Anda di halaman 1dari 6

PR MPKP 2018

Jawab dengan singkat, tepat dan jelas.


Jawaban ditulis di atas kertas folio bergaris A4,
ditulis dengan jelas dan terang.
Penyontekan akan diberi sangsi sama pada kedua sisi.

1. Terangkan dengan singkat isu ekonomi perkotaan: prinsipnya, kaitan dengan kegiatan
sehari-hari dalam kota.
Kota merupakan pusat teknologi produksi yang memiliki konsumsi tertinggi dalam satu
negara atau satu wilayah sehingga di kota terjadi pemusatan konsentrasi penduduk,
konsentrasi kegiatan, dan konsentrasi barang publik. Dengan berbagai pemusatan tersebut,
kegiatan perekonomian di dalam perkotaan dapat mencapai ekonomi skala dari tingkat
internal perusahaan, lokasi industri bahkan dapat mencapai ekonomi skala aglomerasi.
Pencapaian ekonomi skala tersebut juga didukung oleh adanya spesialisasi di masing-masing
kegiatan ekonomi seperti spesialisasi pekerjaan masing-masing individual yang akan
meningkatkan produktivitas, spsialisasi pada tingkat perusahaan dan spesialisasi tata guna
tanah (zonasi untuk jalan, drainasse, pemukiman, industri, ataupun jalur hijau).

2. Intensitas tinggi dalam kota sebabkan ekternalitas: Jelaskan efek buruk & baik
Adanya konsentrasi populasi dan kegiatan ekonomi dalam kota pada awalnya bersifat positif
seperti menciptakan skala ekonomi yaitu dengan pemusatan ekonomi akan menciptakan
spesialisasi lokasi yang akan menurunkan biaya angkut input maupun output produksi,
dengan pemusatan kegiatan produksi di kota, biaya produksi per unit dapat ditekan sehingga
dapat memproduksi dalam skala besar dengan biaya yang efisien. Selain itu, dengan
meningkatnya produktivitas kota sebagai akibat dari terciptanya skala ekonomi, populasi
smakin melonjak karena adanya daya tarik lapangan pekerjaan.

Namun, semakin tingginya intensitas kegiatan ekonomi dan konsentrasi penduduk di kota,
sumber daya ekonomi pun menjadi langka, harga property meningkat, persaingan tenaga
kerja semakin tinggi sehingga meeningkatkan angka pengangguran di kota, banyaknya
pengangguran dapat memicu melonjaknya tingkat kriminalitas, banyak tenaga kerja
informal yang memiliki daya beli yang rendah dan hanya mampu tinggal di wilayah kumuh
(slum area di kota semakin banyak). Selain itu, eksternalitas negatif lainnya adalah adanya
kemacetan di kota karena tidak seimbangnya kebutuhan dengan sarana jalan yang tersedia
telah menjadi hybrid public good (barang publik yang telah berubah kriteria non-rivalry dan
non-excludablenya, barang publik hybrid dalam pemanfaatannya harus mengeluarkan
biaya).

3. Bagaimana peran ekonomi perkotaan dalam ekonomi nasional? Jelaskan dengan singkat tapi
tepat.
Ekonomi perkotaan terdiri dari ekonomi basic dan non basic. Economic Base merupakan
sektor penopang dari kegiatan ekspor. Sedangkan kegiatan non basik merupakan barang
publik lokal. Interaksi ekonomi basik tersebut, bila digabungkan semua kota akan menjadi
pembentuk jaringan produksi nasional. Ekonomi perkotaan bersifat kompak secara ruang
yang menyebabkan keterkaitan antar sektor menjadi erat dan terpadu. Keterkaitan antar
sektor tersebut menyebabkan industri dan service menjadi immobile (kota menjadi pusat
industri/perekonomian) dan instensitas penduduk yang tinggi di Kota. Hal ini dapat dilihat
dari data yang menyebutkan bahwa rata-rata Pendapatan Domestik Bruto seluruh kota
mencapai 70% dari PDB Nasional dan Jumlah penduduk di Kota-kota di Indonesia telah
melebihi 50% dari jumlah penduduk nasional yang mana dinegara maju penduduk kota
mencapai 70-80% dari penduduk nasional.

4. Bagaimana kaitan barang publik lokal dengan tata guna tanah dalam kota. Hal apa yang
menonjol dalam kota DKI-Jakarta.
Barang publik lokal merupakan barang publik dengan ruang lingkup pelayanan yang bersifat
lokal. Dalam hal barang publik lokal kota berarti wilayah pelayanannya dalam lingkup
perkotaan yang bersifat non-rivalry (dalam pemanfaatannya tidak terdapat rivalitas antar
individu dan non excludable (antar individu tidak dapat melakukan pengecualian satu sama
lain dalam pemanfaatan barang tersebut). Variasi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam
ruang terbatas sebuah kota menuntut peran kuat dari perencanaan terutama terkait BPL.
Disini Perencanaan tata guna tanah menjadi bagian kembar dari perencanaan BPL dan
pelayanan umum (interaksi timbal balik). Tata guna tanah DKI Jakarta yang belum propsional
pengalokasiaannya (untuk pemukiman, indsutri, jalur hijau dll )menyebabkan pengadaan BPL
seperti jalan menjadi sangat mahal . Contohnya seperti yang terjadi di DKI Jakarta saat ini,
dmn luas pemukinan (67%) tdk didukung luas jalan yg hanya 6.3% (ditambah lg jalan tdk
berbentuk gris system). Pengadaan BPL yang mahal tadi terjadi karena terbatasnya
permukaan tanah untuk jalan sehingga menuntut pembangunan jalan tol, jalan layang
ataupun bawah tanah yang memerlukan biaya yang tinggi (misalnya saja untuk penggusuran
tanah, sengketa hukum). Oleh karena itu, dengan adanya tata guna tanah, pengadaan BPL
akan lebih efisien karena lokasi industri dan pemukiman telah dirancang dalam tata guna
tanah.

5. Rencana Kota menjadi barang publik lokal. Berdasarkan situasi DKI-Jakarta saat ini, jelaskan
dgn singkat tapi lengkap.
Perencanaan kota sebagai bentuk dari BPL lunak merupakan tuntutan vital bagi kehidupan
kota terutama terkait prasarana kota seperti jaringan jalan, tata guna lahan kota, konfigurasi
fasilitas umum dan sosial, dsb, mengingat terbatasnya ruang yang tersedia di dalam kota.
Jaringan jalan merupakan satu bentuk BPL perangkat keras yang sangat vital di DKI Jakarta
yang saat ini panjang jaringan jalan tersebut tidak seimbang dengan kebutuhan jalan .
Pengadaan BPL (dalam hal ini jalan) di DKI Jakarta tidak mempertimbangkan hukum ekonomi
(Demand dan Supply). Luas jaringan jalan di DKI Jakarta hanya 6.5 persen dari luas
permukaan total, sedangkan rata-rata kota dunia luas jaringan jalannya mencapai 20%. Hal
ini terjadi karena belum optimalnya perhatian Pemda DKI Jakarta terkait perencanaan
normalisasi jaringan. Perencanaan normalisasi jaringan jalan yang juga merupakan salah satu
bentuk dari BPL, adalah hal terpenting dalam tata ruang kota/tata guna tanah . Belum
optimalnya perencanaan normalisasi jaringan jalan dalam tata ruang kota menandakan
buruknya perencanaan (public bads) kota sehingga menimbulkan beban bagi warganya
dalam waktu yang alam dan biaya sosial yang tinggi (kemacetan, biaya penggusuran untuk
membangun jalan tol/layang, polusi udara). Selain itu, buruknya perencanaan menggeser
jalan menjadi BPL tidak murni karena hilangnya sifat non rivalry.

6. Berikan contoh negatif dari rencana kota yang tidak sejauh mungkin telah tetap. Biaya-biaya
apa yang muncul pada rumah tangga dan bisnis?
Perencananan sistem prasarana dan konfigurasi fasilitas umum dan sosial yang buruk
termasuk didalamnya tata guna tanah kota akan terus menjadi beban bagi warga kota baik
rumah tangga maupun pebisnis dalam waktu lama, misalnya saja
- Bila tanpa perluasan/normalisasi jalan dan pembangunan mass transportation, struktur
jalan Jakarta yang berbentuk sirip ikan bukan sarang labah-labah (model terbaik) dan
luas jaringan jalan dalam kota Jakarta yang tidak seimbang dengan kebutuhan kota akan
terus memicu kemacetan dengan konsekuensi biaya yang besar (contoh kebutuhan BBM
semakin tinggi akibat dari tingginya tingkat kemacetan, biaya pengadaan jalan yang
tinggi)
- SISTEM tata guna lahan Jakarta yang tidak seimbang (luas tanah pemukiman, prasarana
publik-sosial, kegiatan ekonomi, rekreasi serta jalur hijau yang tidak tepat proporsinya)
menjadi sumber in efisiensi ekonomi baik bagi rumah tangga maupun bisnis dan
meningkatkan biaya sosial seperti polusi, banyaknya penggusuran rumah
- Lokasi berbagai fasisiltas umum dan sosial yang tidak efisien dan optimal (contoh RS,
Sekolah, Pasar Kantor Lurah sulit dicapai warga) juga akan menjadi sumber in efisiensi
dalam kegiatan penduduk dari segi ekonomi dan sosial. Sebagai contoh nyata, di Jakarta
Timur ada sebuah SMU yang lokasinya tidak dilalui angkot, sehingga mengahruskan
muridnya menggunakan OJEK bila perlu.
7. Bagaimana hubungan prasarana (terutama jaringan jalan), tata guna tanah dengan harga
tanah dalam kota.
Tata guna tanah dilakukan untuk menata dan mengelompokkan kegiatan-kegiatan
sejenis/beberapa jenis dalam satu kawasan kota sehingga tidak terjadi interaksi negatif
antara satu dengan yang lain.
Jaringan jalan kota mengalami ketidakseimbangan suppy dan demand ,salah satunya
disebabkan oleh ketiadaan tata guna lahan yang proporsional untuk berbagai kebutuhan
masyarakat kota. Kecepatan pengadaan jalan tidak dapat mengikuti permintaan jalan suatu
kota akibat urbanisaisi yang cepat. Pengadaan jalan tersebut terpaksa dilakukan dengan
biaya yang mahal karena keterbatasan lahan. Banyak jaringan jalan saat ini dibangun dengan
model jalan layang ataupun bawah tanah. Pengadaan jalan tersebut merugikan masyarakat
yang memiliki rumah disekitar jalan layang, contohnya di jalan layang Antasari, karena
rumah yang berada dekat dengan jalan layang tersebut mengalami penurunan harga jual.
Hal tersebut disebabkan oleh kebisingan dan polusi suara yang ditimbulkan dari lalu lintas
jalan layang yang menyebabkan permintaan rumah disekitar sana menjadi menurun.
Preferensi orang memilih rumah tinggal umumnya tidak berlokasi yang tidak terlalu denkat
dengan jalan layang seperti yang terjadi di Jalan Antasari.
Disisi lain yang berbeda dengan pembangunan jalan layang, pembangunan jalan horizontal
diperluas ke berbagai lokasi sekitar kota untuk memenuhi permintaan jalan. Banyak juga
jalan yang dibangun di daerah terpencil suatu kota (istilahnya daerah jin buang anak) yang
menyebabkan harga tanah di sekitar jalan baru tersebut mengalami kenaikan misalnya saja
jalan di sekitar Jonggol.

8. Prinsip tata-guna tanah Athena dapat diabaikan dalam hal bagaimana?


Prinsip tata guna tanah Athena adalah penataan dan pengelompokkan kegiatan sejenis/
homogen dalam satu kawasan kota sehingga tidak terjadi interkasi interaksi negatif antara
satu dengan yang lain . Prinsip homogen tersebut dapat diabaikan dengan mencampurkan
kegiatan yang tidak homogen dalam satu wilayah kota asal kegiatan tersebut tidak saling
mengganggu. Misalnya saja keberadaan mini market- mini market di dekat pemukiman di
Jakarta, akan mengurangi biaya transportasi masyarakat sehingga mengurangi kebutuhan
jaringan jalan dan mengurangi kemacetan (biaya transaksi warga pun dapat ditekan).

9. Mengapa kenaikan harga tanah akibat pembangunan prasarana kota tidak mempunyai dasar
ekonomi yang tepat bagi pemilik?
kenaikan harga tanah disekitar prasarana merupakan salah satu wujud dari eksternalistas
positif dalam tata ruang kota. Namun kenaikan harga tersebut sebenarnya tidak membuka
lapangan pekerjaan orang lain karena yang mendapatkan keuntungan hanyalah si pemilik
tanah. Tanpa adanya usaha ekonomi, pemilik tanah tersebut menjadi lebih ssejahtera karena
faktor endowment dari tanah mereka. Hal tersebut tentu menggambarkan pertentangan
dengan dasar ekonomi umum yang mana diperlukan usaha untuk memperoleh sumbe daya
yang terbatas. Berbeda dengan pemilik individu, kenaikan tanah yang dimiliki pebisnis
kemungkinan dapat membuka lapangan pekerjaan baru karena modal pebisnis tersebut
bertambah seiring dengan kenaikan harga tanah yang dimilikinya.

10. Rumah mempunyai dwi-fungsi. Apa dampak dari situasi ini? Jelaskan dengan singkat tapi
tepat.
Dua fungsi rumah yaitu sbg barang konsumsi sekaligus barang invetasi. Disebut barang
konsumsi krn rumah memberikan jasa pelayanan utk tempat tinggal. Dgn atributnya spt
utilitas, kesesuaian dgn income, lokasi interior dan ukuran, yg menjadi faktor preferensi
konsumen, rumah jg optional untuk dibeli atau disewa.
Disebut barang investasi kaerna rumah dianggap sbg sumber kekayanan dan dapat dijadikan
asset bagi pemiliknya.

11. Komponen harga tanah dalam rumah tapak Indonesia lebih tinggi dari yang berlaku
untuk tipe rumah sama dibanding dengan AS dan Perancis. Jelaskan perbandingan efeknya
pada kebijakan makro ekonomi dengan singkat dan tepat.

Kenaikan harga tanah dalam rumah tapak tidak dapat mendorong perekonomian atau tidak
memiliki efek multiplier thd perekonomian karena kenaikan harga tanah tesebut hanya
dapat memperkaya pemilik rumah tanpa menciptakan lapangan kerja (tidak memiliki
backward linkages). Jika harga tanah dalam rumah tapak di Indonesia mencapai 60% berarti
kenaikan harga tanah tersebut tidak memiliki daya dorong (multiplier) ke perekonomian
sebesar 60%. Sedangkan sisany, 40%lah yang dapat mendorong perekonomian karena dana
kenaikan tanah dapat dipakai untuk membeli alat bangunan dan membayar buruh
bangunan. Harga tanah dalam rumah tapak Indonesia lebih tinggi dari rumah tapak dengan
tipe yang sama di AS dan Prancis menyebabkan efek multiplier atas kenaikan harga tanah
dalam rumah tapak di AS dan Prancis lebih besar daripada di Indonesia . Dengan demikian
efek multiplier yang lebih tinggi tersebut menyebabkan kebijakan makro kedua negara
tersebut lebih efektif dari pada di Indonesia.

12. Dari praktek persewaan rumah di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa terjadi distorsi
dalam pasar perumahan. Jelaskan dgn singkat dan tepat.
Kegiatan persewaan rumah di Indonesia tidak menarik lagi karena tingkat bunga sewa yang
lebih kecil daripada suku bunga SBI. Hal ini memicu pasar perumahan di Indonesia untuk
melakakukan penjualan kepada pribadi/investasi, dengan harapan memperoleh capital gain
di masa datang.
Selamat Mengerjakan. PR Ini dapat bersifat membantu pada hasil UTS.

Anda mungkin juga menyukai