Anda di halaman 1dari 3

Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi Kedokteran

Terkait Kepres No 55/2020

Sehubungan dengan terbitnya Keppres No 55/ 2020 tentang Pemberhentian dan


Pengangkatan Keanggotaan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Periode 2020 – 2025
tertanggal 11 Agustus 2020, kami atas nama Organisasi Profesi dan Asosiasi (IDI, PDGI,
MKKI, MKKGI, AIPKI, AFDOKGI, ARSPI) yang memiliki hak konstitusional untuk
mengusulkan Keanggotan KKI dengan ini menyampaikan pernyataan sebagai berikut :

A. Konsil Kedokteran Indonesia merupakan salah satu produk Reformasi Kedokteran yang
mulai bergulir sejak 1998 dan direpresentasikan dalam Undang Undang Praktek
Kedokteran yang disahkan pada tahun 2004. Pembentukan KKI ini merupakan hasil
pemikiran panjang para ahli yang kredibel bersama-sama dengan seluruh elemen yang
ada di dunia kedokteran demi menterjemahkan amanah umum Reformasi 1998 tentang
pelibatan elemen Civil Society dalam penyelenggaran urusan publik.

B. Sebagaimana tersirat dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran (UU No.29 Tahun


2004), pembentukan KKI dilandasi semangat untuk menjaga kepentingan publik. Hal ini
terlihat dari posisi KKI yang ditetapkan sebagai badan otonom non struktural yang
bersifat independen. Selain itu, komposisi pimpinan KKI ditetapkan terdiri dari unsur-
unsur yang mewakili semua sisi dalam sistem layanan Kedokteran yaitu unsur penyedia
layanan, pengguna layanan dan regulator (Pemerintah).

C. Dengan demikian menjadi penting untuk memastikan agar perwakilan setiap unsur
penyusun komposisi pimpinan KKI benar-benar lahir dari pilihan sadar dan independen
dari kelompok yang diharapkan terwakili. Undang-Undang telah secara tegas menjaga
independensi setiap unsur dengan secara tersirat menegaskan bahwa dalam kaitannya
dengan unsur non pemerintah, maka Pemerintah hanya memiliki peran administratif
yaitu menampung usulan dari organisasi profesi dan kelompok masyarakat yang syarat-
syarat kelayakannya telah ditetapkan secara jelas dalam UU Praktek Kedokteran
tersebut.

Pasal 14 UU Praktek Kedokteran menyebutkan dengan jelas dan tegas bahwa


penyusunan nama calon anggota KKI oleh Menteri Kesehatan harus berdasarkan
usulan dari Organisasi dan Asosiasi.

Untuk memperjelas hal tersebut, berikut ini kami kutip bunyi ayat 1, 3 dan 4 Pasal 14 UU
Praktek Kedokteran.
Ayat 1 (Pasal 14, UU No.29 tahun 2004)
Jumlah anggota Konsil Kedokteran Indonesia 17 (tujuah belas) orang yang terdiri atas
unsur-unsur yang berasal dari :
a. Organisasi profesi kedokteran 2 (dua) orang;
b. Organisasi profesi kedokteran gigi 2 (dua) orang;
c. Asosiasi institusi pendidikan kedokteran 1 (satu) orang;
d. Asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi 1 (satu) orang;
e. Kolegium kedokteran 1 (satu) orang;
f. Kolegium kedokteran gigi 1 (satu) orang;
g. Asosiasi rumah sakit pendidikan 2 (dua) orang;
h. Tokoh masyarakat 3 (tiga) orang;
i. Departemen Kesehatan 2 (dua) orang; dan
j. Departemen Pendidikan Nasional 2 (dua) orang.

Ayat 3 (Pasal 14,UU No.29 tahun 2004)


Keanggotaan Konsil Kedokteran Indonesia ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri.
Ayat 4 (Pasal 14, UU No.29 tahun 2004)
Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil Kedokteran Indonesia harus berdasarkan
usulan dari organisasi dan asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Kami merasa perlu untuk menegaskan hal tersebut di atas dikarenakan kami menjumpai
fakta bahwa nama-nama anggota KKI yang dicantumkan dalam Keppres No.55/2020 tidak
sesuai dengan nama-nama yang kami usulkan kepada Menteri Kesehatan. Terkait dengan
hal ini maka setidaknya ada 7 hal yang perlu menjadi perhatian bersama :

1. Organisasi dan Asosiasi telah mengajukan usulan nama calon anggota KKI sejak awal
tahun 2019. Usulan tersebut berdasarkan seleksi yang panjang dan cermat calon-
kandidat anggota KKI dengan memperhatikan dan menyesuaikan dengan ketentuan
peraturan-perundangan.
2. Terkait usulan Organisasi dan Asosiasi tersebut di atas, Menteri Kesehatan periode
sebelumnya telah memberi respon dan saran perbaikan dikarenakan dari beberapa
nama yang diusulkan ada yang kemudian tidak bersedia menyatakan kesediaan
mengundurkan diri dari ASN. Hal ini dikomunikasikan dengan baik dan terbuka oleh
Menteri Kesehatan saat itu.
3. Atas permintaan perbaikan dan atau perubahan dari Menteri Kesehatan tersebut, Kami
selaku Organisasi dan Asosiasi pengusul telah memberikan tanggapan dengan
mengajukan usulan nama baru.
4. Poin 1-3 tersebut di atas, membantah pernyataan pers Kementerian Kesehatan pada 19
Agustus 2020 yang menyatakan bahwa Organisasi profesi dan Asosiasi tidak
mengajukan usulan nama, nama yang diusulkan jumlahnya tidak memenuhi 2N dan
nama yang diajukan dianggap tidak memenuhi syarat sehingga Menteri Kesehatan
mengajukan usulan nama sendiri.
5. Perlu ditegaskan kembali bahwa UU Praktek Kedokteran mewajibkan Menteri
Kesehatan untuk mengusulkan nama calon anggota KKI (kepada Presiden) HARUS
berdasarkan usulan Organisasi Profesi dan Asosiasi.
6. Menteri Kesehatan telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sehingga patut diduga adanya penyalahgunaan
wewenang .
7. Sangat disayangkan ditengah kondisi negara prihatin dilanda bencana pandemi Covid-
19, dimana Para Tenaga Medis sedang berkonsentrasi menangani Pandemi Covid-19
ini, Menteri Kesehatan mengeluarkan pernyataan-pernyataan tidak kondusif bahkan
menuduh adanya KKN. Sejatinya dalam situasi pandemi seperti ini, Menteri Kesehatan
harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik Bersama seluruh stakeholder
Kesehatan serta tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontraproduktif
(meresahkan).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami merasa perlu untuk ikut menjaga kepentingan
publik dengan menegakkan amanah Reformasi dan ketentuan UU Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran.
Untuk itu kami menyatakan sebagai berikut :

Kami menyampaikan kekecewaan mendalam dan keberatan atas sikap dan tindakan
Menteri Kesehatan yang telah memberikan usulan nama yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan serta telah memberikan informasi dan pernyataan
tidak sesuai fakta dan kebenaran kepada Presiden RI, sehingga Presiden mengeluarkan
Keppres No 55 tahun 2020.

Akhirnya kami tutup Siaran Pers, tujuh (7) Organisasi profesi dan Asosiasi ini dengan
memberikan penafsiran atas pasal 17 UU No.30/2014 yang mengatakan bahwa, Pejabat
Pemerintahan dilarang menyalahgunakan wewenang, mencampuradukkan wewenang; dan
larangan bertindak sewenang-wenang. Sementara itu dalam pasal 18 undang-undang
yang sama, disebutkan pula, Pejabat Pemerintahan dikategorikan melampaui wewenang
apabila keputusannya ternyata bertentangan dengan undang-undang.

Jakarta, 24 Agustus 2020

Ketua Umum PB IDI Ketua Umum PB PDGI

Dr. Daeng M Faqih,SH,MH Dr.Drg.RM.Sri Hananto Seno,Sp.BM(K),MM

Ketua MKKI Ketua MKKGI

Prof.DR.Dr.David S Perdanakusuma,Sp.BP-RE(K) Prof.Dr.Drg.Chiquita Prahasti,Sp.Perio(K)

Ketua AFDOKGI Ketua AIPKI

Dr. Drg Nina Djustiana, M.Kes Prof.Dr. Budu,Sp.M (K),Ph.D

Ketua ARSPI

Dr. Andi Wahyuningsih Attas,Sp.An.KIC,MARS

Anda mungkin juga menyukai