SML Tugas Uas Andia Citra K. 75%

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
Abstrak..................................................................................................................................................2
BAB IPENDAHULUAN.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
A. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
B. TujuanPenelitian........................................................................................................................4
BAB IIMETODE PENELITIAN...........................................................................................................5
A. Metodologi Penelitian................................................................................................................5
1. PendekatanPenelitian.............................................................................................................5
2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................................5
3. TeknikPengumpulan Data......................................................................................................5
B. Landasan Teori..........................................................................................................................6
1. Definisi Sampah.....................................................................................................................6
2. Jenis –jenis Sampah...............................................................................................................6
BAB III HASILDANPEMBAHASAAN...............................................................................................7
A. SampahRumah Tangga..............................................................................................................7
B. Faktor – Faktor Terjadinya Peningkatan SampahRumah Tangga..............................................7
C. Penanganan Peningkatan SampahRumah Tangga......................................................................8
BAB IVPENUTUP..............................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................................11

1
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mendapatkan informasi mengenai
kondisi tingkat polusi udara DKI Jakarta sebelum dan saat adanya dampak wabah virus
Covid-19. Pelaksanaan penelitian dilakukan di lingkungan sekitar DKI Jakarta melalui
pengamatan dan wawancara secara online dengan masyarakat di DKI Jakarta mengenai
kondisi udara sebelum dan saat adanya dampak wabah virus Covid-19. Penelitian
menggunakan metode studi kasus eksplorasi dan pendekatan penelitian menggunakan studi
kasus kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan informasi tingkat polusi udara sebelum
dan saat adanya dampak wabah virus Covid-19. Dalam penelitian ini, responden sebanyak 6
orang masyarakat. Untuk tujuan kerahasian responden diberikan inisial N1, N2, N3 dan
seterusnya. Wawancara semi terstruktur dilakukan dan daftar pertanyaan disusun untuk
wawancara terkait. Responden pada penelitian ini adalah masyarakat DKI Jakarta. Hasil dari
penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa kondisi polusi udara sebelum dan saat adanya
wabah virus Covid-19 sangat berbeda, kondisi sebelum adanya wabah virus Covid-19
menunjukkan tingkat polusi udara yang sangat tinggi di DKI Jakarta sedangkan saat adanya
wabah virus Covid-19 kondisi polusi udara di DKI Jakarta menurun dengan signifikan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak kemunculan wabah pandemi Covid-19, kebijakan pembatasan sosial berskala
besar atau social distancing mendorong aktivitas manusia dilakukan dengan jarak jauh.
Pembatasan sosial membuat segala aktivitas manusia hanya dilakukan di rumah atau
sekitar rumah saja yang berujung pada penurunan aktivitas atau mobilitas manusia dalam
penggunaan transportasi kendaraan berkurang. Berbagai jalan protokol yang biasanya
ramai dan macet, pusat pemerintahan dan pusat bisnis di ibukota negara ini terlihat sepi
dan lengang. Hal tersebut membuat langit di DKI Jakarta terlihat lebih bersih dan biru,
kebijakan pembatasan sosial ternyata berhasil membuat udara di ibukota menjadi bersih.
Pelonggaran di kala masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi sudah
mulai membuat aktivitas manusia berjalan menuju normal baru dan mobilitas penggunaan
transportasi kendaraan mulai kembali normal. Kondisi tersebut membuat kembali langit
DKI Jakarta yang berwarna keabuan tertutup kabut karena polusi udara yang mayoritas
disebabkan oleh emisi dari asap kendaraan.

Kota metropolitan seperti DKI Jakarta, sangat sulit bagi warganya untuk menghirup
udara yang bersih dan segar, bahkan di pagi hari. Hal ini dapat terjadi karena udara di DKI
Jakarta sudah tercemar. Tingkat pencemaran di Ibukota sudah pada tingkat yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian United Nation Environment Programme 1996, pencemaran
udara di Jakarta sudah menempati urutan ketiga terburuk di dunia setelah Mexico City dan
Bangkok. Berdasarkan data dari hasil pemantauan Kementrian Lingkungan Hidup melalui
Air Quality Monitoring Station (AQMS), kualitas udara di Jakarta menunjukkan
kecenderungan semakin menurun dari tahun ke tahun. Selama tahun 2001 kualitas udara
kategori baik di Jakarta hanya 75 hari. Pada 2002 angka itu menurun menjadi 22 hari dan
pada 2003 sebanyak 26 hari. Sementara pada 2004 masyarakat Jakarta hanya menikmati
udara dengan kategori baik selama 18 hari dalam kurun waktu satu tahun berdasarkan hasil
pemantauan alat monitoring udara.
A. RumusanMasalah

1. Apa definisi polusi/pencemaran udara?


2. Apa saja dampak terjadinya pencemaran udara?
3. Faktor – faktor terjadinya peningkatan pencemaran udara di DKI Jakarta?
4. Bagaimana existing pencemaran udara akibat kendaraan transportasi?
5. Bagaimana upaya dan solusi dalam menekan tingkat pencemaran/polusi udara
di DKI Jakarta?
B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mendapatkan


informasi mengenai kondisi tingkat polusi udara DKI Jakarta sebelum dan saat
adanya dampak wabah virus Covid-19. Untuk mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan polusi udara di DKI Jakarta.
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di lingkungan sekitar DKI Jakarta
melalui pengamatan dan wawancara secara online dengan masyarakat di DKI
Jakarta mengenai kondisi udara sebelum dan saat adanya dampak wabah virus
Covid-19. Penelitian menggunakan metode studi kasus eksplorasi dan pendekatan
penelitian menggunakan studi kasus kualitatif yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tingkat polusi udara sebelum dan saat adanya dampak
wabah virus Covid-19. Dalam penelitian ini, responden sebanyak 6 orang
masyarakat. Untuk tujuan kerahasian responden diberikan inisial N1, N2, N3 dan
seterusnya. Wawancara semi terstruktur dilakukan dan daftar pertanyaan disusun
untuk wawancara terkait. Responden pada penelitian ini adalah masyarakat DKI
Jakarta.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di salah satu daerah pemukiman penduduk DKI
Jakarta dengan melakukan wawancara secara online.
3. Teknik PengumpulanData
Teknik pengumpulan data dilakukan sebagai penunjang data yang akan
digunakan saat proses pembahasan masalah. Teknik yang digunakan yaitu
( observasi pengamatan studi kasus , wawancara, dan pengolahan data )

Observasisi Wawancara Pengolahan Data


B. Landasan Teori

1. Definisi Pencemaran Udara

Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era
modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat
industri, serta berkembangnya transportasi maka, kualitas udara pun mengalami
perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara atau sebagai berubahnya
salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar
(berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu
untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia,
hewan dan tanaman (BPLH DKI Jakarta, 2013).
Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan
oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran
hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas. Menurut
Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.

2. Faktor-Faktor Pencemaran Udara

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh
industri, alat transportasi, power plant, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Di
antara sumber polutan tersebut kendaraan bermotor merupakan sumber polutan
terbesar, dimana pada kota besar 98 % polutan udara berasal dari kendaraan bermotor.
Penyumbang pencemaran udara terbesar di DKI Jakarta adalah kendaraan bermotor.
Jumlah kendaraan di Jakarta dari tahun ke tahun semakin meningkat. Akibatnya ruas
jalan di Jakarta semakin padat dan menimbulkan kemacetan yang parah.
Kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat-zat pencemar udara menimbulkan
dampak terhadap lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan
lapisan ozon stratosfer, dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan dari
knalpot kendaraan bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan Pb (dari
bahan bakar yang mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian terdahulu seperti The
Study on the Integrated Air Quality Management for Jakarta Area (JICA, 1997) dan
Integrated Vehicle Emission Reduction Strategy for Greater Jakarta (ADB, 2002)
menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pencemaran udara perkotaan. Nugroho (2005) menyebutkan sumber
pencemaran udara dengan istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
terjadi secara alamiah. Sedangkan faktor eksternal merupakan pencemaran udara yang
diakibatkan ulah manusia. Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:
1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor
2. Sumber tidak bergerak, seperti Sumber titik, contoh: cerobong
Sumber area, contoh: pembakaran wilayah terbuka

3. Dampak Pencemaran Udara


Pencemaran udara yang tergolong tinggi ini dapat memberikan beberapa efek buruk
bagi kesehatan manusia, antara lain dapat menyebabkan gangguan jantung, gangguan
pernapasan seperti asma, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan yang lebih
parah lagi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker paru-paru. Selain itu dapat
menurunkan tingkat kecerdasan (IQ) dan perkembangan mental khususnya emosi pada
anak-anak balita.
Sebagian besar kendaraan bermotor di kota-kota besar masih menggunakan bahan
bakar fosil seperti hidrogen (H) dan karbon (C). Hasil pembakarannya memunculkan
senyawa Hidro Karbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2) juga
NOx. Namun akibat menghemat, banyak kendaraan yang masih menggunakan solar
sebagai bahan bakar. Solar menghasilkan senyawa berbahaya, timbel atau plumbum
(Pb). Polutan inilah yang menjadi pemicu gangguan fungsi otak yang utama. CO lebih
menyerang ke anak- anak dan orang dewasa secara langsung, yakni menyebabkan
kepala pusing, pandangan menjadi kabur, bahkan bisa pingsan dan kehilangan
koordinasi saraf. Di luar ancaman penurunan tingkat kecerdasan, polusi udara juga
memicu bronkitis, pneumonia, asma serta gangguan fungsi paru.
Dari penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) DKI
Jakarta pada tahun 2001 menyebutkan bahwa para ibu dalam masa menyusui di
pinggiran kota Jakarta mengalami dampak dari polutan tersebut yaitu memiliki
kandungan air susu ibu (ASI) yang terkontaminasi timbal (Pb) sebesar 10-30 ug per
kilogram ASI. Kadar ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di
pedesaan, yakni hanya satu sampai dua ug per kilogram ASI. Hal ini tentu saja sangat
mengkhawatirkan masyarakat kota-kota besar seperti di DKI Jakarta.
Pencemaran udara menimbulkan kerugian berantai. Berdasarkan kajian yang
dilakukan oleh Asean Development Bank (ADB) pada tahun 2002 masyarakat kota
Jakarta harus menanggung kerugian sekitar US$ 180 juta setiap tahun akibat
pencemaran udara. Biaya tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam
kurun waktu 10 tahun mendatang. Kerugian tersebut terjadi karena masyarakat Jakarta
mengalami gangguan kesehatan sehingga akan kehilangan pendapatannya karena sakit.
Untuk itu sangat penting untuk mengelola udara bersih agar dampak dari pencemaran
udara tersebut dapat dicegah maupun ditanggulangi.
Pencemaran udara pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
adalah kualitas bahan bakar minyak (fosil), emisi kendaraan bermotor, sistem
transportasi dan manajemen lalu lintas yang tidak efektif, dan emisi industri 12.
Pencemaran udara di Jakarta mayoritas disumbangkan dari sektor transportasi atau
emisi kendaraan bermotor yaitu sebesar 70% dan sisanya disumbangkan dari sektor
industri dan rumah tangga.
Sektor transportasi menjadi penyumbang polutan terbesar di Jakarta karena
peningkatan pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi. Hal tersebut diperparah
dengan sistem transportasi makro Jakarta yang tidak baik. Fenomena kemacetan di
hampir semua jalan utama di DKI Jakarta dapat dijadikan indikasi bahwa sistem
transportasi kota Jakarta tidak efektif. Kemacetan menyebabkan kerugian material,
sosial bahkan kerugian kesehatan bagi masyarakat DKI Jakarta. Data yang diperoleh
menyebutkan bahwa kerugian ekonomi akibat kemacetan (pengoperasian kendaraan
dan waktu tempuh) mencapai Rp. 5,5 trilyun per tahun dan diperkirakan mencapai Rp.
65 trilyun pada tahun 2020 (SITRAMP, 2004).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Polusi/Pencemaran Udara DKI Jakarta Sebelum dan Saat Covid-19

Setelah dilakukan observasi dan wawancara online kepada sekitar masyarakat di


DKI Jakarta didapattkan hasil analisis bahwa kondisi sebelum dan saat adanya wabah
pandemic Covid-19 terhadap kondisi udara dan langit di DKI Jakarta nyata mereka
rasakan dengan melihat kondisi langit yang tidak ditutupi kabut keabuan dan langit
biru terlihat jelas.
Merujuk pada data situs Air Quality Indeks (AQI) pada kamis 26 Maret 2020
pagi, kualitas udara DKI Jakarta masuk dalam kategori sedang. Berdasarkan situs Air
Quality Indeks pukul 08.00 WIB kualitas udara menyentuh angka 82. Pada sore hari
yakni pukul 15.30 WIB, kualitas udara beradapada angka 62 dengan PM 2.5 sebesar
17.5 mg/m3. Jika sebelum adanya wabah pandemic Covid-19 pada 22 November
2019 indeks kualitas udara DKI Jakarta mencapai 157, berada sebagai peringkat 11
kota dengan kualitas udara terburuk diantara kota besar lainnya dunia. DKI Jakarta
bahkan pernah muncul sebagai urutan 1 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia
pada 29 Juli 2019.

Gambar diatas menunjukkan perbandingan suasana gedung bertingkat tersamar kabut


polusi udara sebelum adanya pandemi Covid-19 (kiri) dan saat pandemic Covid-19 di
Jakarta pada Selasa 19 Mei 2020. Berdasarkan data Air Quality Index (AQI) pada
Selasa 19 Mei 2020 tingkat polusi udara DKI Jakarta berada pada angka 67 dengan
parameter konsentrasi PM 2.5 sebesar 19.7 g/m3 menunjukkan bahwa kualitas udara
DKI Jakarta termasuk dalam kategori sedang. Kepala Sub Bidang Produksi Informasi
Iklim dan Kualitas Udara BMKG menjelaskan pemberlakuan PSBB dan WFH telah
menurunkan rata-rata konsentrasi karbondioksida (CO2) sekitar 47 ppm atau turun
9,8% dibandingkan tahun 2019.
Berdasarkan satelit yang membidik estimasi komponen polutan hingga
ketinggian atmosfer tertentu (ketinggian lapisan troposfera) dapat dilihat ada dampak
perubahan pengurangan partikel NO2 (Nitrogen Dioxide) yang cukup signifikan selama
kebijakan PSBB dan Work From Home.

Data BMKG menunjukkan pengurangan NO2 mencapai 2x1015/cm2 molekul per


sentimeter persegi. Tetapi bukan berarti pengurangan kadar NO2 atmosfer bebas dari
polusi udara. Sumber utama gas NO2 pada atmosfer adalah gas buang kendaraan di
jalan, panas dari pabrik, pembangkit tenaga listrik dan proses industri.
B. Faktor – Faktor Terjadinya Polusi Udara DKI Jakarta

Polusi/Pencemaran udara disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara


lain oleh industri, alat transportasi, power plant, aktivitas rumah tangga dan
perkantoran. Faktor terbesar terjadinya polusi udara adalah pada kendaraan.
Sektor transportasi menjadi penyumbang polutan terbesar di Jakarta karena
peningkatan pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi. Hal tersebut
diperparah dengan sistem transportasi makro Jakarta yang tidak baik. Fenomena
kemacetan di hampir semua jalan utama di DKI Jakarta dapat dijadikan indikasi
bahwa sistem transportasi kota Jakarta tidak efektif. Kemacetan menyebabkan
kerugian material, sosial bahkan kerugian kesehatan bagi masyarakat DKI
Jakarta. Data yang diperoleh menyebutkan bahwa kerugian ekonomi akibat
kemacetan (pengoperasian kendaraan dan waktu tempuh) mencapai Rp. 5,5
trilyun per tahun dan diperkirakan mencapai Rp. 65 trilyun pada tahun 2020
(SITRAMP, 2004).
Survei Arterial Road System Development Study (ARSDS) pada tahun
1985 mencatat, sebanyak 13 juta perjalanan atau trip dilakukan warga DKI
Jakarta setiap hari, dan survei Study on Integrated Transportation Master Plan
(SITRAMP) Fase 2 pada tahun 200213 mencatat peningkatan sekitar 30 persen,
yakni menjadi sekitar 17 juta trip, belum termasuk trip yang dilakukan para
penglaju dari luar DKI Jakarta. Peningkatan jumlah perjalanan ini lebih besar
daripada peningkatan penduduk DKI Jakarta yang hanya sekitar 15% selama
kurun waktu tersebut. Jumlah kendaraan pribadi yang lebih banyak dibanding
kendaraan umum memperparah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta.
Perbandingan jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum adalah 98%
kendaraan pribadi dan 2% kendaraan umum. Padahal jumlah penumpang yang
diangkut 2% kendaraan umum lebih banyak daripada jumlah penumpang yang
diangkut oleh 98% kendaraan pribadi. Dari total 17 juta orang yang melakukan
perjalanan setiap hari, kendaraan pribadi hanya mengangkut sekitar 49,7%
penumpang. Sedangkan 2% kendaraan umum harus mengangkut sekitar 50,3%
penumpang.
Penelitian yang pernah dilakukan Japan International Corporation
Agency (JICA) dan The Institute for Transportaion and Development Policy
(ITDP) menunjukkan bahwa jika tidak ada pembenahan sistem transportasi
umum, maka sistem lalu lintas DKI Jakarta akan mati pada tahun 2014.
Perkiraan kematian sistem lalu lintas di DKI Jakarta pada tahun 2014 itu
didasarkan pada pertumbuhan kendaraan di DKI Jakarta yang rata-rata per tahun
mencapai 11%, sedangkan pertumbuhan panjang jalan tak mencapai 1% padahal
setiap hari ada 138 pengajuan STNK baru yang berarti di setiap harinya Jakarta
membutuhkan penambahan jalan sepanjang 800 meter 14. Fakta ini tentu saja
berkorelasi dengan tingkat pencemaran udara yang terjadi di DKI Jakarta.
Apabila masalah kemacetan dan pertumbuhan kendaraan bermotor yang sangat
tinggi tidak segera ditangani maka pencemaran udara yang parah dan berbahaya
akan mengancam setiap warga ibukota Jakarta.
C. Penanganan Polusi/Pencemaran Udara DKI Jakarta

D. DataPerbandinganjumlahsampahSebelumdanPuncakSaatterjadiCovid-19

BULAN JANUARI– FEBRUARI MARET – APRIL


(Perhari) (Perhari)
RUMAH PENDUDUK
A 1 tong sampah 1 ½ tong sampah
B 2 tong sampah 4 tong sampah
C 1 tong sampah 2 tong sampah
D 1 ½ tong sampah 1 tong sampah
E ½ tong sampah 1 tong sampah
F 1 tong sampah ½ tong sampah
Perbandingan Jumlah Sampah

JUMLAH TONG SAMPAH


Sebelum dan Saat COVID-19

5
4
4
3
2 2
2 1,5 1,5
1 1 1 1 1
1 0,5 0,5
0

AB C D E F
RUMAH PENDUDUK

januari-februarimaret-april

Hasil dari data perbandingan dan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa
adanya peningkatan jumlah sampah rumah tangga saat masa pandemik Covid-19
ada pula yang mengalami penurunan jumlah sampah rumah tangga.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dampak dari Covid-19 tidak hanya dari segi
kesehatan dan ekonomi tetapi berdampak pula pada lingkungan terutama pada
kualitas udara. Salah satunya penurunan yang signifikan pada tingkat polusi udara di
DKI Jakarta selama masa pandemi Covid-19 karena pemberlakuan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) dan Work From Home (WFH). Hal tersebut memberikan
dampak yang baik bagi lingkungan. Dapat dilihat bahwa faktor terbesar tingginya
tingkat polusi udara di DKI Jakarta dikarenakan emisi dari gas kendaraan serta
aktivitas industri dan perkantoran.
B. Saran
Merujuk dari hal tersebut wabah pandemic di sisi lain memberikan dampak
yang negative terhadap kesehatan manusia di sisi lain ada hal sebagai pemulihan
lingkungan bumi menjadi lebih baik. Namun hal tersebut hanya bersifat sementara
karena pemberlakuan PSBB dan WFH sudah mulai tidak diberlakukan kembali. Maka
dari itu agar polusi udara di DKI Jakarta tidak kembali memburuk mari kita untuk
menjaga lingkungan dan menjaga kualitas udara menjadi lebih baik yang dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan kita alangkah baiknya mari kita gunakan
kendaraan umum dan mengurangi mobilitas dengan kendaraan pribadi. Menghemat
segala bentuk penggunaan energi di alam. Menjaga lingkungan sekitar menjadi lebih
asri dengan menanam pohon.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan pemerintah UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup : Indonesia
Peraturan Pemerintah (PP) No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga : Indonesia
Rsmon,Agus. 2015. Karakteristik Penanganan Sampah Rumah Tangga di Kota
Bengkulu. Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Alimah, N.T.F. 2007. Perilaku Kolektif Komunitas Kampung Banjarsari dalam
Pengelolaan Sampah Domestik Perkotaan Berbasis Masyarakat. Skripsi. Program studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Avianto, N. 2005. Estimasi Nilai Ekonomi Lingkungan Pemukiman Mahasiswa IPB:
Perspektif Regresi Hedonis. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Depkes. 1987. “Pembuangan Sampah”. www.Galamedia.com.
Hadi, S. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pedagang dalam
Peneglolaan Sampah Pasar. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Hermawati, R. 2006. Pola Spasial Perkembangan Permukiman dan Kaitannya dengan
Jumlah Penduduk. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Sitohang, L. 2008. Analisis Finansial Proyek Usaha Pengelolaan Sampah Kota Bogor
Berbasis Komunitas. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Bogor.
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan Idayu
Sastrawijaya, A. Tresna. 2002. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sucipto, Cecep Dani. 2012. Teknologi Pengelolaan Daur Ulang. Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Candra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta :EGC
Fatimah, S.A. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pengelolaan Sampah menjadi
PembangkitListrikTenagaSampah(PLTSa)diKotaBogor.Skripsi.ProgramSarjanaEkstensi
Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Hastono, S.P. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai