Anda di halaman 1dari 6

KEGIATAN BELAJAR 3

KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL PENDIDIKAN BAGI ANAK


TUNAGRAHITA

A.    KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA

1.      Kebutuhan Pendidikan
Pendidikan harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki individu, yaitu sebagai
berikut:
a.      Jenis mata pelajaran
Penentuan mata pelajaran lebih banyak diarahkan pada pelajaran keterampilan.
b.      Waktu belajar
Kebutuhan waktu untuk  mengulang pelajaran dan mereka membutuhkan
kebutuhan contoh-contoh yang kongkret serta alat bantu pembelajaran.
c.       Kemampuan bina diri
Kajian biina diri dibutuhkan agar anak tidak tergantung pada orang lain. Anak
tunagrahita harus diajarkan secara rutin dan terencana.

2.      Kebutuhan Sosial dan Emosi


Kebutuhan sosialisasi anak tunagrahita mengalami kesulitan karena kelainannya
dan respon lingkungan yang kurang memahami keberadaannya. Mereka
mengalami kesulitan dalam membersihkan diri, memasuki dunia remaja, mencari
kerja, sementara kebutuhan seksual mereka berkembang secara normal. Masalah
tersebut akan berkembang menjadi gangguan emosional. Untuk itu diperlukan
bantuan para ahli untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3.      Kebutuhan Fisik dan Kesehatan


Bagi tunagrahita sedang dan berat mengalami gangguan keseimbangan dan
ketidakmampuan dalam memelihara diri sehingga mereka cenderung mengalami
sakit.
B.     PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

1.      Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita


Tujuan pendidikan anak tunagrahita perlu disesuaikan dengan tingkatan
kemampuan mereka dan dirumuskan lebih terperinci. Menurut Kirk (1986) tujuan
pendidikan anak tunagrahita adalah (a) dapat mengembangkan potensi sebaik-
baniknya, (b) dapat menolong diri, berdiri sendiri, dan berguna bagi masyarakat,
(c) memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
Sedangkan Suhaeri H.N (1980) menjelaskan lebih terperinci lagi mengenai tujuan
pendidikan anak tunagrahita disesuaikan dengan tingkatannya:
 Anak tunagrahita ringan: (1) dapat mengurus dan membina diri, (2) dapat
bergaul di masyarakat, (3) dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal kehidupan.
 Anak tunagrahita sedang: (1) dapat mengurus diri sendiri (makan
minum,berpakaian dan membersihakan badan), (2) dapat bergaul dengan
anggota keluarga dan masyarakat, (3) dapat mengerjakan sesuatu secara rutin
dan sederhana.
 Anak tunagrahita berat: (1) dapat mengurus diri secara sederhana (memberi
tanda atau kata bila ingin sesuatu), (2) dapat melakukan kesibukan yang
bermanfaat, (3) dapat bergembira (berlatih mendengarkan nyanyian, menonton
TV, menatap mata orang yang berbicara dengannya).

a.       Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah di tempat khusus terutama bagi


anak tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat. Sedangkan tunagrahita
ringan dapat ditempatkan di sekolah umum dengan segala variasinya yang
disesuaikan dengan keadaan anak tersebut.
1)      Sekolah khusus
Jenjang pendidikan ialah: TKLB (3 tahun), SDLB (6 tahun), SLTPLB (3 tahun),
SMLB (3 tahun). Jumlah mujrid tiap kelas 5 -12 siswa. Pengelompokkan siswa
saat KBM berdasarkan usia kronologis dan mentalnya dengan
model Individualized Education Program (IEP) yaitu program berdasarkan
kebutuhan individu. Kenaikan kelas diadakan setiap saat karena kemajuan tiap
anak berbeda. Anak mempelajari bahan  kelas berrikutnya sementara ia tetap
berada di kelasnya semula.
2)      Kelas jauh
Administrasi dikerjakan di sekolah induknya, sedangkan KBM dikerjakan guru di
kelas jauh.
3)      Guru kunjung
Guru berkunjung ke tempat anak tersebut dan memberi pelajaran sesuai dengan
kebutuhan anak.
4)      Lembaga perawatan (institusi khusus)
Layanan pendidikan dan perawatan bagi anak yang tergolong berat dan sangat
berat ketunagrahitaannya karena terkadang anak menderita penyakit lain.

b.      Di sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu)


Sistem terpadu bervariasi memberikan kesempatan kepada anak tunagrahita
belajar, bermain, atau bekerja sama dengan anak normal. Tempat pendidikan
sistem integrasi yang diadaptasi dari Moh. Amin (1995) diantaranya:
1)      Di kelas biasa tanpa kekhususan, hanya memerlukan waktu belajar yang lebih
lama dan perhatian khusus dari guru kelas.
2)      Di kelas biasa dengan  guru konsultan, sesekali guru konsultan berkunjung
untuk membantu guru kelas dalam cara menangani, merancang bahan pelajaran,
dan metode yang sesuai kebutuhan anak tunagrahita.
3)      Di kelas biasa dengan guru kunjung, berkunjung apabila guru kelas mengalami
kesulitan dan memberi saran kepada guru kelas.
4)      Di kelas biasa dengan ruang sumber, Ruangan khusus yang dimenyediakan
berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan belajar anak tunagrahita.
5)      Di kelas khusus sebagian waktu, bila di kelas biasa mengalami kesulitan maka
anak tunagrahita belajar di kelas khusus dengan guru pendidikanluar biasa.
6)      Kelas khusus, belajar di kelas khusus namun untuk kegiatan umum seperti
upacara, olahraga, dan penggunaan kantin bersam dengan anak normal lainnya.
c.       Di sekolah biasa dengan sistem inklusif
Pada sistem inklusi, anak tunagrahita berada di sekolah bersama anak biasa
selama mengikuti pendidikan dan memndapat program yang sesuai dengan
kemampuannya.

2.      Ciri Khas Pelayanan


a.       Ciri-ciri khusus
1)      Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, dan menggunakan kata yang sering
didengar.
2)      Penempatan anak tunagrahita di depan kelas dan berdekatan dengan anak yang
mempunyai sikap keakraban tinggi.
3)      Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita yang mengalami kesulitan

b.      Prinsip khusus
1)      Prinsip skala perkembangan mental, pemahaman guru mengenai usia
kecerdasan tunagrahita.
2)      Prinsip kecepatan motorik, mempelajari sesuatu dengan melakukannya.
3)      Prinsip keperagaan, alat peraga yang digunakan tidak abstrak dan menonjolkan
pokok materi yang diajarkan.Contoh: tulisan bebek harus tebal sementara gambar
bebek tipis, karena gambar hanya membantu pengertian anak.
4)      Prinsip pengulangan, anak tunagrahita cepat lupa untuk itu dibutuhkan
pengulangan materi disertai contoh yang bervariasi.
5)      Prinsip individualisasi, menekankan pada perhatian individu dengan kedalaman
materi yang berbeda dengan anak normal.

3.      Materi
Lebih mengutamakan materi yang mengandung kecepatan motorik / unsur
praktik.

4.      Strategi Pembelajaran
Dalam menentukan strategi pembelajaran, harus memperhatikan tujuan
pembelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Beberapa
strategi yang cocok untuk anak tunagrahita, diantaranya:
a.       Strategi pengajaran yang diindividualisasikan
Materi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Dalam
pelaksanaannya guru perlu melakukan hal-hal berikut ini:
1)      Pengelompokan murid disesuaikan dengan minat dan kemampuan belajar yang
memungkinkan dapat berinteraksi dan bekerja sama.
2)      Pengaturan lingkungan belajar yang memungkinkan murid melakukan kegiatan
yang beraneka ragam.
3)      Mengadakan pusat belajar (learning center), dilakuakn di sudut-sudut ruang
kelas dengan pelajaran yang berbeda dan disediakan bahan yang dapat dipilih dan
bernuansa aplikasi.

b.      Strategi kooperatif
Efektif diterapkan pada kelompok murid yang heterogen, Karena semangat
kerjanya adalah yang lebih pandai membantu yang lemah (mengalami kesulitan)
dalam suasana keakraban. Jonshon D.W (1984) menyatakan bahwa guru harus
mampu merancang bahan pelajaran dan peran tiap anak yang adapat menunjang
terciptanya ketergantuang positif antara anak tunagrahita ringan dengan anak
normal.

c.       Strategi modifikasi tingkah laku


Tujuannya mengubah, menghilangkan, atau mengurangi tingkah laku yang tidak
baik. Guru harus terampil memilih tingkah laku yang harus dihilangkan dan
ditambahkan teknik reinforcement (hadiah penguatan).

5.      Media
Diperlukan media khusus seperti: media untuk latihan motorik, latihan
keseimbangan, dan latihan konsentrasi dengan ketentuan: (1) bahan tidak
berbahaya, (2) warna tidak mencolok, (3) ukuran harus sesuai.

6.      Sarana
Sarana sama dengan anak normal, hanya ukuran, bentuk, dan warna perlu
dimodufikasi sesuai keadaan anak tunagrahita.
7.      Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti: alat terapi wicara, alat permaianan, miniatur yang
berkaitan dengan pelajaran.

8.      Evaluasi
Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan khusus, diantaranya:
a.       Waktu mengadakan evaluasi: dilakukan selama proses belajar. Dilihat juga
bagaimana reaksi anak, sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.
b.      Alat evaluasi: alat yang digunakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita
sama dengan anak normal, hanya berbeda pada urutan dan penggunaan.
c.       Kriteria keberhasilan : keberhasilan belajar dibandingkan dengan kemajuan
anak itu sendiri dari waktu ke waktu.
d.      Pencatatan hasil evaluasi: berbentuk kuantitatif dan kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai