Anda di halaman 1dari 11

Vol.5 No.

2, Oktober 2019 (1-11)

JURNAL KEOLAHRAGAAN
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/JKP/index

Tingkat Kebugaran Jasmani Lansia Dikaji Berdasarkan


Tingkat Partisipasi dan Gender
Ricky Malik Hambali1, Nurlan Kusmaedi1, Jajat1,2
1
Program Studi Ilmu Keolahragaan, Universitas Pendidikan Indonesia
2
Program Studi Pendidikan Jasmani, Universitas Galuh
e-mail: rikimalik9@gmail.com
diusulkan Juni 2019; diterima Juli 2019; dipublikasikan Oktober 2019

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji tingkat kebugaran jasmani lansia dikaji berdasarkan partisipasi
dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan kausal komparatif. Sampel yang digunakan yaitu lanjut usia
> 60 thn sebanyak 40 orang (L=29, P=11) yang diambil menggunakan metode total sampling. Instrumen
yang digunakan yaitu kehadiran partisipasi latihan (sering, cukup, kurang) dan 6 komponen tes kebugaran
jasmani lansia Senior Fitness Test. One-way anova digunakan untuk analisis berdasarkan tingkat partisipasi,
dan independent sample t-test digunakan untuk analisis berdasarkan gender. Hasil penelitian menunjukkan
tidak ada perbedaan kebugaran jasmani berdasarkan tingkat partisipasi dan gender (p > 0,05). Perlu adanya
kajian lebih lanjut terkait dengan hasil penelitian ini.

Keywords: Kebugaran jasmani, lansia, partisipasi, gender, fitness test.

PENDAHULUAN secara perlahan akan mengalami penurunan dari


Lanjut usia (lansia) merupakan tahapan berbagai aspek fungsi dan kerja organ atau
seseorang yang akan atau telah melebihi usia 60 penuaan yang rentang diserang penyakit. Hasil
tahun. Survei data di Indonesia, terdapat sekitar penelitian Komnas pada Lansia pada tahun
4,6% atau sebanyak 10 juta orang lebih yang 2008 bahwa sekitar 10 propinsi, didapati
berusia di atas 65 tahun (Priana, Emosional, & penyakit yang diderita lansia terbanyak ialah
Chi, n.d.). Laju pertumbuhan lansia tersebut 52,3% daerah sendi, 38,8% hipertensi, 30,7%
akan semakin tinggi maka sekitar tahun 2025 anemia dan 23% pada katarak (Dewi et al.,
Indonesia diperkirakan menempati posisi ke-5 2017). Pada umumnya di negara berkembang
sebagai negara berpenduduk dengan jumlah banyak orang yang tidak memanfaatkan sarana
lansia terbanyak (Dewi, Kusnanto, & berolahraga tersebut dengan menjaga
Pramantara, 2017). Usia harapan hidup lansia kebugaran yang baik (Eime et al., 2014).
yang terus memuncak maka harus berbanding Lansia pasti akan mengalami penurunan
lurus dengan kualitas kesehatan yang baik yang fungsi dan kinerja organ atau bisa juga disebut
harus dimiliki, karena memasuki usia lanjut penuaan. Faktor hal yang penting bahwa usia

1
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan juga penting bagi tubuh, selain itu dengan rutinnya
genetik bawaan (Garatachea & Lucia, 2013). berolahraga yang terukur dapat menghindarkan
Penuaan adalah proses biologis normal pada dari sejumlah penyakit. Partisipasi olahraga pada
manusia meliputi perubahan yang beransur- lansia menjadikan bagian utama yang masuk
ansur, mulai dari struktur, fungsi dan toleransi pada gaya hidup, sehat pikiran dan tubuh
tubuh terhadap stress lingkungan. Penuaan akan (Oliveira-Brochado, Quelhas Brito, & Oliveira-
selalu selaras dengan waktu. Karena itu waktu Brochado, 2017). Selain olahraga, gizi atau
juga merupakan hal penting pada usia yang tidak asupan makanan merupakan bagian gaya hidup
bisa diulang dan bersifat universal (Latorre- sehat karena makanan yang bergizi membantu
rojas et al., 2017). Penuaan masuk ke alur tubuh sehat dari dalam. Asupan dari perpaduan
tahapan akhir pada lansia dan dianggap sebagai makanan buah serta air putih merupakan
hal yang pasti terjadi atau mutlak namun tidak komponen yang membantu memenuhi
selalu mengalami kerusakan fungsi organ atau karbohidrat juga dengan cairan (Rismawati,
penyakit (Munawwarah, Muthiah, Nindya, Damayanti, & Imanudin, 2018).
Parahita, 2015). Menua merupakan hal alamiah Kesadaran masyarakat akan pentingnya
yang tidak bisa dihentikan atau dihindari olahraga semakin tinggi, hal ini terbukti dengan
sehingga menurunnya tingkat ketahanan tubuh berkembangnya tempat kebugaran. Terdapat
harus diimbangi dengan olahraga kesehatan. suatu tempat kebugaran di Bandung yang
Olahraga kesehatan merupakan mempunyai suatu keunggulan dan lebih
olahraga yang bertujuan dan bersifat optimal, mengutamakan pada olahraga kesehatan. VIP
yang dilakukan oleh semua golongan baik dari Fitness TELKOM adalah salah satu tempat
anak-anak hingga lansia. Olahraga kesehatan fitness yang mengutamakan pada kepentingan
diperlukan untuk menjaga kesehatan dan dan penjagaan kesehatan yang berada di pusat
kebugaran setiap harinya, karena dengan sehat kota Bandung dan berdiri sejak tahun 2014
merupakan landasan tercapainya kesejahteraan sebagai tempat kebugaran kesehatan. Sebuah
hidup manusia. Kemudian juga memperlihatkan fasilitas umum yang baik adalah adanya suatu
bahwa aktifitas fisik membantu memperbaiki hal yang baru dan menjadikan ciri berbeda dari
kebugaran lansia yang mengalami penurunan yang lain sehingga terciptanya manajemen
(Guidetti, Franciosi, Gallotta, Emerenziani, & olahraga yang lebih maju (Avourdiadou &
Baldari, 2010). Diketahui dengan aktifitas fisik Theodorakis, 2014). VIP Fitness merupakan
dan partispasi latihan aktif mempunyai manfaat sarana tempat berolahraga dan kesehatan
yang baik untuk kesehatan (K Sultoni, Jajat, khususnya untuk menjaga kebugaran jasmani
Fitri, 2017). Maka olahraga merupakan suatu yang diperuntukan untuk pegawai, keluarga dan
kebutuhan karena banyak manfaat gerak yang pensiunan pegawai Telkom. Sehingga dapat

