Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F3. Upaya Kesehatan Lingkungan


Topik : STOP Buang Air Besar Sembarangan

A. Latar Belakang
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima
pilar (Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan
Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga,
dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan mempermudah upaya
meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan
mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan
program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar
Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop BABS karena
pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta merupakan
upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku
minum, makanan, dan lainnya.
Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air,
tanah, udara, makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model
ekologi, ketika lingkungan buruk akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang
dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri,
diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi
gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Upaya untuk memutus terjadinya
penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan.
3 Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan
dapat memutus rantai penularan penyakit (Suparmin dan Soeparman, 2002)
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai
tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang
mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan tinja, bau yang
tidak sedap, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang
lainnya, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah
dibersihkan
B. Permasalahan
1. Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang
atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data
tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak
ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%),
Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria
(3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%)
2. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam
pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat
yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi,
kebudayaan dan pendidikan.
3. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu
bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan
dan sebagai media bibit penyakit, seperti: diare, typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Namun di sisi lain,
tampaknya perilaku buang air besar masih merupakan suatu kebiasaan yang
kurang menunjang upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Berdasarkan latar beakang dan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka
diadakan penyuluhan kesehatan dengan materi “STOP Buang Air Besar
Sembarangan”. Adapun materi yang disampaikan pada penyuluhan ini, meliputi:
Pengertian jamban sehat, Manfaat jamban sehat, penyakit yang dapat ditularkan
melalui air,
D. Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan balai desa di kecamatan Selakau. Dilakukan dengan metode
penyampaian lisan. Tampak peserta paham mengenai penyampaian penyuluhan
tersebut.
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Agustus 2020 di Balai desa Selakau.
Penyuluhan ini diikuti oleh kader-kader. Penyuluhan ini dibawakan dengan
metode penyampaian lisan materi kepada peserta penyuluhan..
E. Monitoring dan Evaluasi
Penyuluhan berjalan dengan baik dan lancar. Peserta terlihat antusias dan
memberi respon baik terhadap pemaparan materi. Puskesmas sebagai tempat
pelayanan primer dimana fungsi promotif dan preventif terhadap penyakit masih
harus ditingkatkan. Penyuluhan harus tetap ditingkatkan, mulai dari petugas
kesehatan di puskesmas, kader-kader yang ada dilapangan, maupun seluruh
masyarakat harus turut aktif.

Anda mungkin juga menyukai