Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat


yang dapat mencerminkan kualitas dari suatu negara. Keluarga yang sejahtera, sehat,
harmonis, berkualitas, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
idaman dari setiap keluarga, oleh karena itu program-program Keluarga Berencana
telah dirubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga Berkualitas
Tahun 2015”1. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat,
maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut
terlihat bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk.
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu
merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana1.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan
menggunakan kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa banyaknya
jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut
jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-infomasi mengenai
keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi
tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan atau norma
budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna (akseptor) menjadi
ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu diperlukan suatu
layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan
jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya.
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek
samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian
yang harus dipikirkan adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/ obat
kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi.
Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah1 :
 Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan

1
 Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan
 Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan budaya
di masyarakat
 Terjangkau harganya oleh masyarakat
 Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, kesuburan akan segera
pulih, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata,
salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium, penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena
program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status
kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.

2
BAB II
KONTRASEPSI

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha –


usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat
permanen pada wanita disebut tubektomi dan pada pria disebut vasektomi.2
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak
menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut
kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, 5) tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7)murah harganya
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima
penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.

Akseptabilitas2
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek sampingan
ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah penggunaannya, 5) harga obat/alat
kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini terbukti apabila pasangan tetap
mempergunakan cara kontrasepsi yang bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan
ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur
wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.

Metode kontrasepsi3
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)

3
1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN

1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)


Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh
manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik
sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik
keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat
maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini
dapat menimbulkan neurasteni.
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama
terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100
perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24
jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:
1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka
atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali dilakukan untuk
tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari
vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga
asiditas vagina.

4
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas
tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar
telah memasuki servik uteri.

1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil
lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui
secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif,
selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.
Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih
dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat
haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya
ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid
pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat
memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi
lain.
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasid √ √ √ √
a
Kontrasepsi √ √
Progestin
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi √
kombinasi
Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui1

5
1.4 Pantang berkala (rhythm method)

Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus
dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering
juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa
seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya.
Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir
24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam
masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan
datang. Untuk memprediksi timbulnya ovulasi dapat digunakan beberapa metode
sebagai berikut:

Gambar 1. Metode penentuan masa ovulasi


a. Metode suhu basal tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya
diambil saat baru bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur.
Suhu basal tubuh akan meningkat setelah ovulasi. Pencatatan suhu
dilakukan setiap hari pada sebuah tabel atau kertas grafik.

6
b. Metode lendir serviks

Metode berdasarkan lendir serviks yang muncul pada siklus wanita. Lendir
ini dicek di vagina. Sesudah haid vagina biasanya kering, setelah itu
muncul lendir yang lengket. Sesaat sebelum ovulasi lendir berubah
menjadi basah dan licin. Hari terakhir basah karena lendir ini biasanya
bersamaan dengan ovulasi.
c. Metode sympthotermal
Metode ini merupakan penggabungan dari kedua metode diatas.
Selanjutnya wanita disuruh mencari tanda-tanda ovulasi lainnya, seperti:
nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan posisi serta konsistensi
serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena mengkombinasi berbagai
variabel. Tetapi tetap juga memiliki keterbatasan.
d. Metode kalender
Bila haid teratur (28 hari), hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai
hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus
haid. Sedangkan bila siklus haid tidak teratur, harus dicatat siklus haid
selama 6 bulan. Yang paling normal haid adalah 28 hari, tetapi masih
dianggap normal jika antara 21-35 hari. Masa subur awal didapatkan
dengan siklus terpendek dikurangi 18 dan akhir masa subur adalah siklus
terpanjang dikurangi 11. Misalnya siklus terpendek adalah 25 hari dan
terpanjang 35 hari, maka waktu subur adalah antara hari ke 7 sampai
dengan ke 24.

7
2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS
2.1 PRIA
2.1.1 Kondom

Gambar 2. Kondom
Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai ialah
kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia
berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom telah
dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga berencana.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu
berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm
dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai
sifat spermatisid.
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan
yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam
kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom
ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak
dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak
ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet.

8
Gambar 3. Kondom 2

Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam
penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang
tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma.
Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara
terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk
mencegah terjadinya robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya
sperma tidak tumpah.

2.2 WANITA
2.2.1 Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan
(2) cervical cap.

9
2.2.1.1 Diafragma vaginal

Gambar 4. Diafragma vaginal

Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk
dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang
tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan
mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan
sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat
spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.
Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :
1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu oleh karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang
tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan,
misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4)
hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.
Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan.
Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat

10
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri
yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah :
1) Diperlukan motivasi yang cukup kuat
2) Umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal
3) Pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan;
4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.
Keuntungan cara ini ialah :
1) Hampir tidak ada efek sampingan
2) Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup
memuaskan
3) Dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang
tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.

2.2.1.2 Cervical cap

Gambar 5. Cervical cap

Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk
yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari
diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini

11
dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang
dipakai untuk kontrasepsi.

3. KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMATISIDA


Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen,
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang
nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat
hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu,
obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam
vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium
uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi
terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam
bentuk :
1. suppositorium

Gambar 6. Supositoria dan tablet spermatisid


Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan
sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif
setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.

2. jelly atau cream.

Gambar 7. Jelly spermatisid


1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) Delfen vaginal cream.
Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam vagina

12
dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai
1 jam.
3. tablet busa
Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih
dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina
sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.
4. C-film

Gambar 8. C-film
yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama)1.

13
4. KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah
perubahan drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini
tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah
kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi
atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin.
Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS menggunakan kontrasepsi oral untuk
mengendalikan kesuburannya.
4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)

Gambar 9. Pil kontrasepsi


Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan
IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering
terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum
tiap hari selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut
(with drawal bleeding) dari uterus.
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila
digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan)1.
Terdapat 2 jenis cara kerja pil estrogen kombinasi
1. Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung hormon
aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif. Jenis monofasik paling banyak digunakan saat ini. Setiap
tabletnya mengandung 30 -100 μ g etinilestradiol (di beberapa negara terdapat
pula tablet dengan 10 dan 20 μ g) dan gestagen sintetik dengan dosis yang
berbeda-beda. Kebanyakan efek samping yang timbul disebabkan oleh
14
kandungan estrogen sehingga saat ini hampir semua pil kontrasepsi
mempunyai kadar estrogen yang rendah (20-35 μ g etinilestradiol). Dari
sebagian besar penelitian, pemberian dosis 50 μ g menimbulkan efek samping
yang sangat rendah.
2. Pil sekuensial ( bifasik/ trifasik): Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet,
mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang yang
berbeda ( dua atau tiga dosis), dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Cara
kerjanya mirip dengan suatu siklus haid normal, khasiat kontrasepsi hanya
berdasarkan pada hambatan ovulasi oleh estrogen dalam fase pertama dan
pada fase kedua gestagen hanya berguna untuk menimbulkan perdarahan yang
teratur. Pil sekuensial tidak seefektif pil kombinasi oleh karenanya angka
kegagalan relatif tinggi. Di Indonesia sediaan ini tidak pernah beredar

No Nama Dagang Progesteron Estrogen


1 (Jenis Kombinasi)
Microgynon 30 150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordette 28 150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordial 28 250 mcg Levonorgestrel 50 mcg Etinilestradiol
Mercilon 28 150 mcg Levonorgestrel 20 mcg Etinilestradiol
Marvelon 28 150 mcg Desogestrel 30 mcg Etinilestradiol
Ovostat 28 1 mg Linestrenol 50 mcg Etinilestradiol
Lyndiol 2,5 mg Linestrenol 50 mcg Etinilestradiol
Gynera 75 mcg Gestroden 30 mcg Etinilestradiol
Diane 35 2 mg Siproterone asetat 35 mcg Etinilestradiol
2 (jenis kombinasi
bertingkat) 50 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Triquilar ED 75 mcg Levonorgestrel 40 mcg Etinilestradiol
125 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol

50 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol


Trinordial 75 mcg Levonorgestrel 40 mcg Etinilestradiol
125 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
3 Exluton 28 0,5 mg Linestrenol
Tabel2. Macam-macam Pil kontrasepsi kombinasi

15
Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi
efek yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat
menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari
hipofisis.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan
menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi
dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi
ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya
dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas.
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi kurang
memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga dapat
menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh
mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua mekanisme
pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin, apabila diminum
setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi terhadap kehamilan
yang hampir absolute.

Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2).
Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi antara
lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol,
fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai kontrasepsi
tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.

Obat yang berinteraksi Efek merugikan


Asetaminofen dan aspirin Mungkin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin Mungkin menurunkan atau meningkatkan
efektivitas obat penenang dan fungsi
psikomotor

16
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral Mungkin mengurangi efek hipoglikemik
Tabel 3. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3

Obat yang berinteraksi Efek yang merugikan


Alkohol Efek mungkin meningkat
Aminlfilin Efek meningkat
Antidepresan Efek mungkin meningkat
Benzodiazepine Efektifitas zat penenang dan fungsi
psikomotor mungkin meningkat atau
menurun
Beta bloker Efek penghambat mungkin meningkat
Kafein Efek meningkat
Kortikosteroid Toksisitas mungkin meningkat
Teofilin Efek meningkat
Tabel 4. Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3

Keamanan
Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan benar
terbukti relatif aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek samping dari pil
KB yang selama ini terlalu banyak dan terlalu lama mendapat perhatian efek
merugikan pada para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa cemas karena
publisitas yang terus menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat awam sering
kebingungan karena laporan yang banyak dan sering bertentangan tersebut.
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel
paling efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun
atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah kepadatan tulang
meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia berkurang; angka kehamilan
ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis
berkurang; kista ovarium fungsional sampai 80% dan salpingitis berkurang; keluhan
premenstruasi berkurang; angka kanker endometrium dan ovarium berkurang sampai
40%; berbagai penyakit payudara jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme;
perbaikan akne; pencegahan aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang
panggul berkurang; dan perbaikan rematoid artritis.3,5
Kemungkinan efek yang merugikan
a. Efek metabolik

17
 Lipoprotein dan lemak
Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol
total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal
ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit pembuluh
arteri.
 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai
dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat
langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan
sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid
kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin
ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu memicu munculnya diabetes
secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi efek ini seperti pada kehamilan,
efek diabetogeniknya sering reversibel apabila kontrasepsi oralnya dihentikan.
 Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X, XII,
XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden kedua bentuk
trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.
b. Penyakit hati
Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada
pemakai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan.
Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit kandung empedu pada
wanita yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka
panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang
telah pulih dari hepatitis virus.

c. Neoplasia

18
Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya
kecil. Sebenarnya, pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek
protektif terhadap kanker ovarium dan endometrium.
 Hiperplasia dan kanker hati
Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak
langsung dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika dan
pembentukan tumor yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini dijumpai
pada wanita yang menggunakan formulasi berisi estrogen dosis tinggi
(biasanya mestranol) untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi oral
kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat mengurangi insiden
terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.
 Adenoma hipofisis
 Serviks
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan pemakaian
kontrasepsi oral, dan resiko kanker invasif meningkat setelah pemakaian 5
tahun. Tapi masih belum jelas apakah keterkaitan ini memiliki hubungan
sebab akibat.
 Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam ternbentuknya
kanker payudara. Pada sebuah studi terbesar, tidak terbukti adanya
peningkatan resiko kanker payudara diantara pemakai kontrasepsi oral (Cancer
and Steroid Hormone Study,1986). Gabrick dkk.(2000) melaporkan
peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat keluaga yang kuat, tetapi
resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat yang lama yang dosis
estrogennya tinggi.
d. Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai
pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral.
 Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6
(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini
terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan

19
meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan terjadinya
defisiensi piridoksin.
e. Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad
pemakaian kontrasepsi hormonal.
 Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena
diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita- tahun
adalah kecil.
Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena
adalah hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak
banyak aktivitas fisik (Hatche dkk.,1998).
 Stroke dan Trombosis arteri
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral
tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan
peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000; Pettiti
dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996). Yang
utama, wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri kepala
migren mengalami peningkatan resiko stroke hemorhagik atau trombotik
(Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).
 Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal.
Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan. Terjadinya
hipertensi pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi pemakaian
kontrasepsi oral setelahnya.
 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen. Ada
2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi oral

20
adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang berusia lebih dari 35
tahun yang sedang atau pernah merokok.
 Nyeri kepala migren
 Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang
atau meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada
wanita yang memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah parah atau
merupakan ancaman stroke atau stroke ringan.
f. Efek pada reproduksi
 Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.
 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI. Karena
hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan kontrasepsi yang
baik.
g. Efek lain
 Mukorea
 Kloasma
 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian
kontrasepsi oral
 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya retensi
cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu merasa
tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat kontrasepsi5 .
 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau lebih

4.2 Kontrasepsi progestasional

21
4.2.1 Progestin oral

Gambar10. Jenis minipil yang tersedia dipasaran


Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg atau
kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden
perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi
ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan 1,5. Pil ini
mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi.
Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks yang menghambat
penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak
implantasi blastokista.
 Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti,
lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau
nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan diperkirakan
lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.
 Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila
kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional
menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu yang sama atau hampir
sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari
berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.
 Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.

22
4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik

Gambar 11. kontrasepsi suntik

Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara


dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama
dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest)
telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat
tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus
serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum.
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya
mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah
pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi. Pemulihan
kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka panjang
trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat,
hanya terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi
menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata.
Pada pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan
penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan.
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas
bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan.
Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari3 .

23
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg,
tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

4.2.3 Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat


Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan
dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera.
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan
proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari
pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus
menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-
14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari pasca
penyuntikan.
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya perdarahan
yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan perdarahan
tampaknya menjadi lebih jarang terjadi dibandingkan dengan injeksi
depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian
berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah
penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian
dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.

Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu keadaan dibawah
ini :
 Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
 Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
 Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
 Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
 Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai neoplasma dependen
estrogen
 Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
 Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah menggunakan pil
 Adenoma atau karsinoma hati
 Diketahi atau dicurigai hamil
Peringatan :
Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat pemakaian
kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam jumlah besar (15 batang atau
lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral harus benar-benar diingatkan untuk tidak merokok.

Tabel 5. kontraindikasi pemakaian Kontrasepsi oral kombinasi3

24
4.2.4 Implan progestin

Gambar 12. Kontrasepsi implan


Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang
diimplantasikan dijaringan subdermal. Terdapat beberapa jenis kontrasepsi implant
seperti:
a. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel
dan lama kerjannya 5 tahun.
b. Implanon. Terdiri dari datu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dengan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjannya 3 tahun.
c. Jadena, dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali


efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan,
kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita nondiebetik.
Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat
mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik. Setelah pencabutan
implant, kesuburan dapat kembali segera.
Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan
kepadatan tulang.
Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang berkaitan
dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka
pengeluarannya akan menjadi lebih sulit.

25
5. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Gambar 13. AKDR

Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah


kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-
penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini
dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin kedalam alat genital unta mereka,
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh2 .
Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada
manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena
dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis,
dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.

Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam
kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan
sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag
(fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering
timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi.
Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut.

26
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

Jenis-jenis AKDR

Gambar 14. Jenis-jenis AKDR


Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling
banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan
spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf
T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang
(Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).

AKDR Dengan Progestin


Mirena, adalah contoh AKDR yang mengandung levonorgestrel ( progesteron)
yang memiliki bentuk T, yang melepaskan 20 mcg levonorgestrel perhari ke dalam
rongga uterus, dengan masa aktif sekitar 5 tahun. Mekanisme kerja Mirena, hampir
sama dengan AKDR pada umumnya, namun Mirena memiliki efek dari pelepasan
progesterone intrauterin, sehingga memiliki efek sistemik dari progesteron yang
sangan kecil. Berikut adalah kelebihan AKDR dengan Progestin:
- Mengurangi nyeri dan jumlah perdarahan saat haid
- Diberikan pada wanita perimenopause, dan diberikan dengan estrogen
untuk mencegah hiperplasia endometrium

27
- Dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk mengurangi
perdarahan uterus disfungsional
- Tidak mengganggu fungsi hati, sehingga dapat digunakan bersama-sama
dengan pasien yang sedang menjalani pengobatan TB, atau epilepsi
Kelemahan AKDR dengan progestin:
- Mahal
- Memiliki sedikit efek progesteron sistemik, seperti meningkatkan resiko
trombosis, menurunkan kadar HDL darah, memperburuk perjalan kanker
payudara dan miom

Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI

Efek samping AKDR


 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-
bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan.
Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi

28
yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan
AKDR.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan
segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang
mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika
dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung
logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan
dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya
dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan
lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya tidak kelihatan,
sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang
relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan

29
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis

Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang
terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada
uterus yang sedang hamil tidak ada.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga
bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan
sama sekali dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah


bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai
6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara
minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau
ekspulsi lebih besar.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion
merupakan kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir

30
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum
AKDR dipasang.
Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang
dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek
samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

Tehnik pemasangan AKDR

Gambar 15. Pemasangan AKDR

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi
disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling
banyak digunakan di Indonesia.

Tehniknya berupa :
 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologi dalam posisi litotomi.
 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine
 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus
 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya
kanalis servikalis serta kavum uteri.

31
 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong
ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
AKDR bebas.
 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan
tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan
lebih awal apabila diinginkan.

Cara mengeluarkan AKDR2


Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan
cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.
Tidak terlihatnya benang oleh karena :
 Akseptor menjadi hamil
 Perforasi usus
 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti adanya mioma uterus.

6. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.1 Metoda
dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates
menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu
vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan
perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan secara sukarela
dalam rangka keluarga berencana.

32
6.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur
wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah
persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari
pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko
infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap
memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.
Keuntungan tubektomi ialah :
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan
anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
 Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii
terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi (gambar
2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi;
dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tuba
histeroskopik.

33
Gambar 16. Minilaparotomi
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida,
cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping
cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba,
penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.
Cara penutupan tuba :
 Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam
kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap.
Tidak dilakukan pemotongan tuba.

Gambar 17. Cara Madlener

34
 Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya
terpisah satu dengan yang lain.

Gambar 18. Cara Pomeroy


 Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan
ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

Gambar19. cara Irving

 Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

35
 Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di
atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan
dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya,
mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di
daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-
kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting.
Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa,
sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka
sayatan dijahit dengan kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

Gambar 20. cara Uchida


 Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria.
Jahitan ini diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba
sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong.
Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat
kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka
kegagalan 0,19%.

36
gambar 21. cara Kroener

6.2 Vasektomi

Gambar 22. Vasektomi


Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa
negara seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan
penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga
berencana nasional2 .
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik
dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi 5. ”Vasektomi, selain aman dari
kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu
menaikkan libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan
impotensi atau ketidak jantanan5.

37
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan
dahulu.
Keuntungan vasektomi5 :
 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit
Tehnik vasektomi
Adapun tehniknya berupa:
 Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan a dan antiseptik,
kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokain. Anestesi dilakukan di
kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan
disekitar vas deferens.
 Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin
dibawah kulit skrotum.
 Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas
deferens. Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin itu
benar vas deferens), vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat
 Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.
Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan
pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12
kali hubungan demi pengamanan5.
Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom
oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan
memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan
sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

7. KONTRASEPSI DARURAT
Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah, kontrasepsi yang dapat
mencegah kehamilan bula digunakan setelah berhubungan seksual. ”Kondar” disebut

38
juga “kontrasepsi pascasenggama”, “morning after pills” atau “morning after
treatment”. Kondar digunakan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek seperti,
aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan agama. Berikut adalah indikasi pemggunaan
kontrasepsi darurat:
1. Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:
 Kondom bocor, lepas, atau salah dalam penggunaan
 Kegagalan senggama terputus
 AKDR ekspulsi
 Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
 Terlambat lebuh dari 1 minggu untuk suntik kb yang setiap
bulan, dan terlambat suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik
KB tiga bulanan

2. Perkosaan
3. Tidak menggunakan kontrasepsi
Kontrasepsi yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat:
1. AKDR
Satu-satunya AKDR yang dapat digunakan adalah AKDR yang mengandung
tembaga ( Copper). Jika dipasang dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
senggama, AKDR mampu mencegah kehamilan dengan cara:
 Mencegah sperma masuk ke tuba falopii, dan mengganggu
mobilitas sperma
 Mencegah implantasi, dengan merubah suasana endometrium
Kegagalan cara ini < 0,1%, dan AKDR tersebut dapat dipertahankan sampai
masa aktifnya habis.
2. Pil KB
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi
darurat:
A. Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan Pil KB dengan kandungan 50 mg
etinil estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel
per pil. Kondar harus digunakan dalam 3 x 24 jam pertama pasca

39
senggama. Berikan 2 pil kontrasepsi sebagai dosis awal, kemudian
berikan lagi 2 pil setelah 12 jam pil pertama diberikan
B. Pil KB progestin (Postinor)
Pada berbagai penelitian, efektivitas pil KB progestin dan
metode yuzpe hampir setara, Namun keunggulan pil progestin
terletak pada minimnya efek samping, karena menggunakan
hormon tunggal dengan dosis yang lebih kecil.
Pil mini ( levonorgestrel 0,75 mg) diberikan dalam 3x 24 jam
pascasenggama sebagai dosis aman, kemudian berikan dosis
ulangan (1 pil) , 12 jam setelah dosis awal diberikan.
Efek samping yang ditimbulkan sama seperti efek samping
penggunaan pil progestin lainnya, seperti mual, muntah, dan
timbulnya gangguan perdarahan. Apabila terjadi muntah setelah 2
jam pemberian, maka pemberian pil tersebut harus diulangi, dan
sebaiknya diberikan obat anti muntah terlebih dahulu.

40
BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.


Dan usaha –usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan
dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok
untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat
harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai
kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing alat
atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.

No Jenis Kelebihan Kekurangan


Kontrasepsi
1. Kondom  Bila digunakan  Kekurarngan
secara tepat maka penggunaan kondom
    kondom dapat memerlukan latihan
digunakan untuk dan tidak efisien
    mencegah  Karena sangat tipis
kehamilan dan maka kondom mudah

41
penularan robek bila tidak
    penyakit menular digunakan atau
seksual (PMS) disimpan sesuai
     Kondom tidak aturan
mempengaruhi  Beberapa pria tidak
  kesuburan jika dapat
digunakan dalam mempertahankan
jangka panjang ereksinya saat
 Kondom mudah menggunakan
didapat dan kondom.
tersedia dengan  Setelah terjadi
harga yang ejakulasi, pria harus
terjangkau menarik penisnya
dari vagina, bila
tidak, dapat terjadi
resiko kehamilan atau
penularan penyakit
menular seksual.
 Kondom yang terbuat
dari latex dapat
menimbulkan alergi
bagi beberapa orang.

2. Suntik Kontrasepsi  Dapat digunakan  Dapat mempengaruhi


oleh ibu yang siklus mentruasi.
menyusui.(Untuk  Kekurangan suntik
KB suntik yang kontrasepsi /kb suntik
tidak dapat menyebabkan
mengandung kenaikan berat badan
estrogen) pada beberapa
 Tidak perlu wanita.
dikonsumsi setiap  Tidak melindungi
hari atau dipakai terhadap penyakit
sebelum menular seksual.
melakukan  Harus mengunjungi
hubungan dokter/klinik setiap 3
seksual. bulan sekali untuk
 Darah menstruasi mendapatkan
menjadi lebih suntikan berikutnya.
sedikit dan
membantu
mengatasi kram
saat menstruasi.

3. Implan/Susuk  Dapat mencegah  Sama seperti


Kontrasepsi terjadinya kekurangan
kehamilan dalam kontrasepsi suntik,
jangka waktu 3 Implan/Susuk dapat

42
tahun. mempengaruhi siklus
 Sama seperti mentruasi.
suntik, dapat  Tidak melindungi
digunakan oleh terhadap penyakit
wanita yang menular seksual.
menyusui.  Dapat menyebabkan
 Tidak perlu kenaikan berat badan
dikonsumsi setiap pada beberapa
hari atau dipakai wanita.
sebelum
melakukan
hubungan
seksual.

4. IUD/IUS  Merupakan  Pada 4 bulan pertama


metode pemakaian dapat
kontrasepsi yang terjadi resiko infeksi.
sangat efektif.  Kekurangan
 Bagi wanita yang IUD/IUS alatnya
tidak tahan dapat keluar tanpa
terhadap hormon disadari.
dapat  Tembaga pada IUD
menggunakan dapat meningkatkan
IUD dengan darah menstruasi dan
lilitan tembaga. kram menstruasi.
 IUS dapat  Walaupun jarang
membuat terjadi, IUD/IUS
menstruasi dapat menancap ke
menjadi lebih dalam rahim.
sedikit (sesuai
untuk yang sering
mengalami
menstruasi
hebat).

5. Pil Kontrasepsi/kb  Mengurangi  Tidak melindungi


resiko terkena terhadap penyakit
kanker rahim dan menular seksual.
kanker  Harus rutin diminum
endometrium. setiap hari.
 Mengurangi  Saat pertama
darah menstruasi pemakaian dapat
dan kram saat timbul pusing dan
menstruasi. spotting.
 Dapat mengontrol  Efek samping yang
waktu untuk mungkin dirasakan
terjadinya adalah sakit kepala,
menstruasi. depresi, letih,

43
 Untuk pil tertentu perubahan mood dan
dapat mengurangi menurunnya nafsu
timbulnya jerawat seksual.
ataupun hirsutism  Kekurangan Untuk
(rambut tumbuh pil kb tertentu
menyerupai pria). harganya bisa mahal
dan memerlukan
resep dokter untuk
pembeliannya.

6 Kontrasepsi Mantap  Sangat efektif dan  Harus


(Tubektomi/Vasektomi) permanen dipertimbangkan
 Tidak dengan matang
mempengaruhi untung dan ruginya
laktasi  Rasa nyeri setelah
 Tidak terdapat dilakukan tindakan
efek samping  Tidak memberikan
 Tidak ada perlindungan
perubahan dalam terhadap IMS, HBV,
fungsi seksual dan HIV/AIDS

Tabel 6. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi

Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi
pada peningkatan Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan
keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada khususnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama


cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2003
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002
3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006
4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama
cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2001
5. www.pikas.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=498
6. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1007347677,29897
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelayanan kontrasepsi
darurat. Jakarta : Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia dan WHO, 2004.

45
46

Anda mungkin juga menyukai