Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 BAB XII tentang

kesehatan kerja mengatur hak dan kewajiban setiap warga negara dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-Undang

tersebut juga dinyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan salah

satu dari upaya kesehatan, yang diselenggarakan untuk mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga

kerja.

Setiap tempat kerja memiliki faktor bahaya yang dapat

mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya

penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2014). Di dalam suatu lingkungan kerja,

pekerja akan menghadapi tekanan dari lingkungan kerjanya. Tekanan

tersebut dapat bersifat kimiawi, fisik, biologi, dan psikis. Tekanan panas

merupakan bagian dari tekanan fisik yang sangat mempengaruhi aktivitas

pekerja. Oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman

mungkin supaya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan

produktivitas (Suma’mur, 2009).

Kondisi lingkungan kerja yang panas dapat mempengarui kondisi

tubuh pekerja, misalnya pekerja dilingkungan panas seperti disekitar


pelabuhan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan (di

bawah terik matahari). Selama beraktivitas pada lingkungan panas

tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara

suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan

antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari

dalam tubuh (Tarwaka dkk, 2004).

Menurut Santoso (2004), iklim kerja panas atau tekanan panas

dapat mengakibatkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu

melakukan pekerjaan fisik, maka darah akan mendapat beban tambahan

kerena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja.

Darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit.

Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus

memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini adalah

frekuensi denyut nadi pekerja akan semakin meningkat.

Kondisi suhu lingkungan kerja yang terlalu panas dapat

menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan pada pekerja. Penelitian

Donoghue dan Bates (2000) pada pekerja tambang besi bawah tanah di

Australia, dengan rentang ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) 26-28oC,

ditemukan sebanyak 65 kasus kelelahan panas akut. Menurut Randell dan

Wexler (2002), sekitar 6 juta pekerja di Amerika Serikat terkena stres

akibat panas dengan kasus kematian terbanyak dilaporkan terjadi di bidang

konstruksi, pertanian, kehutanan, perikanan, dan manufaktur. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Tawatsupa dkk (2012) di Thailand menemukan

2
hampir 20% respondennya mengalami paparan panas. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa paparan panas memiliki hubungan secara

signifikan dengan kejadian kecelakaan kerja.

Hasil penelitian Dewi (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan

tekanan panas dengan tekanan darah pada Karyawan di Unit Fermentasi

PT. Indo Acidatama.Tbk Kebakkramat Karanganyar. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Sugiyarto (2011), juga menunjukkan adanya hubungan

antara tekanan panas dengan tekanan darah tenaga kerja di unit weaving

PT. Dan Liris Sukoharjo yang menunjukkan korelasi yang kuat. Namun

hasil penelitian dari Telan (2012), menunjukkan bahwa variabel tekanan

panas tidak ada hubungan dengan perubahan tekanan darah sistolik dengan

nilai p = 0,102 ( p > 0,05) dan juga tidak ada hubungan antara tekanan

panas dengan perubahan tekanan darah diastolik dengan nilai p= 0,753 (p

> 0,05).

Kondisi kerja yang panas juga dialami oleh Sukarelawan Pengatur

Lalu Lintas (Supeltas) di Surakarta. Paparan panas tersebut dialami setiap

hari sesuai shift kerja. Shift kerja Supeltas terbagi menjadi dua bagian,

yaitu shift pagi dan siang. Shift pagi dimulai antara pukul 08.00 sampai

pukul 12.00 dan shift siang dimulai pukul 12.00 sampai pukul 16.00.

Supeltas ini telah dilatih oleh Satlantas agar memiliki keterampilan dalam

mengatur lalulintas. Pada mulanya anggota Supeltas Surakarta berjumlah

18 orang. Saat ini Supeltas Surakarta yang tercatat sebagai anggota resmi

berjumlah 50 orang. Supeltas tersebut menjalankan tugasnya di 20 titik

3
yaitu Ursulin, Perempatan Garuda, Perempatan 3 Serangkai, Wora-Wari,

Perempatan Sriwedari, SMA 7, Dawung, Tanjung Anom, Joyontakan,

Gilingan, Paragon, Kota Barat, Kampung Baru, Mangkunegaran, Pasar

Legi, Keslatan, Perempatan SMA 5&6, Joglo, Kerten, Coyudan

(Kristiyanto, 2015).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dengan

pengukuran tekanan darah pada lima orang Supeltas sebelum bekerja

didapatkan rata-rata tekanan darah sistole 119 mmHg dan tekanan darah

diastole 70 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistole setelah

bekerja 128 mmHg sedangkan diastole 83 mmHg. Hal ini menunjukkan

adanya peningkatan tekanan pada Supeltas antara sebelum dan sesudah

bekerja. Hasil pengukuran tersebut menggunakan QUESTemp °32Thermal

Environment Monitor atau alat pengukur iklim kerja panas di tiga tempat

diperoleh hasil ISBB pada Perempatan Sriwedari sebesar 30,65oC, SMA 7

sebesar 34,76oC dan di Ursulin sebesar 31,5oC. Sementara untuk

perhitungan beban kerja menurut kebutuhan kalori didapatkan hasil rata-

rata 165,99 kilo kalori/jam. Menurut Tarwaka (2015) beban kerja tersebut

digolongkan dalam beban kerja ringan. Menurut Peraturaan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 tentang Nilai

Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, ISBB

untuk beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan

25% istirahat yaitu 31oC.

4
Supeltas memiliki risiko yang besar terhadap paparan panas dan

dapat mempengaruhi kesehatan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai hubungan iklim kerja panas dengan tekanan darah pada

sukarelawan pengatur lalu lintas Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan

darah pada Supeltas Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan antara iklim kerja panas dengan

tekanan darah pada Supeltas Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan iklim kerja panas dan tekanan darah di

lingkungan kerja Supeltas Surakarta.

b. Menganalisis hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan

darah pada Supeltas Surakarta.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Supeltas Surakarta

a. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan

kesehatan individu.

5
b. Menambah wawasan mengenai hubungan antara iklim kerja panas

dengan tekanan darah pada Supeltas Surakarta.

2. Bagi Satlantas Surakarta

a. Dapat dijadikan sebagai masukan dalam membimbing Supeltas

agar mengutamakan kesehatan.

b. Menambah pengetahuan mengenai hubungan antara iklim kerja

panas dengan tekanan darah.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan

referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya mengenai hubungan

iklim kerja panas dengan tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai