JURNAL KEOLAHRAGAAN
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/JKP/index
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji tingkat kebugaran jasmani lansia dikaji berdasarkan partisipasi
dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan kausal komparatif. Sampel yang digunakan yaitu lanjut usia
> 60 thn sebanyak 40 orang (L=29, P=11) yang diambil menggunakan metode total sampling. Instrumen
yang digunakan yaitu kehadiran partisipasi latihan (sering, cukup, kurang) dan 6 komponen tes kebugaran
jasmani lansia Senior Fitness Test. One-way anova digunakan untuk analisis berdasarkan tingkat partisipasi,
dan independent sample t-test digunakan untuk analisis berdasarkan gender. Hasil penelitian menunjukkan
tidak ada perbedaan kebugaran jasmani berdasarkan tingkat partisipasi dan gender (p > 0,05). Perlu adanya
kajian lebih lanjut terkait dengan hasil penelitian ini.
1
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan juga penting bagi tubuh, selain itu dengan rutinnya
genetik bawaan (Garatachea & Lucia, 2013). berolahraga yang terukur dapat menghindarkan
Penuaan adalah proses biologis normal pada dari sejumlah penyakit. Partisipasi olahraga pada
manusia meliputi perubahan yang beransur- lansia menjadikan bagian utama yang masuk
ansur, mulai dari struktur, fungsi dan toleransi pada gaya hidup, sehat pikiran dan tubuh
tubuh terhadap stress lingkungan. Penuaan akan (Oliveira-Brochado, Quelhas Brito, & Oliveira-
selalu selaras dengan waktu. Karena itu waktu Brochado, 2017). Selain olahraga, gizi atau
juga merupakan hal penting pada usia yang tidak asupan makanan merupakan bagian gaya hidup
bisa diulang dan bersifat universal (Latorre- sehat karena makanan yang bergizi membantu
rojas et al., 2017). Penuaan masuk ke alur tubuh sehat dari dalam. Asupan dari perpaduan
tahapan akhir pada lansia dan dianggap sebagai makanan buah serta air putih merupakan
hal yang pasti terjadi atau mutlak namun tidak komponen yang membantu memenuhi
selalu mengalami kerusakan fungsi organ atau karbohidrat juga dengan cairan (Rismawati,
penyakit (Munawwarah, Muthiah, Nindya, Damayanti, & Imanudin, 2018).
Parahita, 2015). Menua merupakan hal alamiah Kesadaran masyarakat akan pentingnya
yang tidak bisa dihentikan atau dihindari olahraga semakin tinggi, hal ini terbukti dengan
sehingga menurunnya tingkat ketahanan tubuh berkembangnya tempat kebugaran. Terdapat
harus diimbangi dengan olahraga kesehatan. suatu tempat kebugaran di Bandung yang
Olahraga kesehatan merupakan mempunyai suatu keunggulan dan lebih
olahraga yang bertujuan dan bersifat optimal, mengutamakan pada olahraga kesehatan. VIP
yang dilakukan oleh semua golongan baik dari Fitness TELKOM adalah salah satu tempat
anak-anak hingga lansia. Olahraga kesehatan fitness yang mengutamakan pada kepentingan
diperlukan untuk menjaga kesehatan dan dan penjagaan kesehatan yang berada di pusat
kebugaran setiap harinya, karena dengan sehat kota Bandung dan berdiri sejak tahun 2014
merupakan landasan tercapainya kesejahteraan sebagai tempat kebugaran kesehatan. Sebuah
hidup manusia. Kemudian juga memperlihatkan fasilitas umum yang baik adalah adanya suatu
bahwa aktifitas fisik membantu memperbaiki hal yang baru dan menjadikan ciri berbeda dari
kebugaran lansia yang mengalami penurunan yang lain sehingga terciptanya manajemen
(Guidetti, Franciosi, Gallotta, Emerenziani, & olahraga yang lebih maju (Avourdiadou &
Baldari, 2010). Diketahui dengan aktifitas fisik Theodorakis, 2014). VIP Fitness merupakan
dan partispasi latihan aktif mempunyai manfaat sarana tempat berolahraga dan kesehatan
yang baik untuk kesehatan (K Sultoni, Jajat, khususnya untuk menjaga kebugaran jasmani
Fitri, 2017). Maka olahraga merupakan suatu yang diperuntukan untuk pegawai, keluarga dan
kebutuhan karena banyak manfaat gerak yang pensiunan pegawai Telkom. Sehingga dapat
2
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
dijadikan sebagai tempat berolahraga keluarga melihat kondisi kesanggupan diri dengan
secara bersama-sama untuk sarana kesehatan mengecek terlebih dahulu tekanan darah
anggota keluarga dan juga untuk menambah sebelum melakukan aktivitas olahraga sehingga
motivasi. Memahami bahwa motivasi dalam dapat menghindari dari kejadian atau hal-hal
berolahraga sangat penting menjadikan faktor yang tidak diinginkan. Untuk dapat menjaga dan
pendorong dan upaya promosi olahraga meningkatkan kebugaran khususnya pada lansia
(Wegner, Schüler, & Gr, 2016). Kebugaran membutuhkan durasi sekitar 20-60 menit/sesi
mempunyai arti yaitu kemampuan dasar jasmani (Kurnianto et al., n.d.). Dalam berpartisipasi
yang merupakan tingkat keberhasilan pada hal mengikuti latihan aktivitas olahraga khususnya
yang harus dikerjakan sehingga terjadinya sehat pada lansia lebih ditekankan pada komponen
dinamis (Fisioterapi & Ilmu, 2016). Oleh karena yang mengutamakan gerak dasar tubuh seperti
itu, dibutuhkan pemeliharaan kebugaran perbaikan cara berjalan, menjaga keseimbangan,
jasmani setiap harinya dimulai dari pandangan menjaga kinerja gerak dasar secara umum dan
yang berbeda atau heterogen namun membuka kepadatan tulang yang diperoleh dengan
kesadaran bahwa kebugaran jasmani adalah partisipasi latihan olahraga yang terstruktur.
salah satu komponen yang penting dan mutlak Dalam pelaksanaanya peningkatan olahraga
yang diperlukan oleh seseorang dalam terjadi secara bertahap, seperti diawali dengan
pelaksanaan kegiatan tugas sehari-hari. volume ringan sekitar 40-50% denyut nadi
Dari sebuah tempat kebugaran seperti istirahat, kemudian di lakukan sekitar 10-20
VIP Fitness, maka untuk berolahraga yang menit, dan ditingkatkan menyesuaikan kondisi
dianjurkan yang baik dalam pelaksanaannya pada kesanggupan beradaptasi setiap individu
dilakukan secara teratur minimal sekitar 15 – 30 (Kurnianto et al., n.d.), sehingga akan terhindar
menit, sebaiknya rutin dan frekuensi latihan dari keletihan yang seringkali dilakukan pada
yang baik adalah sampai 2 kali seminggu atau intensitas yang tinggi (Nugraha et al., 2017).
lebih (Sato, Kaneda, Wakabayashi, Shimoyama, Dari hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk
& Baba, 2011). Faktor frekuensi latihan yang membuktikan bahwa dengan melakuakn
kurang salahsatunya di sebabkan kesibukan olahraga pada lansia dapat mengurangi dan
yang banyak. Aktivitas fisik yang rendah atau menghambat penyakit degeneratif untuk
kurang menjadi alasan sebagai banyaknya menjaga kebugaran jasmani. Adanya faktor lain
hambatan tak terpisahkan yang dialami setiap seperti latar belakang sosial, tingkat motivasi
orang (Jajat, Sultoni, Suherman, 2017). dan tingkat kesadaran yang berbeda-beda dan
Untuk durasi waktu yang baik dalam juga dampak kepada tingkat frekuensi
partisipasi berolahraga yaitu dapat kehadiran. Karena dari banyaknya hambatan
menyesuaikan dengan kemampuan individu dan berolahraga menjadikan penentu tingkat
3
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
kebugaran (Jajat, Sultoni, Suherman, 2017). tersebut terdapat 6 komponen gerakan yang
Untuk itu peneliti mengkaji tingkat kebugaran berbeda yaitu, Chair Sit and Reach, Back Scratch,
jasmani lansia berdasarkan partisipasi dan jenis Chair Stand, Biceps Curl, 6 Minutes Walk Test Up
kelamin di Vip Fitness Telkom. dan Go Test.
Membandingkan kebugaran lansia dikaji Prosedur
berdasarkan partispasi dan jenis kelamin antara Partisipasi
laki-laki dan perempuan yang berusia 60 tahun Untuk mengelompokkan partisipasi,
ke atas. dapat dilihat dari frekuensi keterlibatan rata-rata
setiap minggunya. Untuk mereka yang
METODE frekuensinya < 3 kali maka masuk dalam
Metode penelitian yang digunakan kategori yang kurang, sedangkan 3 kali dalam
dalam penelitian ini adalah metode Causal seminggu masuk ke dalam kategori yang cukup,
Comparative. Penelitian ini bertujuan untuk dan jika >3 kali maka masuk dalam kategori
menyelidiki ada tidaknya perbedaan antara yang sering.
kebugaran jasmani lansia dikaji berdasarkan Tes Kebugaran (Senior Fitness Test)
partisipasi laki-laki dan perempuan. Chair Sit and Reach yaitu bertujuan untuk
Sampel yang digunakan yaitu seluruh mengukur tingkat fleksibilitas sekitar panggul
sampel yang ada yaitu sebanyak 40 orang lansia pada lansia. Tingkat kelenturan seseorang akan
laki-laki dan perempuan.yang berusia 60 tahun berbeda dengan yang lainya maka sebelum
ke atas (L=29 dan P=11). Instrumen yang melakukan tes tersebut, sampel melakukan
digunakan dalam penelitian ini yaitu pemanasan atau peregangan yang cukup
menggunakan data kehadiran selama 3 bulan terlebih dahulu. Sehingga pemanasan tersebut
dan menggunakan IFIS (International Fitness dapat menghindarkan dari cedera atau resiko
Scale) in elderly yang tes tersebut sudah valid salah yang tidak di inginkan.
satunya jalan cepat 6 menit (Guerra-balic,
Oviedo, & Javierre, 2015). Dalam penelitian ini
untuk tes kehadiran tersebut menggunakan dari
Nurhasan (2007) dan Senior Fitness Test
(Roberta E. Rikli, C. Jessie Jones-Senior Fitness
Test-Human Kinetics. n.d.) dalam buku yang
berjudul “Senior Fitness Test Manual” memiliki
tingkat kevalidan yang sudah di uji sehingga
dapat dipercaya untuk digunakan (Langhammer
& Stanghelle, 2015). Dalam tes kebugaran Gambar 1. Gerakan Chair Sit and Reach
4
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
Peralatan yang dibutuhkan yaitu pengukur. Prosedur pada tes ini dilakukan pada
penggaris, dan kursi lipat (tingginya sekitar 44 posisi berdiri, letakkan satu tangan di belakang
cm). Kemudian di persilahkan duduk di tepi kepala dan mencoba untuk meraih sejauh
kursi (diletakkan di dinding untuk keamanan). mungkin pada tengah punggung, telapak tangan
Satu kaki harus tetap berpijak di lantai, kaki menyentuh tubuh dan jari-jari diarahkan ke
lainnya di luruskan ke depan dengan lutut lurus, bawah. Letakkan lengan satunya di belakang
tumit di lantai, dan pergelangan kaki ditekuk punggung, telapak tangan menghadap ke luar
sekitar 90°. Letakkan satu tangan di atas yang dan jari ke atas dan jangkau sejauh mungkin
lain dengan ujung jari tengah yang rata, majukan mencoba menyentuh atau tumpang tindih jari
jari ke depan dengan jari kaki, lakukan secara tengah kedua tangan. Bila terlihat sulit bantu
membungkuk di pinggul. Jaga punggung untuk dengan bantuan seseorang untuk menuntun dan
lurus dan maju ke depan secara perlahan, mengarahkan sampel tersebut kedalam gerakan
hindari gerakan cepat, dan dipaksakan terlebih yang benar sehingga jari-jari selaras, dan untuk
timbul rasa sakit. Jaga lutut lurus, dan tahan mengukur jarak tersebut dihitung pada ujung
pada jangkauan tersebut selama 2 detik, jika jari tengah. Jika ujung jari menyentuh dengan
lutut membungkuk, luruskan kembali kaki tangan yang lainya maka nilainya nol. Jika tidak
dengan pelan dan mulai kembali. Jarak diukur menyentuh maka ukur jarak antara ujung jari
antara ujung jari dan jari kaki. Jika ujung jari (skor negatif), jika tumpang tindih, ukur selisih
menyentuh jari kaki maka nilainya nol. Jika jarak tersebut (skor positifnya). Hentikan tes
mereka tidak menyentuh, ukur jarak antara jari jika dalam melakukan gerakan tersebut
dan jari kaki (skor negatif), jika tumpang tindih, mengalami rasa sakit dan jangan dipaksakan
ukur dengan berapa (skor positifnya). Skor akan untuk keamanan.
di catat pada pengukuran ke 1 cm terdekat dan
kaki yang dilakukan dalam tesnya.
Back Scratch yaitu tes dengan bertujuan keseimbangan. Peralatan yang dibutuhkan
mengukur flexibilitas pada sendi bahu, peralatan adalah stopwatch, kursi belakang atau kursi lipat
yang dibutuhkan adalah penggaris atau lurus (tingginya sekitar 17 inci / 44 cm), spidol
5
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
kerucut, pita pengukur, area yang bersih dan yaitu sisi lengan kanan dan kiri. Lansia duduk di
cukup ruang untuk melakukan tes, prosedurnya kursi, memegang berat beban di tangan dengan
yaitu tempatkan kursi di samping dinding lengan berada dalam posisi vertikal ke bawah di
(untuk keamanan) dan penanda seperti cone samping kursi. Mengangkat lengan ke atas tetapi
yang berjarak 8 kaki di depan kursi. Bersihkan sikut diam tidak bergerak sehingga
sehingga aman untuk jalur antara kursi dan mendapatkan serangkaian gerakan penuh,
penanda cone tersebut. Tes dilakukan dengan secara bertahap memutar telapak ke atas (fleksi
mulai duduk penuh, tangan bertumpu pada dengan supinasi). Saat lengan diturunkan hingga
lutut dan kaki rata di tanah. Pada perintah, lengan lurus direntangkan untuk gerakan penuh
"Go," waktu dimulai dan subjek berdiri dan yang benar, Lengan harus ditekuk sepenuhnya
berjalan (tidak berlari) secepat mungkin (dan dan kemudian diluruskan sepenuhnya pada
aman) melewati sekitar kerucut, kembali ke siku. Ulangi tindakan ini sebanyak mungkin
kursi untuk duduk. Perhitungan ketika waktu dalam 30 detik. Skor yang diambil adalah jumlah
berhenti saat mereka duduk. lekukan lengan yang berhasil dilakukan dalam
30 detik.
6
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
lurus dan jaga tangan di dada. Pada aba-aba one way anova dan independen simple t-test
"Go," naik ke posisi berdiri penuh tegak lurus yang ingin mengetahui nilai perbandingan
dan kemudian duduk kembali lagi, lakukan tes partisipasi dengan kebugaran pada lansia.
tersebut selama 30 detik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
tingkat kebugaran berdasarkan partisipasi dan
jenis kelamin. Setelah data dikumpulkan maka
di dapatilah hasil sebagai berikut.
Table 1. Deskripsi Data
Kelompok N Mean Std.
Gambar 6. Gerakan jalan cepat 6 menit Sampel Deviasi
6” Minutes Walk atau tes jalan cepat yaitu Laki-laki 29 17,83 2,84
merupakan tes untuk mengukur daya tahan Perempuan 11 18,09 2,94
kardio atau jantung, untuk peralatan yang
dibutuhkan diantaranya adalah stopwatch, Dari hasil perhitungan lansia laki-laki
treadmill (bila ada), namun bila tidak ada memiliki mean sebesar 17,62 dan standar
treadmill dapat menggunakan ruang yang cukup deviasi sebesar 8,76. Kemudian, dari hasil
seperti lorong untuk melakukan tes tersebut. perhitungan lansia wanita memiliki nilai mean
Tujuan dari tes ini adalah berjalan sejauh sebesar 17,45.
mungkin selama 6 menit, peserta akan berjalan Tabel 2. Norma Partisipasi Lansia
bolak-balik di lorong ini selama 6 menit adalah Sering Cukup Kurang t
waktu yang lama untuk berjalan, jadi peserta (N) (N) (N)
akan menggerakan diri sendiri dengan Laki-laki 7 16 6 29
kemampuan dan kesanggupan sendiri. Pada saat Perempuan 3 5 3 11
tes mungkin akan terjadinya kehabisan nafas
Total 40
atau membuat badan terasa letih. Peserta
diizinkan untuk melambat, berhenti, dan
Dari tabel di atas terdapat tingkatan
beristirahat seperlunya sesegera mungkin.
kelas kategori dari nilai partisipasi laki laki yaitu
Berikut prosedur penelitian dan pengumpulan
sebanyak 7 orang untuk kategori sering,
data dalam penelitian ini yaitu dengan
sebanyak 16 orang yang masuk dalam kategori
mengelompokan antara sampel laki-laki dan
cukup, sebanyak 6 orang yang masuk dalam
perempuan usia 60 tahun ke atas, pengambilan
kategori kurang. Kemudian pada nilai partisipasi
data yang di dapat kemudian di analisis secara
perempuan yaitu sebanyak 3 orang dalam
statistik dengan menggunakan teknik analisis
7
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
kategori sering, sebanyak 5 orang dalam kebugaran jasmani lansia berdasarkan tingkat
kategori cukup dan sebanyak 3 orang dalam partisipasi dan berdasarkan gender juga tidak
kategori yang kurang. ada perbedaan kebugaran jasmani lansia.
Tabel 3. Independent simple t test Dalam hasil tersebut menjelaskan
Variabel t Sig. bahwa antara jenis kelamin laki-laki dan
Kebugaran By 0.259 0,797 perempuan didasarkan tingkat kebugaran
Gender jasmani lansia tidak ada perbedaan yang
signifikan. Dan hasil tersebut membuat
Berdasarkan tabel di atas, t hitung yang partisipasi dalam kategori sering dengan
diperoleh sebesar 0,259 sedangkan nilai sig (2 partisipasi dalam kategori kurang pada frekuensi
tailed) atau p value sebesar 0.797 di mana lebih latihan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
besar dari nilai probabilitas >0.05. karena > 0.05 kebugaran jasmani diantara keduanya. Sesuai
maka dengan demikian memeliki arti yaitu Ho dengan penelitian sebelumnya yaitu pelatihan
diterima yang memiliki makna bahwa tidak ada ketahanan olahraga pada lansia tidak
perbedaan secara siginifikan antara variabel bergantung pada jenis kelamin dan usia (Kohrt
kebugaran dengan jenis kelamin pada et al., 1991).
probabilitas 0,05. Selain itu, adanya hubungan dari faktor
Tabel 4. One Way Anova lainya yang mempengaruhi seorang lansia yaitu
Variabel F Sig. berdasarkan tingkat pendidikan, perilaku sehat,
Kebugaran By 0.67 0.797 dan dukungan dari keluarga yang memberikan
Partisipasi masing-masing peran dan dukungan (Pratikwo,
Pietojo, & Widjanarko, 2006). Psikologis lansia
Selanjutnya untuk melihat perbedaan merupakan faktor pendukung yang
antara kebugaran dengan partisipasi menentukan dengan semakin tinggi
tersebut. Pada tabel ANOVA, dari table di atas pengetahuan, pendidikan dan dukungan
tersebut, pada kolom Sig. diperoleh nilai P (P- keluarga maka semakin aktif frekuensi
value) = 0,797 > 0,05. Dengan demikian pada kehadiran lansia.
hasil tersebut bahwa nilai sig lebih besar dari Sedangkan penilitian yang berbeda
nilai probabilitas maka memiliki makna Ho tentang aktifitas fisik, bahwa kebugaran jasmani
diterima, sehingga kesimpulan yang didapatkan pada dasarnya ditentukan dari berbagai
adalah tidak ada perbedaan yang bermakna hambatan aktivitas fisik seseorang (Jajat,
antara kebugaran dengan partisipasi. Dari hasil Sultoni, Suherman, 2017). Sehingga
analisis tingkat kebugaran berdasarkan tingkat menjelaskan dari penelitian tersebut dengan
partisipasi bahwa tidak ada perbedaan tingkat semakin tingginya aktivitas seseorang tersebut
8
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
secara tidak langsung dampaknya akan Dewi, S. K., Kusnanto, H., & Pramantara, I.
menentukan tingkat kebugaran jasmani, volume D. P. (2017). Status Partisipasi dan
latihan berolahraga yang rendah membuat Kualitas Hidup Peserta Pos Pelayanan
kesanggupan tubuh tidak sebaik dengan volume Terpadu Lanjut Usia, 11(1), 28–40.
latihan yang aktif. Eime, R. M., Sawyer, N., Harvey, J. T., Casey,
Dengan berolahraga secara teratur dan M. M., Westerbeek, H., & Payne, W. R.
terukur merupakan cara aman dan efektif (2014). Integrating public health and
meningkatkan kebugaran (Pratikwo et al., 2006). sport management : Sport participation
Teori tersebut menerangkan bahwa dengan trends 2001 – 2010. Sport Management
rutin berolahraga maka kebugaran jasmani akan Review.
meningkat secara perlahan. Dari penelitian https://doi.org/10.1016/j.smr.2014.05.00
tersebut menandakan perbedaan dengan hasil 4
yang ada, dari hal tersebut adanya kekurangan Fisioterapi, J., & Ilmu, F. (2016). Perbandingan
dan ketidaksempurnaan yaitu berupa tingkat kebugaran lansia di panti wredha
keterbatasan dalam jumlah sampel lansia yang pacitan dan di masyarakat desa mbalong
diteliti, semakin banyak sampel maka akan sidoharjo, 1–11.
semakin baik. Untuk itu diharapkan ke Garatachea, N., & Lucia, A. (2013). Genes ,
depannya dapat menambah sampel lansia untuk physical fitness and ageing. Ageing
hasil yang lebih maksimal. Research Reviews, 12(1), 90–102.
https://doi.org/10.1016/j.arr.2012.09.00
KESIMPULAN
3
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data
Guerra-balic, M., Oviedo, G. R., & Javierre, C.
yang telah dilakukan, diketahui bahwa
(2015). Research in Developmental
kebugaran jasmani didasarkan pada tingkat
Disabilities Reliability and validity of the
partisipasi dan gender tidak ada perbedaan yang
6-min walk test in adults and seniors with
signifikan.
intellectual disabilities, 47, 144–153.
REFERENSI https://doi.org/10.1016/j.ridd.2015.09.0
(2014). The development of loyalty Guidetti, L., Franciosi, E., Gallotta, M. C.,
9
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
10
Ricky Malik Hambali, Nurlan Kusmaedi, Jajat Vol.5 No.2, 2019 (1-11)
11