Anda di halaman 1dari 9

BioLink Vol.

4 (1) Agustus 2017 p-ISSN: 2356-458x e-ISSN:2597-5269

BioLink
JURNAL BIOLOGI LINGKUNGAN, INDUSTRI, KESEHATAN

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

IDENTIFIKASI KESELAMATAN PENANGANAN LIMBAH PELUMAS


PADA PT.ALTRAK 1978 BALIKPAPAN

Safety Identification Of Waste Handling Waste In PT. Altrak 1978


Balikpapan

Veza Azteria1), Jamal Efendi2)


Fakultas Vokasi Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Universitas Balikpapan Jl. Pupuk Raya, Balikpapan, Kalimantan Timur
*Corresponding author: E-mail: veza@bpn-uniba.ac.id
Abstrak
Salah satu limbah B3 yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena dihasilkan dalam jumlah
yang tinggi pada masyarakat banyak adalah minyak pelumas bekas (oli bekas). Minyak pelumas bekas
dihasilkan dari berbagai aktifitas manusia seperti, perindustrian, pertambangan, dan perbengkelan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi keselamatan
penanganan limbah pelumas pada PT.ALTRAK 1978 Balikpapan dan menentukan langkah
pengendalian yang tepat.Penelitian ini dirancang sebagai penelitian evaluasi bersifat observasional
deskriptif yang dilakukan secara checklist, JSA (Job Safety Analisis)dengan pengamatan, menganalisa,
observasi dan mengolah data serta informasi yang telah dikumpulkan secara sistematik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penanganan limbah pelumas pada PT.ALTRAK 1978 Balikpapan
mendapatkan hasil nilai dengan menggunakan perhitungan presentase sebesar 72% jika disesuaikan
dengan standar operasional prosedur maka termasuk dalam penilaian dengan hasil cukup.Identifikasi
keselamatan penanganan limbah pelumas pada PT.ALTRAK 1978 Balikpapan dapat dilakukan dengan
cara membuat JSA (Job Safety Analisis) serta penyesuaian pada standar operasional prosedur dengan
implementasi dilapangan.

Kata Kunci : limbah pelumas, limbah B3, lingkungan

Abstract
One of the B3 waste that needs to get special handling because it is produced in high amount in the society
is the oil used oil (used oil). Used lubricating oil is produced from various human activities such as,
industry, mining, and workshop. The purpose of this research is to know how to identify the handling
safety of lubricant waste at PT.ALTRAK 1978 Balikpapan and to determine the proper controlling step.
This research is designed as an observational descriptive evaluation research conducted by checklist, JSA
(Job Safety Analysis) with observation, analyze , Observation and processing of data and information that
has been collected systematically. The results showed that the handling of lubricant waste in PT.ALTRAK
1978 Balikpapan get the results of the value by using a percentage calculation of 72% if adjusted to the
operational standard of the procedure is included in the assessment with enough results.Identifikasi safety
handling lubricant waste in PT.ALTRAK 1978 Balikpapan can be done By making JSA (Job Safety Analysis)
as well as adjustment to standard operational procedures with the implementation of the field.

Keywords: lubricant waste, B3 waste, environment

How to Cite: Azteria, V., Efendi, J. 2017, Identifikasi Keselamatan Penanganan Limbah Pelumas Pada PT. Altrak
1978 Balikpapan, BioLink, Vol. 4 (1): hal. 32-40
32
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 32-40

PENDAHULUAN mudah meledak sehingga apabila tidak


Seiring perkembangan zaman, ditangani pengelolaan dan
teknologi yang digunakan oleh manusia pembuangannya maka akan
akan semakin berkembang pula. membahayakan manusia dan lingkungan
Kemajuan teknologi belakangan ini (P3KNLH, 2008a).
memberikan masalah yang kompleks Limbah Bahan Berbahaya dan
terhadap lingkungan, baik terhadap Beracun (B3) diharuskan dengan
lingkungan hayati maupun lingkungan penanganan khusus sebelum dibuang ke
non hayati. Setiap proses produksi selalu lingkungan, karena limbah Bahan
menghasilkan sisa-sisa produksi atau Berbahaya dan Beracun (B3) memiliki
limbah. Limbah yang dihasilkan oleh karakteristik dan sifat yang berbeda
suatu kegiatan baik industri maupun dengan limbah umumnya. Bahan
nonindustri sering kali kurang mendapat Berbahaya dan Beracun (B3) bersifat
perhatian dalam masalah reaktif, eksplosif, flammable atau sifat
penanganannya. Limbah pada dasarnya toksisnya Mengingat resiko tersebut,
memerlukan perhatian yang khusus, perlu diupayakan agar setiap kegiatan
terutama limbah yang mengandung industri dapat menghasilkan limbah
bahan berbahaya dan beracun atau lebih Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
dikenal dengan limbah B3. Di Indonesia seminimal mungkin dan mencegah
limbah B3 mulai diangkat sebagai masah masuknya limbah Bahan Berbahaya dan
dari dampak kemajuan teknologi dan Beracun (B3) ke lingkungan kerja (PP 85
industri yang berkembang tahun 1999).
(Rosana,2011). Minyak pelumas bekas
Limbah B3 yang semakin mengandung beberapa logam berat salah
meningkat dikhawatirkan menimbulkan satunya yaitu Pb (timbal). Kontaminasi
dampak yang lebih luas terhadap logam berat terutama Pb menjadi
kesehatan masyarakat dan kualitas permasalahaan di lingkungan saat ini.
lingkungan hidup. Limbah B3 merupakan Hal ini terjadi karena keberadaannya di
ancaman bagi kesehatan dan lingkungan, alam, akumulasi dari Pb yang sampai
sehingga memerlukan penanganan pada rantai makanan serta menyababkan
khusus untuk mengurangi dan pencemaran pada tanah, air, dan udara
menghilangkan bahaya. Salah satu (P3KNLH, 2008a).
limbah B3 yang perlu mendapatkan Berdasarkan dari hasil penelitian
penanganan khusus karena dihasilkan yang telah dilakukan oleh Rosana
dalam jumlah yang tinggi pada tentang Sistem Pengumpulan dan
masyarakat banyak adalah minyak Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
pelumas bekas (oli bekas). Minyak sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan
pelumas bekas dihasilkan dari berbagai Beracun (B3) di PT. INKA (Persero),
aktifitas manusia seperti, perindustrian, Madiun, Jawa Timur,. Sistem
pertambangan, dan perbengkelan. penyimpanan minyak pelumas bekas
Minyak pelumas bekas termasuk dalam sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
limbah B3 yang mudah terbakar dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero),

33
Azteria, V dan Efendi, J., Identifikasi Keselamatan Penanganan Limbah Pelumas pada

belum sesuai dengan Keputusan Kepala peraturan Kep-03/Bapedal/09/1995


Bapedal No. 255/BAPEDAL/08/1996 yaitu 99,99%. Suhu yang tidak tercapai
tentang “Tata Cara dan Persyaratan dengan optimal menyebabkan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak pembakaran tidak sempurna, sehingga
Pelumas Bekas”. efisiensi DRE kurang dari 99%. Hal ini
Sistem pengumpulan minyak disebabkan oleh kurang maksimal
pelumas bekas sebagai limbah Bahan penggunaan insinerator yang seharusnya
Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA bisa lebih ditingkatkan lagi kinerjanya.
(Persero), belum sesuai dengan PT.ALTRAK 1978 adalah
Keputusan Kepala Bapedal No. perusahaan yang bergerak dalam bidang
255/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata distribusi dan manufaktur alat berat,
Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan yang menghasilkan banyak limbah bahan
Pengumpulan Minyak Pelumas berbahaya dan beracun khususnya
Bekas”.Dan juga penelitian yang pelumas/oli bekas.Dari latar belakang
dilakukan oleh Cesar Ray Ratman pada diatas, maka penulis ingin mencoba
PT Toyota Motor Manufacturing meneliti mengenai disusun rumusan
Indonesian menganut pada peraturan masalah mengenai bagai mana
nasional di Indonesia yang telah diatur mengidentifikasi keselamatan
oleh KLH melalui PP. No.18 tahun 1999 penanganan limbah pelumas pada
j.o PP No. 85 tahun 1999 dan ditunjang PT.ALTRAK 1978 Balikpapan.
peraturan - peraturan yang lain. Limbah
B3 yang dihasilkan oleh PT. Toyota METODE PENELITIAN
Motor Manufacturing Indonesia adalah Metode yang digunakan peneliti
sludge IPAL, kerak cat/sludge painting, dalam penelitian ini adalah metode
phosphat sludge, thinner bekas, oli diskriptif, yaitu suatu metode penelitian
bekas, aki bekas, majun bekas, lampu TL yang menjelaskan secara sistematis,
bekas, kemasan bekas B3 (kaleng cat, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
jerigen, kaleng thinner, drum), abu dan sifat-sifat suatu individu, keadaan
insinerator, dan limbah poliklinik. dan gejala kelompok tertentu. Untuk
Pengelolaan limbah B3 PT. Toyota kemudian dari data yang diperoleh, akan
Motor Manufacturing Indonesia meliputi digunakan sebagai bahan penulisan
reduce, reuse & recycle, pewadahan dan laporan.Data yang diperoleh dan
pengumpulan, pengangkutan intern, dikumpulkan dalam penelitian ini
Inplant treatment, pemanfaatan, bersumber dari data primer dan data
penyimpanan sementara, dan outplant skunder. Data primer diperoleh dari hasil
treatment. Selama ini outplant treatment observasi tempat penyimpanan limbah
untuk limbah B3 dilakukan oleh pelumas dengan menggunakan metode
PT.HOLCIM Bogor, PT.Indocement dan checklist, JSA (Job Safety Analisis),
PPLI. Sistem pengelolaan limbah B3 dokumentasi sumber dan penyimpanan
dengan menggunakan insinerator, nilai limbah pelumas.
DRE yang dihasilkan adalah 80,59 %
masih belum memenuhi baku mutu

34
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 32-40

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Pada pekerjaan pembukaan filter oli


Penanganan limbah pelumas pada penanganan yang dapat dilakukan
aktifitas pekerjaan yang adalah sebagai berikut :
menghasilkan limbah pelumas a. Pembukaan filter oli dilakukan
1. Pada pekerjaan pembukaan oil pan didalam wadah penampungan
penanganan yang dapat dilakukan sementara untuk meminimalisir
adalah sebagai berikut : terjadinya tumpahan limbah
a. Meletakan oil trap disekitar pelumas pada lantai.
tempat aktifitas pekerjaan b. Membuang sarung tangan dan
pembongkaran oilpan kain majun yang telah
b. Membuang sarung tangan dan terkontaminasi limbah pelumas
kain absorben yang telah kedalam pembuangan limbah
terkontaminasi limbah pelumas padat B3.
kedalam pembuangan limbah c. Membersihkan lantai yang
padat B3. tercemar dengan menggunakan
c. Membersihkan lantai yang cairan kimia pemisah limbah
tercemar dengan menggunakan pelimas dengan air yang
cairan kimia pemisah limbah kemudian dialirkan kedalam bak
pelimas dengan air yang penampungan sementara.
kemudian dialirkan kedalam bak 4. Pada pekerjaan pembukaan cylinder
penampungan sementara. head penanganan yang dapat
2. Pada pekerjaan pembukaan oil pump dilakukan adalah sebagai berikut :
penanganan yang dapat dilakukan a. Pembukaan Silinder head
adalah sebagai berikut : dilakukan didalam wadah
a. Meletakan oil trap disekitar penampungan sementara untuk
tempat aktifitas pekerjaan meminimalisir terjadinya
pembongkaran oil pump, oil pump tumpahan limbah pelumas pada
dil pas didalam wadah/bak lantai.
penampung sementara sehingga b. Membuang sarung tangan dan
meminimalisir terjadinya cececan kain majun yang telah
limbah pelumas pada lantai. terkontaminasi limbah pelumas
b. Membuang sarung tangan dan kedalam pembuangan limbah
kain absorben yang telah padat B3.
terkontaminasi limbah pelumas c. Membersihkan lantai yang
kedalam pembuangan limbah tercemar dengan menggunakan
padat B3. cairan kimia pemisah limbah
c. Membersihkan lantai yang pelimas dengan air yang
tercemar dengan menggunakan kemudian dialirkan kedalam bak
cairan kimia pemisah limbah penampungan sementara.
pelimas dengan air yang 5. Pada pekerjaan pencucian komponen
kemudian dialirkan kedalam bak yang telah dibongkar (menggunakan
penampungan sementara.

35
Azteria, V dan Efendi, J., Identifikasi Keselamatan Penanganan Limbah Pelumas pada

solar dan bahan kimia peluntur oli media air bersih dan dialirkan ke
(EonWash).sebagai berikut : drainase TPS B3.
a. Mengunakan APD ( safety glove,
uniform, masker ) Lama Penyimpanan Limbah Pelumas
b. Membuang sarung tangan dan Limbah pelumas yang telah
kain majun yang telah disimpan di tempat penyimpanan limbah
terkontaminasi limbah pelumas pelumas sudah lebih dari dua minggu,
kedalam pembuangan limbah paling lama limbah pelumas disimpan
padat B3. selama satu bulan. Hal ini sesuai dengan
c. Membersihkan lantai yang Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999
tercemar dengan menggunakan pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa
cairan kimia pemisah limbah “Penghasil limbah Bahan Berbahaya dan
pelimas dengan air yang Beracun (B3) dapat menyimpan limbah
kemudian dialirkan kedalam bak Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
penampungan sementara. dihasilkannya paling lama 90 hari
6. Pada pekerjaan pemisahan oli, cat dan sebelum menyerahkannya kepada
kotoran yang menempel pada pengumpul atau pemanfaat atau
komponen sebagai berikut : pengolah atau penimbun limbah Bahan
a. Melakukan kegiatan pembersihan Berbahaya dan Beracun (B3).
komponen yang telah dibongkar
dengan menggunakan hot tank. Izin Penyimpanan Limbah Pelumas
b. Memastikan bahwa sisa oli, cat PT. ALTRAK 1978 telah
dan kotoran dari pembongkaran mengajukan ke walikota
komponen mengalir ke area Balikpapan,tetapi izin tersebut belum
drainase ( TPS limbah B3 ). dikeluarkan karena masih terganjal
c. Membuang sarung tangan dan dengan dokumen AMDAL PT.ALTRAK
kain majun yang telah 1978 Balikpapan belum memenuhi
terkontaminasi limbah pelumas syarat ketentuan yang berlaku Hal ini
kedalam pembuangan limbah tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
padat B3. Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009
d. Membersihkan lantai yang pasal 5 ayat (1) b dan ayat 2,
tercemar dengan menggunakan menyebutkan bahwa :
cairan kimia pemisah limbah 1) Badan usaha yang melakukan kegiatan
pelimas dengan air yang penyimpanan sementara dan/atau
kemudian dialirkan kedalam bak pengumpulan limbah Bahan
penampungan sementara. Berbahaya dan Beracun (B3) wajib
7. Kegiatan pembersihan lantai dan sisa mengajukan permohonan izin kepada:
oli yang tercecer pada saat pekerjan a. Bupati/walikota untuk izin
berlangsung adalah sebagai berikut : penyimpanan sementara dan izin
a. Melakukan pembersihan lantai pengumpulan limbah Bahan
dengan menggunakan steam/ Berbahaya dan Beracun (B3)
waterspray dengan menggunakan skala kabupaten/kota.

36
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 32-40

lain atau cairan yang mengambang


Penanganan Limbah pelumas di PT. dikarenakan cairan tersebut tidak
ALTRAK 1978 balikpapan homogen (jenis yang sama). Dalam hal
a. Pengemasan Limbah Pelumas ini proses penyaringan dilakukan
Di PT.ALTRAK 1978 Balikpapan untuk memisahkan air dari limbah
pengemasan limbah pelumas pelumas hingga kadar bahan kimia
menggunakan drum. Drum sebagai yang terdapat pada air menjadi
tempat pengemasan limbah pelumas berkurang dan memenuhi standar
tersebut terbuat dari besi, dan drum baku mutu yang telah ditentukan yaitu
tersebut berkapasitas isi 200 liter dengan kadar pH 6-9. Jika air telah
dan 1000 liter. Hal ini sudah sesuai memenuhi standar baku mutu yang
dengan Keputusan Kepala Bapedal telah ditentukan, maka air akan
No. 255 tahun 1996 pasal 2 dialirkan ke dalam bak kontrol yang
menyatakan bahwa “Kemasan Harus selanjutnya akan disalurkan ke laut,
Sesuai dengan Karakteristik Pelumas Oil Skimmer.
Bekas dapat Berupa Drum atau d. Bangunan Penyimpanan Sementara
Tangki. Limbah Pelumas.
b. Simbol dan Label Limbah Pelumas. Di PT.ALTRAK 1978 Balikpapan
Pada drum yang berisi limbah tempat penyimpanan limbah pelumas
pelumas tersebut belum terpasang digunakan untuk menampung semua
label yang berupa tanda bahwa ini limbah pelumas yang di hasilkan dari
adalah limbah Bahan Berbahya dan aktifitas pada workshop PT. ALTRAK
Beracun (B3) dan simbol mudah 1978 Balikpapan. Pada bangunan
terbakar sesuai dengan karakteristik tersebut sudah memiliki papan nama
limbah pelumas tersebut. Hal ini tidak dan lantai bangunan tersebut terbuat
sesuai dengan Keputusan Kepala dari semen, tidak bergelombang dan
Badan Pengendalian dampak kuat. Pada drainase telah dibuat
Lingkungan (BAPEDAL) No KEP- terpisah antara drainase limbah
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat pelumas yang mengalir ke tempat
3 menyebutkan bahwa “Setiap penyimpanan sementara dengan
kemasan atau tempat/wadah untuk drainase air hujan sehingga tidak
kegiatan penyimpanan/pengumpulan bercampur antara air hujan dan
pelumas bekas wajib diberi simbol limbah pelumas serta dapat
dan label yang menunjukkan meminimalisir terjadinya banjir di
karakteristik limbah pelumas. area penyimpanan sementara limbah
c. Penyaringan Limbah Pelumas pelumas yang ada di PT. ALTRAK
Pada proses penyaringan limbah 1978 Balikpapan. Penerangan pada
pelumas di PT.ALTRAK 1978 bangunan penyimpanan limbah
Balikpapan dilakukan menggunakan pelumas tersebut menggunakan
mesin Oil Skimmer. Dimana mesin penerangan alami saat siang hari dan
tersebut berfungsi sebagai pemisah saat malam hari menggunakan
partikel cair yang berada diatas cairan penerangan buatan berupa lampu.

37
Azteria, V dan Efendi, J., Identifikasi Keselamatan Penanganan Limbah Pelumas pada

Pada bangunan penyimpanan minyak 225/BAPEDAL/08/1996 tentang


pelumas bekas tidak menggunakan “Tata Cara dan Persyaratan
ventilasi buatan dikarenakan Penyimpanan dan Pengumpulan
bangunan tersebut berbentuk limbah pelumas”. Pola penyimpanan.
bangunan terbuka yang tidak memiliki f. Lokasi Bangunan Penyimpanan dan
dinding pembatas yang tidak terlalu Penyaringan Limbah Pelumas
tinggi. Hal ini telah sesuai dengan Tempat Pengumpulan Bebas Banjir.
Keputusan Kepala Badan Lokasi bangunan sebagai tempat
Pengendalian Dampak Lingkungan penyimpanan minyak pelumas bekas
(Bapedal) No. KEP- di PT. ALTRAK 1978 Balikpapan
225/BAPEDAL/08/1996 tentang terletak di area workshop tepatnya
“Tata Cara dan Persyaratan pada area teardown (area
Penyimpanan dan Pengumpulan pembongkaran engine yang akan di
Minyak Pelumas Bekas”. Pada tempat overhaul) dimana lokasi bangunan ini
penyimpanan limbah pelumas ini belum dapat dikatakan aman dari
terdapat kolam penampung untuk jangkauan tenaga kerja karena letak
menampung ceceran limbah pelumas tempat penyimpanan minyak pelumas
yang tumpah (Oil Spill). bekas tersebut dekat dari aktivitas
Hal ini sesuai dengan Keputusan manusia, hal ini tidak sesuai dengan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Keputusan Kepala Badan
Lingkungan (Bapedal) No. KEP- Pengendalian Dampak Lingkungan No:
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 2 f Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang “
menyebutkan bahwa “Lokasi Tata Cara dan Persyaratan Teknis
peyimpanan harus dilengkapi dengan Penyimpanan dan Pengumpulan
tanggul disekelilingnva dan dilengkapi Limbah Bahan Berbahaya dan
dengan saluran pembuangan menuju Beracun ”, yang menyebutkan bahwa
bak penampungan yang kedap air . “Jarak minimum antara lokasi dengan
Bak penampungan dibuat mampu fasilitas umum adalah 50 meter”.
menampung 110 % dari kapasitas g. Sarana Pendukung di Area
volume drum atau tangki yang ada di Penyimpanan dan Penyaringan
dalam ruang penyimpanan, serta Limbah Pelumas
tangtki harus diatur sedemikian Sarana pendukung memiliki kegunaan
sehingga bila terguling tidak akan sebagai sistem proteksiterjadinya
menimpa tangki lain”. kebakaran.Pada tempat penyimpanan
e. Pola Penyimpanan dan Penyaringan limbah pelumas tersebut memiliki
Limbah Pelumas sistemproteksi kebakaran hanya
Bagian dalam bangunan yang pemasangan APAR, dan untuk
berfungsi sebagai tempat pemasangan label dansimbol belum
penyimpanan sudah sesuai dengan terpenuhi. Hal ini belum sesuai
Keputusan Kepala Badan dengan Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan PengendalianDampak Lingkungan No:
(Bapedal) No.KEP Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang

38
BioLink, Vol. 4 (1) Agustus 2017: hal. 32-40

“Tata Cara danPersyaratan Teknis tentang DokumenLimbah Bahan


Penyimpanan dan Pengumpulan Berbahaya dan Beracun”
Limbah BahanBerbahaya dan i. Pihak Ketiga
Beracun”. Pada tempat penyimpanan Salah satu perusahaan yang membeli
tersebut terdapat sarana pendukung limbah minyak pelumas bekas adalah
lainnya seperti kotak PPPK, perusahaan PT.Karunia Lumasindo
alatkomunikasi, pagar pengaman dan Pratama yang bergerak di bidang
Emergency Eye Wassh. Hal ini sesuai pengumpulan dan penelolaan untuk
dengan Keputusan Kepala Badan limbah bahan berbahaya dan beracun
Pengendalian Dampak LingkunganNo: yang berlokasi di samarinda. Pada
Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang pihak ketiga ini sudah mempunyai izin
“Tata Cara dan Persyaratan dari BAPEDAL untuk pemanfaatan
TeknisPenyimpanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengumpulan Limbah Bahan (B3) hal ini sesuai dengan Peraturan
Berbahaya dan Beracun”. Pemereintah No. 18 tahun 2009 pasal
h. Pengangkutan Limbah pelumas 3 disebutkan bahwa “Kegiatan
Pada kendaraan yang digunakan Pemanfaatan Limbah B3 Sebagaimana
untuk mengangkut sudah ada Dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (5)
symboltanda bahaya kebakaran, hal Huruf B Wajib Memiliki Izin dari
ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri”.
KepalaBadan Pengendalian Dampak j. Pelaporan
Lingkungan (Bapedal) No PT. ALTRAK 1978 Balikpapan belum
KEP225/BAPEDAL/08/1996Pasal 5 melaporkan kegiatan penyimpanan
ayat (2) yang menyatakan bahwa dan pengumpulan limbah pelumas
“SetiapAlat Angkut Minyak Pelumas tersebut kepada walikota maupun
Bekas Wajib Dilengkapi dengan kepada dinas BAPEDAL. Hal ini tidak
Simbol danLabel” tetapi belum sesuai dengan Keputusan Kepala
dilengkapi dengan dokumen hal ini Badan Pengendalian Dampak
tidak sesuai denganKeputusan Kepala Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
Badan Pengendalian Dampak 225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 6 yang
Lingkungan (Bapedal) No.KEP- menyatakan bahwa Pengumpul
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat minyak pelumas bekas wajib melapor
(1) yang menyatakan bahwa“Setiap kan kegiatan yang dilakukannya
penggangkutan minyak pelumas bekas kepada Badan Pengendalian Dampak
wajib dilengkapi dengandokumen lingkungan dengan tembusan
limbah dan mengajukan nomor Bupati/Walikotamadya Daerah
regisirasi dokumen pelumas Tingkat II dan Gubernur Kepala
bekassebagaimana dimaksud dalam Daerah Tingkat I yang bersangkutan,
Keputusan Kepala Badan sekurang-kurangnya sekali dalam
Pengendalian Dampak Lingkungan 3(tiga) bulan”.
Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995

39
Azteria, V dan Efendi, J., Identifikasi Keselamatan Penanganan Limbah Pelumas pada

SIMPULAN (Persero)Madiun.Surakarta:Universitas
Sebelas maret.
Dari hasil penelitian yang telah Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999
dilakukan tentang Identifikasi Tentang Perubahan Atas Peraturan
Keselamatan Penanganan Limbah Pemerintah No 18 Tahun 1999.Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Pelumas Pada PT.ALTRAK 1978
Dan Beracun.
Balikpapan maka dapat diambil Ray Cesar, Ratman.2012. Penerapan Pengelolaan
kesimpulan sebagai berikut : Limbah B3 di PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia. Semarang :
Penanganan limbah pelumas pada
Universitas Diponegoro
PT.ALTRAK 1978 Balikpapan Stisya, Iadha. 2010. Pengelolaan B3 (Tl-3204)
mendapatkan hasil nilai dengan Evaluasi Pengelolaan Oli Bekas Sebagai
Limbah B3. Bandung: Institut Teknologi
menggunakan perhitungan presentase
Bandung.
sebesar 72% jika disesuaikan dengan Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, Adriana
standar operasional prosedur maka Pusparini. 2003. Bunga Rampai Hiperkes
dan KK Semarang : Badan Penerbit
termasuk dalam penilaian dengan hasil
Universitas Diponegoro.
cukup. Identifikasi keselamatan Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif
penanganan limbah pelumas pada Kualitatid dan R&D.Jakarta:Alfabeta
Susilo, Agus. 2010. Implementasi Identifikasi
PT.ALTRAK 1978 Balikpapan dapat
Bahaya dan Penilaian Risiko Pada Proses
dilakukan dengan cara membuat JSA (Job Pengoperasian Mesin Cut Off di
Safety Analisis)serta penyesuaian pada Departemen Coupling PT. Seamless Pipe
standar operasional prosedur dengan Indonesia Jaya Cilegon-Banten. Laporan
Khusus. Faklutas Kedokteran Universitas
implementasi dilapangan. Sebelas Maret. Surakarta.
Suma’mur P.K. 2009. Keselamatan dan
Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV.
DAFTAR PUSTAKA
Gunung Agung.
Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2002. Tarwaka, 2010.Manajemen dan Imlementasi K3
Himpunan Peraturan Perundang- Di TempatKerja. Surakarta: Harapan
undangan Dibidang Pengelolaan Press.
Lingkungan Hidup dan Pengendalian
Dampak Lingkungan Era Otonomi
Daerah. Jakarta : Kemlinghup.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan 68/Bapedal/05/1995.Tentang
Tata cara memperoleh izin penyimpanan,
pengumpulan, pengoperasian alat
pengolahan, pengolahan dan
penimbunan akhir limbah B3.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor 255 Tahun
1996.Mengenai Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
Keputusan kepala Badan Pengendalian Dapak
Lingkungan Nomor 05/Bapedal/09/1995.
Tentang Simbol dan Label Limbah B3.
Kusuma Angga Rosana.2011.Sistem
Pengumpulan dan Penyimpanan Minyak
Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA

40

Anda mungkin juga menyukai