2
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

dijadikan sebagai tempat berolahraga keluarga melihat kondisi kesanggupan diri dengan
secara bersama-sama untuk sarana kesehatan mengecek terlebih dahulu tekanan darah
anggota keluarga dan juga untuk menambah sebelum melakukan aktivitas olahraga sehingga
motivasi. Memahami bahwa motivasi dalam dapat menghindari dari kejadian atau hal-hal
berolahraga sangat penting menjadikan faktor yang tidak diinginkan. Untuk dapat menjaga dan
pendorong dan upaya promosi olahraga meningkatkan kebugaran khususnya pada lansia
(Wegner, Schüler, & Gr, 2016). Kebugaran membutuhkan durasi sekitar 20-60 menit/sesi
mempunyai arti yaitu kemampuan dasar jasmani (Kurnianto et al., n.d.). Dalam berpartisipasi
yang merupakan tingkat keberhasilan pada hal mengikuti latihan aktivitas olahraga khususnya
yang harus dikerjakan sehingga terjadinya sehat pada lansia lebih ditekankan pada komponen
dinamis (Fisioterapi & Ilmu, 2016). Oleh karena yang mengutamakan gerak dasar tubuh seperti
itu, dibutuhkan pemeliharaan kebugaran perbaikan cara berjalan, menjaga keseimbangan,
jasmani setiap harinya dimulai dari pandangan menjaga kinerja gerak dasar secara umum dan
yang berbeda atau heterogen namun membuka kepadatan tulang yang diperoleh dengan
kesadaran bahwa kebugaran jasmani adalah partisipasi latihan olahraga yang terstruktur.
salah satu komponen yang penting dan mutlak Dalam pelaksanaanya peningkatan olahraga
yang diperlukan oleh seseorang dalam terjadi secara bertahap, seperti diawali dengan
pelaksanaan kegiatan tugas sehari-hari. volume ringan sekitar 40-50% denyut nadi
Dari sebuah tempat kebugaran seperti istirahat, kemudian di lakukan sekitar 10-20
VIP Fitness, maka untuk berolahraga yang menit, dan ditingkatkan menyesuaikan kondisi
dianjurkan yang baik dalam pelaksanaannya pada kesanggupan beradaptasi setiap individu
dilakukan secara teratur minimal sekitar 15 – 30 (Kurnianto et al., n.d.), sehingga akan terhindar
menit, sebaiknya rutin dan frekuensi latihan dari keletihan yang seringkali dilakukan pada
yang baik adalah sampai 2 kali seminggu atau intensitas yang tinggi (Nugraha et al., 2017).
lebih (Sato, Kaneda, Wakabayashi, Shimoyama, Dari hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk
& Baba, 2011). Faktor frekuensi latihan yang membuktikan bahwa dengan melakuakn
kurang salahsatunya di sebabkan kesibukan olahraga pada lansia dapat mengurangi dan
yang banyak. Aktivitas fisik yang rendah atau menghambat penyakit degeneratif untuk
kurang menjadi alasan sebagai banyaknya menjaga kebugaran jasmani. Adanya faktor lain
hambatan tak terpisahkan yang dialami setiap seperti latar belakang sosial, tingkat motivasi
orang (Jajat, Sultoni, Suherman, 2017). dan tingkat kesadaran yang berbeda-beda dan
Untuk durasi waktu yang baik dalam juga dampak kepada tingkat frekuensi
partisipasi berolahraga yaitu dapat kehadiran. Karena dari banyaknya hambatan
menyesuaikan dengan kemampuan individu dan berolahraga menjadikan penentu tingkat

3
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

kebugaran (Jajat, Sultoni, Suherman, 2017). tersebut terdapat 6 komponen gerakan yang
Untuk itu peneliti mengkaji tingkat kebugaran berbeda yaitu, Chair Sit and Reach, Back Scratch,
jasmani lansia berdasarkan partisipasi dan jenis Chair Stand, Biceps Curl, 6 Minutes Walk Test Up
kelamin di Vip Fitness Telkom. dan Go Test.
Membandingkan kebugaran lansia dikaji Prosedur
berdasarkan partispasi dan jenis kelamin antara Partisipasi
laki-laki dan perempuan yang berusia 60 tahun Untuk mengelompokkan partisipasi,
ke atas. dapat dilihat dari frekuensi keterlibatan rata-rata
setiap minggunya. Untuk mereka yang
METODE frekuensinya < 3 kali maka masuk dalam
Metode penelitian yang digunakan kategori yang kurang, sedangkan 3 kali dalam
dalam penelitian ini adalah metode Causal seminggu masuk ke dalam kategori yang cukup,
Comparative. Penelitian ini bertujuan untuk dan jika >3 kali maka masuk dalam kategori
menyelidiki ada tidaknya perbedaan antara yang sering.
kebugaran jasmani lansia dikaji berdasarkan Tes Kebugaran (Senior Fitness Test)
partisipasi laki-laki dan perempuan. Chair Sit and Reach yaitu bertujuan untuk
Sampel yang digunakan yaitu seluruh mengukur tingkat fleksibilitas sekitar panggul
sampel yang ada yaitu sebanyak 40 orang lansia pada lansia. Tingkat kelenturan seseorang akan
laki-laki dan perempuan.yang berusia 60 tahun berbeda dengan yang lainya maka sebelum
ke atas (L=29 dan P=11). Instrumen yang melakukan tes tersebut, sampel melakukan
digunakan dalam penelitian ini yaitu pemanasan atau peregangan yang cukup
menggunakan data kehadiran selama 3 bulan terlebih dahulu. Sehingga pemanasan tersebut
dan menggunakan IFIS (International Fitness dapat menghindarkan dari cedera atau resiko
Scale) in elderly yang tes tersebut sudah valid salah yang tidak di inginkan.
satunya jalan cepat 6 menit (Guerra-balic,
Oviedo, & Javierre, 2015). Dalam penelitian ini
untuk tes kehadiran tersebut menggunakan dari
Nurhasan (2007) dan Senior Fitness Test
(Roberta E. Rikli, C. Jessie Jones-Senior Fitness
Test-Human Kinetics. n.d.) dalam buku yang
berjudul “Senior Fitness Test Manual” memiliki
tingkat kevalidan yang sudah di uji sehingga
dapat dipercaya untuk digunakan (Langhammer
& Stanghelle, 2015). Dalam tes kebugaran Gambar 1. Gerakan Chair Sit and Reach

4
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

Peralatan yang dibutuhkan yaitu pengukur. Prosedur pada tes ini dilakukan pada
penggaris, dan kursi lipat (tingginya sekitar 44 posisi berdiri, letakkan satu tangan di belakang
cm). Kemudian di persilahkan duduk di tepi kepala dan mencoba untuk meraih sejauh
kursi (diletakkan di dinding untuk keamanan). mungkin pada tengah punggung, telapak tangan
Satu kaki harus tetap berpijak di lantai, kaki menyentuh tubuh dan jari-jari diarahkan ke
lainnya di luruskan ke depan dengan lutut lurus, bawah. Letakkan lengan satunya di belakang
tumit di lantai, dan pergelangan kaki ditekuk punggung, telapak tangan menghadap ke luar
sekitar 90°. Letakkan satu tangan di atas yang dan jari ke atas dan jangkau sejauh mungkin
lain dengan ujung jari tengah yang rata, majukan mencoba menyentuh atau tumpang tindih jari
jari ke depan dengan jari kaki, lakukan secara tengah kedua tangan. Bila terlihat sulit bantu
membungkuk di pinggul. Jaga punggung untuk dengan bantuan seseorang untuk menuntun dan
lurus dan maju ke depan secara perlahan, mengarahkan sampel tersebut kedalam gerakan
hindari gerakan cepat, dan dipaksakan terlebih yang benar sehingga jari-jari selaras, dan untuk
timbul rasa sakit. Jaga lutut lurus, dan tahan mengukur jarak tersebut dihitung pada ujung
pada jangkauan tersebut selama 2 detik, jika jari tengah. Jika ujung jari menyentuh dengan
lutut membungkuk, luruskan kembali kaki tangan yang lainya maka nilainya nol. Jika tidak
dengan pelan dan mulai kembali. Jarak diukur menyentuh maka ukur jarak antara ujung jari
antara ujung jari dan jari kaki. Jika ujung jari (skor negatif), jika tumpang tindih, ukur selisih
menyentuh jari kaki maka nilainya nol. Jika jarak tersebut (skor positifnya). Hentikan tes
mereka tidak menyentuh, ukur jarak antara jari jika dalam melakukan gerakan tersebut
dan jari kaki (skor negatif), jika tumpang tindih, mengalami rasa sakit dan jangan dipaksakan
ukur dengan berapa (skor positifnya). Skor akan untuk keamanan.
di catat pada pengukuran ke 1 cm terdekat dan
kaki yang dilakukan dalam tesnya.

Gambar 3. Gerakan Foot Up


8 Foot Up and Reaction, merupakan tes

Gambar 2. Gerakan Back Scratch yang mengetahui kecepatan, agility, dan

Back Scratch yaitu tes dengan bertujuan keseimbangan. Peralatan yang dibutuhkan

mengukur flexibilitas pada sendi bahu, peralatan adalah stopwatch, kursi belakang atau kursi lipat

yang dibutuhkan adalah penggaris atau lurus (tingginya sekitar 17 inci / 44 cm), spidol

5
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

kerucut, pita pengukur, area yang bersih dan yaitu sisi lengan kanan dan kiri. Lansia duduk di
cukup ruang untuk melakukan tes, prosedurnya kursi, memegang berat beban di tangan dengan
yaitu tempatkan kursi di samping dinding lengan berada dalam posisi vertikal ke bawah di
(untuk keamanan) dan penanda seperti cone samping kursi. Mengangkat lengan ke atas tetapi
yang berjarak 8 kaki di depan kursi. Bersihkan sikut diam tidak bergerak sehingga
sehingga aman untuk jalur antara kursi dan mendapatkan serangkaian gerakan penuh,
penanda cone tersebut. Tes dilakukan dengan secara bertahap memutar telapak ke atas (fleksi
mulai duduk penuh, tangan bertumpu pada dengan supinasi). Saat lengan diturunkan hingga
lutut dan kaki rata di tanah. Pada perintah, lengan lurus direntangkan untuk gerakan penuh
"Go," waktu dimulai dan subjek berdiri dan yang benar, Lengan harus ditekuk sepenuhnya
berjalan (tidak berlari) secepat mungkin (dan dan kemudian diluruskan sepenuhnya pada
aman) melewati sekitar kerucut, kembali ke siku. Ulangi tindakan ini sebanyak mungkin
kursi untuk duduk. Perhitungan ketika waktu dalam 30 detik. Skor yang diambil adalah jumlah
berhenti saat mereka duduk. lekukan lengan yang berhasil dilakukan dalam
30 detik.

Gambar 4. Contoh gerakan Arm Curl Gambar 5. Gerakan Chair Stand


30” Arm Curl merupakan tes untuk 30” Chair Stand merupakan tes yang
mengukur daya tahan otot lengan, adapun mengukur daya tahan otot tungkai, untuk
peralatan yang dibutuhkan yaitu dumbel dengan peralatannya adalah kursi dengan dudukan
berat sekitar 2 kilogram (wanita), berat 3 punggung yang lurus tanpa sandaran tangan
kilogram (untuk pria). Sebuah kursi tanpa (kursi tinggi 17") dan stopwatch. Instruksinya
sandaran tangan, stopwatch. Untuk yaitu ketika duduk pada bagian tengah kursi,
prosedurnya adalah dengan melakukan repetisi Letakkan tangan di bahu yang berlawanan
sebanyak mungkin lekukan lengan dalam waktu disilangkan pada pergelangan tangan, jaga kaki
30 detik. Tes ini dilakukan pada kedua lengan untuk tetap stabil diam di lantai, jaga punggung

6
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

lurus dan jaga tangan di dada. Pada aba-aba one way anova dan independen simple t-test
"Go," naik ke posisi berdiri penuh tegak lurus yang ingin mengetahui nilai perbandingan
dan kemudian duduk kembali lagi, lakukan tes partisipasi dengan kebugaran pada lansia.
tersebut selama 30 detik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
tingkat kebugaran berdasarkan partisipasi dan
jenis kelamin. Setelah data dikumpulkan maka
di dapatilah hasil sebagai berikut.
Table 1. Deskripsi Data
Kelompok N Mean Std.
Gambar 6. Gerakan jalan cepat 6 menit Sampel Deviasi
6” Minutes Walk atau tes jalan cepat yaitu Laki-laki 29 17,83 2,84
merupakan tes untuk mengukur daya tahan Perempuan 11 18,09 2,94
kardio atau jantung, untuk peralatan yang
dibutuhkan diantaranya adalah stopwatch, Dari hasil perhitungan lansia laki-laki
treadmill (bila ada), namun bila tidak ada memiliki mean sebesar 17,62 dan standar
treadmill dapat menggunakan ruang yang cukup deviasi sebesar 8,76. Kemudian, dari hasil
seperti lorong untuk melakukan tes tersebut. perhitungan lansia wanita memiliki nilai mean
Tujuan dari tes ini adalah berjalan sejauh sebesar 17,45.
mungkin selama 6 menit, peserta akan berjalan Tabel 2. Norma Partisipasi Lansia
bolak-balik di lorong ini selama 6 menit adalah Sering Cukup Kurang t
waktu yang lama untuk berjalan, jadi peserta (N) (N) (N)
akan menggerakan diri sendiri dengan Laki-laki 7 16 6 29
kemampuan dan kesanggupan sendiri. Pada saat Perempuan 3 5 3 11
tes mungkin akan terjadinya kehabisan nafas
Total 40
atau membuat badan terasa letih. Peserta
diizinkan untuk melambat, berhenti, dan
Dari tabel di atas terdapat tingkatan
beristirahat seperlunya sesegera mungkin.
kelas kategori dari nilai partisipasi laki laki yaitu
Berikut prosedur penelitian dan pengumpulan
sebanyak 7 orang untuk kategori sering,
data dalam penelitian ini yaitu dengan
sebanyak 16 orang yang masuk dalam kategori
mengelompokan antara sampel laki-laki dan
cukup, sebanyak 6 orang yang masuk dalam
perempuan usia 60 tahun ke atas, pengambilan
kategori kurang. Kemudian pada nilai partisipasi
data yang di dapat kemudian di analisis secara
perempuan yaitu sebanyak 3 orang dalam
statistik dengan menggunakan teknik analisis
7
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

kategori sering, sebanyak 5 orang dalam kebugaran jasmani lansia berdasarkan tingkat
kategori cukup dan sebanyak 3 orang dalam partisipasi dan berdasarkan gender juga tidak
kategori yang kurang. ada perbedaan kebugaran jasmani lansia.
Tabel 3. Independent simple t test Dalam hasil tersebut menjelaskan
Variabel t Sig. bahwa antara jenis kelamin laki-laki dan
Kebugaran By 0.259 0,797 perempuan didasarkan tingkat kebugaran
Gender jasmani lansia tidak ada perbedaan yang
signifikan. Dan hasil tersebut membuat
Berdasarkan tabel di atas, t hitung yang partisipasi dalam kategori sering dengan
diperoleh sebesar 0,259 sedangkan nilai sig (2 partisipasi dalam kategori kurang pada frekuensi
tailed) atau p value sebesar 0.797 di mana lebih latihan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
besar dari nilai probabilitas >0.05. karena > 0.05 kebugaran jasmani diantara keduanya. Sesuai
maka dengan demikian memeliki arti yaitu Ho dengan penelitian sebelumnya yaitu pelatihan
diterima yang memiliki makna bahwa tidak ada ketahanan olahraga pada lansia tidak
perbedaan secara siginifikan antara variabel bergantung pada jenis kelamin dan usia (Kohrt
kebugaran dengan jenis kelamin pada et al., 1991).
probabilitas 0,05. Selain itu, adanya hubungan dari faktor
Tabel 4. One Way Anova lainya yang mempengaruhi seorang lansia yaitu
Variabel F Sig. berdasarkan tingkat pendidikan, perilaku sehat,
Kebugaran By 0.67 0.797 dan dukungan dari keluarga yang memberikan
Partisipasi masing-masing peran dan dukungan (Pratikwo,
Pietojo, & Widjanarko, 2006). Psikologis lansia
Selanjutnya untuk melihat perbedaan merupakan faktor pendukung yang
antara kebugaran dengan partisipasi menentukan dengan semakin tinggi
tersebut. Pada tabel ANOVA, dari table di atas pengetahuan, pendidikan dan dukungan
tersebut, pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P- keluarga maka semakin aktif frekuensi
value) = 0,797 > 0,05. Dengan demikian pada kehadiran lansia.
hasil tersebut bahwa nilai sig lebih besar dari Sedangkan penilitian yang berbeda
nilai probabilitas maka memiliki makna Ho tentang aktifitas fisik, bahwa kebugaran jasmani
diterima, sehingga kesimpulan yang didapatkan pada dasarnya ditentukan dari berbagai
adalah tidak ada perbedaan yang bermakna hambatan aktivitas fisik seseorang (Jajat,
antara kebugaran dengan partisipasi. Dari hasil Sultoni, Suherman, 2017). Sehingga
analisis tingkat kebugaran berdasarkan tingkat menjelaskan dari penelitian tersebut dengan
partisipasi bahwa tidak ada perbedaan tingkat semakin tingginya aktivitas seseorang tersebut

8
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

secara tidak langsung dampaknya akan Dewi, S. K., Kusnanto, H., & Pramantara, I.
menentukan tingkat kebugaran jasmani, volume D. P. (2017). Status Partisipasi dan
latihan berolahraga yang rendah membuat Kualitas Hidup Peserta Pos Pelayanan
kesanggupan tubuh tidak sebaik dengan volume Terpadu Lanjut Usia, 11(1), 28–40.
latihan yang aktif. Eime, R. M., Sawyer, N., Harvey, J. T., Casey,
Dengan berolahraga secara teratur dan M. M., Westerbeek, H., & Payne, W. R.
terukur merupakan cara aman dan efektif (2014). Integrating public health and
meningkatkan kebugaran (Pratikwo et al., 2006). sport management : Sport participation
Teori tersebut menerangkan bahwa dengan trends 2001 – 2010. Sport Management
rutin berolahraga maka kebugaran jasmani akan Review.
meningkat secara perlahan. Dari penelitian https://doi.org/10.1016/j.smr.2014.05.00
tersebut menandakan perbedaan dengan hasil 4
yang ada, dari hal tersebut adanya kekurangan Fisioterapi, J., & Ilmu, F. (2016). Perbandingan
dan ketidaksempurnaan yaitu berupa tingkat kebugaran lansia di panti wredha
keterbatasan dalam jumlah sampel lansia yang pacitan dan di masyarakat desa mbalong
diteliti, semakin banyak sampel maka akan sidoharjo, 1–11.
semakin baik. Untuk itu diharapkan ke Garatachea, N., & Lucia, A. (2013). Genes ,
depannya dapat menambah sampel lansia untuk physical fitness and ageing. Ageing
hasil yang lebih maksimal. Research Reviews, 12(1), 90–102.
https://doi.org/10.1016/j.arr.2012.09.00
KESIMPULAN
3
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data
Guerra-balic, M., Oviedo, G. R., & Javierre, C.
yang telah dilakukan, diketahui bahwa
(2015). Research in Developmental
kebugaran jasmani didasarkan pada tingkat
Disabilities Reliability and validity of the
partisipasi dan gender tidak ada perbedaan yang
6-min walk test in adults and seniors with
signifikan.
intellectual disabilities, 47, 144–153.

REFERENSI https://doi.org/10.1016/j.ridd.2015.09.0

Avourdiadou, S., & Theodorakis, N. D. 11

(2014). The development of loyalty Guidetti, L., Franciosi, E., Gallotta, M. C.,

among novice and experienced customers Emerenziani, G. Pietro, & Baldari, C.

of sport and fitness centres. Sport (2010). Research in Developmental

Management Review, 1–13. Disabilities Could sport specialization

https://doi.org/10.1016/j.smr.2014.02.00 influence fitness and health of adults with

1 mental retardation ? Research in

9
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

Developmental Disabilities, 31(5), 1070– https://doi.org/10.1016/j.jphys.2015.04.


