NIM : 185070501111030
Kelas : Farmasi B/ 2018
Kasus pasien
Keluhan utama: Seorang pasien masuk IGD dengan status perubahan mental, kulit kuning, perut keras,
dan muntah darah.
Kondisi saat ini: Pasien berusia 44 tahun, keturunan Manado, sering minum alkohol sejak 20
tahun yang lalu dan didiagnosis sirosis sejak setahun yang lalu.
Riwayat
pengobatan: Allergi: Tidak ada hingga saat ini
Pengobatan saat ini (tidak patuh, info keluarga):
Laktulose 30 mL p.o. 2x/hari
Lisinopril 10 mg p.o/hari (ACE Inhibitor)
Riwayat
keluarga: Ayah: Hipertensi, diabetes mellitus
Ibu: Meninggal karena penyakit hati
Kakak laki-laki: Merokok dan suka minum alkohol
Riwayat sosial: Tidak merokok, alkohol biasa di malam minggu, bir di siang hari tiap
hari Diet: biasa, makan tidak banyak.
Pemeriksaan fisik:
THT-KL: (+) Icteric sclera
JP: tidak palpitasi, ada takikardia
Paru: (+) nafas pendek; crackle pada dasar paru
Sa. cerna: (+) distensi abdomen; (+) BAB hitam; (+) muntah darah
Kulit: jaundice, (+) spider angiomata
Tanda-tanda vital:
TD: 100/70
Nadi: 110; RR: 18; Temp: 37,2; Ht (Hematokrit): 168; Wt: 110 lb
Asuhan kefarmasian
Objektif
- Nadi pasien menunjukkan hasil 110x/menit dengan nilai normal 50-90 x/menit sehingga dapat diketahui bahwa nadi
pasien tidak stabil disebabkan oleh konsumsi obat Lisinopril yang menyebabkan takikardi
- Hematokrit pasien menunjukkan hasil 168% dengan nilai normal 38.8 - 50% sehingga dapat diketahui bahwa kadar
hematokrit tinggi yang dapat menyebabkan gangguan pada paru. Pada pasien ditandai dengan adanya crackling
dan nafas pendek.
- Pasien kekurangan Na dalam tubuhnya yang dapat disebabkan oleh malnutrisi serta gangguan kelenjar tiroid,
adrenal, dan hipotalamus. Pada kasus ini, pasien merupakan pecandu alcohol sehingga hal tersebut dapat menjadi
penyebab kadar Na rendah yang ditunjukkan dengan hasil lab kadar Na pada pasien sebesar 130 mEq/L (normal :
135-145 mEq/L).
- Kadar K pada pasien menunjukkan hasil 3,0 mEq/L (normal: 3,5-5,0 mEq/L) sehingga dapat dikatakan pasien
mengalami hypokalemia yang umumnya disebabkan oleh gangguan makan, dehidrasi, muntah dan diare
berkepanjangan.
- Kadar Cl pada pasien menunjukkan hasil 90 mEq/L (normal: 96-106 mEq/L) sehingga dapat dikatakan pasien
mengalami hipokloremia yang dapat disebabkan oleh diare atau muntah berkepanjangan.
- Kadar CO2 pada pasien menunjukkan hasil 30 mEq/L (normal: 22-28 mEq/L) yang dapat disebabkan akibat nafas
pasien yang cepat.
- Kadar BUN pada pasien menunjukkan hasil 6 mg/dL (normal: 8-20 mg/dL) yang dapat disebabkan oleh adanya
sirosis
- Kadar kreatinin pada pasien rendah yang menunjukkan hasil sebesar 0,4 mg/dL (normal: 0,7-1,5) dan kadar
albumin rendah yang ditunjukkan dengan kadar sebesar 2,1 g/dL (normal: 3,2-4,8). Sedangkan pada kadar AST dan
ALT menunjukkan kadar yang tinggi dengan masing-masing hasil lab sebesar 60 U/L (normal: 4-36) dan 30 U/L
(normal: 4-36), kadar bilirubin pada pasien juga menunjukkan kadar yang tinggi yaitu 8,1 mg/dL (0,3-1,0). Hal
tersebut menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati.
- Kadar Hb pada pasien rendah yaitu sebesar 7,9 g/dL (normal: 12-16) dan kadar HCT rendah yaitu sebesar 21%
(normal: 37-47) yang menunjukkan adanya anemia yaitu akibat dari keluhan muntah darah.
Pencitraan:
Chest x-ray (CXR): Bibasilar pulmonary edema
Abdominal ultrasonography (U/S): hati nodular dan splenomegali; asites bermaknamarked ascites
Esophagogastroduodenoscopy: dua perdarahan varise esofagus diemukan, juga sklerosis.
Evaluasi outcome patient (daftar kondisi/masalah penyakit pasien, saat follow-up ada perbaikan atau sebaliknya).
(Saat di IGD)
■ Tekanan darah kembali normal
■ Perdarahan dapat dihentikan yang ditunjukkan oleh tidak adanya darah di muntahan
■ Kondisi jaundice hilang yang ditunjukkan warna kulit pasien yang sebelumnya kuning sudah kembali normal
■ Kadar natrium, AST, ALT, PT, bilirubin kembali dalam batas normal
■ Kondisi mental pasien kembali normal yaitu tidak adanya perubahan mental yang berarti
■ Kondisi feses hitam pasien dapat berubah menjadi normal yaitu berwarna kuning
■ Bibasilar pulmonary Edema berkurang
Kajian terapi
Lisinopril Lisinopril adalah Obat yang Lisinopril dapat Pasien Meningkatkan Penurunan Lisinopril
Dosis : 10 mg obat yang dipilih untuk meningkatkan mungkin risiko tekanan darah diberikan
perhari digunakan untuk terapi kadar lithium memiliki hiperkalemia sangat penting dengan dosis
mengendalikan antihipertensi dalam darah, kepatuhan jika dalam 10 mg perhari
Bentuk sediaan: tekanan darah baiknya sehingga yang cukup digunakan menurunkan sebelum tidur
Tablet tinggi. Lisinopril mempunyai meningkatkan efek tinggi dengan risiko mayor untuk
bekerja dengan efikasi disaat racun dari lithium. karena obat suplemen kejadian menurunkan
Cara Pakai: Obat cara tekanan darah diminum kalium kardiovaskuler tekanan
diberikan secara memperlebar tinggi di pagi sebanyak atau diuretik pada pasien darah.
oral dan diminum pembuluh darah, hari untuk sekali hemat kalium. hipertensi, jadi
sekali sehari sehingga darah mencegah sehari. Dapat prioritas utama
dapat mengalir kejadian Namun meningkatkan dalam terapi
lebih lancar dan kardiovaskular. pada sehari- risiko hipertensi adalah
meringankan Salah satunya harinya kerusakan mengontrol
beban kerja adalah pasien tidak fungsi ginjal tekanan darah
jantung dalam Lisinopril yang rutin dan salah satunya
memompa darah mana meminum menurunkan menggunakan
merupakan obat efek golongan obat
anti-hipertensi tersebut. antihipertensi ACE Inhibitor.
yang dari lisinopril
mengalami jika
puncak aktivasi digunakan
pada malam dengan obat
hari, saat waktu antiinflamasi
tidur. nonsteroid.
. Menyebabkan
gangguan
fungsi ginjal,
pada
penderita
diabetes jika
digunakan
dengan
aliskiren.
Dokumen pengobatan personal dan rencana tindakan terkait obat (untuk terapi rawat jalan atau di rumah).
Non Farmakologi
1. Diet seimbang: jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan
tertentu. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan hati yang permanen, meningkatkan kemampuan
regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai, memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh,
mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini, dan pada penderita sirosis hati, mencegah
komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Kalori
berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak
pada hati. Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara keseluruhan karena dapat
membahayakan sistem kardiovaskular.
2. Diperlukan diet rendah protein
3. Banyak makan sayur dan buah
4. Melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit
5. Menjalankan pola hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan
6. Segera beristirahat bila merasa lelah
7. Menurunkan frekuensi meminum minuman beralkohol dan selanjutnya berhenti meminumnya (Kemenkes, 2007).
Dokumentasi dan monitoring:
Monitoring untuk asesmen terapi obat dan outcome klinis yang dilakukan saat keluar dari RS
• Monitoring tekanan darah tetap terjaga pada batas normal
• Monitoring pasien sudah tidak mengalami muntah darah
• Monitoring perilaku(mental) pasien kembali normal
• Monitoring kondisi feses pasien tetap normal berwarna kuning
• Monitoring kepatuhan pasien dalam meminum obat dengan cara melakukan periksa rutin tanda-tanda vital serta
tes lab
Daftar Pustaka
Assimakopoulos, S. F., Thomopoulos, K. C., & Labropoulou-Karatza, C. 2009. Pentoxifylline: a first line treatment option
for severe alcoholic hepatitis and hepatorenal syndrome?. World journal of gastroenterology. Vol 15(25): 3194–3195.
Caroline R Taylor. 2011. Cirrhosis Imaging (Online). (http://emedicine.medscape. com/article/366426-
overview#showall) .Diakses pada tanggal 13 Mei 2020
Drugbank. 2020. Lactulose (online). (https://www.drugbank.ca/drugs/DB00581) Diakses 14 Mei 2020
Drugbank. 2020. Prednisolone (Online). (https://www.drugbank.ca/drugs/DB00860) Diakses 14 Mei 2020
Eustice, C., 2019. How to Reduce Prednisone Withdrawal Symptoms Determining the Appropriate Tapering Strategy
(Online). (https://www.verywellhealth.com/does-prednisone-tapering-minimize-withdrawal-190242) Diakses pada 14
Mei 2020
Iris W, Liou MD. 2017. Diagnosis and management of hepatic encephalopathy. Hepatitis C online. Vol 3(4):1-20
Kemenkes. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kemenkes. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Leise, M. D., Poterucha, J. J., Kamath, P. S., & Kim, W. R. 2014. Management of hepatic encephalopathy in the hospital.
Mayo Clinic proceedings.Vol 89(2), 241–253
Mayo Clinic. 2015. Alcoholic Hepatitis (Online). (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/alcoholic-
hepatitis/symptoms-causes/syc-20351388) Diakses pada 13 Mei 2020
Muti, A.F. and Chasanah, U., 2016. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Diuretik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Dirawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sainstech Farma. Vol 9(2).
Nurdjanah, S. 2009. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta;
Osna, Natalia A., Donohue, Terrence M., Kharbanda, Kusum K., 2017. Alcoholic Liver Disease: Pathogenesis and
Current Management. Alcohol Research: Current Reviews . Vol 38(2): 147-161.
PIONAS. 2020. Pusat Informasi Obat Nasional (Online). (http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/23-
antihipertensi/235-penghambat-ace) Diakses pada 13 Mei 2020
Prio, P., & Aditya, W., 2017. Enselofatik Hepatik pada Pasien Sirosis Hepatik. Medula Unila. Vol 7(2)
Purnomo, E., Wahyono, D., & Pramantara, D. P., 2012. Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi Portal Terhadap Episode
Kejadian Hematemesis-Melena Pada Pasien Dengan Sirosis Hati Di RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA. Majalah
Farmaseutik. Vol 8(3): 208-213.
Rosner, M. H., Gupta, R., Ellison, D., Okusa, M. D., 2006. Management Of Cirrhotic Ascites: Physiological Basis Of
Diuretic Action. Eur J Intern Med. Vol 17(1): 8-19.
Runyon, B. A., 2006. Ascites and Spontaneous Bacterial Peritonitis. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, editors.
Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease. 8th ed. Philadelphia, PA: Saunders.
Saberi, B., Dadabhai, A. S., Jang, Y. Y., Gurakar, A., & Mezey, E., 2016. Current Management of Alcoholic Hepatitis and
Future Therapies. Journal of clinical and translational hepatology Vol 4(2): 113–122.
Siti Nurdjanah. 2009 Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.
Schomerus, H. and Hamster, W., 2001. Quality of life in cirrhotics with minimal hepatic encephalopathy. Metabolic Brain
Disease. Vol 16(1-2): 37–41.
Suyoso, S., Mustika S., Achmad, H., 2019. Enselofati Hepatik pada Sirosis Hati: Faktor Presipitasi dan Luaran Perawatan
di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol 28(4)
Yunarko. 2009. Pengaruh Pemberian Propranolol (Dosis Efektif) Terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit Pada Pasien
Sirosis Hati Dengan Trombositopenia. DEPARTEMEN – SMF ILMU PENYAKIT DALAM. FAKULTAS
KEDOKTERAN Universitas Airlangga: Surabaya
Zain-Hamid, R., Ismail, Z., Mahendra Raj, S., Shuaib, I. L., & Mohsin, S. S. 2003. The effect of propranolol in malay
patients with liver cirrhosis - a pharmacodynamic evaluation. The Malaysian journal of medical sciences : MJMS.
Vol 10(1), 65–73.)