PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 118114143
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 118114143
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
I dedicate my work to :
My dearest God
Father and Mother
Brother
My friends
Almamater, Sanata Dharma University
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas
(Lam.)): Aplikasi Desain Faktorial” dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa, mama, dan mas Adit yang selalu memberikan yang terbaik bagi
penyusunan skripsi.
3. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. dan Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc.
selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan dan saran dalam proses
perkuliahan.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9. Teman-teman sidEffect Dara, Titus, Ipang, dan Adi yang selalu menjadi
skripsi ini.
10. Teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Penulis juga
pengetahuan.
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................vii
INTISARI ..........................................................................................................xvi
ABSTRACT ........................................................................................................xvii
B. Tujuan Penelitian...........................................................................................5
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Flavonoid ......................................................................................................8
C. Ekstraksi .......................................................................................................11
D. Inflamasi .......................................................................................................13
E. Gel ................................................................................................................15
H. Humektan ......................................................................................................18
I. Gliserin .........................................................................................................18
K. Landasan Teori..............................................................................................21
L. Hipotesis .......................................................................................................22
C. Bahan Penelitian............................................................................................25
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Organoleptis .............................................................................................44
2. Uji pH .......................................................................................................44
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Cocor Bebek..................................................................................................61
A. Kesimpulan ...................................................................................................66
B. Saran .............................................................................................................66
LAMPIRAN ......................................................................................................70
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel III. Forrmula modifikasi gel ekstrak daun cocor bebek ......................28
Tabel VI. Uji pH gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek .....................45
Tabel VII. Viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam
Tabel VIII. Hasil uji statistik pergeseran viskositas sediaan gel anti-
Tabel IX. Daya sebar gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam
Tabel XI. Uji kesamaan varian data viskositas dan daya sebar .....................52
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. Profil kurva variasi konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar .....39
Gambar 6. Profil kurva variasi konsentrasi gliserin terhadap daya sebar .......40
penyimpanan ...............................................................................48
jam ..............................................................................................53
jam ..............................................................................................54
Gambar 11. Grafik pengaruh CMC-Na terhadap daya sebar setelah 48 jam ....57
Gambar 12. Grafik pengaruh gliserin terhadap daya sebar setelah 48 jam .......57
Gambar 17. Grafik rata-rata pengukuran edema kaki tikus setiap waktu
pengukuran .................................................................................64
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
bebek ..........................................................................................89
Lampiran 12. Dokumentasi pengukuran sifat fisik gel ekstrak daun cocor
bebek ..........................................................................................91
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Kata kunci : ekstrak daun cocor bebek, gel anti-inflamasi, desain faktorial,
gliserin, CMC-Na
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memiliki banyak kegunaan, antara lain meringankan gejala maag dan penyakit
cocor bebek dalam dosis 100 mg/kg berat badan memiliki efek anti-inflamasi,
dari daun cocor bebek disebabkan karena adanya senyawa flavonoid dalam
inflamasi terutama untuk penyembuhan luka, baik luka bakar maupun bengkak
luka. Namun cara tersebut dinilai kurang nyaman dan efisien, sehingga perlu
diformulasikan dalam suatu bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk sediaan
gel.
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Gel merupakan salah satu bentuk sediaan yang banyak digunakan dalam
penyembuhan luka. Gel adalah suatu sistem suspensi semipadat yang terdiri dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi
pada suatu cairan (Dirjen POM RI, 1995). Gel berwarna bening dan mudah dicuci
dimensi melalui penjeraban solven oleh gelling agent. Gelling agent berperan
dalam pembentukan jaringan struktur gel, sehingga komposisi dari gelling agent
dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik gel (Garg, Aggarwal, Garg dan
Singla, 2002). Gelling agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah CMC-
Na. Menurut Rowe, Sheskey, dan Quinn (2009) CMC-Na berfungsi sebagai basis
Selain gelling agent, bahan yang berpengaruh terhadap sifat fisik dan
air di dalam sediaan gel (Rowe dkk., 2009). Humektan yang digunakan adalah
gliserin. Jika gliserin yang digunakan dalam suatu sediaan gel terlalu banyak
maka sediaan tersebut akan terlalu encer dan dapat mempengaruhi daya sebar dari
sediaan tersebut. Demikian juga jika jumlah gliserin yang digunakan terlalu
sedikit, maka gel akan terlalu kental sehingga memiliki daya sebar yang tidak luas
(Loden dan Maibach, 2005). Oleh karena itu, dalam formulasi sediaan gel anti-
inflamasi ekstrak daun cocor bebek perlu dilakukan optimasi penggunaan CMC-
Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan agar didapat sediaan gel
dua faktor (CMC-Na dan gliserin) dan dua level (level rendah dan level tinggi).
Metode ini digunakan untuk mengetahui faktor antara CMC-Na, gliserin, maupun
interaksi antar kedua faktor tersebut. Menurut Bolton dan Bon (2004) metode
1. Perumusan masalah
a. Faktor apakah yang lebih dominan antara CMC-Na, gliserin, atau interaksi
keduanya yang menentukan sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan
bebek?
humektan gliserin agar didapat sediaan gel ekstrak daun cocor bebek yang
c. Apakah sediaan gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-
inflamasi?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang terkait dengan daun cocor bebek dan sediaan gel antara
lain:
a. ”Formulasi dan Uji Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor
ekstrak daun cocor bebek dalam bentuk gel untuk penyembuhan luka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Pers” yang dilakukan oleh Matthew dkk. (2013) mengenai uji aktivitas
anti-inflamasi cocor bebek pada hewan uji tikus. Letak perbedaan dengan
yang dilakukan oleh Matthew dkk. menguji aktivitas dari ekstrak daun
cocor bebek, sedangkan penelitian skripsi ini menguji aktivitas dari gel
sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dengan aplikasi desain
faktorial.
3. Manfaat penelitian
cocor bebek yang memiliki sifat fisik dan stabilitas yang baik sehingga
dapat menjadi alternatif pilihan obat dari bahan alam bagi masyarakat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
dari ekstrak daun cocor bebek yang dapat memenuhi persyaratan sifat fisik dan
2. Tujuan khusus
sebar) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas) gel ekstrak daun cocor
bebek.
humektan gliserin agar didapat sediaan gel ekstrak daun cocor bebek
aktivitas anti-inflamasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Saxifragales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
Tanaman cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya
tebal berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda, kadang-
tumbuhan yang memiliki tinggi sekitar 1 meter, tumbuh liar di tepi jurang, pinggir
jalan dan tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu, daerah panas dan kering.
Tumbuh dengan baik pada daerah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut.
buntiris, jampe, jukut kawasa, tere, ceker itik, suru bebek, cocor bebek, teres, tuju
dengen, didingin beueu, mamala, rau kufiri, kabi-kabi, daun ancar bebek, dan
bahwa tanaman ini memiliki sifat agak masam, lunak, dingin serta berkhasiat
Tanaman ini kaya dengan kandungan kimia, yang sudah diketahui adalah
Senyawa aktif yang terkandung dan berhasil diisolasi dari cocor bebek
antara lain alkaloid, triterpen, lipid, flavonoid, glikosida, bufadienolida, fenol, dan
asam organik. Flavonoid yang terkandung di dalam daun cocor bebek inilah yang
B. Flavonoid
terdapat pada semua jenis tumbuhan. Flavonoid mempunyai dua atau lebih cincin
dan banyak ditemukan ditanaman. Aktivitas biologis flavonoid antara lain anti-
Sharma, 2011).
dalam proses peradangan, terutama tirosin dan serin-treonin protein kinase. Enzim
ini terlibat dalam sinyal transduksi dan proses aktivasi sel seperti proliferasi sel T,
aktivasi limfosit B atau produksi sitokin oleh rangsangan monosit. Flavonoid juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
menunjukkan efek pada proses sekresi dari sel-sel inflamasi. Beberapa flavonoid
inhibitor dari β-glukoronidase dan pelepasan lisozim dari neutrofil. Flavonoid ini
leukotrien yang merupakan produk akhir dari jalur COX dan lipooksigenase.
mast meningkat, dengan demikian kalsium dicegah masuk ke dalam sel yang
Species (ROS) dengan bereaksi dengan senyawa reaktif dari radikal sehingga
lipoksigenase (LOX)) serta enzim nitric oxide synthase (NOS) yang dapat
yang berperan sebagai mediator penting dari inflamasi. Oleh karena itu dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
dinyatakan bahwa penghambatan enzim ini dengan flavonoid menjadi salah satu
2009).
C. Ekstraksi
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
menjadi:
1. Ekstrak encer.
2. Ekstrak kental.
Sediaan ini memiliki kandungan air sebesar 30%. Sediaan ini memiliki
3. Ekstrak kering.
4. Ekstrak cair.
Ekstrak ini merupakan sediaan cair yang dibuat dari hasil tarikan
terkandung dengan pelarut cair yang sesuai. Umumnya, ekstraksi dapat dilakukan
secara infudasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap. Jenis ekstraksi dan bahan
ekstraksi mana yang digunakan ditentukan berdasarkan kelarutan zat aktif serta
dengan bantuan penggojokan. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan
terlarut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang di luar sel, maka larutan terpekat didesak keluar (Dirjen POM RI,
1986).
tersebut dapat terpisah dari bahan simplisia dan dari senyawa kandungan lainnya
(Voigt, 1994).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
D. Inflamasi
sirkulasi darah menuju ke jaringan interstisial pada daerah luka (Nugroho, 2012).
Inflamasi atau peradangan dibagi menjadi dua yaitu peradangan akut dan
1. Kemerahan (rubor) terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah terkumpul
pada daerah jaringan yang cedera akibat pelepasan mediator kimia tubuh
mediator kimia.
jaringan yang cedera dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada
Tanda inflamasi yang diamati dalam penelitian ini adalah edema. Edema
disebut juga dengan istilah pembengkakan. Hal ini disebabkan karena adanya
suplai cairan maupun sel darah merah atau sel darah putih dari sirkulasi darah
pembuluh darah dan jaringan. Pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) dan
permeabilitas kapiler akan meningkat, terutama pada inflamasi akut. Hal ini
terjadi akibat adanya rangsangan pada membran sel yang akan melepaskan
antibodi, dan sel fagosit yang bergerak keluar pembuluh darah (infiltrasi) dan
sampai ke tempat benda asing, atau jaringan yang rusak. Akibat migrasi dari
E. Gel
Gel merupakan suatu sistem suspensi semipadat yang terdiri dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi dalam
yaitu gel inorganik dan gel organik. Gel organik memiliki ciri mengandung
pelarutnya menjadi dua, yaitu aqueous gels dan organogels. Aqueous gels
Selain itu, gel dengan konsentrasi pelarut yang rendah disebut xerogels (Zats dan
Kushla, 1996).
Hidrogel adalah sistem gel di mana air bergerak di dalam polimer yang
terlarut. Hidrogel adalah sediaan yang memiliki kompatibilitas yang cukup baik
oleh karena itu pertumbuhan mikroba menjadi salah satu masalah ketidakstabilan
dalam bentuk sediaan ini. Bahan dan agen pembentuk gel biasanya merupakan
Sediaan gel hidrofilik memiliki sifat daya sebar yang baik pada kulit,
pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, memiliki efek
F. Gelling Agent
penting dalam sistem gel. Jenis-jenis gelling agent yaitu polimer alam, derivat
lainnya seperti kekuatan dan elastisitas gel tergantung kepada konsentrasi dari
Saat didispersikan dalam suatu pelarut yang sesuai, gelling agent akan
membentuk matriks tiga dimensi. Gaya intermolekuler akan mengikat solven pada
Gelling agent harus inert, aman dan tidak reaktif terhadap komponen
yang lainnya dalam suatu formulasi gel. Hidrogel mudah mengalami degradasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
ditambahkan pengawet yang sesuai ke dalam formula (Zats dan Kushla, 1996).
anionik yang tersedia dalam berbagai macam berat molekul dan tingkat substitusi
sediaan oral dan topikal, dengan fungsi untuk meningkatkan viskositas. Dalam
sediaan gel, konsentrasi yang sering digunakan sekitar 3-6% (sebagai basis gel).
2009).
CMC-Na stabil pada pH 2-10, jika pH < 2 dapat terjadi presipitasi, sedangkan jika
CMC-Na dapat larut dalam air dingin maupun dalam air panas, dan larutannya
stabil terhadap suhu dan waktu, sehingga dapat ditempatkan dalam waktu yang
H. Humektan
mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang ada
1992).
etilen glikol, dan 1,2-propilen glikol dalam konsentrasi 10-20% (Voigt, 1994).
I. Gliserin
yaitu tidak berwarna, berbau lemah, kental, cairan higroskopis, dan rasanya manis
dan basah sehingga dikombinasikan dengan humektan lain (Barel dkk., 2001).
J. Desain Faktorial
Desain faktorial digunakan untuk mencari efek dari berbagai faktor atau
model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas
respon, dan efek. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon.
Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Respon merupakan sifat atau
hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan.
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek
faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-
Level dalam faktorial desain yang sering dipakai adalah dua level. Dua
level yang digunakan merupakan level tertinggi dan level terendah. Faktor
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
dilambangkan dengan notasi A dan B. Ketika faktor A level tinggi maka desain
eksperimen disebut formula B dan jika faktor A dan B berada pada level tinggi
maka desain eksperimennya disebut formula AB. Faktor yang berada di level
dilambangkan dengan ‘-‘. Hal ini menjadi penting untuk penentuan interaksi antar
Keterangan :
Formula AB = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi.
Formula A = formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level rendah.
Formula B = formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level tinggi.
Formula I = formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level rendah.
Y merupakan respon hasil atau sifat yang diamati. (A) dan (B) adalah level bagian
A dan level bagian B. b0, b1, dan b12 adalah koefisien yang dapat dihitung dari
Adanya interaksi dapat juga dilihat dari grafik hubungan respon dan level
faktor. Jika hasil kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
tidak ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva
menunjukkan garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi
K. Landasan Teori
Hal itu dikarenakan daun cocor bebek mengandung flavonoid yang memiliki
penting dalam proses inflamasi. Pelepasan asam arakidonat merupakan titik awal
untuk respon inflamasi secara umum. Oleh karena itu dengan terhambatnya
pelepasan asam arakidonat maka proses inflamasi juga terhambat (Lafuente dkk.,
2009).
Sediaan farmasi yang cocok untuk anti-inflamasi adalah hidrogel. Hal itu
sesuai dengan zat aktif yang digunakan yaitu flavonoid yang bersifat hidrofil.
memberikan rasa nyaman pada saat aplikasi. Selain itu, hidrogel memiliki daya
sebar yang baik pada kulit, pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi
Perbedaan komposisi gelling agent dan humektan pada suatu formulasi gel dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
memberikan hasil yang berbeda, terutama pada sifat-sifat fisik yang dihasilkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan komposisi optimum dari gelling agent
dan humektan dengan metode desain faktorial. Desain faktorial digunakan untuk
melihat respon dari setiap faktor secara simultan dan interaksi antar faktor
tersebut.
L. Hipotesis
1. Faktor yang lebih dominan antara CMC-Na, gliserin, atau interaksi keduanya
yang menentukan sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas fisik
gliserin sehingga didapat sediaan gel ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi
BAB III
METODE PENELITIAN
metode desain faktorial yang bersifat eksploratif dengan dua faktor dan dua level.
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level CMC-
fisik gel yang meliputi organoleptis, pH, viskositas dan daya sebar, serta
4 minggu.
penelitian ini adalah waktu panen, umur, habitat tumbuh, cara panen dari
sediaan gel, umur, jenis kelamin, serta galur tikus yang digunakan.
dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban udara pada saat
23
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
2. Definisi operasional
yang dibuat dari ekstrak daun cocor bebek dengan gelling agent (CMC-
b. Ekstrak kental daun cocor bebek adalah hasil dari proses maserasi serbuk
c. Gelling agent adalah bahan penyusun struktur jaringan gel yang dapat
CMC-Na.
gel di mana merupakan faktor yang akan dioptimasi dalam penelitian ini,
e. Sifat fisik adalah sifat gel yang dapat dilihat kenampakan fisiknya dan
dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang meliputi daya
pembuatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
gliserin).
i. Level adalah tetapan atau nilai dari suatu faktor yang dinyatakan secara
numerik.
j. Respon adalah besaran yang diamati, perubahan efek dan besarnya dapat
dinyatakan secara kuantitatif. Dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan
k. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh variasi level dari
faktor.
l. Contour plot adalah grafik yang merupakan area optimum dari formula
m. Area optimum adalah area dari komposisi CMC-Na dan gliserin yang
memberikan sifat fisik dan stabilitas sediaan gel yang baik, yaitu daya
sebar 5-7 cm, viskositas 150-250 dPas, serta perubahan viskositas selama
penyimpanan ≤ 10%.
C. Bahan Penelitian
Daun cocor bebek yang diperoleh dari kebun obat Universitas Sanata
etanol 70% (kualitas farmasetis), suspensi karagenan-salin 1%, dan tikus jantan
D. Alat Penelitian
corong Buchner, labu hisap, vacuum rotary evaporator, gelas ukur, wadah plastik,
sendok, pipet ukur, propipet, cawan porselen, pipet tetes, batang pengaduk, cawan
arloji, gelas Beaker, mixer Maspion seri MT-1150, viskometer seri VT 04 (RION-
JAPAN), stopwatch, waterbath, pH stik, seperangkat alat uji daya sebar, dan
memastikan kebenaran dari tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Determinasi dilakukan dengan mengacu pada Backer dan van Den Brink (1963).
a. Pengumpulan dan cara panen daun cocor bebek. Bibit daun cocor bebek
diperoleh dari tempat budidaya tanaman obat Merapi Farma yang terdapat
berbunga). Daun hasil panen dicuci dengan air mengalir (sortasi basah)
menggunakan blender.
daun cocor bebek secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan oleh LPPT
3. Formulasi gel
dalam penelitian “Formulasi dan Uji Efektifitas Gel Luka Bakar Ekstrak
dengan komposisi gelling agent dan humektan seperti tersaji dalam tabel
III.
FAB FA FB F1
Nama Bahan
(gram) (gram) (gram) (gram)
Ekstrak cocor bebek 5 5 5 5
CMC-Na 7,5 7,5 6 6
Gliserin 60 30 60 30
Trietanolamin 1,62 1,62 1,62 1,62
Metil paraben 0,36 0,36 0,36 0,36
Etanol 70% 1 1 1 1
Aquadest 162 162 162 162
dilakukan selama 24 jam. Metil paraben dilarutkan dengan etanol 70% lalu
sediaan gel ekstrak daun cocor bebek meliputi warna, bau, dan
homogenitas.
Rion seri VT 04. Ukuran paddle yang digunakan adalah skala 2 karena
d. Uji daya sebar. Pengukuran daya sebar sediaan gel dilakukan setelah 48
bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1
Uji aktifitas anti-inflamasi gel ekstrak daun cocor bebek dilakukan pada
tikus jantan galur Sprague Dawley dengan tata cara penelitian metode radang
a. Penyiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tikus jantan galur Sprague Dawley umur 2-3 bulan dengan berat
karagenan-salin 1%, kontrol positif gel Voltadex®, dan sediaan gel ekstrak
0,1 g, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% dalam labu takar 10 ml.
dilakukan pada menit ke-0, 30, 60, 120, dan 180 setelah injeksi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
Satu jam setelahnya, kaki kiri belakang tikus tersebut diinjeksikan 0,5 ml
telapak kaki tikus dilakukan pada menit ke-0 (sebelum pengolesan gel
pengolesan gel ekstrak daun cocor bebek), 30, 60, 120, dan 180 setelah
injeksi.
perlakuan (persamaan 3). Nilai edema tiap waktu dihitung dengan rumus:
Yu = Yt –Yo…………………………..............................………………(2)
Keterangan:
salin 1% (mm)
...............................................(3)
= area dibawah kurva dari jam ke-0 sampai jam ke-3 (mm.jam)
........(4)
perlakuan n (mm.jam)
Data sifat fisik gel yang diperoleh dianalisis sesuai dengan metode
perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari CMC-Na, gliserin, dan
menghitung koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y = b0 + b1X1
plot sifat fisik gel ekstrak daun cocor bebek. Masing-masing contour plot
komposisi optimum CMC-Na dan gliserin, terbatas pada level yang diteliti.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R.3.1.2 dengan uji two
Tahapan analisis data adalah uji normalitas data, uji variansi data, dan
ANOVA. Uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro Wilk. Suatu data
dikatakan normal bila memiliki p-value > 0,05. Selanjutnya dilakukan uji variansi
data dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas data. Data dikatakan
memiliki kesamaan varian bila memiliki p-value > 0,05. Apabila data terdistribusi
normal dan memiliki kesamaan varian maka dilanjutkan dengan uji two way
ANOVA. Uji ANOVA bertujuan untuk mengetahui signifikansi efek dari masing-
masing faktor yaitu CMC-Na dan gliserin serta interaksi keduanya sehingga dapat
diketahui faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisik gel anti-inflamasi ekstrak
daun cocor bebek. Faktor dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat
fisik dan stabilitas fisik gel bila memiliki p-value < 0,05.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
A. Determinasi Tumbuhan
literatur yaitu pada Backer dan van Den Brink (1963). Proses determinasi yaitu
dari tanaman yang digunakan juga diperkuat dengan adanya surat determinasi
Cocor bebek yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Kebun
pengambilan tanaman pada satu tempat ini diharapkan metabolit yang terkandung
sama. Daun cocor bebek dipanen saat berumur kurang lebih tiga bulan (sebelum
34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
(2014), menunjukkan bahwa daun cocor bebek yang dipanen sebelum berbunga
Setelah dipanen, daun cocor bebek dicuci bersih dengan air mengalir,
lalu dipotong kecil-kecil agar proses pengeringan dapat berjalan lebih efisien.
pelarut agar proses penyarian dapat lebih maksimal. Ukuran serbuk yang terlalu
besar menyebabkan sudut kontak antara serbuk dan penyari menjadi semakin
kecil sehingga proses ekstraksi tidak maksimal. Namun ukuran serbuk yang
terlalu halus memiliki kelemahan yaitu sulit dipisahkan antara pelarut dan ampas
serbuk. Oleh karena itu serbuk yang dihasilkan diayak dengan ayakan mesh 40
diekstraksi dengan etanol 70% untuk mencegah peningkatan kadar air dan
daun cocor bebek dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 mL, kemudian
(Nwose, 2013). Maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut ke dalam larutan penyari, kemudian
cairan pekat yang ada di dalam sel akan terdesak keluar sel yang diakibatkan
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel sehingga
Obat dan Makanan RI, 1986). Metode maserasi dipilih karena memiliki cara kerja
yang relatif sederhana dan cocok untuk jaringan tumbuhan yang lunak seperti
daun.
senyawa tersebut dapat terpisah dari bahan dan dari senyawa lainnya dalam
simplisia tersebut (Voigt, 1994). Dasar pemilihan etanol sebagai pelarut karena
reaksi enzimatik (misal: hidrolisis flavonoid), selain itu etanol 70% juga dapat
mengambil komponen aktif target (flavonoid) secara optimal dan selektif dalam
dalam erlenmeyer 300 mL dan ditambahkan dengan 100 mL etanol 70% untuk
dalam serbuk daun cocor bebek hasil maserasi sebelumnya dapat terambil secara
total. Filtrat yang dihasilkan dari maserasi pertama dan kedua digabungkan.
vacuum rotary evaporator pada suhu 55oC sampai ekstrak terlihat pekat (± 1,5
rendemen 3,2 gram dengan % yield sebesar 8%. Menurut Dirjen POM RI (2004)
rendemen ekstrak yang baik adalah ≥ 7,5%. Oleh karena itu, hasil yang didapat
cukup baik dan memenuhi parameter tersebut. Ekstrak daun cocor bebek yang
dihasilkan memiliki warna hijau tua dengan konsistensi cairan yang mudah
visibel. Berdasarkan laporan hasil uji yang dikeluarkan oleh pihak LPPT UGM,
rendah dan tinggi dari faktor CMC-Na sebagai gelling agent dan faktor gliserin
sebagai humektan. Level rendah dan tinggi dari kedua faktor ditentukan dengan
dengan range 6 – 8,5 g. Hal ini dikarenakan konsentrasi CMC-Na sebagai gelling
agent adalah 3-6% (Rowe dkk., 2009). Hasil orientasi dapat dilihat pada gambar 3
konsentrasi CMC-Na maka akan meningkat pula respon viskositas dari sediaan
gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. CMC-Na akan memberikan pengaruh
penambahan konsentrasi CMC-Na maka akan menurunkan respon daya sebar dari
sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. CMC-Na akan memberikan
pengaruh secara linier terhadap respon daya sebar pada konsentrasi 6 – 8 g dengan
r = 0,9948. Oleh karena itu, dengan melihat irisan dari kedua respon dapat
ditentukan bahwa level rendah dari gelling agent CMC-Na adalah 6 g dan level
tinggi 7,5 g.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
≤ 30% (Rowe dkk., 2009). Hasil orientasi dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar
maka akan menurun pula respon viskositas dari sediaan gel ekstrak daun cocor
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
meningkatkan respon daya sebar dari sediaan gel ekstrak daun cocor bebek.
Gliserin memberikan pengaruh secara linier terhadap respon daya sebar pada
dilihat bahwa formula 1 dan 2 memiliki viskositas yang sangat kental sehingga
tidak dapat mengalir yang membuat sediaan tersebut sulit untuk diaplikasikan dan
dikeluarkan dari wadah. Oleh karena itu, ditentukan bahwa level rendah dari
humektan gliserin adalah 30 g dan level tinggi 60 g yang merupakan irisan dari
kedua respon.
Hidrogel dipilih karena flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun cocor
bebek dapat terlarut dalam pelarut air, selain itu daya sebar hidrogel pada kulit
baik, memiliki pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis
kulit, memberikan efek dingin, serta mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994).
CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan. Menurut Rowe
dari luka, dan menyerap keringat. Dalam fungsinya sebagai basis gel, konsentrasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
CMC-Na yang digunakan sebesar 3-6%. Selain itu digunakan juga gliserin yang
digunakan karena mencegah iritasi kulit (Barel dkk., 2001). Gliserin berfungsi
dengan molekul air (Loden dan Maibach, 2005). Sediaan hidrogel mudah
ditumbuhi mikroba karena sebagian besar penyusunnya adalah air, oleh karena itu
adalah metil paraben karena memiliki kelarutan yang baik dalam air dibandingkan
dengan propil paraben. Selain itu metil paraben berfungsi sebagai antimikroba dan
stabil pada sediaan berair dengan pH 3-7. Penggunaan metil paraben sebagai
2009).
sediaan agar sediaan memiliki pH yang sesuai dengan karakteristik pH kulit yaitu
modifikasi yang mengacu pada formula gel luka bakar ekstrak daun cocor bebek
(Hasyim dkk., 2012). Modifikasi yang dilakukan adalah dengan adanya perubahan
jenis gelling agent dari carbopol menjadi CMC-Na dengan jumlah yang mengacu
hasil orientasi. Selain itu terjadi perubahan pada jenis humektan yang digunakan,
di mana hanya digunakan gliserin dengan jumlah yang mengacu hasil orientasi.
Modifikasi ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan gel yang lebih baik secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
fisik dan stabil. Karakteristik sifat fisik yang diinginkan dari hasil modifikasi
formula ini adalah viskositas antara 200-350 dPas, daya sebar 4,7-5,5 cm (Lardy,
Vennat, Pouget dan Pourrat, 2000), serta pergeseran viskositas kurang dari 10%.
Modifikasi yang dilakukan tidak merubah konsep sediaan yaitu hidrogel. Faktor
yang dilihat dalam penelitian ini adalah CMC-Na dan gliserin, karena kedua
faktor ini dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan. Level CMC-Na
yang digunakan dalam formula adalah 6 gram (level bawah) dan 7,5 gram (level
atas). Sedangkan untuk gliserin adalah 30 gram (level bawah) dan 60 gram (level
atas).
dikembangkan, gliserin, dan ekstrak daun cocor bebek. Aquadest dapat berfungsi
campuran pada menit pertama selama proses mixing. Selanjutnya sediaan gel
lemari penyimpanan.
Uji sifat fisik meliputi pengujian organoleptis (bentuk, bau, dan warna),
uji pH, uji viskositas, serta uji daya sebar. Uji sifat fisik bertujuan untuk melihat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
1. Organoleptis
Aspek yang diamati dalam uji organoleptis adalah warna, bau, dan
homogenitas dari sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek. Uji
ekstrak daun cocor bebek setelah penyimpanan 48 jam dan 4 minggu tersaji
2. Uji pH
ekstrak daun cocor bebek selama penyimpanan 4 minggu tersaji dalam tabel
VI.
pH
Formula
48 jam 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu
FAB 6 6 6 6 6
FA 6 6 6 6 6
FB 6 6 6 6 6
FI 6 6 6 6 6
sediaan topikal yang baik. Selain itu, penyimpanan selama 4 minggu tidak
tersebut stabil. Sediaan gel ekstrak daun cocor bebek dengan pH 6 diharapkan
konsumen.
3. Uji viskositas
Viskositas sediaan tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah,
karena jika terlalu tinggi (kental), maka gel akan sulit untuk dikeluarkan dari
dengan rotor. Ukuran paddle yang digunakan adalah skala 2. Viskositas gel
skala paddle yang digunakan (seperti yang ditunjukkan pada gambar 7).
Tabel VII. Viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam setelah
pembuatan
agent yang besar serta jumlah humektan yang sedikit. Jumlah gelling agent
berkorelasi linear dengan viskositas gel, sehingga semakin besar jumlah gelling
Sediaan gel yang baik adalah sediaan yang stabil (pergeseran viskositas
ini berarti sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek yang dibuat
stabil. Selain itu juga dilakukan uji T berpasangan untuk mengetahui jangka
waktu kestabilan gel yang dibuat, jika hasil menunjukkan p-value > 0,05 maka
sediaan yang dibuat stabil, sedangkan jika hasil p-value < 0,05 maka sediaan
gel tidak stabil. Hasil dari pengujian secara statistik pergeseran viskositas
Tabel VIII. Hasil uji statistik pergeseran viskositas sediaan gel anti-inflamasi
ekstrak daun cocor bebek
Formula p-value
FAB 0,0728
FA 0,2697
FB 0,2123
FI 0,1917
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Tabel VIII menunjukkan setiap formula memiliki p-value > 0,05 yang
berarti data tidak signifikan, maka dapat disimpukan bahwa sediaan gel yang
selama penyimpanan.
Gambar 8. Grafik viskositas gel ekstrak daun cocor bebek selama penyimpanan
saat diaplikasikan pada kulit. Uji ini penting dilakukan karena terkait dengan
Menurut Garg dkk. (2002), daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
pada permukaan kulit akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.
sediaan gel pada kaca bundar, kemudian ditimpa dengan kaca bundar yang
lainnya ditambah beban seberat 125 gram selama 1 menit. Setelah itu diukur
diameter penyebaran gel pada posisi horisontal, vertikal, dan diagonal. Hasil
pengukuran daya sebar sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek
Tabel IX. Daya sebar gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek 48 jam setelah
penyimpanan
(Lardy dkk., 2000). Pada tabel IX, semua formula baik formula AB, B, dan I
Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah gelling agent yang besar serta jumlah
viskositas gel, sedangkan viskositas gel berkorelasi terbalik dengan daya sebar.
Oleh karena itu semakin besar jumlah gelling agent maka daya sebar gel
semakin menurun.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
Bebek
adanya variasi level dan faktor. Untuk mengetahui besarnya efek dari setiap faktor
(CMC-Na dan gliserin) maupun interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik
menggunakan software R versi 3.1.2 dengan uji ANOVA dua arah pada taraf
kepercayaan 95%.
setiap faktor, serta interaksi dari kedua faktor, sehingga dapat diketahui faktor
mana yang berpengaruh signifikan dalam menimbulkan efek. Nilai efek bersifat
mutlak, tanda positif dan negatif menyatakan bahwa faktor tersebut menurunkan
respon (untuk tanda negatif) atau menaikkan respon (untuk tanda positif).
faktorial dengan dua faktor (CMC-Na dan gliserin) dan dua level. Setiap formula
dalam penelitian ini memiliki komposisi yang sama dan jumlah bahan yang sama,
kecuali untuk kedua faktor tersebut. Hal ini bertujuan agar efek dari setiap faktor,
baik CMC-Na maupun gliserin pada level yang diteliti dapat terlihat. Dalam uji
statistik ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas data, uji
variansi data, dan uji ANOVA. Syarat untuk dapat mencapai tahap uji ANOVA
distribusi data yang didapat dari hasil penelitian. Data yang diharapkan adalah
data dengan distribusi normal. Distribusi data dikatakan normal jika memiliki
p-value > 0,05 (Istyastono, 2012). Uji normalitas yang digunakan adalah
dapat disimpulkan bahwa data viskositas dan daya sebar pada setiap
Uji variansi dilakukan terhadap data 48 jam. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui kesamaan varian dari data, sehingga dapat diketahui apakah data
yang dihasilkan homogen atau tidak. Uji yang digunakan adalah Levene’s test.
Hasil dari Levene’s test dijadikan dasar untuk melakukan uji ANOVA. Syarat
untuk dapat melakukan uji ANOVA adalah data yang dihasilkan haruslah
memiliki kesamaan varian, yang dapat dilihat dari nilai p-value. Data dikatakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
memiliki kesamaan varian jika memiliki p-value > 0,05 (Suhartono, 2008).
Tabel XI. Uji kesamaan varian data viskositas dan daya sebar
Data p-value
Viskositas 0,28
Daya sebar 0,178
Hasil Levene’s test menunjukkan bahwa pada uji viskositas dan daya
sebar memiliki p-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang
Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh kedua faktor (CMC-Na dan
Hasil dari pengujian viskositas gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek
Tabel XII. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dalam
menentukan respon viskositas
p-value
Faktor Efek p-value
persamaan
CMC-Na 132,5005 2,357 x 10-7
Gliserin -74,1665 1,939 x 10-5 7,142 x 10-7
Interaksi -5,8335 0,5017
interaksi antara CMC-Na dan gliserin tidak. Hal ini dapat dilihat dari p-value
memiliki p-value < 0,05. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa faktor yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
memiliki nilai efek paling besar dalam menentukan viskositas adalah CMC-Na
viskositas memiliki p-value < 0,05 yaitu 7,142 x 10-7, berarti persamaan yang
didapat adalah:
Gambar 10. Grafik pengaruh gliserin terhadap respon viskositas setelah 48 jam
satu dengan yang lain (Grubber, 1999). Selain itu dengan adanya air (dalam
membilas bahan), Na+ akan lepas dan diganti dengan ion H+ dan membentuk
yang didapat dari pengujian terhadap gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor
Tabel XIII. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dalam
menentukan respon pergeseran viskositas
Tabel XIII menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap respon pergeseran. Hal ini dapat dilihat dari p-value
memiliki p-value < 0,05. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa faktor yang
interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon daya sebar. Hasil yang didapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
dari pengujian terhadap gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dapat
Tabel XIV. Analisis ANOVA efek CMC-Na, gliserin, serta interaksinya dalam
menentukan respon daya sebar
p-value
Faktor Efek p-value
persamaan
CMC-Na -0,7 4,784 x 10-9
Gliserin 0,383 5,378 x 10-7 1,373 x 10-8
Interaksi 0,125 0,001571
signifikan terhadap respon daya sebar adalah CMC-Na, gliserin, serta interaksi
antar keduanya. Hal ini dapat dilihat dari p-value masing-masing faktor,
dimana faktor yang berpengaruh secara signifikan memiliki p-value < 0,05.
Selain itu dapat dilihat pula bahwa faktor yang memiliki nilai efek paling besar
value < 0,05 yaitu 1,373 x 10 -8, berarti persamaan yang didapat signifikan
Pengaruh antara CMC-Na dan gliserin terhadap respon daya sebar dapat
Gambar 11. Grafik pengaruh CMC-Na terhadap daya sebar setelah 48 jam
Gambar 12. Grafik pengaruh gliserin terhadap daya sebar setelah 48 jam
menurunkan daya sebar. Semakin banyak jumlah CMC-Na, maka daya sebar
pengaruh untuk menaikkan daya sebar. Semakin banyak gliserin, maka daya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
sebar akan semakin naik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa viskositas
faktor yang diteliti, yaitu CMC-Na dan gliserin agar menghasilkan gel anti-
inflamasi yang memenuhi kriteria sifat fisik yang diinginkan. Untuk mendapatkan
area optimum, maka setiap pengujian sifat fisik (viskositas dan daya sebar) gel
anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek dibuat ke dalam grafik contour plot dan
dipilih area yang memenuhi persyaratan sifat fisik gel yang diinginkan. Area
CMC-Na, X2 adalah gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi CMC-Na dan gliserin.
(Lardy dkk., 2000). Hasil perhitungan ANOVA pada respon daya sebar sediaan
daya sebar, X1 adalah CMC-Na, X2 adalah gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi
gambar 15.
Gambar 15. Contour plot superimposed gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor
bebek
penelitian ini yaitu 200-350 dPas dan daya sebar 4,7-5,5 cm (Lardy dkk.,
2000).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
15) memiliki sifat fisik yang diharapkan, yaitu viskositas 200-350 dPas dan daya
sebar 4,7-5,5 cm (Lardy, Vennat, Pouget dan Pourrat, 2000). Validasi dilakukan
dengan mencuplik satu titik secara acak pada area yang diarsir, hasil cuplikan
didapat komposisi CMC-Na sebesar 7 gram dan gliserin sebesar 45 gram, seperti
yang dapat dilihat pada gambar 16. Hasil pengujian sifat fisik yang meliputi
Berdasarkan tabel XV, gel yang dibuat memiliki sifat fisik yang
diinginkan dan hasil yang didapat ketika validasi masuk ke dalam range respon
residual standard error. Residual standard error diperoleh dari data perhitungan
efek setiap faktor seperti yang terdapat pada lampiran 6. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan yang didapat dalam area komposisi optimum valid.
bertujuan untuk melihat apakah sediaan tersebut dapat melepas zat aktifnya dan
menggunakan jangka sorong digital. Metode jangka sorong ini digunakan karena
cara pemakaian yang sederhana dan perlakuan terhadap hewan uji lebih dapat
diterima dibandingkan dengan metode potong kaki. Tikus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah galur Sprague Dawley dikarenakan tingkat agresifitas tikus
yang relatif lebih rendah, sehingga diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam
merupakan zat inflamatogen edema dengan cara menginduksi cedera sel, sehingga
respon yang lebih peka terhadap obat anti-inflamasi (Taufiq dkk., 2008).
negatif, dan kelompok formula. Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus yang
dipilih secara acak. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding dan diberi
perlakuan dengan gel anti-inflamasi yang telah beredar di pasaran (gel Voltadex®)
karena telah terbukti secara klinis sebagai obat anti-inflamasi dengan zat aktif
yaitu natrium diklofenak yang merupakan derivat fenil asetat yang mempunyai
kelompok formula diberi perlakuan dengan sediaan gel ekstrak daun cocor bebek
berikutnya. Sediaan gel yang digunakan adalah sediaan hasil validasi (CMC-Na 7
g; gliserin 45 g). Perlakuan diberikan satu jam setelah tikus diinjeksikan suspensi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
karagenan-salin 1%. Adanya penurunan dari edema kaki tikus akibat pemberian
penelitian efek anti-inflamasi topikal ini ditunjukkan pada profil rata-rata selisih
Gambar 17. Grafik rata-rata edema kaki tikus setiap waktu pengukuran
Dua jam pertama setelah injeksi suspensi karagenan-salin 1%, pada kontrol
negatif terjadi peningkatan edema hingga 0,54 mm. Kelompok formula dan
penurunan edema kaki tikus setelah diberikan perlakuan, serta dapat dilihat pula
ditentukan rata-rata AUC total dan selanjutnya ditentukan % inhibisi (lampiran 5).
Data % inhibisi
Kontrol positif 65,934 ± 7,716
Gel ekstrak daun cocor bebek 50 ± 3,305
inhibisinya masih dibawah gel Voltadex®. Hal ini dikarenakan gel Voltadex®
dari besarnya persentase inhibisi antara gel ekstrak daun cocor bebek dan gel
Voltadex®. Hal ini dikarenakan tidak adanya batas / spesifikasi dari % inhibisi.
Setelah dilakukan uji T tidak berpasangan, didapatkan p-value 0,0534 yang berarti
data tidak berbeda signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan gel
ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi yang tidak berbeda
BAB V
A. Kesimpulan
daya sebar gel ekstrak daun cocor bebek, sedangkan gliserin merupakan faktor
cocor bebek.
2. Komposisi optimum dari gelling agent CMC-Na dan humektan gliserin yang
menghasilkan gel ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi persyaratan sifat
B. Saran
pelepasan zat aktif pada sediaan gel ekstrak daun cocor bebek.
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, M., Gupta, G., Kazmi, I., Rahman, M., Afzal, O., Alam, J. dkk., 2012,
Anti-inflammatory and Analgesic Potential of a Novel Steroidal
Derivative from Bryophyllum pinnatum, Fitoterapia, 83, 853-858.
Afzal, M., Kazmi, I., Khan, R., Singh, R., Chauhan, M., Bisht, T. dkk., 2012,
Bryophyllum pinnatum : A Review, International Journal of Research in
Biological Sciences, 2 (4), 143-149.
Armstrong, N.A. dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design
and Interpretation, Taylor&Francis Ltd, London, hal. 132-137.
Backer, C.A. dan van Den Brink, B., 1963, Flora of Java (Spermatophytes Only),
Vol. II, Wilter-Noordhoff, NVP., Groningen Netherlands, hal. 362-413.
Bangun, A., 2012, Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia, Indonesia Publishing
House, Bandung, hal. 394-395.
Barel, A., Paye, M., dan Malbach, H., 2001, Handbook of Cosmetic Science and
Technology, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 155.
Bartosikova, J.N.L., 2013, Carrageenan: a review, Veterinarni Medicina, 58(4),
194-195.
Bochek, A.M., Yusupova, L.D., Zabivalova, N.M., dan Petropavlovskii, G.A.,
2002, Rheological Properties of Aqueous H-Carboxymethyl Cellulose
Solutions with Various Additives, Russian Journal of Applied Chemistry,
75, 4-7.
Bolton, S. dan Bon, C., 2004, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical
Application, 4th edition, Marcel Dekker Inc., New York, hal.265-275.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986, Sediaan Galenik,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 5-26.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 7, 654.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations, Pharmaceutical Technology, september 2012, hal. 84-105.
Haryanto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, Palmall, Yogyakarta,
hal. 491-493.
Hasyim, N., Pare, K.R., Junaid, I., dan Kurniati, A., 2012, Formulasi dan Uji
Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe
pinnata L) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus), Vol.16, No.2, 89-94.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A.D., 2005, Kandungan Kimia dan
Uji Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. Pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1): 10-17.
Istyastono, E.P., 2012, Mengenal Peranti Lunak R-2.14.0 for Windows: Aplikasi
Statistika Gratis dan Open Source, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, hal.21-22.
Kuncari, E.M., Iskandarsyah, dan Praptiwi, 2014, Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik
dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung Minoksidil, Apigenin, dan
Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.), Bul Penelit Kesehat,
Vol.42, 213-222.
Lafuente, A.G., Guillamon, E., Villares, A., Rostagno, M.A., dan Martinez, J.A.,
2009, Flavonoids as Anti-inflammatory Agents : Implications in Cancer
and Cardiovascular Disease, Inflammation Research, (58), 537-552.
Lardy, F., Vennat, B., Pouget, M.P., dan Pourrat, A., 2000, Functionalization of
Hydrocolloids: Principal Component Analysis Applied to the Study of
Correlations Between Parameters Describing the Consistency of
Hydrogels, Drug Development and Industrial Pharmacy, 26(7), 715-721.
Loden, M., dan Maibach, H.I., (Eds.), 2005, Dry skin and Moisturizers: Chemistry
and Function, Taylor & Francis Group, Boca Raton, hal.227-230.
Majaz, Q., Tatiya, A.U., Khurshid, M., Nazim, S., dan Siraj, S., 2011, The
Miracle Plant ( Kalanchoe pinnata ) : A Phytochemical and
Pharmacological Review, IJRAP, 2 (5), 1478–1482.
Matthew, S., Jain, A.K., James, M., Matthew, C., dan Bhowmik, D., 2013,
Analgesic and Anti-Inflammatory Activity of Kalanchoe pinnata (Lam.)
Pers, Journal of Medicinal Plants Studies, 1, 24-28.
Milad, R., El-Ahmady, S., dan Singab, A.N., 2014, Genus Kalanchoe
(Crassulaceae): A Review of Its Ethnomedical, Botanical, Chemical and
Pharmacological Properties, European Jurnal of Medicinal Plants, 4(1),
88-104.
Mitchell, Kumar, Abbas, dan Fausto, 2009, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit,
edisi 7, EGC, Jakarta, hal. 48-50.
Nugroho, A.E., 2012, Farmakologi Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu
Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 167-
169.
Nwose, C., 2013, Effect of Ethanolic Leaf Extract of Kalanchoe pinnata on
Serum Creatine Kinase in Albino Rats, Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry, 1, 8-12.
Pattewar, S.V., 2012, Kalanchoe pinnata : Phytochemical and Pharmacological
Profile, International Journal of Phytopharmacy, 2(1), 1-8.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Rawlings, A.V., Harding, C.R., Watkingson, A., Chandar, P., dan Scott, I.R.,
2002, Humectants, dalam Leyden, James, J. dan Rawlings, Anthony, V.,
(Eds.), Skin Moisturization, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 248-
249.
Rowe, C.R., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition, Pharmaceutical Press, London, hal. 118-119, 283-
284.
Sandhar, H.K., Kumar, B., Prasher, S., Tiwari, P., Salhan, M. dan Sharma, P.,
2011, A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids,
Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1 (1), 25-28.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 240-
241.
Sinko, P.J., 2011, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, hal. 469-471.
Suhartono, 2008, Analisis Data Statistik dengan R, Jurusan Statistika ITS,
Surabaya, hal. 115.
Suhono, B. dan TIM LIPI, 2010, Ensiklopedia Flora, PT Kharisma Ilmu, Bogor,
hal. 123-125.
Swarbrick, J. dan Boylan, J.C., 1992, Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology, Volume 6, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 415-433.
Taufiq, L., Wahyuningtyas, N., dan Wahyuni, A.S., 2008, Efek Antiinflamasi
Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) pada Tikus Putih Jantan,
Pharmacon, 9(1), 3.
Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.20.
Voigt, R., 1994, Lehrbuch Der Pharmazeutischem, diterjemahkan oleh Noerono,
S., hal. 341-343, 354, 579-580, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Zats, J.L. dan Kushla, G.P., 1996, Gels, dalam Lieberman, H.A., Lachman, L.,
Schwatz, J.B., (Eds.), Handbook of Cosmetic Science and Technology,
Marcell Dekker Inc., New York, hal. 399-415.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
1. Viskositas
2. Daya sebar
3. Pergeseran viskositas
3. Perhitungan AUC
a. Kontrol Negatif
AUC (mm.jam)
Menit ke-
I II III
0 – 30 0,025 0,0525 0,0425
30 – 60 0,1275 0,16 0,1325
60 – 120 0,51 0,485 0,415
120 -180 0,62 0,545 0,525
Jumlah 1,2825 1,2425 1,115
b. Kontrol Positif
AUC (mm.jam)
Menit ke-
I II III
0 – 30 0,005 0,015 0,0025
30 – 60 0,0475 0,0525 0,0125
60 – 120 0,18 0,195 0,11
120 - 180 0,205 0,23 0,185
Jumlah 0,4375 0,4925 0,31
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
c. Formula uji
AUC (mm.jam)
Menit ke-
I II III
0 – 30 0,01 0,02 0,005
30 – 60 0,05 0,05 0,045
60 – 120 0,235 0,22 0,245
120 - 180 0,325 0,295 0,355
Jumlah 0,61 0,565 0,645
b. Daya sebar
c. Pergeseran viskositas
a. Viskositas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
b. Daya sebar
c. Pergeseran viskositas
b. Daya sebar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
4. Uji ANOVA
a. Viskositas
b. Daya sebar
c. Pergeseran viskositas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
Kesimpulan : formula ab
memiliki viskositas yang stabil
selama penyimpanan 4
minggu.
Formula a
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
Kesimpulan : formula a
memiliki viskositas yang stabil
selama penyimpanan 4
minggu.
Formula b
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
Kesimpulan : formula b
memiliki viskositas yang stabil
selama penyimpanan 4
minggu.
Formula 1
Kesimpulan : formula 1
memiliki viskositas yang stabil
selama penyimpanan 4
minggu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
1. Setelah pembuatan
Formula ab Formula a
Formula b Formula 1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Formula ab Formula a
Formula b Formula 1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Lampiran 12. Pengukuran sifat fisik gel ekstrak daun cocor bebek
2. Pengolesan gel ekstrak daun cocor bebek pada telapak kaki tikus
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Vincensius Galih Prakarsa
Gautama Putra adalah anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Ary Maryanto dan Clara Wahyu Pratiwi.
Lahir di Depok pada tanggal 15 Februari 1993.
Riwayat pendidikan penulis skripsi berjudul
“Optimasi Gelling Agent CMC-Na dan Humektan
Gliserin Dalam Sediaan Gel Anti-inflamasi Ekstrak
Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)):
Aplikasi Desain Faktorial” diawali dari TK Strada
Indriyasana Jakarta (1998-2000), SD Strada
Wiyatasana Jakarta (2000-2006), SMP Strada Marga
Mulia Jakarta (2006-2009) dan melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMA Kolese Gonzaga
Jakarta (2009-2011). Kemudian pada tahun 2011,
penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia
Dasar (2012), Analisis Farmasi dan Validasi Metode (2013 & 2015), Kimia
Analisis (2014), dan Farmakognosi Fitokimia (2014). Penulis juga aktif dalam
organisasi antara lain sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Farmasi (BEMF Farmasi) yaitu koordinator divisi Organisasi (2012-2013) dan
wakil gubernur internal (2013-2014). Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan kepanitiaan, di antaranya dalam kepanitiaan Pharmacy Performance 2011
sebagai anggota perlengkapan, Pharmacy Event Cup 2012 sebagai koordinator
seksi perlengkapan, Titrasi 2012 sebagai Bandzen, Pharmacy Road to School
2013 sebagai anggota keamanan, Pelepasan Wisuda 2013 sebagai wakil ketua,
dan Titrasi 2013 sebagai Steering Committee.
93