Anda di halaman 1dari 4

1.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Berdasarkan survei data awal yang dilakukan di
Dinas Kesehatan Kota Padang, wilayah kerja puskesmas belimbing merupakan cakupan
imunisasi paling rendah dari 22 puskesmas yang ada di kota padang, yakni dari 792 jumlah
bayi yang diimunisasi mendapatkan 66,6 persentase (DKK, 2015). Berdasarkan data
tersebut dapat dilihat bahwa Puskesmas Belimbing merupakan desa dengan cakupan
imunisasi paling rendah pada tahun 2015 dengan cakupan masing-masing jenis imunisasi
sebagai berikut DPTHB1 (77,4%), DPT-HB2 (78,6%), DPT-HB3 (78,0%), polio4 (73,3%),
dan campak (71,2%). Berdasarkan data tersebut cakupan imunisasi pada umumnya belum
memenuhi target ≥ 80% yaitu DPT-HB, polio dan campak (DKKPadang,2015). Maka dari itu
peneliti tertarik untuk meneliti faktor factor apa yang berhubungan dengan kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja puskesmas belimbing tahun 2017. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti tertarik mengambil judul “ Analisis Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di Wilayah kerja Puskesmas Belimbing tahun
2017. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka adapun
rumusan masalahnya adalah bagaimana analisis faktor faktor yang berhubungan dengan
Imunisasi dasar lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing tahun 2017.
2. 6. 6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan
dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja puskesmas Belimbing Padang.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi umur, pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan, sikap, dukungan Keluarga, pelayanan imunisasi, informasi Imunisasi dan
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja puskesmas belimbing tahun 2017 2.
Diketahuinya hubungan umur terhadap imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja
puskesmas belimbing tahun 2017. 3. Diketahuinya hubungan pendidikan terhadap imunisasi
dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja puskesmas belimbing tahun 2017. 4. Diketahuinya
hubungan pengetahuan terhadap imunisasi dasar lengkap pada pada bayi di wilayah kerja
puskesmas belimbing tahun 2017. 5. Diketahuinya hubungan frekuensi pekerjaan terhadap
imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja puskesmas belimbing tahun 2017. 6.
Diketahuinya hubungan frekuensi sikap terhadap imunisasi dasar lengkap pada pada bayi di
wilayah kerja puskesmas belimbing tahun 2017. 7. Diketahuinya hubungan dukungan
dukungan keluarga terhadap imunisasi dasar lengkap pada pada bayi di wilayah kerja
puskesmas belimbing tahun 2017.
3. 7. 7 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8. Diketahuinya hubungan tingkat pelayanan
imunisasi terhadap imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja puskesmas belimbing
tahun 2017. 1.3.3 Tujuan Khusus Kualitatif Diketahuinya informasi mendalam upaya
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja puskesmas belimbing tahun 2017. 1.4
Manfaat Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Untuk Bidang Keilmuan a. Memberi
sumbangan ilmu pengetahuan tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan pada ibu
yang mempunyai bayi ≤ 2 tahun dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap b. Menambah
referensi untuk penulisan dan penelitian berlanjut yang berkaitan dengan analisis faktor-
faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap 1.4.2 Untuk Aplikasi
di Lapangan a. Dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang lebih dominan yang
berhubungan pada pelaksanaan imunisasi dasar lengkap b. Memberikan masukan kepada
pemerintah daerah terkait dengan faktor pendukung dalam pelaksanaan imunisasi dasar
lengkap
4. 8. 8 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam
penelitian ini adalah : 1. Adanya hubungan umur ibu bayi dengan pelaksanaan imunisasi
dasar lengkap pada bayi tahun 2017 2. Adanya hubungan pendidikan ibu bayi dengan
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2017 3. Adanya hubungan
pengetahuan ibu bayi dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2017
4. Adanya hubungan pekerjaan ibu bayi dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada
bayi tahun 2017. 5. Adanya hubungan sikap dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap
pada bayi tahun 2017 6. Adanya hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan
imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2017 7. Adanya hubungan agama dengan
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2017 8. Adanya hubungan budaya
dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2017 9. Adanya hubungan
Informasi Imunisasi dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2017
5. 9. 9 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi
2.1.1 Definisi Imunisasi Imunisasi adalah usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif
seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukin vaksin dalam tubuh bayi atau anak
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian
imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Kemenkes
2017), yang dimaksud dengan imunisasi dasar menurut Ranuh dkk adalah pemberian
imunisasi BCG (1x), Hepatitis B (3x), DPT (3x), Polio (4x) dan campak (1x) sebelum bayi
berusia 1 tahun (Lisnawati, 2014). Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan
kekebalan kepada anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Mahayu, 2014). Imunisasi merupakan suatu
program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi
keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh
mempunyai suatu system memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka
akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan system memoi akan
menyimpanya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali
oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak
walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya
(Proverawati, AP. Andhini, CSD, 2010)
6. 10. 10 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.1.2 Tujuan Imunisasi Program imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara
umum tujuan imunisasi adalah : 1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit
tertentu 2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular 3. Imunisasi menurunkan
angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas ( angka kematian) pada balita
(Proverawati, AP. Andhini, CSD, 2010). 2.1.3 Manfaat Imunisasi Manfaat imunisasi bagi
anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga
adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila
anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari
beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik dan kakak dan teman
teman disekitarnya. dan manfaat untuk Negara adalah untuk memperbaiki tingkat
kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
Negara (Proverawati, AP. Andhini, CSD, 2010). 2.1.4 Prinsip – prinsip Imunisasi Imunitas
atau kekebalan, dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut
menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah apabila tubuh anak tidak
bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja (Hidayat, 2008).
7. 11. 11 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya : imunisasi polio atau
campak. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung : a Kuman-kuman
mati (misalnya : vaksin cholera – typhoid / typhus abdomi nalis – paratyphus ABC, vaksin
vertusis batuk rejan). b Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya : vaksin BCG terhadap
tuberkulosis) c Virus-virus hidup diperlemah (misalnya : bibit cacar, vaksin poliomyelitis). d
Toxoid ( toksin, racun dari pada kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus)
(Hidayat, 2008). Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per-oral melalui mulut. maka
pada pemberin vaksin tersebut tubuh akan membuat zat-zat anti terhadap penyakit yang
bersangkutan, oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zatzat dapat diukur dengan
pemeriksaan darah, dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut.
Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi. Untuk itu dalam imunisasi
aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat
8. 12. 12 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas berupa poli sakarida, toxoid, atau virus
yang dilemahkan atau bakteriyang dimatikan. b Pelarut dapat berupa air steril atau berupa
cairan kultur jaringan. c Preservatif, stabiliser, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen. d Adjuvans yang terdiri atas garam
aluminium yang berfungsi untuk imunogenitas antigen (Hidayat, 2008). Keuntungan
imunisasi aktif yaitu Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup, Murah
dan efektif, Tidak berbahaya, Reaksi yang serius jarang terjadi (Hidayat, 2008). 2. Imunisasi
Pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal
dari plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang
(bias ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Neonatorum) pada
orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta
selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak (Proverawati, AP. Andhini,
CSD, 2010)
9. 13. 13 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2.1.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Tabel
2.1 Program Pengembangan Imunisasi (PPI diwajibkan) rekomendasi IDAI periode 2004
Vaksin Umur pemberian Imunisasi Bulan Tahun Lahir1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan) BCG Hepatitis B 1 2 3 Polio 0 1 2 3 4 5
DPT 1 2 3 4 5 6 DT atau TT Campak 1 2 (Mahayu, P. 2014) Tabel 2.2 Jadwal Pemberian
dan Ulangan Imunisasi Vaksinasi Jadwal pemberian usia Ulangan/Booster Imunisasi untuk
melawan BCG Waktu Lahir - Tuberkulosis Hepatitis B Waktu Lahir-1 dosis 1 bulan-1dosis 6
bulan-3dosis 1 tahunpada bayi yang lahir dari ibu denganhepatitis B Hepatitis B DPT dan
Polio 3 bulan-dosis 1 4 bulan-dosis 2 5 bulan-dosis 3 18 bulan-booster 6 tahun-booster2 12
tahun-booster3 Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio. Campak 9 bulan - Campak
(Proverawati, AP. Andhini, CSD, 2010). 2.1.6 Jenis – jenis Imunisasi Dasar Imunisasi dasar
adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak
sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
10. 14. 14 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1. Imunisasi BCG (Bacillus Celmette
Guerin) a. Pengertian Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat
menular (Proverawati, AP. Andhini, CSD, 2010). b. Pemberian Imunisasi Frekuensi
pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang (boster). Sebab, vaksin
BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan
vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan (Maryunani, 2010). c. Usia
Pemberian Imunisasi Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2
bulan. Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin)
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium
Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada penderita
TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir bayi di
imunisasi BCG (Maryunani, 2010). d. Cara Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi BCG
dilakukan secara Intra Cutan (IC) dengan dosis 0.05 cc menggunakan jarum pendek yang
sangat halus (10 mm,ukuran 26).Sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur
12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan trlihat apabila
diberikan
11. 15. 15 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menjelang umur 2 bulan. BCG dilakukan
dilengan kanan atas atau paha kanan atas.(Depkes RI,2005) e. Tanda Keberhasilan
Imunisasi Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan
setelah satu atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini
akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jikapun indurasi (benjolan) tidak
timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah,
mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk
kedalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja
dalam kadar rendah. Imunsasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemi TB, infeksi
alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain akan mendapat vaksinasi alamiah (Maryunani,
2010). f. Efek Samping Imunisasi Biasanya setelah suntikan BCG setelah 2 minggu akan
terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm akan
sembuh sendiri denagan meninggalkan jaringan parut dengan garis tengah 3-7 mm
(Atikah,2009) g. Kontra Indikasi Imunisasi a) Seorang anak menderita penyakit kulit yang
berat atau menahun ,seperti eksim,furunkolis,dan sebagainya. b) Imunisasi tidak boleh di
berikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC (Atikah,2009).
12. 16. 16 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2. Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis,
tetanus) a. Pengertian Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini a) Penyakit difteri, yaitu
radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokan tersumbat
dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. b) Penyakit
pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari.
Karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu
batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan
muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas. c)
Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci /
terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka (Maryunani, 2010). Pemberian
Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering
dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2
kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun,
diberikan imunisasi TT (Maryunani, 2010). b. Cara Pemberian Imunisasi
17. 

Anda mungkin juga menyukai