1075. 001
https://doi.org/10.1016/j.ridd.2010.04.0 Latorre-rojas, E. J., Prat-subirana, J. A., Peirau-
02 terés, X., Mas-alòs, S., Beltrán-garrido, J.
Jajat. K Sultoni, A Suherman. (2017). Barriers V., & Planas-anzano, A. (2017).
to Physical Activity on University Student Determination of functional fitness age in
Barriers to Physical Activity on University women aged 50 and older. Journal of
Student. IOP Conference Series: Material Sport and Health Science, (June).
Science and Engineering, 180, 8–12. https://doi.org/10.1016/j.jshs.2017.01.01
https://doi.org/10.1088/1742- 0
6596/755/1/011001 Munawwarah, Muthiah, Nindya, Parahita, et
K Sultoni. Jajat, M. fitri. (2017). Health-Related al. (2015). Pemberian Latihan Pada Lansia
Fitness Knowledge and Its Relation to Dapat Meningkatkan Keseimbangan Dan
College Student Physical Activity Health- Mengurangi Resiko Jatuh Lansia. Jurnal
Related Fitness Knowledge and Its Fisioterapi, 15(April), 7.
Relation to College Student Physical Nugraha, A., Imanudin, I., Pendidikan, F.,
Activity. I O P Conference, 180, 8–12. Indonesia, U. P., Setiabudhi, J., &
https://doi.org/10.1088/1742- Bandung, N. (2017). PERBANDINGAN
6596/755/1/011001 ELIMINASI LAKTAT
Kohrt, W. M., Malley, M. T., Coggan, A. R., MENGGUNAKAN METODE
Spina, R. J., Ogawa, T., Ehsani, A. A., … RECOVERY AKTIF ( JOGGING )
Holloszy, J. O. (1991). Effects of gender, DAN RECOVERY AKTIF (
age, and fitness level on response of JOGGING ) PLUS MASASE, 02(01), 7–
VO2max to training in 60-71 yr olds. 13.
Journal of Applied Physiology, 71(5), Oliveira-Brochado, A., Quelhas Brito, P., &
2004–2011. Oliveira-Brochado, F. (2017). Correlates
https://doi.org/10.1152/jappl.1991.71.5. of adults’ participation in sport and
2004 frequency of sport. Science & Sports.
Kurnianto, D., Ilmu, P., Pps, K., Makalah, A., https://doi.org/10.1016/j.scispo.2017.03.
Lansia, P., & Apa, P. (n.d.). Menjaga 005
kesehatan di usia lanjut, 19–30. Pratikwo, S., Pietojo, H., & Widjanarko, B.
Langhammer, B., & Stanghelle, J. K. (2015). (2006). Analisis Pengaruh Faktor Nilai
The Senior Fitness Test. Journal of Hidup, Kemandirian, Dan Dukungan
Physiotherapy, 61(3), 163. Keluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia

10
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)

Di Kelurahan Medono Kota Pekalongan.


Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
1(2), 13–22.
https://doi.org/10.14710/JPKI.1.2.13-22
Priana, A., Emosional, K. K., & Chi, T. (n.d.).
MENTAL EMOSIONAL LANJUT
USIA ( Studi Kasus Pada Komunitas
Senam Tai Chi Lanjut Usia Kota
Tasikmalaya ).
Rismawati, L. H., Damayanti, I., & Imanudin,
I. (2018). Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan Perbandingan Pengaruh
Pemberian Jus Semangka dan Minuman
Isotonik terhadap Status Hidrasi Atlet
Futsal, 3(1), 67–75.
Roberta E. Rikli, C. Jessie Jones-Senior Fitness
Test-Human Kinetics.pdf. (n.d.).
Sato, D., Kaneda, K., Wakabayashi, H.,
Shimoyama, Y., & Baba, Y. (2011).
Comparison of once and twice weekly
water exercise on various bodily functions
in community-dwelling frail elderly
requiring nursing care. Archives of
Gerontology and Geriatrics, 52(3), 331–
335.
https://doi.org/10.1016/j.archger.2010.0
5.002
Wegner, M., Schüler, J., & Gr, P. (2016).
Achievement motive and sport
participation, 27.
https://doi.org/10.1016/j.psychsport.201
6.08.007

11

Anda mungkin juga menyukai