Anda di halaman 1dari 20

 Upload

 Login

 Signup

Submit Search

 Home

 Explore

 Presentation Courses

 PowerPoint Courses

 by LinedIn Learning
       

1. 1. ANALISA MASALAH 1. Identifikasi Masalah No Upaya Target Pencapaian Kesenjangan Masalah


Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial 1 Promosi Kesehatan a. Persentasi pendu- duk yang
memiliki jaminan kesehatan 52 % 8575 (jumlah kepemilikan jkn/jumlah jiwa* 100) (27 %) b.
Persentase desa sia- ga purnama ma- ndiri. 5% 0% Sudah terbentuknya Desa Siaga, namun tidak
rutin pembinaan c. Jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan. 3 1 2 Telah terdapat
kebijakan publik yang dikeluarkan untuk bidang kesehatan, hanya tentang kader d. Persentase
desa yang memanfaatkan dana desa untuk kesehatan minimal 10%. 20% 4 2 Desa yang
menggunakan dana desa untuk kesehatan sebanyak 4 desa yaitu Desa Cisait, Desa Kramatjati,
Desa Dukuh, dan Desa Sukajadi e. Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya untuk
program kesehatan. (Desa Silebu dan Desa Sukajadi) 8 1 2 Telah terdapat dunia usaha yang
memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan, namun belum untuk semua desa. CSR yang
memfasilitasi yaitu dari PT. Indah Kiat f. Jumlah Ormas yg memanfaatkan sumberdayanya untuk
mendukung kesehatan. 6 1 Telah terdapat ormas yang memanfaatkan sumberdayanya untuk
mendukung kesehatan (PKK). g. Jumlah tema pesan dalam komunikasi informasi & edukasi (KIE)
kepada masyarakat. 10 16 Penyuluhan dalam gedung dan luar gedung telah dilaksanakan
namun tidak semua menggunakan alat

2. 2. KIE h. Persentase puskesmas yang mempromosikan kesehatan (advokasi, bina suasana,


gerakan pemberdayaan). 100% 50 % 50 % Puskesmas mempromosikan kesehatan hanya 50%,
karena belum ada dukungan lintas sektor berupa kebijakan lintas sektor untuk mendukung
kesehatan, MoU atau dokumen kerjasama dalam bidang kesehatan. i. Persentase posyandu
purnama mandiri. 75% 75% Pada Tingkat Posyandu, terdapat 27 posyandu, yang sudah menjadi
Posyandu Mandiri sebanyak 2 Posyandu pada Desa Cisait, dan 25 Posyandu merupakan
Posyandu Purnama. j. Persentase PHBS tatanan rumah tangga. 80% 54% 26 % Pembinaan PHBS
rumah tangga, 54% belum tercapai. 2. Penetapan Prioritas Masalah Dari masalah-masalah yang
ditemukan tersebut terlebih dahulu akan ditentukan prioritas masalahnya mengingat
terbatasnya sumber daya langkah awal yang diambil adalah dengan menentukan prioritas SPM.
Untuk memprioritaskan SPM tersebut di gunakan metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth).
Definisi USG adalah suatu metode USG yang merupakan cara dalam menetapkan urutan
prioritas, dengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan adanya kemungkinan
berkembangnya masalah. keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 –
5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih
jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas (Buka Halaman 30)

3. 3. Definisi USG : A. Urgent adalah tingkat kegawatan masalah, artinya apabila masalah tidak
segera ditanggulangi akan semakin gawat dengan bobot skor : 1. 5 = sangat gawat 2. 4 = gawat
3. 3 = cukup gawat 4. 2 = kurang gawat 5. 1 = tidak gawat B. Seriousness adalah tingkat
keseriusan sebuah masalah, apabila masalah tidak diselesaikan akan berakibat serius pada
masalah lain dengan bobot skor : 1. 5 = sangat serius 2. 4 = serius 3. 3 = cukup serius 4. 2 =
kurang serius 5. 1 = tidak serius C. Growth adalah besar atau luasnya masalah berdasarkan
pertumbuhan atau perkembangan, artinya apabila masalah tersebut bila tidak segera ditangani
pertumbuhannya akan berjalan terus. Dengan bobot skor : 1. 5 = sangat serius 2. 4 = serius 3. 3 =
cukup serius 4. 2 = kurang serius 5. 1 = tidak serius 5 Berikut adalah matriks penentuan prioritas
masalah yang akan diselesaikan No Masalah U S G Total 1 Masih banyak masyarakat yang belum
masuk peserta JKN. 3 5 4 12 2 Belum terbentuknya Desa Siaga. 5 5 5 15 3 Belum terdapat
kebijakan publik yang dikeluarkan untuk bidang kesehatan. 5 5 5 15 4 Belum ada dana desa yang
dikeluarkan untuk bidang kesehatan. 3 4 4 11 5 Belum terdapat dunia usaha yang
memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan. 3 3 3 9 6 Belum terdapat ormas yang 3 3 3 9

4. 4. memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan. 7 Jumlah tema pesan KIE ke


masyarakat masih rendah 5 5 5 15 8 Puskesmas mempromosikan kesehatan hanya 50%, karena
belum ada dukungan lintas sektor berupa kebijakan lintas sektor untuk mendukung kesehatan,
MoU atau dokumen kerjasama dalam bidang kesehatan. 5 5 5 15 9 Persentase posyandu
purnama mandiri. 5 4 3 12 10 PHBS rumah tangga, 54% belum tercapai 3 5 4 12 3. Akar
penyebab masalah A. FISHBONE DIAGRAM Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang,
merupakan tokoh kualitas yang telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause
and effect diagram, emphasised the ‘internal customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang
pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter
diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat pengendali
mutu/kualitas” (quality control seven tools). Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool
yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor
penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis, dan
memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu permasalahan.
Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa Diagram Ishikawa
juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau diperhatikan rangka analisis diagram
Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan
bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause)
suatu permasalahan yang timbul. Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem
antara lain (kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara.
Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang “saat ini”
dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi “menyimpang” dan berpotensi terjadi
problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau beberapa “penyebab” jangan puas sampai di
situ, karena ada kemungkinan masih ada akar

5. 5. penyebab di dalamnya yang “tersembunyi”. Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat yang
gampang dan nampak di luar. Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat “ke dalam” dengan
bertanya “mengapa?……mengapa?…dan mengapa?”. Hanya dengan bertanya “mengapa”
beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya. Penyebab
sesungguhnya, bukan gejala. Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita
untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur
dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti,
maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini,
semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan
“penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya B. Bagaimana Menggunakan
Diagram Fishbone? Ya….inilah bagian yang paling penting. Ishikawa san telah menciptakan ide
cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan
menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kumpulkanlah beberapa orang yang
mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua
anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua
pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga
kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. C. Penggunaan 1. Melakukan
identifikasi penyebab masalah; 2. Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah
dengan cara yang sistematik; 3. Mencari akar penyebab masalah; 4. Menjelaskan hubungan
sebab akibat suatu masalah. D. Pedoman Pelaksanaan 1. Identifikasi semua penyebab yang
relevan berdasarkan fakta dan data; 2. Karakteristik yang diamati benar-benar nyata
berdasarkan fakta, dapat diukur atau diupayakan dapat diukur;

6. 6. 3. Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin seimbang
peranan atau bobotnya; 4. Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin
dapatdiperbaiki, bukan yang tidak mungkin diperbaiki ataudiselesaikan; 5. Dalam menyelesaikan
fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya akan memperbaiki faktor tulang besar yang
akanmenyelesaikan masalah; 6. Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam
pembuatan diagram tulang ikan. E. Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab
Akibat. Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut: 
Menyiapkan sesi sebab-akibat  Mengidentifikasi akibat  Mengidentifikasi berbagai kategori. 
Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.  Mengkaji kembali setiap
kategori sebab utama  Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin F.
Kelebihan diagram tulang ikan  Lebih terstruktur;  Mengkatagorikan berbagai sebab potensial
dari suatu masalah dengan cara yang sistematik;  Mengajarkan pada tim dan individu mengenai
proses serta prosedur yang berlaku atau yang baru. G. Kekurangan diagram tulang ikan  tulang
ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus didukung data.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas (Buka Halaman 31)

7. 7. 6 Akar Penyebab Masalah Telah Terbentuknya Desa Siaga, namun tidak rutin pembinaan
METODE Telah terdapat peraturan desa tentang kesehatan, hanya tentang kader Kurangnya
sosialisasi Desa Siaga dari nakes 10 indikator pembentukan Desa Siaga masih banyak belum
terpenuhi Belum terbentuknya FKMD LINGKUNGAN Masyarakat masih mengesampingkan
pemderdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan DANA Pihak Desa yang belum
mengeluarkan dana desa untuk kesehatan Belum dilakukannya advokasi untuk dana desa
MANUSIA Pengetahuan tentang pentingnya Desa Siaga rendah Tenaga kesehatan kurang
mengetahui teknik pembentukan Desa Siaga Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya
SARANA Belum terdapat ambulance desa yang merupakan syarat desa siaga

8. 8. Telah terdapat kebijakan publik yang dikeluarkan untuk bidang kesehatan, hanya tentang
Kader MANUSIA Desa belum mengetahui masalah kesehatan apa untuk dibuat kebijakan Tenaga
kesehatan belum melakukan advokasi LINGKUNGAN Perangkat desa beranggapan peraturan
desa tentang kesehatan belum penting Belum pernah sosialisasi tentang kebijakan kesehatan
METODE Belum terbentuknya FKMD Tidak pernah berdiskusi tentang masalah kesehatan di desa

9. 9. Jumlah tema pesan KIE ke masyarakat masih rendah MANUSIA Kurangnya tenaga kesehatan
Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya ( S1 Kesmas/ kesling) Kurangnya koordinasi
dengan pelaksana program lain METODE Media KIE kurang inovatif Kurangnya kompetensi
pelaksana promkes untuk membuat media KIE SARANA Alat untuk melaksanakan KIE terbatas
Jarak pelaksanaan KIE antar desa jauh
10. 10. Puskesmas mempromosikan kesehatan hanya 50% SARANA Jarak pelaksanaan promosi
kesehatan antar desa jauh METODE Pelaksana promkes tidak mengetahui tata cara advokasi dan
bina suasana Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya LINGKUNGAN Kepedulian
masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat kurang DANA Sulit meminta dana desa untuk
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan Kurangnya advokasi ke desa MANUSIA
Kurangnya tenaga kesehatan Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya Kurangnya
kerjasama dengan lintas sektor

11. 11. SARANA DANA Rendahnya kepemilikan JKN. MANUSIA Pengetahuan tentang pentingnya JKN
rendah Persepsi bahwa JKN semua gratis dari pemerintah Tidak membayar premi sehingga JKN
tidak aktif METODE Belum pernah bekerja sama dengan BPJS untuk memberikan penyuluhan
Belum pernah melakukan penyuluhan Jarak antara BPJS dan puskesmas yang jauh Tidak ada
dana untuk penyuluhan JKN LINGKUNGAN Kepedulian masyarakat tentang kepemilikan JKN
masih rendah

12. 12. PHBS rumah tangga rendah. MANUSIA Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS
Belum optimalnya peran petugas pada kegiatan PHBS Kurangnya tenaga kesehatan di
puskesmas Kurangnya pengetahuan pelaksana program tentang PHBS Kompetensi pelaksana
promkes tidak sesuai METODE Kurangnya penyuluhan tentang PHBS SARANA Belum ada kader
PHBS Akses rumah tangga yang jauh LINGKUNGAN Kepedulian masyarakat tentang PHBS masih
kurang Belum ada dukungan lintas sektor tentang PHBS Belum aktifnya FKMD

13. 13. Belum ada dana desa yang dikeluarkan untuk bidang kesehatan. DANA Kegiatan
pemberdayaan masyarakat kesehatan tidak dianggarkan dalam perencanaan desa Analisis
masalah kesehatan yang kurang dalam musrenbang Belum aktifnya FKMD di desa MANUSIA
Pengetahuan pentingnya dana desa untuk kesehatan masih rendah Kurangnya sosialisasi dana
desa LINGKUNGAN Belumada dukungan dana desa dari kecamatan dan desa METODE Advokasi
dengan kecamatan dan desa yang kurang

14. 14. Belum terdapat dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan.
MANUSIA METODE Kurang melakukan advokasi Pengetahuan industri untuk bekerjasama dalam
CSR masih rendah SARANA LINGKUNGAN Tidak terdapat industri besar di wilayah kerja
puskesmas Kurang dukungan lintas sektor

15. 15. Persentase posyandu purnama mandiri SARANA Jarak posyandu yang masih cukup jauh
METODE advokasi dan bina suasana masih kurang LINGKUNGAN Kepedulian masyarakat tentang
pemberdayaan masyarakat kurang DANA Sulit meminta dana desa untuk pelaksanaan kegiatan
posyandu MANUSIA Kurangnya kerjasama dengan lintas sektor (3,3,3)

16. 16. Telah terdapat ormas yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan,
hanya PKK saja MANUSIA METODE Pengetahuan ormas tentang kesehatan masih rendah
Kurangnya sosialisasi kesehatan kepada ormas SARANA LINGKUNGAN Belum ada data ormas di
Puskesmas Kuragnya dukungan lintas sektor

17. 17. No Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah
Terpilih Keterangan 1 Belum terbentuknya Desa Siaga. a. Tenaga kesehatan kurang mengetahui
teknik pembentukan Desa Siaga. b. Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya. c.
Pengetahuan tentang pentingnya Desa Siaga rendah. d. Kurangnya sosialisasi Desa Siaga dari
nakes. e. 10 indikator pembentukan Desa Siaga masih banyak belum terpenuhi. f. Belum
terbentuknya FKMD. g. Belum terdapat peraturan desa tentang kesehatan. h. Pihak Desa yang
belum mengeluarkan dana desa untuk kesehatan. i. Belum dilakukannya advokasi untuk dana
desa. j. Masyarakat masih mengesampingkan pemderdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan. k. Belum terdapat ambulance desa yang merupakan syarat desa siaga. 1. Sosialisasi
tentang Desa Siaga. 2. Membentuk dan melakukan pembinaan Forum Kesehatan Masyarakat
Desa (FKMD). 3. Advokasi peraturan desa. 4. Advokasi mengenai ambulance desa. 5. Advokasi
dana desa. Membentuk dan melakukan pembinaan Forum Kesehatan Masyarakat Desa (FKMD).
2 Belum terdapat kebijakan publik yang dikeluarkan untuk a. Desa belum mengetahui masalah
kesehatan apa untuk dibuat kebijakan. 1. Melaksanakan Survei Mawas Diri dan Musyawarah
Melaksanakan SMD dan MMD.

18. 18. bidang kesehatan. b. Tenaga kesehatan belum melakukan advokasi. c. Tidak pernah
berdiskusi tentang masalah kesehatan di desa. d. Belum terbentuknya FKMD. e. Perangkat desa
beranggapan peraturan desa tentang kesehatan belum penting. f. Belum pernah sosialisasi
tentang kebijakan kesehatan. Masyarakat Desa untuk mengetahui masalah kesehatan di masing
– masing desa. 2. Membentuk dan melakukan pembinaan Forum Kesehatan Masyarakat Desa
(FKMD). 3. Sosialisasi tentang kebijakan kesehatan 3 Jumlah tema pesan KIE ke masyarakat
masih rendah. a. Kurangnya koordinasi dengan pelaksana program lain. b. Kurangnya tenaga
kesehatan. c. Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya. d. Alat untuk melaksanakan KIE
terbatas. e. Jarak pelaksanaan KIE antar desa jauh. f. Media KIE kurang inovatif. g. Kurangnya
kompetensi pelaksana promkes untuk membuat media KIE. 1. Melakukan penyuluhan individu,
kelompok dan massa. 2. Koordinasi dengan pelaksana program lain untuk melaksanakan KIE.
Penyuluhan individu, kelompok dan massa. 4 Puskesmas mempromosikan kesehatan hanya 50%
a. Kurangnya tenaga kesehatan. b. Pelaksana promkes tidak sesuai kompetensinya. c. Pelaksana
promkes tidak mengetahui tata cara advokasi dan bina suasana. d. Pelaksana promkes tidak
sesuai kompetensinya. e. Jarak pelaksanaan promosi 1. Melakukan advokasi mengenai
kesehatan. 2. Melakukan bina suasana atau kerjasama untuk MoU dengan lintas sektor. 3.
Melaksanakan SMD dan MMD. Melakukan bina suasana atau kerjasama untuk MoU dengan
lintas sektor.

19. 19. kesehatan antar desa jauh. f. Sulit meminta dana desa untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan. g. Kurangnya advokasi ke desa. h. Kepedulian masyarakat tentang
pemberdayaan masyarakat kurang. i. Kurangnya kerjasama dengan lintas sektor. 5 Masih banyak
masyarakat yang belum masuk peserta JKN. a. Tidak membayar premi sehingga JKN tidak aktif.
b. Pengetahuan tentang pentingnya JKN rendah. c. Persepsi bahwa JKN semua gratis dari
pemerintah. d. Belum pernah melakukan penyuluhan. e. Belum pernah bekerja sama dengan
BPJS untuk memberikan penyuluhan. f. Jarak antara BPJS dan puskesmas yang jauh. g. Tidak ada
dana untuk penyuluhan JKN. h. Kepedulian masyarakat tentang kepemilikan JKN masih rendah.
Melakukan kerjasama dengan BPJS untuk melakukan penyuluhan. Melakukan kerjasama dengan
BPJS untuk melakukan penyuluhan. 6 Pembinaan PHBS rumah tangga rendah. a. Kurangnya
tenaga kesehatan di puskesmas. b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS. c. Belum
optimalnya peran petugas pada kegiatan PHBS. 1. Membentuk kader PHBS. 2. Melakukan
penyuluhan PHBS. 3. Mengaktifkan FKMD. 4. Refreshing kader Refreshing kader PHBS.
20. 20. d. Kurangnya pengetahuan pelaksana program tentang PHBS. e. Kompetensi pelaksana
promkes tidak sesuai. f. Kurangnya penyuluhan tentang PHBS. g. Akses rumah tangga yang jauh.
h. Belum ada kader PHBS. i. Belum ada dukungan lintas sektor tentang PHBS. j. Kepedulian
masyarakat tentang PHBS masih kurang. k. Belum aktifnya FKMD. PHBS. 7 Belum ada dana desa
yang dikeluarkan untuk bidang kesehatan. a. Pengetahuan pentingnya dana desa untuk
kesehatan masih rendah. b. Kurangnya sosialisasi dana desa. c. Advokasi dengan kecamatan dan
desa yang kurang. d. Kegiatan pemberdayaan masyarakat kesehatan tidak dianggarkan dalam
perencanaan desa. e. Analisis masalah kesehatan yang kurang dalam musrenbang. f. Belum
aktifnya FKMD di desa. g. Belumada dukungan dana desa dari kecamatan dan desa. 1.
Mengaktifikan FKMD. 2. Advokasi. 3. Mengikuti kegiatan Musrenbang tingkat desa dan
kecamatan. Advokasi. 8 Belum terdapat dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya a.
Pengetahuan industri untuk bekerjasama dalam CSR masih rendah. Advokasi dengan industri
agar bekerjasama dalam hal CSR. Advokasi dengan industri agar bekerjasama dalam hal CSR.

21. 21. untuk program kesehatan. b. Tidak terdapat industri besar di wilayah kerja. c. Kurang
dukungan lintas sektor. d. Kurang melakukan advokasi. 9 Belum terdapat ormas yang
memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung kesehatan. a. Pengetahuan ormas tentang
kesehatan masih rendah b. Belum ada data ormas di Puskesmas c. Kurangnya sosialisasi
kesehatan kepada ormas d. Kuragnya dukungan lintas sektor 1. Sosialisasi program kesehatan 2.
Advokasi. Sosialisasi program kesehatan

22. 22. 7 Cara Pemecahan Masalah

Recommended


Elearning Techniques: Visual Design

Online Course - LinkedIn Learning


Teaching Technical Skills Through Video

Online Course - LinkedIn Learning


Creative Insights: Renaldo Lawrence on Elearning

Online Course - LinkedIn Learning

Global Healthcare Report Q2 2019

CB Insights


Be A Great Product Leader (Amplify, Oct 2019)

Adam Nash

Trillion Dollar Coach Book (Bill Campbell)

Eric Schmidt

APIdays Paris 2019 - Innovation @ scale, APIs as Digital Factories' New Machi...

apidays

A few thoughts on work life-balance

Wim Vanderbauwhede


Is vc still a thing final

Mark Suster

The GaryVee Content Model

Gary Vaynerchuk

 English 

 Español 

 Português 

 Français 

 Deutsch

 About

 Dev & API

 Blog

 Terms

 Privacy

 Copyright
 

 Support

  

  

  

  

LinkedIn Corporation © 2020

Anda mungkin juga menyukai