Efficacy Safety Kepatuhan terkait obat Prioritas Rencana
pakai)
Propanolol Propranolol Propranolol Pemberian Pasien Terdapat Penghambat b- Obat
Dosis: Bersifat adalah obat yang dapat menjadi propranolol (dosis mungkin kontraindikasi non selektif diberikan
individual. Dosis digunakan untuk profilaksis efektif) dapat memiliki untuk seperti secara oral
obat diberikan menangani sekunder untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan propanolol atau dengan dosis
dimulai dari 20 sejumlah kondisi perdarahan secara signifikan yang rendah obat tersebut nadolol lebih baik dimulai dari
mg/12jam lalu dosis yang ulang variceal, hitung trombosit  karena obat yaitu: asma, digunakan pada 20 mg/12jam
dapat dinaikkan berhubungan menurunkan pada pasien diminum bradikardi, pasien dengan lalu dosis
atau diturunkan dengan jantung mortalitas sirosis hati dengan sebanyak blok sirosis daripada dapat
setiap tiga dan dan pembuluh keseluruhan, trombositopenia, sehari dua atrioventrikula penghambat dinaikkan
empat hari sampai darah seperti dan tanpa kali dengan r, hipotensi beta selektif atau
terjadi penurunan hipertensi. Obat kekambuhan mempengaruhi peningkatan dan untuk diturunkan
25% atau frekuensi ini juga dapat varix yang penurunuan pada dosis. hiperglikemia menurunkan setiap tiga
denyut jantung menurunkan berulang pada MAP (Yunarko, yang tidak tekanan darah, dan empat
55/menit atau tekanan pada pasien dengan 2009) terkontrol mengobati hari sampai
tekanan sistolik vena porta dan asites tegang. (Karjadi dan perdarahan terjadi
dibawah 90 mmHg. dapat mengobati Selain itu Widjaja, varises penurunan
Bentuk sediaan: varises esofagus propranolol 2011) esofagus, 25% atau
Tablet (Purnomo, E., juga menurunkan frekuensi
Cara Pakai: Obat Wahyono, D. and mempengaruhi mortilitas, dan denyut
diberikan secara Pramantara, laju aliran porta mencegah jantung
oral dan digunakan D.P., 2012.) dengan cara kekambuhan 55/menit.
untuk tata laksana penurunan varix berulang
jangka panjang curah jantung pada pasien.
hipertensi porta. dan (Purnomo, E.,
(Purnomo, E., vasokonstriktor Wahyono, D. and
Wahyono, D. and splanknik. Pramantara,
Pramantara, D.P., (Purnomo, E., D.P., 2012.)
2012.) Wahyono, D.
and
Pramantara,
D.P., 2012.)

Prednisolon Prednisolon Prednisolon Prednisolon lebih Pasien Glukokortikoi Prednisoloone Obat


Dosis: 40 mg 1 x adalah obat (kortikosteroi) disukai daripada mungkin memiliki efek merupakan diberikan
sehari dengan fungsi mengurangi prednison karena memiliki samping dan pengobatan rini secara oral
Bentuk sediaan: untuk mengobati peradangan tidak kepatuhan risiko infeksi. terapi untuk dengan dosis
Tablet kondisi seperti hati dan risiko membutuhkan yang cukup Ada tumpang pasien alcoholic 40 mg/hari
Cara Pakai: Obat arthritis, masalah kematian konversi di dalam tinggi tindih yang hepatic yang selama 4
diberikan secara darah, gangguan jangka pendek hati menjadi karena obat signifikan disertai dengan minggu
oral selama 4 sistem kekebalan untuk bentuk aktifnya diminum antara ada atau
minggu. tubuh, kulit dan pengobatan sehingga lebih sebanyak presentasi tidaknya
kondisi mata, hepatitis aman untuk sekali sehari klinis AH dan encelophaty
masalah alkoholik berat penggunaan selama 4 sepsis. hepatic dengan
pernapasan, (Saberi, B, jangka panjang minggu. Demam, nilai MDF lebih
kanker, dan 2016). (Saberi, B, 2016). takikardia, dari 32.
alergi parah. dan takipnea, (Suyoso,dkk.,201
Prednisoloone leukositosis, 5)
merupakan perubahan
pengobatan rini status mental,
terapi untuk nyeri perut,
pasien alcoholic dan distensi
hepatic. dapat
(Suyoso,dkk.,201 menyertai AH
5) yang parah.
(Saberi, B,
2016).
Furosemide Furosemide Diuresis cepat. Penggunaan Pasien Efek Kombinasi Regimen
Dosis: 40 mg 1 x adalah obat Diuretik kombinasi diuretik mungkin samping dari furosemid dan diuretika
sehari untuk mempunyai digunakan untuk memiliki diuretik spironolakton terdiri dari
Bentuk sediaan: mengurangi peranan meningkatkan kepatuhan seperti merupakan spironolakton
Tablet cairan berlebih penting efektivitas dan yang cukup hipokalemia pendekatan yang dan
Cara Pakai: Obat dalam tubuh dalam mencegah tinggi dan hipotensi lebih disukai furosemide
diberikan secara (edema) yang penatalaksana terjadinya karena obat diketahui dalam mencapai oral dosis
oral dan diminum disebabkan oleh an ascites. resistensi. Loop diminum berpotensi natriuresis tunggal pagi
pada pagi hari. kondisi seperti Pada pasien diuretik dan sebanyak memicu dengan cepat hari, yang
gagal jantung, sirosis hati, diuretik sekali sehari terjadinya dan dimulai
penyakit hati, hanya 10% spironolakton pada pagi ensefalopati mempertahanka dengan 100
dan ginjal. Obat pasien yang bekerja di ginjal hari. hepatik yang n normokalemia. mg
ini digunakan ascitesnya pada tempat yang dapat (Muti, A.F. and spironolakton
untuk engobatan dapat berbeda sehingga memperparah Chasanah, U., dan 40 mg
edema gagal dimobilisasi kombinasinya sirosis hati. 2016.) furosemide.
jantung kongestif tanpa diuretik. akan bersifat Hipokalemia Dosis kedua
, gagal ginjal, (Muti, A.F. and sinergis. merupakan diuretika oral
asites, Chasanah, U., Pemberian loop efek samping tersebut
hipertensi, 2016.) diuretik saja dalam furosemid dapat
oliguria jangka waktu lama yang sering ditingkatkan
nonobstruktif, dapat terjadi. secara
dan edema paru. menimbulkan Penggunaan simultan
hipertrofi pada diuretik juga setiap 3-5 hari
tubulus distal yang dapat (dengan
mengakibatkan menyebabkan mempertahan
kenaikan hiponatremia kan rasio 100
reabsorpsi yang mg : 40 mg)
natrium. Hal ini meningkatkan jika
dapat dicegah resiko penurunan
dengan terjadinya berat badan
menggunakannya sindrom dan
bersama-sama hepatorenal natriuresis
dengan diuretik (Rosner MH, tidak adekuat
spironolakton. 2006) (Runyon BA.
(Muti, A.F. and 2006).
Chasanah, U.,
2016.)
Spironolakton Spironolakton Antagonis Penggunaan Pasien Spironolakton Kombinasi Regimen
Dosis: 100 mg 1x adalah obat aldosteron kombinasi diuretik mungkin dikontraindika furosemid dan diuretika
sehari diuretik hemat dengan digunakan untuk memiliki sikan pada spironolakton biasa terdiri
Bentuk sediaan: kalium untuk dieresis lambat. meningkatkan kepatuhan anuria, merupakan dari
Tablet mengatasi tekan Diuretik efektivitas dan yang cukup gangguan pendekatan yang spironolakton
Cara Pakai: Obat an darah tinggi, mempunyai mencegah tinggi ginjal akut, lebih disukai dan
diberikan secara pembengkakan peranan terjadinya karena obat ganguan dalam mencapai furosemide
oral dan diminum (edema), gagal penting resistensi. Loop diminum fungsi natriuresis oral dosis
pada pagi hari. jantung, dan dalam diuretik dan sebanyak ekskresi ginjal dengan cepat tunggal pagi
sirosis hati yang penatalaksana diuretik sekali sehari dan dan hari, yang
dibarengi dengan an ascites. spironolakton pada pagi hiperkalemia mempertahanka dimulai
edema dan Pada pasien bekerja di ginjal hari. (Anderson, n normokalemia. dengan 100
asites sirosis hati, pada tempat yang 2002 (Muti, A.F. and mg
(penumpukan hanya 10% berbeda sehingga Chasanah, U., spironolakton
cairan di perut pasien yang kombinasinya 2016.) dan 40 mg
dan bagian tubuh ascitesnya akan bersifat furosemide.
lainnya). dapat sinergis. Dosis kedua
dimobilisasi Pemberian loop diuretika oral
tanpa diuretik. diuretik saja dalam tersebut
(Muti, A.F. and jangka waktu lama dapat
Chasanah, U., dapat ditingkatkan
2016.) menimbulkan secara
hipertrofi pada simultan
tubulus distal yang setiap 3-5 hari
mengakibatkan (dengan
kenaikan mempertahan
reabsorpsi kan rasio 100
natrium. Hal ini mg : 40 mg)
dapat dicegah jika
dengan penurunan
menggunakannya berat badan
bersama-sama dan
dengan diuretik natriuresis
spironolakton. tidak adekuat
(Muti, A.F. and (Runyon BA.
Chasanah, U., 2006).
2016.)
Laktulose Laktulosa Hingga saat ini Karena laktulosa Pasien Efek terapi Lactulose Laktulose
Dosis: 30 mL 2x/hari merupakan obat Laktulosa tidak melewati mungkin laktulosa merupakan diberikan
yang digunakan merupakan sawar darah otak, memiliki akan pengobatan lini berupa sirup
Bentuk sediaan: untuk terapi utama tidak ada dasar kepatuhan berkurang pertama untuk dengan dosis
sirup melancarkan dalam ilmiah bahwa yang rendah apabila mengatasi 30 mL 2 kali
buang air besar pengobatan laksatif berpotensi karena obat digunakan enselopati sehari untuk
Cara Pakai: Obat atau konstipasi dan menyebabkan diminum bersamaan hepatik yang menghilangka
diberikan secara dengan cara pencegahan adiksi. sebanyak dengan disarankan. n sindrom
oral dan diminum 2 mengalirkan timbulnya EH, Penggunaannya sehari dua antasida dan Eefikasinya neuropsikiatri
kali sehari cairan ke usus efikasinya laktulosa harus kali. neomisin. sudah berupa
sehingga sudah berhati-hati pada terbukti efektif enselopati
mencairkan terbukti efektif penderita diabetes baik sebagai hepatik.
feses yang akan baik sebagai melitus (DM). profilaksis primer
dikeluarkan oleh profilaksis maupun
tubuh. Obat ini primer sekunder.
juga dapat maupun
digunakan untuk sekunder.
menangani dan
mencegah
komplikasi dari
ensefalopati
hepatikum

Lisinopril Lisinopril adalah Obat yang Lisinopril dapat Pasien Meningkatkan Penurunan Lisinopril
Dosis : 10 mg obat yang dipilih untuk meningkatkan mungkin risiko tekanan darah diberikan
perhari digunakan untuk terapi kadar lithium memiliki hiperkalemia sangat penting dengan dosis
mengendalikan antihipertensi dalam darah, kepatuhan jika dalam 10 mg perhari
Bentuk sediaan: tekanan darah baiknya sehingga yang cukup digunakan menurunkan sebelum tidur
Tablet tinggi. Lisinopril mempunyai meningkatkan efek tinggi dengan risiko mayor untuk
bekerja dengan efikasi disaat racun dari lithium. karena obat suplemen kejadian menurunkan
Cara Pakai: Obat cara tekanan darah diminum kalium kardiovaskuler tekanan
diberikan secara memperlebar tinggi di pagi sebanyak atau diuretik pada pasien darah.
oral dan diminum pembuluh darah, hari untuk sekali hemat kalium. hipertensi, jadi
sekali sehari sehingga darah mencegah sehari. Dapat prioritas utama
dapat mengalir kejadian Namun meningkatkan dalam terapi
lebih lancar dan kardiovaskular. pada sehari- risiko hipertensi adalah
meringankan Salah satunya harinya kerusakan mengontrol
beban kerja adalah pasien tidak fungsi ginjal tekanan darah
jantung dalam Lisinopril yang rutin dan salah satunya
memompa darah mana meminum menurunkan menggunakan
merupakan obat efek golongan obat
anti-hipertensi tersebut. antihipertensi ACE Inhibitor.
yang dari lisinopril
mengalami jika
puncak aktivasi digunakan
pada malam dengan obat
hari, saat waktu antiinflamasi
tidur. nonsteroid.
. Menyebabkan
gangguan
fungsi ginjal,
pada
penderita
diabetes jika
digunakan
dengan
aliskiren.
Dokumen pengobatan personal dan rencana tindakan terkait obat (untuk terapi rawat jalan atau di rumah).

Tindakan dan/atau rujukan


Saran:
1. Prednisolone : Setelah 2 minggu penggunaan dosis dapat diturunkan dengan cara menurunkan 5mg dari dosis awal
setiap harinya (Eustice, 2019). Karena penggunaan jangka panjang prednisolone dapat menyebabkan peningkatan
gula darah.
2. Propranolol : Dapat dilanjutkan hingga pendarahan telah membaik dan Propanolol juga digunakan sebagai
antihipertensi sekaligus pencegahan untuk pendarahan verises.
3. Kombinasi Furosemide dan Spironolactone : Setelah keluar dari rumah sakit dan sudah tidak ada edema, maka obat
kombinasi tersebut dapat dihentikan.
4. Lactulose : Dapat dilanjutkan penggunaannya karena penggunaan jangka panjang dapat menjadi pencegahan untuk
encephalophaty
5. Lisonipril : Dihentikan karena penggunaan enzim penghambat angiotensin (ACE Inhibitor) dapat menurunkan kadar
Na dan menyebabkan gagal ginjal.

Non Farmakologi
1. Diet seimbang: jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan
tertentu. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan hati yang permanen, meningkatkan kemampuan
regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai, memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh,
mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini, dan pada penderita sirosis hati, mencegah
komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Kalori
berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak
pada hati. Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan karena dapat
membahayakan sistem kardiovaskular.
2. Diperlukan diet rendah protein
3. Banyak makan sayur dan buah
4. Melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit
5. Menjalankan pola hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan
6. Segera beristirahat bila merasa lelah
7. Menurunkan frekuensi meminum minuman beralkohol dan selanjutnya berhenti meminumnya (Kemenkes, 2007).
Dokumentasi dan monitoring:
Monitoring untuk asesmen terapi obat dan outcome klinis yang dilakukan saat keluar dari RS
• Monitoring tekanan darah tetap terjaga pada batas normal
• Monitoring pasien sudah tidak mengalami muntah darah
• Monitoring perilaku(mental) pasien kembali normal
• Monitoring kondisi feses pasien tetap normal berwarna kuning
• Monitoring kepatuhan pasien dalam meminum obat dengan cara melakukan periksa rutin tanda-tanda vital serta
tes lab
Daftar Pustaka
Assimakopoulos, S. F., Thomopoulos, K. C., & Labropoulou-Karatza, C. 2009. Pentoxifylline: a first line treatment option
for severe alcoholic hepatitis and hepatorenal syndrome?. World journal of gastroenterology. Vol 15(25): 3194–3195.
Caroline R Taylor. 2011. Cirrhosis Imaging (Online). (http://emedicine.medscape. com/article/366426-
overview#showall) .Diakses pada tanggal 13 Mei 2020
Drugbank. 2020. Lactulose (online). (https://www.drugbank.ca/drugs/DB00581) Diakses 14 Mei 2020
Drugbank. 2020. Prednisolone (Online). (https://www.drugbank.ca/drugs/DB00860) Diakses 14 Mei 2020
Eustice, C., 2019. How to Reduce Prednisone Withdrawal Symptoms Determining the Appropriate Tapering Strategy
(Online). (https://www.verywellhealth.com/does-prednisone-tapering-minimize-withdrawal-190242) Diakses pada 14
Mei 2020
Iris W, Liou MD. 2017. Diagnosis and management of hepatic encephalopathy. Hepatitis C online. Vol 3(4):1-20
Kemenkes. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kemenkes. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Leise, M. D., Poterucha, J. J., Kamath, P. S., & Kim, W. R. 2014. Management of hepatic encephalopathy in the hospital.
Mayo Clinic proceedings.Vol 89(2), 241–253
Mayo Clinic. 2015. Alcoholic Hepatitis (Online). (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/alcoholic-
hepatitis/symptoms-causes/syc-20351388) Diakses pada 13 Mei 2020
Muti, A.F. and Chasanah, U., 2016. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Diuretik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Dirawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sainstech Farma. Vol 9(2).
Nurdjanah, S. 2009. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta;
Osna, Natalia A., Donohue, Terrence M., Kharbanda, Kusum K., 2017. Alcoholic Liver Disease: Pathogenesis and
Current Management. Alcohol Research: Current Reviews . Vol 38(2): 147-161.
PIONAS. 2020. Pusat Informasi Obat Nasional (Online). (http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/23-
antihipertensi/235-penghambat-ace) Diakses pada 13 Mei 2020
Prio, P., & Aditya, W., 2017. Enselofatik Hepatik pada Pasien Sirosis Hepatik. Medula Unila. Vol 7(2)
Purnomo, E., Wahyono, D., & Pramantara, D. P., 2012. Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi Portal Terhadap Episode
Kejadian Hematemesis-Melena Pada Pasien Dengan Sirosis Hati Di RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA. Majalah
Farmaseutik. Vol 8(3): 208-213.
Rosner, M. H., Gupta, R., Ellison, D., Okusa, M. D., 2006. Management Of Cirrhotic Ascites: Physiological Basis Of
Diuretic Action. Eur J Intern Med. Vol 17(1): 8-19.
Runyon, B. A., 2006. Ascites and Spontaneous Bacterial Peritonitis. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, editors.
Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease. 8th ed. Philadelphia, PA: Saunders.
Saberi, B., Dadabhai, A. S., Jang, Y. Y., Gurakar, A., & Mezey, E., 2016. Current Management of Alcoholic Hepatitis and
Future Therapies. Journal of clinical and translational hepatology Vol 4(2): 113–122.
Siti Nurdjanah. 2009 Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.
Schomerus, H. and Hamster, W., 2001. Quality of life in cirrhotics with minimal hepatic encephalopathy. Metabolic Brain
Disease. Vol 16(1-2): 37–41.
Suyoso, S., Mustika S., Achmad, H., 2019. Enselofati Hepatik pada Sirosis Hati: Faktor Presipitasi dan Luaran Perawatan
di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol 28(4)
Yunarko. 2009. Pengaruh Pemberian Propranolol (Dosis Efektif) Terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit Pada Pasien
Sirosis Hati Dengan Trombositopenia. DEPARTEMEN – SMF ILMU PENYAKIT DALAM. FAKULTAS
KEDOKTERAN Universitas Airlangga: Surabaya
Zain-Hamid, R., Ismail, Z., Mahendra Raj, S., Shuaib, I. L., & Mohsin, S. S. 2003. The effect of propranolol in malay
patients with liver cirrhosis - a pharmacodynamic evaluation. The Malaysian journal of medical sciences : MJMS.
Vol 10(1), 65–73.)

Anda mungkin juga menyukai