Siaran Pers - 7 Asosiasi 24082020 PDF
Siaran Pers - 7 Asosiasi 24082020 PDF
A. Konsil Kedokteran Indonesia merupakan salah satu produk Reformasi Kedokteran yang
mulai bergulir sejak 1998 dan direpresentasikan dalam Undang Undang Praktek
Kedokteran yang disahkan pada tahun 2004. Pembentukan KKI ini merupakan hasil
pemikiran panjang para ahli yang kredibel bersama-sama dengan seluruh elemen yang
ada di dunia kedokteran demi menterjemahkan amanah umum Reformasi 1998 tentang
pelibatan elemen Civil Society dalam penyelenggaran urusan publik.
C. Dengan demikian menjadi penting untuk memastikan agar perwakilan setiap unsur
penyusun komposisi pimpinan KKI benar-benar lahir dari pilihan sadar dan independen
dari kelompok yang diharapkan terwakili. Undang-Undang telah secara tegas menjaga
independensi setiap unsur dengan secara tersirat menegaskan bahwa dalam kaitannya
dengan unsur non pemerintah, maka Pemerintah hanya memiliki peran administratif
yaitu menampung usulan dari organisasi profesi dan kelompok masyarakat yang syarat-
syarat kelayakannya telah ditetapkan secara jelas dalam UU Praktek Kedokteran
tersebut.
Untuk memperjelas hal tersebut, berikut ini kami kutip bunyi ayat 1, 3 dan 4 Pasal 14 UU
Praktek Kedokteran.
Ayat 1 (Pasal 14, UU No.29 tahun 2004)
Jumlah anggota Konsil Kedokteran Indonesia 17 (tujuah belas) orang yang terdiri atas
unsur-unsur yang berasal dari :
a. Organisasi profesi kedokteran 2 (dua) orang;
b. Organisasi profesi kedokteran gigi 2 (dua) orang;
c. Asosiasi institusi pendidikan kedokteran 1 (satu) orang;
d. Asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi 1 (satu) orang;
e. Kolegium kedokteran 1 (satu) orang;
f. Kolegium kedokteran gigi 1 (satu) orang;
g. Asosiasi rumah sakit pendidikan 2 (dua) orang;
h. Tokoh masyarakat 3 (tiga) orang;
i. Departemen Kesehatan 2 (dua) orang; dan
j. Departemen Pendidikan Nasional 2 (dua) orang.
Kami merasa perlu untuk menegaskan hal tersebut di atas dikarenakan kami menjumpai
fakta bahwa nama-nama anggota KKI yang dicantumkan dalam Keppres No.55/2020 tidak
sesuai dengan nama-nama yang kami usulkan kepada Menteri Kesehatan. Terkait dengan
hal ini maka setidaknya ada 7 hal yang perlu menjadi perhatian bersama :
1. Organisasi dan Asosiasi telah mengajukan usulan nama calon anggota KKI sejak awal
tahun 2019. Usulan tersebut berdasarkan seleksi yang panjang dan cermat calon-
kandidat anggota KKI dengan memperhatikan dan menyesuaikan dengan ketentuan
peraturan-perundangan.
2. Terkait usulan Organisasi dan Asosiasi tersebut di atas, Menteri Kesehatan periode
sebelumnya telah memberi respon dan saran perbaikan dikarenakan dari beberapa
nama yang diusulkan ada yang kemudian tidak bersedia menyatakan kesediaan
mengundurkan diri dari ASN. Hal ini dikomunikasikan dengan baik dan terbuka oleh
Menteri Kesehatan saat itu.
3. Atas permintaan perbaikan dan atau perubahan dari Menteri Kesehatan tersebut, Kami
selaku Organisasi dan Asosiasi pengusul telah memberikan tanggapan dengan
mengajukan usulan nama baru.
4. Poin 1-3 tersebut di atas, membantah pernyataan pers Kementerian Kesehatan pada 19
Agustus 2020 yang menyatakan bahwa Organisasi profesi dan Asosiasi tidak
mengajukan usulan nama, nama yang diusulkan jumlahnya tidak memenuhi 2N dan
nama yang diajukan dianggap tidak memenuhi syarat sehingga Menteri Kesehatan
mengajukan usulan nama sendiri.
5. Perlu ditegaskan kembali bahwa UU Praktek Kedokteran mewajibkan Menteri
Kesehatan untuk mengusulkan nama calon anggota KKI (kepada Presiden) HARUS
berdasarkan usulan Organisasi Profesi dan Asosiasi.
6. Menteri Kesehatan telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sehingga patut diduga adanya penyalahgunaan
wewenang .
7. Sangat disayangkan ditengah kondisi negara prihatin dilanda bencana pandemi Covid-
19, dimana Para Tenaga Medis sedang berkonsentrasi menangani Pandemi Covid-19
ini, Menteri Kesehatan mengeluarkan pernyataan-pernyataan tidak kondusif bahkan
menuduh adanya KKN. Sejatinya dalam situasi pandemi seperti ini, Menteri Kesehatan
harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik Bersama seluruh stakeholder
Kesehatan serta tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontraproduktif
(meresahkan).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami merasa perlu untuk ikut menjaga kepentingan
publik dengan menegakkan amanah Reformasi dan ketentuan UU Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran.
Untuk itu kami menyatakan sebagai berikut :
Kami menyampaikan kekecewaan mendalam dan keberatan atas sikap dan tindakan
Menteri Kesehatan yang telah memberikan usulan nama yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan serta telah memberikan informasi dan pernyataan
tidak sesuai fakta dan kebenaran kepada Presiden RI, sehingga Presiden mengeluarkan
Keppres No 55 tahun 2020.
Akhirnya kami tutup Siaran Pers, tujuh (7) Organisasi profesi dan Asosiasi ini dengan
memberikan penafsiran atas pasal 17 UU No.30/2014 yang mengatakan bahwa, Pejabat
Pemerintahan dilarang menyalahgunakan wewenang, mencampuradukkan wewenang; dan
larangan bertindak sewenang-wenang. Sementara itu dalam pasal 18 undang-undang
yang sama, disebutkan pula, Pejabat Pemerintahan dikategorikan melampaui wewenang
apabila keputusannya ternyata bertentangan dengan undang-undang.
Ketua ARSPI