Anda di halaman 1dari 13

BERITA KEEMPAT PULUH DUA

MINISTRI MANUSIA-PENYELAMAT

DALAM KEBAJIKAN INSANI-NYA

DENGAN ATRIBUT ILAHI-NYA

DARI GALILEA KE YERUSALEM

(20)

Pembacaan Alkitab: Luk. 18:31—19:10

Dalam berita ini kita akan melihat 18:31—19:10. Ayat-ayat ini meliput tiga hal: Pengungkapan kali ketiga
kematian dan kebangkitan Tuhan (ay. 31-34); penyembuhan terhadap orang buta dekat Yerikho (ay. 35-
43); dan penyelamatan Tuhan terhadap Zakheus di Yerikho (19:1-10).

PENGUNGKAPAN KALI KETIGA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN-NYA

Sewaktu Manusia-Penyelamat melakukan perjalanan yang jauh dari Galilea ke Yerusalem, Dia berbicara
kepada murid-murid-Nya tentang banyak hal. Dalam 18:31 Dia menyisihkan dua belas murid itu untuk
berbicara secara pribadi kepada mereka. Firman ini dikatakan secara pribadi kepada mereka berkenaan
dengan kepergian-Nya ke Yerusalem untuk mati di sana.

Dalam ayat 31-33 firman ini tercatat dengan terperinci: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala
sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan
kepada bangsa-bangsa lain, diolok-olokkan, dihina dan diludahi. Mereka akan mencambuk dan
membunuh Dia, tetapi pada hari ketiga Ia akan bangkit.” Adalah bermakna bahwa dalam ayat 31 Tuhan
tidak berkata, “Sekarang Aku pergi ke Yerusalem”; melainkan, Dia berkata, “Sekarang kita pergi ke
Yerusalem.”

Ini adalah kali ketiga Tuhan Yesus mewahyukan kematian-Nya kepada murid-murid. Yang pertama
adalah di Kaisarea Filipi, sebelum transfigurasi-Nya (9:22). Yang kedua adalah di Galilea, setelah
transfigurasi-Nya (9:44-45). Kali ini, yang ketiga, adalah dalam perjalanan ke Yerusalem. Wahyu ini
adalah satu nubuat, yang benar-benar asing bagi konsepsi alamiah murid-murid, namun digenapkan
secara harfiah dalam setiap detailnya.

Kita telah nampak bahwa Manusia-Penyelamat telah dua kali menubuatkan kematian dan kebangkitan-
Nya. Karena waktu kematian-Nya telah tiba, maka Dia pergi ke Yerusalem. Ini adalah ketaatan-Nya
kepada Allah sampai mati (Flp. 2:8), menurut maksud dan rencana Allah (Kis. 2:23), bagi penggenapan
rencana penebusan-Nya (Yes. 53:10). Dia tahu bahwa melalui kematian-Nya Dia akan dimuliakan dalam
kebangkitan (Luk. 24:25-26) dan bahwa hayat ilahi-Nya akan dilepaskan untuk menghasilkan banyak
saudara bagi ekspresi-Nya (Yoh. 12:23-24; Rm. 8:29). Demi sukacita yang disediakan bagi-Nya, Ia
mengabaikan kehinaan (Ibr. 12:2) dan dengan sukarela diserahkan kepada para pemimpin Yahudi yang
diduduki oleh Iblis, dan dihukum mati oleh mereka. Karena hal ini maka Allah meninggikan-Nya sampai
ke surga, mendudukkan-Nya di sebelah kanan Allah (Mrk. 16:19; Kis. 2:33-35), memberikan-Nya nama di
atas segala nama (Flp. 2:9-10), menjadikan-Nya menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36), dan memakhotai-
Nya dengan kemuliaan dan hormat (Ibr. 2:9).

Lukas 18:34 mengatakan, “Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan
itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan.” Kita dapat
membandingkan firman Manusia-Penyelamat kepada murid-murid mengenai kematian-Nya dengan
musik merdu yang dimainkan kepada orang-orang yang tidak mengapresiasi musik itu. Murid-murid
tidak dapat mengapresiasi “musik yang dimainkan” oleh Tuhan kepada mereka. Mereka tidak
memahami apa pun yang Tuhan katakan. Meskipun Dia memakai kata-kata yang sederhana, namun
mereka tidak dapat memahami apa yang sedang dikatakan-Nya.

Mengapa murid-murid itu tidak dapat menyerap firman Tuhan mengenai kematian dan kebangkitan-
Nya? Mereka tidak mampu memahaminya karena mereka sama sekali berada di dalam kerajaan yang
lain, yaitu di dalam kerajaan mereka sendiri. Karena mereka berada di dalam kerajaan mereka sendiri,
maka mereka tidak memiliki hati terhadap hal-hal dari Kerajaan Allah.

MENYEMBUHKAN ORANG BUTA DEKAT YERIKHO

Pengungkapan kali ketiga kematian dan kebangkitan Tuhan berhubungan dengan penyembuhan orang
buta dekat Yerikho. Sebenarnya, murid-murid Tuhan itu buta dan memerlukan penyembuhan. Mereka
tidak dapat memahami apa yang Tuhan katakan tentang kematian dan kebangkitan-Nya, karena mereka
kekurangan pandangan dan penglihatan. Karena itu, setelah pengungkapan kali ketiga kematian dan
kebangkitan-Nya, ada kasus penyembuhan orang buta.

Urutan menurut Moralitas

Lukas 18:35 mengatakan, “Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir
jalan dan mengemis.” Di sini kelihatannya ada masalah yang berhubungan dengan kota Yerikho. Dalam
pasal 10 Tuhan diterima ke dalam rumah Marta, dan rumahnya ada di Betania. Dalam perjalanannya
dari Galilea ke Yerusalem Tuhan pasti melewati Yerikho sebelum Dia mencapai Betania dan kemudian
Dia akan pergi dari Betania ke Yerusalem. Lalu, mengapa Betania tersirat dalam pasal 10 dan mengapa
Yerikho dengan jelas disebutkan dalam pasal 19? Apakah ini berarti Dia datang ke Betania dan kemudian
pulang kembali ke Yerikho? Tidak, sebenarnya Dia diterima oleh Marta setelah Dia melalui Yerikho.
Tetapi dalam pasal 10 Lukas tidak menaruh perhatian pada geografi atau urutan sejarah; ia
memperhatikan standar moralitas yang tertinggi. Ini adalah satu bukti yang kuat untuk memperlihatkan
bahwa pengisahan Lukas bukanlah menurut urutan peristiwa sejarah, melainkan menurut moralitas.
Penglihatan dan Keselamatan

Kita telah menunjukkan bahwa ayat 35 mengatakan Tuhan sudah dekat Yerikho. Ayat-ayat selanjutnya
menunjukkan bahwa di dekat Yerikho Manusia-Penyelamat ini menyembuhkan satu orang buta. Ini
berarti Dia menyembuhkan orang buta itu sebelum Dia masuk Yerikho. Tetapi menurut Matius 20:29
dan Markus 10:46, penyembuhan itu terjadi pada saat Dia keluar dari Yerikho. Penuturan Lukas memiliki
arti rohani. Orang buta itu mendapatkan penglihatan diikuti dengan keselamatan Zakheus dalam 19:1-9.
Ini menunjukkan bahwa untuk menerima keselamatan, seseorang terlebih dulu perlu menerima
penglihatan, melihat Penyelamat. Kedua kasus ini, yang terjadi di Yerikho secara beruntun, seharusnya
secara rohani dianggap sebagai satu kasus yang lengkap. Seorang dosa dalam kegelapan perlu menerima
pengllihatan supaya dapat menyadari bahwa dia memerlukan keselamatan (Kis. 26:18).

Apa yang dibahas dalam 18:35—19:10 menunjukkan bagaimana seseorang dapat memenuhi syarat-
syarat yang dinyatakan dalam 18:9-30, untuk memasuki Kerajaan Allah. Syarat-syarat ini pertama-tama
harus menerima penglihatan dari Penyelamat (18:35-43), kemudian menerima Penyelamat sebagai
keselamatan yang penuh kuasa (19:1-10). Dengan demikian, orang buta itu dapat menerima Penyelamat
seperti pemungut cukai yang bertobat dan anak kecil yang tidak terjajah, dan Zakheus dapat
meninggalkan semua kekayaannya untuk mengikut Penyelamat.

Orang Buta Mewakili Murid-Murid

Ketika orang buta di dekat Yerikho itu mendengar bahwa Yesus akan lewat, ia berseru, “Yesus, Anak
Daud, kasihanilah aku” (ay. 38). Gelar “Anak Daud” adalah gelar rajani Kristus bagi bani Israel. Hanya
bani Israel yang layak menyebut Tuhan dengan gelar ini.

Ayat 40-41 melanjutkan, “Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Ketika ia
telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat
bagimu? Jawab orang itu: Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Pertanyaan Tuhan dalam ayat 41
memperlihatkan kasih yang terbuka lebar terhadap orang yang memerlukan ini. Ini mengekspresikan
keinsanian Manusia-Penyelamat sampai satu tingkat yang tidak terduga.

Kemudian Tuhan berkata kepada orang buta itu, “Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan
engkau” (ay. 42). Secara harfiah, bahasa Yunani yang diterjemahkan menyembuhkan berarti
menyelamatkan. Seketika itu juga melihatlah ia dan mengikuti Tuhan, sambil memuliakan Allah (ay. 43).

Setelah Tuhan mengungkapkan kematian dan kebangkitan-Nya untuk kali ketiga kepada kedua belas
murid, mereka masih tetap buta. Karena itu orang buta di dekat Yerikho itu mewakili mereka.
Penyembuhan Tuhan terhadap orang buta itu melambangkan Dia menanggulangi kebutaan kedua belas
murid itu.

Di sini saya ingin mengatakan sekali lagi, bahwa memahami Alkitab itu bukanlah perkara yang mudah.
Dalam memahami Alkitab tidak cukup hanya mengenal huruf hitam di atas putih. Jika kita ingin
memahami Alkitab, kita perlu mengenal roh kitab yang sedang kita baca. Beban dalam roh Lukas dalam
bagian pasal 18 ini adalah memperlihatkan kepada kita bahwa semua pengikut Tuhan, bahkan dua belas
murid pilihan-Nya, itu buta. Orang-orang Farisi bukanlah satu-satunya kelompok yang tidak dapat
melihat realitas rohani Kerajaan Allah. Kita dapat mengatakan bahwa kedua belas murid itu sebelumnya
telah kekurangan kemampuan ini. Tiga dari antara mereka Petrus, Yakobus, dan Yohanes – pernah
menyertai Tuhan di atas gunung pengubahan. Meskipun mereka telah melihat begitu banyak di atas
gunung, tetapi sebenarnya, dalam hal rohani mereka sama sekali tidak melihat apa-apa, karena mereka
buta. Sebab itu, orang buta di dekat Yerikho itu bukanlah satu-satunya orang yang buta. Semua orang di
sekitar Tuhan juga buta.

Kita Perlu Penyembuhan Tuhan

Saya prihatin terhadap keadaan kaum beriman pada hari ini, termasuk keadaan kita. Beberapa dari
antara kita mungkin secara rohani masih tetap buta. Kita perlu berdoa, “Ya Tuhan, belas kasihanilah aku.
Aku perlu Engkau menyembuhkan kebutaanku. Tuhan, aku ingin dapat melihat.”

Markus 4:12 menunjukkan bahwa kita mungkin melihat, tetapi tidak nampak jelas dan mendengar,
tetapi tidak mengerti. Karena keadaan kita mungkin demikian, maka kita perlu berdoa agar Tuhan mau
membelaskasihani kita. Kita juga perlu mengosongkan diri kita agar melihat realitas rohani Kerajaan
Allah.

Orang-orang Farisi mengira bahwa mereka telah melihat banyak hal, dan mereka menganggap diri
mereka sebagai orang-orang yang penting. Sebenarnya, mereka tidak terhitung apa-apa. Mereka bahkan
lebih kosong daripada para pemungut cukai. Demikian juga, meskipun murid-murid mengikuti Tuhan
Yesus dari awal ministri-Nya dan melihat hal-hal yang terjadi di dalam ministri-Nya, tetapi mereka tetap
buta. Seperti yang telah kita tunjukkan, kita juga mungkin buta secara rohani. Beberapa dari antara kita
telah berada di dalam Tuhan selama bertahun-tahun. Secara tidak sadar kita mungkin menyangka
bahwa kita telah mengenal banyak hal. Tetapi sebenarnya kita mungkin masih tetap buta, tidak melihat
hal-hal yang perlu kita lihat. Karena itu, kita memerlukan penyembuhan Tuhan. Dalam hadirat Tuhan,
kita perlu memiliki keyakinan yang dalam bahwa kita tidak terhitung apa-apa, tidak tahu apa-apa, dan
kita perlu Dia memberikan penglihatan kepada kita.

Dalam pembacaan kita akan Injil Lukas, kita mungkin heran mengapa kasus penyembuhan orang buta di
dekat Yerikho itu baru tercatat di sini. Kita mungkin mengira bahwa kasus yang demikian itu seharusnya
dicatat lebih awal dalam kitab ini, mungkin dalam bagian yang mencatat ministri Tuhan di Galilea.
Namun dalam pasal 18, ketika Tuhan sudah sangat dekat dengan Yerusalem, kita memiliki catatan
kesembuhan orang buta ini. Kasus ini menunjukkan bahwa para pengikut Manusia-Penyelamat
memerlukan Dia untuk menyembuhkan kebutaan mereka.

MENYELAMATKAN ZAKHEUS DI YERIKHO


Dalam 19:1-10 terdapat catatan tentang Tuhan menyelamatkan Zakheus di Yerikho. Ayat 1 mengatakan,
“Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi ke kota itu.” Kita telah nampak bahwa
Yerikho adalah kota yang terkutuk (Yos. 6:26; 1 Raj. 16:34).

Lukas 19:2 mengatakan, “Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang
yang kaya.” Pemungut cukai adalah orang-orang yang mengumpulkan pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah Romawi. Hampir semua orang dari antara mereka menyalah-gunakan jabatan mereka
dengan menagih lebih banyak daripada yang seharusnya mereka terima dengan tuduhan palsu (Luk.
3:12-13; 19:8). Membayar pajak kepada orang Romawi sangat menyakitkan bagi orang-orang Yahudi.
Orang-orang yang berhubungan dengan pengumpulan pajak ini dihina oleh orang-orang dan dianggap
tidak layak untuk dihormati (Luk. 18:9-10). Mereka sering menipu orang-orang. Karena itu, mereka
dikelompokkan dengan orang-orang dosa (Mat. 9:10-11).

Menurut Lukas 19:3-6, untuk melihat Tuhan Yesus, Zakheus, yang berperawakan pendek, naik ke sebuah
pohon ara. Ketika Tuhan datang ke tempat itu, Dia melihat ke atas dan berkata, “Zakheus, segeralah
turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (ay. 5). Lalu Zakheus segera turun dan
menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya:
“Ia menumpang di rumah orang berdosa” (ay. 7).

Dalam 19:8 Zakheus berkata, “Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang
miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Di
sini kita nampak bahwa begitu seorang dosa menerima Penyelamat, kuat kuasa keselamatan akan
mendorongnya menanggulangi harta kekayaannya dan membereskan hidup masa lampaunya yang
penuh dosa.

Bahasa Yunani untuk “memeras” dalam ayat 8 sama dengan kata yang dipakai dalam 3:14. Ini adalah
satu perkataan yang halus dari merampas. Para pemungut cukai menetapkan nilai yang berlebihan atas
sebidang tanah atau pendapatan, atau meningkatkan pajak terhadap mereka yang tidak dapat
membayarnya, dan kemudian meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi.

Zakheus mengatakan, bahwa sekiranya ia memeras, ia akan mengembalikannya empat kali lipat. Ini
sesuai dengan tuntutan-tuntutan hukum Taurat untuk pemulihan (Kel. 22:1; 2 Sam. 12:6).

Dalam Lukas 19:9 Tuhan Yesus selanjutnya berkata kepada Zakheus, “Hari ini telah terjadi keselamatan
kepada seisi rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Betapapun jahatnya pemungut cukai ini,
namun ia juga anak Abraham, ahli waris pilihan dari warisan yang dijanjikan Allah (Gal. 3:7, 29).

Dalam ayat 10 Tuhan berkata, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.” Ini menunjukkan bahwa kedatangan Penyelamat ke Yerikho bukan kebetulan, tetapi bertujuan.
Dia sengaja datang ke Yerikho untuk mencari orang dosa yang hilang ini, sama seperti Dia mencari
perempuan berdosa di Samaria (Yoh. 4:4).
BERITA KEEMPAT PULUH TIGA

MINISTRI MANUSIA-PENYELAMAT

DALAM KEBAJIKAN INSANI-NYA

DENGAN ATRIBUT ILAHI-NYA

DARI GALILEA KE YERUSALEM

(21)

Pembacaan Alkitab: Luk. 19:1-27

Dalam berita ini kita akan melihat Lukas 19:1-27. Bagian ini meliputi dua perkara: penyelamatan Zakheus
di Yerikho (ay 1-10) dan pengajaran Tuhan tentang kesetiaan (ay 11-27).

KESELAMATAN ZAKHEUS

Seorang Dosa yang Paling Berdosa

Lukas 19:1-2 mengatakan, “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ
ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.” Sebagai seorang
kepala pemungut cukai, Zakheus adalah kepala orang dosa, orang dosa yang paling berdosa. Dia menjadi
kaya melalui perbuatan dosanya sebagai seorang pemungut cukai.

Dalam pengakuannya kepada Tuhan yang berhubungan dengan ganti rugi dan pemberesan hal-hal yang
lampau, Zakheus berkata kepada-Nya, “Tuhan, lihatlah setengah dari milikku akan kuberikan kepada
orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali
lipat” (ay. 8). Kita mungkin menganggap kata-kata “sekiranya ada sesuatu yang kuperas” sebagai suatu
cara memperhalus kata “merampas”. Para pemungut cukai menetapkan nilai yang berlebihan atas
sebidang tanah atau membesarkan pajak terhadap mereka yang tidak dapat membayarnya, dan
kemudian meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi. Inilah cara mereka memeras orang lain.
Sewaktu Zakheus akan melakukan ganti rugi, ia menyinggung pemerasan yang dilakukannya. Apa yang
dilakukan Zakheus dalam mengembalikan empat kali lipat dari jumlah yang diperasnya itu sangatlah
jujur. Meskipun demikian, ia masih menyinggung tindakan pemerasannya secara halus. Zakheus, orang
yang menjadi kaya oleh dosanya, sekarang ingin membuat pemulihan yang penuh untuk membersihkan
masa lalunya yang penuh dosa.
Berusaha untuk Melihat Yesus

Lukas 19:3-4 mengatakan, “Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil
karena orang banyak, sebab badannya pendek. Ia pun berlari mendahului orang banyak, lalu memanjat
pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ.” Meskipun Zakheus memanjat pohon untuk
melihat Tuhan Yesus, tetapi tidak dikatakan bahwa ia melihat Tuhan melainkan bahwa Tuhan melihat
dia: Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata kepadanya: Zakheus, segeralah
turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (ay. 5). Bukan Zakheus yang melihat Tuhan,
melainkan Penyelamat yang meiihat Zakheus. Sekali lagi kita nampak standar moralitas Manusia-
Penyelamat yang tertinggi dalam menyelamatkan orang dosa. Tidak ada sesuatu pun yang dilakukan
oleh orang dosa; sebaliknya, segala sesuatu dilakukan oleh Penyelamat, termasuk soal melihat. Dalam
ayat 6 dikatakan bahwa Zakheus “segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.”

Manusia-Penyelamat Tinggal di Rumah Zakheus

Zakheus tentu seorang yang terkucil. Ia dihina habis-habisan oleh masyarakat Yahudi dan bahkan lebih
terkucil daripada seorang kusta. Khususnya orang-orang Farisi, orang-orang munafik tingkat tinggi dalam
agama Yahudi, tidak mempedulikannya. Dalam pandangan mereka, pemunguut cukai lebih najis
daripada orang kusta. Meskipun demikian, di depan banyak orang Penyelamat memberi tahu Zakheus,
“Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Sungguh suatu kejutan yang besar bagi Zakheus dan bagi
setiap orang dari kumpulan orang banyak itu! Seluruh kota Yerikho pasti telah digoncangkan oleh hal itu.
Ayat 7 mengatakan, “Melihat hal itu, semua orang mulai bersungut-sungut, katanya, “Ia menumpang di
rumah orang berdosa.”

Hasil Spontan dari Kuat Kuasa Keselamatan Tuhan

Dalam ayat 1 sampai 7 tidak tercantum bahwa Tuhan berkata banyak kepada Zakheus. Namun, Zakheus
berespon dengan sangat tegas, dan mengenal Penyelamat sebagai Tuhannya. “Tetapi Zakheus berdiri
dan berkata kepada Tuhan: Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin”
(ay. 8). Zakheus dapat mengungkapkan perkataan demikian meskipun ia belum mendengar pengajaran
Manusia-Penyelamat mengenai harta kekayaan.

Pada perjalanan dari Galilea ke Yerusalem, Penyelamat berkali-kali membicarakan harta kekayaan. Yang
pertama dalam pasal 12. Ketika seseorang dari orang banyak meminta kepada-Nya untuk memberitahu
saudaranya agar membagi warisannya, Dia berkata kepada mereka, “Berjaga-jagalah dan waspadalah
terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung pada kekayaan itu” (12:15). Kemudian dalam 14:33 Penyelamat selanjutnya berkata,
“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya,
tidak dapat menjadi murid-Ku.” Dalam pasal 16, Dia berbicara kepada murid-murid-Nya mengenai
Mamon yang tidak jujur dan kemudian menyampaikan satu peringatan kepada orang kaya. Dalam pasal
17, Dia membicarakan harta kekayaan yang berhubungan dengan keterangkatan para pemenang: “Siapa
saja yang pada hari itu sedang berada di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah,
janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia
kembali” (ay 31). Setelah ini, dalam 18:22 Dia berkata kepada pemimpin yang kaya itu, “Juallah segala
yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Dari semua kejadian tersebut kita nampak bahwa
Manusia-Penyelamat berkali-kali membicarakan harta kekayaan. Tentunya, Zakheus tidak mendengar
sesuatu pun tentang hal ini. Meskipun demikian, dalam menjawab perkataan Penyelamat, ia
mengatakan bahwa setengah dari harta kekayaannya akan ia berikan kepada orang miskin.

Kita telah nampak bahwa dalam ayat 8 Zakheus melanjutkan berkata kepada Tuhan, “Dan sekiranya ada
sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Apa yang dilakukan Zakheus
di sini sesuai dengan tuntutan-tuntutan hukum Taurat untuk pemulihan (Kel. 22:1; 2 Sam. 12:6). Inilah
hasil spontan dari kuat kuasa keselamatan Tuhan.

Dalam kasus penyelamatan Zakheus di Yerikho, kita nampak bahwa keselamatan Tuhan sebenarnya
adalah Tuhan itu sendiri. Dalam ayat 5 Dia berkata, “Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
Tetapi dalam ayat 9 Dia berkata kepada Zakheus, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada seisi rumah
ini.” Bila kita menjajarkan ayat-ayat ini, kita nampak bahwa “Aku” dalam ayat 5 sama dengan
“keselamatan” dalam ayat 9. Ini menunjukkan bahwa keselamatan sebenarnya adalah Tuhan itu sendiri.
Ketika Dia datang, keselamatan pun datang. Di mana saja Dia tinggal, keselamatan juga tinggal di sana.

Tawanan yang Tertindas

Kita telah menunjukkan bahwa Zakheus berespon terhadap Manusia-Penyelamat karena kuat kuasa
keselamatan Tuhan. Pada Manusia-Penyelamat ada kuat kuasa, dan kuat kuasa ini adalah Roh Kudus.
Dia melayankan yobel dengan Roh Kudus. Dalam pasal 4 Dia mengumumkan bahwa Roh Tuhan ada
pada-Nya karena Dia telah diurapi untuk mengumumkan kelepasan kepada orang-orang tawanan.
Tuhan telah ditunjuk dan diurapi untuk mengumumkan yobel kepada semua orang yang tertindas.

Dalam pandangan agamawan, khususnya orang-orang Farisi, Zakheus adalah orang dosa yang paling
berdosa, karena ia adalah seorang kepala pemungut cukai. Tetapi dalam pandangan Manusia-
Penyelamat, ia adalah seorang tawanan yang tertindas. Sebelum ia memanjat pohon untuk melihat
Penyelamat, Zakheus mungkin telah sering mempertimbangkan untuk terlepas dari keadaannya yang
penuh dengan dosa. Sebagai seorang Yahudi, hati nuraninya pasti tertuduh karena bekerja sebagai
seorang pemungut cukai untuk mengumpulkan pajak bagi imperialis Romawi. Maka, ia telah tertuduh
oleh hati nuraninya sendiri sebagai seorang pengkhianat terhadap negaranya. Karena itu, ia mungkin
telah berusaha untuk keluar dari keadaannya yang penuh dengan dosa, tetapi ia tidak mampu
melakukannya, karena ia adalah seorang tawanan dan tertindas.

Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang


Lukas 19:10 mengatakan, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.” Di sini kita nampak bahwa Zakheus bukan hanya orang dosa, tetapi juga adalah orang yang
hilang. Penyelamat sengaja datang ke Yerikho untuk mencari dan menyelamatkan orang yang hilang.

Pencarian Tuhan terhadap Zakheus dalam Lukas 19 dapat dibandingkan dengan pencarian-Nya terhadap
perempuan Samaria dalam Yohanes 4. Penyelamat berkata kepada Zakheus, “Aku harus menumpang di
rumahmu,” dan Yohanes 4:4 mengatakan, “Ia harus melintasi daerah Samaria.” Dia harus melintasi
daerah Samaria untuk bertemu dengan seorang perempuan Samaria yang hilang. Tuhan pergi ke sana
untuk mencarinya dan menyelamatkannya. Demikian pula yang terjadi dalam Lukas 19. Tuhan harus
tinggal di rumah Zakheus untuk menyelamatkan orang yang hilang.

Keselamatan, Yobel, dan Kerajaan

Dalam 19:1-10 kita nampak bahwa di mana saja Manusia-Penyelamat berada, keselamatan juga ada di
sana, karena Dia justru adalah keselamatan. Selain itu, ketika keselamatan ini ada, Kerajaan Allah juga
ada, dan Kerajaan Allah adalah yobel. Karena itu, ketika Tuhan datang ke rumah Zakheus, itu adalah
yobel bukan hanya untuk seorang individu, tetapi juga bagi seluruh rumah tangga itu. Ketika Tuhan
datang ke rumahnya, keselamatan datang kepada rumah itu.

Kita dapat mengatakan bahwa kasus kesembuhan orang buta di dekat Yerikho dan kasus penyelamatan
Zakheus di Yerikho adalah satu. Dalam kasus yang pertama, orang buta menerima penglihatan dari
Penyelamat, dan dalam kasus yang kedua, Zakheus menerima Penyelamat sebagai keselamatan yang
memiliki kuat kuasa. Ini menunjukkan bahwa pertama-tama kita menerima penglihatan dari
Penyelamat, kemudian kita menerima Penyelamat itu sendiri. Penyelamat ini adalah keselamatan, dan
keselamatan ini adalah Kerajaan Allah sebagai yobel. Sekarang kita dapat menyadari bahwa dalam 19:1-
10 seorang dosa yang paling berdosa dibawa masuk ke dalam yobel kasih karunia. Sekarang ia dapat
menikmati Penyelamat dan Kerajaan Allah, karena sekarang ia ada di dalam Kerajaan Allah dan
menikmati kerajaan sebagai yobelnya.

AJARAN TENTANG KESETIAAN

Lukas 19:11 mengatakan, “Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-
Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa
Kerajaan Allah akan segera kelihatan.” Perumpamaan ini secara rohani merupakan suatu kelanjutan dari
kasus keselamatan sebelumnya. Perumpamaan ini memperlihatkan bagaimana orang-orang yang telah
beroleh selamat harus melayani Tuhan supaya mereka dapat mewarisi kerajaan yang akan datang.

Seorang Bangsawan
Ayat 12 melanjutkan, “Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh
untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.” Bangsawan ini melambangkan
Penyelamat dengan statusnya yang tertinggi, yaitu status manusia-Allah. Kata “berangkat”
melambangkan kepergian Penyelamat ke surga setelah kematian dan kebangkitan-Nya (24:51; 1 Ptr.
3:22), dan “kembali” melambangkan kedatangan kembali Penyelamat bersama kerajaan-Nya (Dan. 7:13-
14; Why. 11:15; 2 Tim. 4:1).

Bagian Umum yang Diberikan kepada Setiap Hamba

Dalam ayat 13 perumpamaan itu melanjutkan, “Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan
memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang
kembali.” Pada perumpamaan dalam Matius 25:14-30, hamba-hamba itu diberi talenta dalam jumlah
yang berbeda-beda menurut kemampuan mereka masing-masing. Di sini perumpamaan ini menekankan
bagian umum yang diberikan secara adil kepada setiap hamba berdasarkan keselamatan yang sama.
Namun, maksud kedua perumpamaan itu sama: kesetiaan hamba-hamba itu akan menentukan bagian
mereka sebagai pahala mereka dalam kerajaan yang akan datang.

Menurut ayat 13, bangsawan itu memberikan sepuluh mina kepada hamba-hambanya. Ini adalah
sejumlah uang yang sama dengan seratus dirham, atau upah seratus hari.

Orang-orang Yahudi yang tidak Percaya

Ayat 14 mengatakan, “Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirim utusan
menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.” Orang-orang
sebangsanya melambangkan orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Pernyataan mereka bahwa mereka
tidak mau Tuhan memerintah atas mereka digenapkan dalam Kisah Para Rasul pasal 2 sampai 9.

Hamba yang Baik dan Hamba yang Jahat

Ayat 15-17 melanjutkan, “Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil
hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-
masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan
sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau
telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Memiliki
kekuasaan atas sepuluh kota melambangkan para pemenang berkuasa atas bangsa-bangsa (Why. 2:26;
20:4, 6).
Ayat 18-19 mengatakan, “Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima
mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.” Ini menunjukkan pemerintahan
kaum saleh pemenang di dalam kerajaan yang akan datang sebagai pahala akan berbeda-beda
tingkatnya.

Ayat 20-21 mengatakan, “Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah
menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam, Tuan
mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur.” Kata
“menyimpan” dalam ayat 20 melambangkan bagaimana kaum beriman yang tidak setia membiarkan
keselamatan mereka dalam keadaan sia-sia, tidak menggunakannya secara produktif. Kata “takut”
dalam ayat 21 adalah negatif. Kita harus positif dan agresif dalam menggunakan karunia Tuhan.

Ayat 22-23 melanjutkan, “Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi
engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku orang yang keras, yang mengambil
apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku
itu tidak kaumasukkan ke bank? Jadi, pada waktu aku kembali aku dapat mengambilnya dengan
bunganya.” Pekerjaan Tuhan kelihatannya selalu dimulai dari nol. Dia menuntut kita untuk bekerja bagi-
Nya tanpa apa-apa, mengambil apa yang tidak Dia taruh dan menuai apa yang tidak Dia tabur. Ini tidak
seharusnya menjadi satu alasan bagi kita untuk mengabaikan pemakaian karunia kita. Sebaliknya, ini
seharusnya memaksa kita melatih iman kita untuk memakai karunia kita sampai pada puncaknya.

Menyimpan uang di bank melambangkan menggunakan karunia Tuhan untuk menyelamatkan orang-
orang dan melayankan kekayaan-Nya kepada mereka. “Bunga” dalam ayat 23 melambangkan hasil
keuntungan yang kita dapatkan bagi pekerjaan Tuhan dengan menggunakan karunia-Nya.

Ayat 24-26 melanjutkan, “Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu
itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya:
Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawab-Nya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya
akan diambil.” Mengambil mina melambangkan bahwa karunia Tuhan diambil dari kaum beriman yang
malas di dalam kerajaan yang akan datang. Memberikan mina kepada orang yang memiliki sepuluh mina
melambangkan bahwa karunia kaum beriman yang setia akan bertambah. Kepada setiap orang yang
memperoleh keuntungan pada zaman gereja, maka karunia yang lebih banyak akan diberikan
kepadanya pada zaman kerajaan yang akan datang. Tetapi siapa yang tidak memperoleh keuntungan
pada zaman gereja, bahkan karunia yang dia miliki akan diambil dari dia pada zaman kerajaan yang akan
datang.

Dalam ayat 27 perumpamaan ini menyimpulkan, “Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku
menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.” Ini melambangkan
semua orang Yahudi yang tidak percaya yang menolak Penyelamat, akan binasa.

Perlunya Kita Melayani dengan Setia


Kita perlu memahami mengapa perumpamaan dalam 19:11-27 mengikuti kasus Zakheus. Alasannya
adalah setelah kita diselamatkan kita perlu melayani Tuhan dengan setia. Kita nampak hal yang sama
dalam pasal 10, di mana kasus tentang Marta dan Maria mengikuti perumpamaan orang Samaria yang
murah hati. Ini menunjukkan bahwa setelah beroleh selamat, kita perlu melayani. Pemikiran yang sama
juga terjadi dalam pasal 14, 16, dan 17. Sekarang sekali lagi dalam pasal 19 kita nampak bahwa setelah
beroleh selamat, kita perlu memperhatikan pelayanan terhadap Tuhan.

Seperti yang telah kita lihat, perumpamaan ini dibuka dengan perkataan mengenai “seorang
bangsawan”. Tidak diragukan lagi manusia ini adalah manusia-Allah. Dia sesungguhnya keturunan
bangsawan. Saya suka pernyataan “keturunan bangsawan”. Tidak satu pun dari antara kita yang
keturunan bangsawan. Tuhan Yesus adalah satu-satunya Orang keturunan bangsawan karena kelahiran-
Nya adalah kelahiran seorang manusia-Allah.

Perumpamaan dalam 19:11-27 mirip dengan perumpamaan dalam Matius 25:14-30. Namun, dalam
Matius 25 Tuhan memberikan talenta kepada hamba-hamba-Nya menurut kemampuan mereka masing-
masing (Mat. 25:14-15). Tetapi dalam Lukas 19:11-27 karunia, yaitu mina, diberikan sama banyak,
karena perumpamaan ini menekankan bagian umum yang diberikan sama banyak kepada setiap hamba
berdasarkan keselamatan yang sama. Meskipun demikian, setiap perumpamaan itu menyinggung satu
hal, bahwa setelah kita diselamatkan kita perlu melayani dengan setia. Kita perlu menggunakan apa
yang diberikan kepada kita. Kita telah menerima hayat ilahi dengan atribut-atributnya dan Roh Kudus
dengan karunia-karunia-Nya. Sebagai orang-orang yang telah menerima karunia-karunia dari hayat ilahi
dan Roh Kudus, kita perlu menggunakan karunia-karunia itu sebagai “modal” untuk “melakukan usaha”
dan memperoleh “keuntungan” bagi Tuhan.

Memperoleh Keuntungan dan Menerima Pahala

Menurut 19:16-19, orang-orang yang memperoleh keuntungan akan menerima pahala. Orang yang
memperoleh sepuluh mina akan memiliki kekuasaan atas sepuluh kota, dan orang yang memperoleh
lima mina akan memiliki kekuasaan atas lima kota. Ini adalah satu bukti yang kuat bahwa orang-orang
kudus yang menang akan dikaruniai pahala dengan kuasa pemerintahan di dalam kerajaan yang akan
datang. Pahala itu akan menjadi satu bagian yang besar dari kenikmatan mereka terhadap warisan yang
hilang sebagai yobel mereka. Memerintah atas sepuluh kota atau lima kota adalah bagian dari
kenikmatan terhadap yobel, bagian dari kenikmatan hak kelahiran yang telah dipulihkan.

Seperti yang telah kita tunjukkan, yobel masa kini adalah satu pencicipan, dan yobel pada masa yang
akan datang akan menjadi satu kenikmatan yang penuh. Pada zaman yang akan datang para pemenang
akan menikmati bumi, mewarisinya seperti yang dikatakan oleh Tuhan dalam Matius 5:5. Mewarisi bumi
dan memerintah atas kota-kota akan menjadi kenikmatan kita terhadap Kerajaan Allah, Kristus, dan
yobel.

Perumpamaan ini juga menunjukkan bahwa ada orang akan kehilangan pahala. Ini menunjukkan bahwa
ada orang dari orang-orang yang telah beroleh selamat tidak akan berbagian di dalam yobel yang akan
datang. Pada zaman kerajaan, mereka tidak akan memerintah atas bumi.
Pengajaran di antara orang-orang Kristen pada hari ini telah mengabaikan fakta bahwa ada orang-orang
yang telah beroleh selamat yang tidak akan berbagian dalam yobel pada zaman kerajaan yang akan
datang. Namun, Lukas berkali-kali menekankan hal ini, dalam pasal 14, 16, 17, 18, dan sekali lagi dalam
pasal 19. Injil Lukas dengan jelas mewahyukan bahwa orang-orang yang telah beroleh selamat perlu
setia dalam melayani Tuhan. Jika tidak, mereka akan kehilangan pahala dalam kerajaan yang akan
datang. Ada orang dari orang-orang yang telah beroleh selamat akan kehilangan kenikmatan terhadap
yobel pada zaman kerajaan. Hal ini harus menjadi satu peringatan bagi kita, dan hal ini seharusnya
membuat kita berhati-hati dalam melayani Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai