Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Pengertian media dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai
berikut: “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif, dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien” (Munadi Y, 2008,
hlm.7). Pendapat lain tentang media pembelajaran dikemukakan oleh Sadiman
(2008, hlm.6) yang menyatakan bahwa “Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan”.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan dalam proses belajar
mengajar, agar materi ajar dapat disampaikan dengan lebih jelas dan mudah.
Media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah media simulator
rem. Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu guru/pengajar dalam
menyampaikan materi ajar pada kompetensi perbaikan sistem rem.
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media pengajaran,
terlebih dahulu guru harus benar-benar menguasai serta memahami tentang media
yang akan digunakan, supaya dalam menerangkan materi pelajarannya siswa
dapat memahami dengan benar tentang konsep atau materi yang akan diajarkan
kepada siswa. Menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2010, hlm. 15)
mengemukakan bahwa: “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa.”
Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi bagi
guru dan siswa. Bagi guru, media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu guru
dalam mempermudah, menyederhanakan dan mempercepat berlangsungnya

1
2
2

proses belajar mengajar, penyajian informasi, merancang lingkup informasi dan


keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi
waktu, sedangkan bagi siswa media pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat
bantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya.
Apabila suatu media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik bagi guru
dan siswa, maka sudah tentu media pembelajaran tersebut dapat bermanfaat.
Adapun manfaat media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (dalam Azhar
Arsyad, 2010, hlm. 24) mengemukakan:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi siswa
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa, dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar pada setiap jam
pelajaran
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Pendapat beberapa ahli tersebut secara umum dapat disimpulkan, bahwa


fungsi dan manfaat media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, dan kemungkinan
siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Media pembelajaran juga dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung
dengan guru.

3. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran


Jenis media menurut para ahli sangat beragam. Jenis media pembelajaran
menurut Gagne (dalam Sadiman, 2008, hlm. 23) menyebutkan bahwa “Jenis
media dibagi menjadi tujuh macam antara lain benda untuk didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan
mesin belajar.”
3
3

Menurut Rusman (2012, hlm. 143) ada lima jenis media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran yaitu:

a. Media visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan indera penglihatan yang terdiri atas media yang
dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang
biasanya berupa gambar diam atau gambar bergerak.
b. Media audio, yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para
peserta didik untuk mempelajari bahan ajar. Contoh dari media audio ini
adalah program kaset suara dan program radio.
c. Media audio visual, yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan
visual atau bisa disebut media pandang dengar. Contoh dari media audio
visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televisi
instruksional dan program slide suara (sound slide).
d. Kelompok media penyaji. Media kelompok penyaji ini sebagaimana
diungkapkan Donald T. Tosti dan John R. Ball dikelompokan kedalam
tujuh jenis, yaitu: Kelompok kesatu: grafis, bahan cetak dan gambar
diam. Kelompok kedua: media proyeksi diam. Kelompok ketiga: media
audio. Kelompok keempat: media audio. Kelompok kelima: media
gambar hidup/film. Kelompok keenam: media televisi. Kelompok
ketujuh: multimedia.
e. Media objek dan media interaktif berbasis komputer. Media objek
merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak
dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri seperti
ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya dan
sebagainya. Media ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu media
objek sebenarnya dan media objek pengganti, sedangkan media interaktif
berbasis komputer adalah media yang menuntut peserta didik untuk
berinteraksi selain melihat maupun mendengarkan. Contoh media
interaktif berbasis komputer adalah program interaktif dalam
pembelajaran berbasis komputer.

Mengetahui jenis dan karakteristik media pembelajaran sangat penting bagi


seorang guru, karena dengan mengetahui karakteristik media itu sendiri maka
guru tersebut dapat memilih media yang tepat dengan situasi belajar tertentu.
Pengklasifikasian media, karakteristik media dan pemilihan media memilki andil
besar dalam menentukan startegi pembelejaran, karena kedua hal tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
4
4

Sadiman (2008, hlm. 28) membagi beberapa karakteristik jenis media yang
lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya di Indonesia meliputi:
a. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual yang berfungsi menyalurkan pesan
dari sumber ke penerima pesan. Beberapa jenis media grafis yaitu
gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta,
papan flannel/flannel board, dan papan bulletin/bulletin board.
b. Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan
disampaikan, dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal
(ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis
pengelompokan media audio yaitu radio, alat perakam pita magnetic,
piringan hitam, dan laboratorium bahasa
c. Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam memilki persamaan dengan media grafik dalam arti
menyajikan rangsangan visual. Perbedaanya adalah pada media grafis
dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang
bersangkutan, pada media proyeksi pesan tersebut harus diproyeksikan
dengan proyector agar dapat dilihat oleh sasaran. Beberapa jenis media
proyeksi diam antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film strip),
overhead proyektor, proyektor opaque, tachitiscope, microprojection
dengan microfilm.

Pengelompokan media oleh Anderson (dalam Sanjaya W, 2008,


hlm. 213) media dikelompokan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pengelompokan Media

No Kelompok Media Media Intruksional

 Pita audio (rol atau kaset)


a. Audio  Piringan audio
 Radio (rekaman siaran)

 Buku teks terprogram


b. Cetak  Buku pengagan/manual
 Buku tugas

 Buku latihan dilengkapai kaset


c. Audio – Cetak
 Gambar/poster (dilengkapai audio)
5
5

 Film bingkai (slide)


d. Proyeksi Visual Diam
 Film rangkaian (berisi pesan verbal)

Proyeksi Visual Diam dengan  Film bingkai (slide) suara


e.
Audio  Film rangkaian suara

f. Visual Gerak  Film bisu dengan judul

 Film suara
g. Visual Gerak Dengan Audio
 Video/vcd/dvd

 Benda nyata
h. Benda
 Model tiruan (mock-up)

 Model berbasis computer, CAI


(Computer Assisted Instruction) &
i. Komputer
CMI (Computer Managed
Instructional)

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah media simulator rem,
media simulator merupakan kelompok media benda, dan merupakan sebuah
model tiruan (mock-up) dari sistem rem pada sebuah kendaraan. Mock-up adalah
alat tiruan tiga dimensi yang dapat memperlihatkan fungsi atau gerakan dari aspek
tertentu saja dari benda, alat atau obyek yang akan diterangkan. Mock-up hanya
nampak bagian yang penting yang perlu diperagakan gerakannya atau proses
kerjanya kepada peserta didik, sedang bagian kecil lainnya yang dianggap tidak
penting atau yang dapat mengganggu perhatian peserta didik dihilangkan.
Pemilihan media simulator pada pembelajaran sistem rem dikarenakan sistem rem
pada sebuah kendaraan merupakan sebuah sistem yang rumit dan penting, oleh
karena itu untuk mengurangi kesalahfahaman dan untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi tentang sistem rem, maka dibuatlah simulator pembelajaran
sistem rem.
Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan peserta
didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran.
Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar peserta didik
belajar, sedangkan belajar itu sendiri perubahan tingkah laku melalui pengalaman
6
6

baik pengalaman langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung adalah


pengalaman yang diperoleh melalui aktifitas sendiri pada situasi yang sebenarnya.
Pengalaman langsung merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab
dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat
dihindari.

Abstrak Verbal
Simbol visual
Visual
Radio
Film
Tv
Wisata
Demonstrasi
Partisipasi
Observasi
Kongkret Pengalaman langsung
Gambar 2.1 Kerucut pengalaman dari Edgar Dale
(Sumber: Sadiman, 2008, hlm.8)
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberkan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dapat melalui
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati
dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui
bahasa. Semakin kongkret peserta didik mempelajari bahan pengajaran,
7
7

contohnya pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang


diperoleh peserta didik. Sebalinya, semakain abstrak peserta didik memperoleh
pengalaman contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh peserta didik. Apabila kita perhatikan kerucut
pengalaman yang dikemukakan Edgar Dele, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan
pengalaman tidak langsung. Semakin langsung obyek yang dipelajari, maka
semakin kongkrit pengetahuan diperoleh. Semakin tidak langsung pengetahuan itu
diperoleh maka semakin abstrak pengetahuan peserta didik.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi.
Bahan pelajaran yang tingkat kesukaran yag tinggi tentu sukar diproses oleh anak
didik, apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang
disampaikan itu. Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu mereka tidak
dapat hindari, disebabkan penjelasan guru yang sukar untuk dicerna dan dipahami.
Hal ini tentunya harus dicarikan jalan keluarnya, dengan menghadirkan media
sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelum pelaksanaan pengajaran. Fakta, konsep atau prinsip yang kurang dapat
dijelaskan lewat kata-kata atau kalimat dapat diwakilkan kepada alat bantu untuk
menjelaskan. Alat bantu yang cocok dapat menkongkretkan masalah yang rumit
dan komplek menjadi seolah-olah sederhana. Penjelasan yang guru berikan
ditambah dengan menghadirkan alat bantu lebih mendukung menguraikan fakta,
konsep dan prinsip. Alat bantu yang dimaksud adalah mock-up, dengan nama alat
Simulator Sistem Rem.

4. Media Simulator rem


a. Pengertian Simulator
Pengertian simulasi menurut Hoover dan Perry (dalam Suryani E, 2006,
hlm. 4) adalah: “ Simulasi merupakan proses perancangan model matematis atau
logis dari sistem nyata, melakukan eksperimen terhadap model untuk
mengambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku sistem”. Pengertian
simulasi menurut Khosnevis (dalam Suryani E, 2006, hlm. 4) menyatakan bahwa:
8
8

“ Simulasi merupakan proses aplikasi membangun model dari sistem


nyata atau usulan sistem, melakukan eksperimen dengan model tersebut
untuk menjelaskan perilaku sistem, mempelajari kinerja sistem, atau untuk
membangun sistem baru sesuai dengan kinerja yang diinginkan”.

Beberapa pendapat di atas maka dapat diartikan simulasi merupakan


proses perancangan model dari sistem nyata yang dilanjutkan dengan sistem
pelaksanaan eksperimen terhadap model untuk mempelajari perilaku sistem.
Simulasi adalah tiruan dari beberapa hal yang nyata, keadaan, atau proses.
Tindakan simulasi umumnya mensyaratkan sesuatu yang mewakili karakteristik
kunci tertentu atau perilaku yang dipilih sistem fisik atau abstrak. Simulator
adalah alat untuk melakukan simulasi. Simulator sistem rem adalah suatu alat
peraga yang dibuat dari komponen-komponen sistem yang terdapat pada sebuah
kendaraan, yang dirangkai untuk melakukan simulasi, guna membantu proses
belajar mengajar dalam bentuk tampilan hidup dan nyata dalam mensimulasikan
cara kerja sistem rem pada sebuah kendaraan. Simulator merupakan peniruan dari
benda-benda dalam hal bentuk, rupa, dan ukuranya yang relatif.
b. Manfaat Simulator
Simulator merupakan tool yang cukup fleksibel untuk memecahkan
masalah yang sulit untuk dipecahkan dengan model matematis biasa. Simulator
sangat efektif digunakan untuk sistem yang relatif kompleks untuk pemecahan
analitis. Pengunaan simulator akan memberikan wawasan yang lebih luas pada
peserta didik dalam menyelesaikan masalah, khususnya sistem rem. Manfaat yang
didapat dengan mengunakan simulator adalah sebagai tool perancanng oleh guru
untuk menciptakan sistem kerja tertentu baik dalam tahap perancangan maupun
tahap operasional untuk digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas.
c. Kelebihan dan Kekurangan Simulator
Kelebihan penggunaan simulator menurut Suryani E. (2006, hlm. 5)
menyatakan bahwa:
1) Tidak semua sistem dapat dipresentasikan dalam model matematis, simulasi
merupakan alternatif yang tepat.
9
9

2) Dapat bereksperimen tanpa adanya resiko pada sistem yang nyata, dengan
simulasi kemungkinan untuk melakukan percobaan terhadap sistem tanpa
harus menanggung resiko terhadap sistem yang berjalan.
3) Simulasi dapat mengestimasi kinerja sistem pada koreksi tertentu dan
memberikan alternatif desain terbaik sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan.
4) Simulasi memungkinkan untuk melakukan studi jangka panjang dalam
waktu yang relatif singkat.
5) Dapat mengunakan input data yang bervariasi.
6) Konkrit dan lebih praktis dalam memunculkan pokok masalah, jika
dibanding dengan bahasa verbal.

Kekurangan penggunaan simulator menurut Suryani E.(2006, hlm.5) adalah:


1) Kualitas dan analisis simulator tergantung pada si pembuat.
2) Hanya mengestimasi krakteristik sistem berdasarkan masukan tertentu.
d. Pembuatan Media Simulator Sistem Rem
Pembuatan media simulator rem ini dilakukan dalam beberapa tahapan,
dimulai dengan studi literatur, perancangan, pencarian bahan, pembuatan dan
proses pengujian simulator rem. Pembuatan simulator ini merupakan proyek
Tugas Akhir yang dilanjutkan ke Skripsi.

Gambar 2.2 Simulator Sistem Rem


(Dokumentasi Pribadi)

B. Metode Pembelajaran
1. Metode
Proses pembelajaran tentu saja tidak akan lepas dari metode, mengapa hal
tersebut perlu diperhatikan apabila guru mengambil metode tertentu yang hendak
10
10

dipakai dalam pembelajaran tentu saja seorang guru harus memahami metode itu
sendiri. Semua metode pembelajaran adalah baik, yang menjadi masalah, guru
harus dapat memilih metode dengan tepat yang disesuaikan dengan materi, tujuan,
sumber belajar, kemampuan, pengalaman sebelumnya, umur siswa dan alat atau
media pembelajaran yang tersedia untuk dipergunakan dalam proses
pembelajaran.
Sebelum membahas lebih jauh perlu kita pahami tentang pengertian
metode. Pengertian metode menurut Sumadi Suryabrata (1984, hlm. 8)
menyebutkan “Metode adalah cara dan fungsinya untuk mencapai tujuan”.
Pengertian metode menurut Borich dan Houston (dalam Teoti Soekanto dan Udin
Saripudin Winatasaputra, 1997, hlm. 15) menggunakan istilah metode dalam
pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang
sistematis untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas maka metode dalam penelitian ini diartikan
sebagai cara yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan dan fasilitas kepada siswa menuju tercapainya tujuan yang
ditetapakan. Pemilihan metode pembelajaran ini harus memenuhi kriteria efisien
yang diimbangi dengan efektivitas. Kriteria yang lain dalam memilih metode
pembelajaran siswa dituntut tingkat keterlibatan yang optimal.

2. Metode Pembelajaran
Menurut Atwi Suparman (1996, hlm. 157) mengemukakan pengertian
metode pembelajaran bahwa:
“Metode pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan
cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan serta
waktu yang digunakan dapalm proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran yang
harus dimiliki oleh seorang guru adalah dapat memilih berbagai metode
dalam pembelajaran dan menggunakan metode tersebut sesuai dengan
tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik
belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan
metode yang sesuai dengan tujuan dan materi tersebut. Metode mengajar
mengandung kegiatan-kegiatan siswa yang belajar dan kegiatan guru yang
pembelajar.
11
11

Pengertian metode pembelajaran diatas menunjukan pengertian bahwa:


metode pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru dalam
melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan
efisien. Metode pembelajaran adalah siasat atau taktik yang digunakan guru dalam
pembelajaran di kelas. Guru dalam kegiatan pembelajaran juga dituntut untuk
mampu memilih dan menerapkam metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan
itu merupakan suatu sarana serta usaha guru dalam memilih dan menerapkan
metode pembelajaran dalam menyajikan materi yang tepat dan sesuai dengan
program pengajarannya.
Penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini yaitu akan mencari
pengaruh peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi perbaikan sistem rem
salah satunya pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan media
simulator rem.
3. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode dalam pembelajaran sangat bervariasi. Guru adalah seorang
pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang
dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak
tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus
dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling
penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat
menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan,
dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain, untuk itu
seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain
yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
12
12

tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Metode ceramah cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian
bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar
didapatkan.
b. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta
atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs, 1979, hlm.
251).
Terdapat bermacam-macam metode pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode konvensional.
4. Metode Konvensional
Menurut Ruseffendi (2005, hlm. 17) dalam metode konvensional, guru
merupakan atau dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter, guru
mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu, guru langsung membuktikan dalil-
dalil, guru membuktikan contoh-contoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapih
mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara si
guru menyelesaikan soal. Murid bertidak pasif, murid-murid yang kurang
memahaminya terpaksa mendapat nilai kurang/jelek dan karena itu mungkin
sebagian dari mereka tidak naik kelas.
Pembelajaran metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sejak dahulu guru dalam
usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh para guru. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya
memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada
pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil
daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.
13
13

Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya


minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga
anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model
pembelajaran baik metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun
metode pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing yang saling melengkapi satu sama lain. Definisi ceramah menurut
bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan
“mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari
buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi
lecture method atau metode ceramah.
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan
tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat
dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi
dalam problematika saat ini. Metode ceramah dalam proses belajar mengajar
sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan
model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis,
yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah
yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan
mendongeng.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar diartikan sebagai suatu kegiatan seseorang yang tampak dalam
wujud pertemuan di dalam kelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan,
menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah diperoleh di sekolah.
Pandangan demikian bila dilihat secara sekilas memang benar, akan tetapi
pengetian belajar ternyata lebih luas dari itu. Ada juga yang berpendapat bahwa
belajar adalah sama saja dengan latihan, sehingga hasil-hasil belajar akan tampak
dalam keterampilan-keterampilan tertentu sebagai hasil latihan.
Belajar menurut Gagne (dalam Djamarah, 2008, hlm. 22) diartikan sebagai:
‘suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan dan tingkah laku.’ Gagne (dalam Slameto, 2010, hlm. 14)
14
14

mengemukakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari manusia dapat dibagi


menjadi 5 kategori yaitu:
a. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya
melempar bola, main tenis, mengemudi, dan sebagainya.
b. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar,
dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu ini perlu
inteligensi.
c. Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar menggunakan simbol-
simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang disebut “kemampuan
intelektual”, misalnya membedakan huruf m dan n, menyebut tanaman yang
sejenis.
d. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized
skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini
berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan
tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan
perbaikan-perbaikan secara terus menerus.
e. Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak
tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain
yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini
belajar tak akan berhasil dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, belajar merupakan suatu proses perubahan sikap


dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar, sedangkan
mengajar yaitu menciptakan sesuatu yang mampu merangsang siswa untuk
belajar. Hal ini dapat berupa proses transformasi pengetahuan dari guru kepada
siswa.Guru memang bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan,
dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Istilah belajar
mengajar atau kegiatan belajar mengajar hendaklah diartikan bahwa proses belajar
dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung mengajar atau pun
secara tidak langsung.

2. Pengertian Hasil Belajar


15
15

Menurut Rudiman (2008, hlm.700) bahwa “Hasil belajar adalah sebagai


tingkat penguasaan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukan oleh nilai tes atau kerangka nilai yang diberikan”. Pendapat
tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung yang tercermin dalam ciri-ciri
kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar ini diukur
dengan tes hasil belajar.
Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan intelektual, sikap maupun
keterampilan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar dibagi menjadi tiga domain
(ranah) yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom membagi masing-masing
ranah ke dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah Bloom’s
Taxonomy (Taksonomi Bloom). Bloom et al,. (dalam Sudjana, 1995, hlm. 20)
meumuskan klasifikasi belajar sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif dibagi ke dalam 6 tingkatan, antara lain:
1) Pengetahuan (Knowledge)
2) Pemahaman (Comprehension)
3) Aplikasi (Application)
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
b. Ranah Afektif
Ranah afektif dibagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain:
1) Penerimaan (Receiving/Attending)
2) Tanggapan (Responding)
3) Penghargaan (Valuing)
4) Pengorganisasian (Organization)
5) Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value oe
Value Complex)
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terbagi dalam 7 tingkatan, antara lain:
1) Persepsi (Perception)
2) Kesiapan (Set)
3) Respon Terpimpin (Guided Response)
4) Mekanisme (Mechanism)
5) Respon Kompleks (Complex Overt Response)
16
16

6) Penyesuaian (Adaptation)
7) Penciptaan (Origination)

Hasil belajar merupakan bentuk akhir yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan proses pembelajaran, hasil belajara ini berupa kemampuan intelektual
siswa yang terdiri dari beberapa ranah antara lain kognitif, afektif dan
psikomotor.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. (Surya,1979,
hlm. 27) menjelaskan mengenai keterlibatan berbagai faktor dalam pencapaian
hasil belajar sebagai berikut “…bahwa hasil belajar pada dasarnya merupakan
hasil interaksi individu dengan berbagai faktor yang dipengaruhi proses belajara
secara keseluruhan”.
Pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah (2006, hlm. 144) menyatakan bahwa:
“ Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor
yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari
luar individu siswa (eksternal factor)”. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berkut:
1. Faktor internal anak, meliputi:
a. Faktor psikis (jasamani). Kondisi umum jasmani yang menandai
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti
pelajaran.
b. Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar
siswa antara lain: (1) Intelegensi, (2) Sikap, (3) Bakat, (4) Minat, dan
(5) Motifasi.
2. Faktor eksternal anak, meliputi:
a. Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan
teman-teman sekelas.
b. Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana
sekolah/belajar, letak rumah tinggal keluarga, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan anak.
17
17

c. Faktor pendekatan belajar, yaitu cara mengajar guru, maupun metode,


model dan media yang digunakan
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut
sebagai hambatan/kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif.
Terkait dengan hal ini , Ihsan (2005, hlm. 19) menyebutkan 7 hambatan-hambatan
yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu:
1. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
2. Figur orang tua tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak.
3. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
4. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bias
menunjang belajar.
5. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau
tuntutan orang tua lebih tinggi.
6. Orang tua tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, dan
7. Orang tua tidak bias membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum terbagi
kedalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang ada dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada diluar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang dapat menghambat kegiatan
belajar yang dihadapi oleh siswa, menurut (Surya 1979, hlm. 330) adalah:
a. Faktor internal
1)Kurangnya kemampuan dasar (intelegensi) yang dimiliki siswa.
2)Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.
3)Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa motivasi yang
tinggi siswa akan banyak mengalami kesulitan.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan sekolah, seperti cara mengajar, sikap guru,
kurikulum atau materi pelajaran, perlengkapan belajar yang kurang,
cara evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang memadai,
situasi sosial di sekolah.
2) Situasi dalam sekolah yang kurang mendukung untuk belajar.
3) Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan siswa, seperti:
pengaruh negatif karena pergaulan, situasi masyarakat yang kurang
baik, gangguan kebudayaan.
18
18

Pernyataan diatas menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses


belajar mengajar saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung
dalam mempengaruhi perilaku belajar siswa. Hasil dari proses belajar itu
tercermin dalam bentuk hasil belajar. Faktor-faktor yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah faktor instrumental, yaitu faktor media pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar Kompetensi Perbaikan Sistem Rem.

D. Kompetensi Perbaikan Sistem Rem


Standar kompetensi perbaikan sistem rem adalah salah satu standar
kompetensi siswa kelas XI SMKN 8 Bandung yang membahas mengenai
pengertian sistem rem, prinsip kerja sistem rem, jenis-jenis sistem rem,
komponen-komponen sistem rem, cara kerja sistem rem dan perbaikan pada
sistem rem.
Standar kompetensi perbaikan sistem rem ini dirancang agar siswa yang
yang telah lulus kompetensi ini dapat mempunyai kemampuan untuk melakukan
perbaiikan sistem rem. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai siswa pada
standar kompetensi perbaikan sistem rem yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kompetensi Kejuruan

Standar Kompetensi Kompetensi dasar

1. Perbaikan Sistem Rem 1.1 Memelihara Sistem Rem dan


020.KK.12 Komponennya
1.2 Melakukan Overhoul Sistem Rem
1.3 Memperbaiki Sistem Rem dan
Komponennya

E. Kajian Materi Perbaikan Sistem Rem


1. Pengertian sistem rem
Rem adalah suatu sistem pada kendaraan yang berfungsi untuk
mengurangi kecepatan kendaraan dan menghentikan laju kendaraan. Sistem rem
ini sangat penting, karena memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu sebagai alat
keselamatan dan menjamin keamanan bagi penemudi dan penumpang dalam
19
19

berkendara. Sistem rem bekerja disebabkan oleh adanya gaya penekanan melawan
sistem gerak putar. Efek pengereman (braking effect) diperoleh dari adanya
gesekan yang timbul antara dua objek.
Agar kecepatan kendaraan yang sedang berjalan dapat dikurangi, dan
kemudian dapat dihentikan, perlu diberikan gaya perlambatan putaran ban. Ketika
pengemudi mengoperasikan pedal rem, peralatan rem menghasilkan kekuatan
(gaya lawan terhadap permukaan jalan) yang bekerja untuk menghentikan putaran
ban dan kekuatan (inertia) yang bekerja, untuk menyerap tenaga yang membuat
kendaraan itu berjalan, sehingga kendaraan dapat dihentikan. Tenaga putar dari
ban (energi kinetik) diubah menjadi gesekan panas (energi panas), dengan
mengoperasikan rem yang berfungsi untuk menghentikan putaran ban.
Kendaraan bukan hanya harus berhenti tapi juga harus berhenti sesuai
dengan kehendak pengemudi. Sebagai contoh, sistem rem harus dapat
menurunkan kecepatan kendaraan pada kecepatan yang diinginkan dari deselerasi
dan berhenti pada kondisi yang relatif stabil, pada jarak yang cukup singkat saat
pengereman darurat. Alat utama yang berperan pada fungsi perlambatan seperti
ini adalah sistem rem, termasuk di dalamnya adalah pedal rem, dan ban serta
komponen-komponen yang lainnya.
Adapun syarat rem yang baik adalah :
a. Dapat bekerja dengan baik dan cepat.
b. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama
atau gaya pengereman harus sebanding dengan beban yang diterima oleh
masing-masing roda.
c. Mempunyai daya tahan yang cukup.
d. Mudah disetel dan diperbaiki.
2. Prinsip kerja rem
Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan
(tidak dihubungkan) dengan pemindahan daya, kendaraan cenderung tetap
bergerak. Kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan
kecepatan gerak kendaraan hingga berhenti. Engine bekerja mengubah energi
panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk menggerakan kendaraan.
20
20

Sebaliknya, prinsip kerja rem adalah “mengubah energi kinetik kembali menjadi
energi panas untuk menghentikan kendaraan”.
Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan
penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (braking effect)
diperoleh dari adanya gesekan yang timbul antara dua objek yang memiliki arah
gaya yang berlawanan.

Gambar 2.3 Prinsip kerja sistem rem


(Sumber: Toyota, 1995, hlm. 5-54)
Pengereman pada roda dilakukan dengan cara menekan sepatu rem yang
tidak berputar terhadap tromol (brake drum) yang berputar bersama roda sehingga
menghasilkan gesekan. Tenaga gerak kendaraan akan dilawan oleh tenaga
gesek ini sehingga kendaraan dapat berhenti.
3. Tipe rem
Secara umum rem yang digunakan pada kendaraan digolongkan menjadi
beberapa tipe tergantung pada penggunaannya yaitu:
a. Rem Kaki (foot brake), dioperasikannya menggunakan kaki untuk
mengontrol kecepatan dan menghentikan kendaraan.
b. Rem Parkir (parking brake), digunakan terutama untuk memarkir
kendaraan.
c. Rem Tambahan (auxiliary brake), untuk membantu rem kaki,umumnya
digunakan pada kendaraan berat.
21
21

Gambar 2.4 Tipe Sistem Rem


(Sumber: Daihatsu Training Center, Sistem Rem)

1) Rem Kaki (foot brake)


Rem Kaki (foot brake) dikelompokan menjadi dua tipe: rem hidraulis
(hydraulic brake) dan rem pneumatik (pneumatic brake). Rem hidraulis memiliki
respon yang lebih cepat dibanding dengan tipe lainya, dan memiliki kontruksi
lebih sederhana. Rem hidraulis juga mempunyai kontruksi yang khusus dan
handal (superior design flexibility), dengan adanya keuntungan tersebut, rem
hidraulis banyak digunakan pada kendaraan penumpang dan truk ringan.
Sistem rem pneumatik termasuk kompresor atau sejenisnya yang
menghasilkan udara yang bertekanan, yang digunakan untuk menambah daya
pengereman. Tipe sistem ini banyak digunakan pada kendaraan berat seperti truk
dan bus. Cara kerja rem hidraulis sebagai berikut: rem hidraulis menekan
mekanisme rem dan menyalurkan tenaga rem ke tiap-tiap silinder rem, dan
mekanisme pengereman akan menimbulkan gaya pengereman.

Gambar 2.5 Cara kerja rem hidraulis


(Sumber: Toyota, 1995, hlm. 5-55)
Prinsip kerja rem hidraulis adalah menggunakan hukum paskal yaitu gaya
penampang dari fluida akan menghasilkan tekanan yang akan diteruskan ke segala
arah dengan sama besar. Daya penekanan pedal rem ditingkatkan menggunakan
booster rem, sehingga daya pengereman yang dihasilkan lebih besar.
22
22

2) Rem Parkir (parking brake)


Rem Parkir (parking brake) terutama digunakan untuk parkir
kendaraan.Mobil penumpang dan kendaraan niaga kecil mempunyai rem parkir
tipe roda belakang (rem kaki), atau rem parkir ekslusif yang dihubungkan dengan
roda-roda belakang.
Kendaraan niaga yang besar menggunakan rem parkir tipe center
brakeyang dipasang antara propeller saft dan transmisi. Sistem rem parkir terdiri
dari tuas rem, stik atau pedal, kabel atau mekanisme batang (rod) dan tromol rem
dan sepatu yang membangkitkan daya pengereman. Cara kerja rem parkir adalah
sebagai berikut: mekanisme kerja (operating mechanism) pada rem parkir pada
dasarnya sama, untuk tipe rem parkir belakang dan tipe center brake. Tuas rem
parkir ditempatkan berdekatan dengan tempat duduk pengemudi, dengan menarik
tuas rem parkir maka rem bekerja melalui kabel yang dihubungkan dengan tuas.
Terdapat beberapa tipe rem parkir seperti diperlihatkan pada gambar 2.6 berikut,
yang digunakan tergantung desain tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang
dikehendaki.

Gambar 2.6 Tipe rem tangan


(Sumber: Toyota, 1995, hlm. 5-86)
3) Rem Tambahan (auxiliary brake)
Rem tambahan adalah suatu alat bantu sistem rem dengan cara menutup
saluran gas buang oleh butterfly valve yang dipasang pada exhaust pipe dan
mengakibatkan putaran engine menjadi berkurang. Tujuan utama dari exhaust
brake adalah untuk kendaraan-kendaraan yang besar yang dioperasikan pada
daerah-daerah pegunungan atau jalan bebas hambatan.
Hal-hal berikut adalah gambaran penting tentang exhaust brake:
23
23

a. Bilamana suatu kendaraan menuruni turunan panjang, dengan


menggunakan exhaust brake mengurangi beban rem yang berlebihan.
b. Penggunaan exhaust brake memperpanjang masa pemakaian brake lining.
c. Penggunaan exhaust pada saat menuruni jalan menikung, pengemudi dapat
menggunakan gigi yang lebih tinggi untuk menghasilkan perlambatan
yang sama.
d. Penggunaan exhaust dapat meringankan kelelahan mengemudi.

Gambar 2.7 Exhaust brake


(Sumber: Toyota, 1995, hlm. 50)
Prinsip kerja rem tambahan yakni seperti terlihat pada gambar 2.7 exhaust
brake saat bekerja, menyebabkan piston pada langkah buang mengkompresikan
udara yang terjebak dalam exhaust manifold, menghasilkan kerja negatif sesuai
dengan area pada gambar, sehingga menahan engine. Menutup exhaust brake
valve dan exhause manifold menyebabkan tekanan udara dalam exhaust manifold
naik secara cepat. Akan tetapi, untuk mengontrol tekanan udara, valve akan
terbuka saat tekanan terus naik dan mengalahkan tenaga exhaust valve spring,
dengan exhaust valve terbuka, udara bertekanan dibiarkan ke udara luar melalui
pembukaan dari intake valve pada silinder pada saat langkah hisap sehingga
tekanan tidak melebihi 2,2 – 2,8 kg/cm².
Butterfly valve paling umum digunakan dalam sistem exhaust brake.
Kebocoran pada valve akan menyebabkan kerja yang tidak normal dari exhaust
brake. Bahkan jika exhaust manifold tertutup penuh, tekanan udara dalam exhaust
manifold tidak akan naik jika intake manifold tidak terbuka secara penuh.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan


24
24

Penelitian yang terdahulu dapat membantu mempermudah dalam


melakukan penelitian, dapat digunakan sebagai rujukan dan pedoman dalam
melakukan penelitian. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang dianggap
relevan dengan judul penelitian yang dilakukan.
1. Pengaruh Penggunaan Simulator Sebagai Media Pembelajaran untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Kompetensi
Sistem Starter
Penelitian tersebut merupakan Skripsi dari saudara Engkos di JPTM FPTK
UPI tahun 2013, yang meneliti tentang pengaruh penggunaan simulator
sebagai media pembelajaran. Studi kasus dilakukan pada peserta didik SMK
Vijaya Kusuma kelas XI TKR 2. Penelitian tersebut menggunakan metode
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus pada kelas XI TKR 2
SMK Vijaya Kusuma Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kompetensi
dasar identifikasi komponen sistem starter. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan aktivitas belajar peserta didik tergolong meningkat setelah
dilakukan pembelajaran pengunaan media simulator, aktivitas belajar pada
umumnya meningkat dari sedang ke tinggi. Hasil belajar peserta didik di lihat
dari rata-rata setiap siklus, pada siklus I 20% tuntas meningkat menjadi 64%
tuntas, pada siklus II 84% tuntas meningkat menjadi seluruhnya 100% tuntas.

2. Penggunaan Multimedia Presentasi Tipe Stand Alone untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa di SMK Merdeka Soreang.
Penelitian tersebut merupakan Skripsi dari saudara Yudi Adibrata di JPTM
FPTK UPI tahun 2013. Penelitian tersebut meneliti tentang peningkatan hasil
belajar siswa yang menggunakan multimedia presentasi tipe stand alone
dengan siswa yang belajar dengan media gambar pada kompetensi dasar
Memperbaiki Sistem Rem dan Komponennya. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuasi eksperimen semu dengan desain penelitian
nonequivalent control group design. Hasil penelitian menunjukan data N-
Gain dengan uji t didapat nilai thitung = 2,18, Sedangkan ttabel = 1,676 pada taraf
signifikansi 95% dan dk = 58, diperoleh hasil thitung > ttabel. Hasil penelitian
disimpulkan hipotesis alternatif (HA) diterima, artinya peningkatan hasil
25
25

belajar siswa yang menggunakan multimedia presentasi tipe stand alone lebih
baik daripada siswa yang menggunakan media gambar. Rata-rata peningkatan
penguasaan materi Kompetensi Dasar Memperbaiki Sistem Rem dan
Komponennya didapatkan N-Gain kelas yang menggunakan media gambar
sebesar 0.23, sedangkan N-Gain kelas yang menggunakan multimedia
presentasi tipe stand alone sebesar 0.32.
26
26

G. Kerangka Berfikir
Empiris:

1. Hasil belajar siswa rendah dalam Kompetensi Perbaikan Sistem Rem.


2. Siswa sulit memahami proses kerja sistem rem karena materi pelajaran disampaikan hanya
melaluii penuturan dan penunjukkan gambar.
3. Terjadi perbedaan persepsi siswa tentang materi Perbaikan Sistem Rem.
Teoritis:

1. Siswa memiliki penguasaan Kompetensi Perbaikan Sistem Rem.


2. Penggunaan media pembelajaran harus memiliki nilai keefektivan dalam mencapai tujuan

Raw Input : Instrumental Input : Environment Input :

Minat Media Pembelajaran Guru

Bakat

Media Pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre Test Pre Test

PBM Media Simulator Rem PBM Metode Konvensional

Post Test Post Test

N-Gain N-Gain

Umpan Balik

Hasil Belajar
Lingkup Penelitian

Lingkup Sekolah

Dibandingkan

Dilanjutkan
27
27

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002, hlm. 64) mengemukakan “Hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Rumusan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:

H 0 :μ 1 ≤ μ2 : Hasil belajar siswa pada kompetensi perbaikan sistem rem


dengan menggunakan media simulator sistem rem lebih rendah
atau sama dengan siswa yang menggunakan metode konvesional
(ceramah).

H a : μ1> μ 2 : Hasil belajar siswa pada kompetensi perbaikan sistem rem


dengan menggunakan media simulator sistem rem lebih besar dari
siswa yang menggunakan metode konvesional (ceramah).

Anda mungkin juga menyukai