OLEH :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PERIODE ANTENATAL (ANC)
Konsepsi
fertilitas Kebersihan
genital menurun
Embryogenesis
Maturasi janin
Perubahan pd
Ibu
Perubahan Perubahan
psikologis fisiologis
Krisis situasional,
GIT S. S. Urinaria
ketidakstabilan
hormon cardiovaskular
Kelembapan
meningkat
Resiko Infeksi
Trimester II
TRIMESTER II
Perubahan Perubahan
Fisiologis Psikologis
Krisis
S. Endokrin S. S. S. respirasi Situasional
cardiovasku Muskuloske
ler letal
Inotropik Desakan Uterus Proses adaptasi
Perubahan Perubahan
Fisiologis Psikologi
Persiapan
Pembesaran Sistem Endokrin melahirkan
Uterus
Primi : Kurang
Retensi H₂O pengetahuan
Perub. Skelet Menekan paru dan Na⁺
dan Persendian
Ansietas
Pelepasan
mediator nyeri
Edema Hipertfentrik
(prostagladin
Ekstremitas el
dan histamine)
Kelebihan Penurunan
Nyeri Volume Cairan Cardiac
Output
Resiko cidera
janin dan
maternal
5. Pemeriksaan Fisik
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T berfungsi untuk memberikan
pelayanan kepada Ibu hamil yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, standar
pelayanan antenatal sudah direkomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak tahun
2009. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Pemeriksaan Tekanan darah
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan aTas)
4) Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8) Test laboratorium (rutin dan khusus)
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
persalinan.
1. Pemeriksaan fisik umum
a) Keadaan umum: kompos mentis, tampak sakit.
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu, berat
badan.Pemeriksaan Kebidanan (Status Obstetricus)
1) Inspeksi
a. Muka
Adanya edema, chloasma gravidarum (bintik-bintik hitam pada
wajah), selaput mata pucat dan merah, keadaan lidah dan gigi.
b. Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
c. Dada
Bentuk buah dada, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu,
adakah coloctrum.
d. Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada acites biasanya
membesar ke samping), keadaan pusat, pigmentasi dilinea alba,
Nampak gerakan janin atau kontraksi rahim, adakah striae
gravidarum atau bekas luka.
e. Vulva
Keadaan perineum, adakah asites, tanda Chadwick.
f. Anggota bawah
Cari varises, oedema, luka, cicatrik pada lipatan paha
2) Palpasi
Untuk menentukan :
a) Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan (UK)
b) Menentukan letaknya anak dalam rahim
c) Adakah tumor dalam rongga perut, kista, mioma, limpa yang
membesar
Pemeriksaan Leopold
a. LEOPOLD I
Tujuan : Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian yang
terdapat di fundus.
a. Bila kepala :bulat, keras dan dapat digerakkan (baloemen).
b. Bila bokong :lunak, bentuk tidak spesifik, lebih besar dan lebih lunak
dari kepala, tidak dapat digerakkan serta fundus terasa penuh.
c. Bila letak lintang :palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.
d. Pemeriksaan usia kehamilan dari tingginya fundus uteri :
Sebelum bulan ke 3 fundus uteri belum dapat diraba dari luar
i. Akhir bulan III (12 mg) : tinggi fundus uteri 1 – 2 jari di atas
symphisis
ii. Akhir bulan IV(16 mg) : tinggi fundus uteri pertengahan
symphisis
iii. Akhir bulan V (20 mg) : tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat
iv. Akhir bulan VI (24 mg): tinggi fundus uteri setinggi pusat
v. Akhir bulan VII (28 mg) : tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat
vi. Akhir bulan VIII (32 mg) : tinggi fundus uteri pertengahan
prosesus xipoideus dan pusat
vii. Akhir bulan IX (36 mg): tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
prosesus xipoideus
viii. Akhir bulan X (40 mg) : tinggi fundus uteri pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat
Jadi, fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan IX (36 mg), setelah
bulan ke 8 fundus uteri pada primigravida turun lagi karena kepala
mulai turun ke dalam rongga panggul. Pada seorang multigravida
yang berbaring, fundus uteri tetap setinggi arcus costarium dan
menonjol ke depan.
b. LEOPOLD II
Tujuan : Untuk menentukan di mana letaknya punggung anak dan di
mana letaknya bagian-bagian kecil
c. LEOPOLD III
Tujuan : Untuk menentukan apakah bagian bawah sudah masuk PAP
(Pintu Atas Panggul) atau belum.
d. LEOPOLD IV
Tujuan: Untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah masuk PAP
3) Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoaural dan ultrasound
(doptone). Dengan stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi yang
berasal :
a) Dari anak
(1) Bunyi jantung anak (frekuensi bunyi jantung 120-140 kali per menit)
dengan stetoskop monoral pada akhir bulan kelima. Dengan stetoskop
ultrasound (doptone) pada akhir bulan ketiga. Kalau bunyi jantung
<120 kali permenit atau >160 kali permenit atau tidak teratur, maka
anak dalam asphyxia (kekurangan oksigen). Cara menghitung bunyi
jantung adalah dengan mendengarkan bunyi jantung selama 3 x 5
detik kemudian dikalikan 4.
Misalnya :
Waktu (5 detik) Dikalikan Hasil
Dijumlahkan Interpretasi
I III V 4 Perhitungan
11 12 11 34 34 x 4 136 x/mnt Teratur, bayi normal
8. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi wanita hamil memerlukan paling sedikitnya 4
kali kunjungan pada periode antenatal :
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 – 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah minggu
36)
Kunjungan Waktu Infomasi penting
Trimester I Sebelum 14 a) Membangun hubungan saling percaya
minggu antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya
c) Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatus, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat, dsb.)
Trimester II 14 – f) Sama seperti di atas , ditambah
28minggu kewaspadaan khusus mengenai pre-
eklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
pre-eklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
Trimester III 28 - 36 g) Sama seperti di atas, ditambah palpasi
minggu abdominal untuk mengetahui apakah
kehamilan ganda
Trimester IV sesudah h) Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak
minggu 36 bayi tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit
9. Komplikasi
Yang sering ditemukan pada antenatal care :
a. Anemia
b. Penyakit
c. Hiperemis gravidarum
d. Perdarahan dalam kehamilan
e. Kelainan letak
f. Toxamia gravidarum (pre eklamsia, eklamsia)
g. Kegelisahan menjelang persalinan
3. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesia
(SLKI)
1 Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Gangguan
keperawatan selama Makan
Definisi: …… x …….… maka Observasi
Berisiko mengalami asupan Monitor asupan dan
Status Nutrisi Membaik
nutrisi tidak cukup untuk keluarnya makanan dan
dengan kriteria hasil:
memenuhi kebutuhan cairan serta kebutuhan
metabolism. Porsi makanan yang kalori
dihabiskan meningkat (5)
Cerebral palsy
Cleft lip
Manajemen Nutrisi
Cleft palate
Observasi
Amyotropic lateral
Identifikasi status nutrisi
sclerosis
Identifikasi alergi dan
Kerusakan neuromuscular
intoleransi makanan
Luka bakar
Identifikasi makanan yang
Kanker
disukai
Infeksi
Identifikasi kebutuhan
AIDS
kalori dan jenis nutrient
Penyakit Crohn’s
Monitor asupan makanan
Enterokilitis
Monitor berat badan
Fibrosis kistik
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Objektif:
Saliva meningkat
Pucat
Diaphoresis
Takikardia
Pupil dilatasi
Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
keperawatan selama
Definisi: Observasi
…… x …….… maka
Kondisi emosi dan
Identifikasi saat tingkat
pengalaman subyektif individu Tingkat Ansietas Menurun
ansietas berubah (mis.
terhadap objek yang tidak jelas dengan kriteria hasil:
Kondisi, waktu, stressor)
dan spesifik akibat antisipasi
1. Verbalisasi kebingungan Identifikasi kemampuan
bahaya yang memungkinkan
menurun (5) mengambil keputusan
individu melakukan tindakan
2. Verbalisasi khawatir akibat Monitor tanda-tanda
untuk menghadapi ancaman
kondisi yang dihadapi ansietas (verbal dan
menurun (5) nonverbal)
Penyebab:
3. Perilaku gelisah menurun
Krisis situasional Terapeutik
(5)
Kebutuhan tidak 4. Perilaku tegang menurun (5) Ciptakan suasana
terpenuhi 5. Konsentrasi membaik (5) terapeutik untuk
Krisis maturasional 6. Pola tidur membaik (5) menumbuhkan kpercayaan
Ancaman terhadap konsep Temani pasien untuk
Dukungan Sosial Meningkat
diri mengurangi kecemasan,
dengan kriteria hasil:
Ancaman terhadap jika memungkinkan
kematian 1. Kemampuan meminta Pahami situasi yang
Kekhawatiran mengalami bantuan pada orang lain membuat ansietas
kegagalan meningkat (5) dengarkan dengan penuh
Disfungsi system keluarga 2. Bantuan yang ditawarkan perhatian
Hubungan orang tua-anak oleh orang lain meningkat
Gunakan pendekatan yang
tidak memuaskan (5)
tenang dan meyakinkan
Faktor keturunan 3. Dukungan emosi yang
Tempatkan barang pribadi
(temperamen, mudah disediakan oleh orang lain
yang memberikan
teragitasi sejak lahir) meningkat (5)
kenyamanan
Penyalahgunaan zat Motivasi mengidentifikasi
Terpapar bahaya situasi yang memicu
lingkungan (mis. Toksik, kecemasan
polutan, dan lain-lain) Diskusikan perencanaan
Kurang terpapar informasi realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Gejala dan Tanda Mayor:
Edukasi
Subjektif:
Merasa bingung Jelaskan prosedur,
Terapeutik
Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
Dukungan Emosional
Observasi
Terapeutik
Fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah,
atau sedih
Buat pernyataan suportif
atau empati selama fase
berduka
Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
(mis. Merangkul,
menepuk-nepuk)
Tetap bersama pasien dan
pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
Kurangi tuntutan berpikir
saat sakit atau lelah
Edukasi
Kolaborasi
Bimbing untuk
Gejala dan Tanda Mayor:
bertanggung jawab
Subjektif:
mengidentifikasi dan
Menanyakan masalah
mengembangkan
yang dihadapi
kemampuan memecahkan
Objektif:
masalah kesehatan secara
Menunjukkan perilaku
mandiri
tidak sesuai anjuran
Menunjukkan persepsi
Edukasi Kesehatan
yang keliru terhadap
masalah Observasi
Edukasi Dehidrasi
Observasi
Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
Jelaskan tanda gejala
dehidrasi
Anjurkan tidak hanya
minum air saat haus, jika
sedang berolahraga atau
beraktivitas berat
Anjurkan memperbanyak
minum
Anjurkan memperbanyak
konsumsi buah yang
mengandung banyak air
(mis. Semangka, papaya)
Ajarkan cara pemberian
oralit, jika perlu
Ajarkan menilai status
hidrasi berdasarkan warna
urine
Observasi
Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
Anjurkan selalu
mengawasi bayi
Anjurkan tidak
meninggalkan bayi
sendirian
Anjurkan menjauhkan
benda yang berisiko,
membahayakan bayi (mis.
Kantung plastic, karet, tali,
kain, benda-benda kecil,
benda tajam, pembersih
lantai)
Anjurkan memasang
penghalang pada sisi
tempat tidur
Anjurkan menutup sumber
listrik yang terjangkau
oleh bayi
Anjurkan mengatur
perabotan rumah tangga di
rumah
Anjurkan memberikan
pembatas pada area
berisiko (mis. Dapur,
kamar mandi, kolam)
Anjurkan menggunakan
kursi dan sabuk pengaman
khususnya saat bayi
berkendara
Anjurkan penggunaan
sabuk jenganan pada
stroller (kursi dorong
bayi), kursi khusus bayi
dengan aman
Anjurkan tidak meletakkan
bayi pada tempat tidur
yang tinggi
Ketidakcukupan
Berikan air hangat
asupan cairan setelah makan
Aganglionik (mis. Jadwalkan waktu
Penyakit Hircsprung) defekasi bersama pasien
Kelemahan otot Sediakan makanan
abdomen. tinggi serat
Psikologis : Edukasi
Objektif : Observasi
Feses keras Periksa tanda dan gejala
Peristaltic usus konstipasi
menurun Periksa pergerakan
Gejala dan tanda minor : usus, karakteristik feses
(konsistensi, bentuk ,
Subjektif :
volume, dan warna)
Mengejan saat defekasi Identifikasi faktor
Objektif : resiko konstipasi (mis.
Rektokel Kolaborasi
9 Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama ….. x ….. (I.01011)
Penyebab maka pola napas membaik Tindakan:
□ Depresi pusat pernapasan dengan kriteria hasil: Observasi:
□ Hambatan upaya napas □ Monitor pola napas
□ Defomitas dinding dada Pola napas L.01004 (frekuensi, kedalaman,
□ Defomitas tulang dada □ Dispnea menurun (5) usaha napas)
□ Gangguan neuromuskular □ Penggunaan otot bantu □ Monitor bunyi napas
□ Gangguan neurologis napas menurun (5) tambahan (mis. gurgling,
□ Imaturitas neurologis □ Pemanjangan fase mengi, wheezing, ronchi
□ Penurunan energi ekspirasi menurun (5) kering)
□ Obesitas □ Ortopnea menurun (5) □ Monitor sputum (jumlah,
□ Posisi tubuh yang □ Pernapasan cuping hidung warna, aroma)
meghambat ekspansi paru menurun (5)
□ Sindrom hipoventilasi □ Frekuensi napas membaik Terapeutik:
□ Kerusakan inervasi (5) □ Pertahankan kepatenan
diafragma □ Kedalaman napas jalan napas dengan head-
□ Cedera pada medula membaik (5) tilt dan chin-lift (jaw-thrust
spinalis jika curiga trauma servical)
□ Efek agen farmakologis □ Posisikan semi-fowler atau
□ Kecemasan fowler
□ Berikan minum hangat
Gejala dan Tanda Mayor □ Lakukan fisioterapi dada,
Subjektif jika perlu
□ Dispnea □ Lakukan penghisapan
Objektif lendiri kurang dari 15 detik
□ Penggunaan otot bantu jalan □ Lakukan hiperoksigenasi
pernapasan sebelum penghisapan
□ Fase ekspirasi memanjang endotrakeal
□ Pola napas abnormal □ Keluarkan sumbatan
benda pada dengan forsep
Gejala dan Tanda Minor McGill
Subjektif □ Berikan oksigen, jika
□ Ortopnea perlu
Objektif
□ Pernapasan pursed-lip Edukasi:
□ Pernapasan cuping hidung □ Anjurkan asupan cairan
□ Diameter thoraks anterior- 2000 ml/hari, jika tidak
posterior meningkat kontraindikasi
□ Ventilasi semenit menurun □ Ajarkan tehnik batuk
□ Kapasitas vital menurun efektif
□ Tekanan Kolaborasi:
ekspirasi menurun □ Kolaborasi pemberian
□ Tekanan bronkodilator, ekspektoran,
inspirasi menurun mukolitik, jika perlu
□ Ekskursi dada berubah.
Pemantauan Respirasi
Kondisi Klinis Terkait I.01014
□ Depresi sistem saraf Tindakan:
□ Cedera Kepala Observasi:
□ Trauma thoraks □ Monitor frekuensi, irama,
□ Gullian bare sydrome kedalam dan upaya napas
□ Mutiple sclerosis □ Monitor kemampuan batuk
□ Myasthenia gravi efektif
□ Stroke □ Monitor adanya produksi
□ Kuadriplegia sputum
□ Intosikasi alkohol □ Monitor adanya sumbatan
jalan napas
□ Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
□ Monitor pola napas
□ Monitor saturasi oksigen
□ Monitor AGD
□ Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
□ Atur internal pemantau
respirasi sesuai kondisi
pasien
□ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
Berikan teknik
Gejala dan Tanda Mayor
nonfarmakologis untuk
Subjektif mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
Mengeluh nyeri*
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
Objektif
aromaterapi, teknik
Tampak meringis
imajinasi terbimbing,
Bersikap protektif (mis.
kompres hangat/dingin,
Waspada, posisi
terapi bermain)
menghindari nyeri)
Kontrol lingkungan yang
Gelisah memperberat rasa nyeri
Frekuensi nadi meningkat (mis. Suhu ruangan,
Objektif
Edukasi
Tekanan darah meningkat
Jelaskan penyebab,
Pola napas berubah
periode, dan pemicu
Nafsu makan berubah
Jelaskan strategi
Proses berpikir terganggu
meredakan nyeri
Menarik diri
Anjurkan memonitor nyeri
Berfokus pada diri sendiri
secara mandiri
Diaphoresis
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kondisi klinis terkait
Ajarkan teknik
Kondisi pembedahan nonfarmakologis untuk
Cedera traumatis mengurangi rasa nyeri
Infeksi
Sindrom coroner akut Kolaborasi
Glaucoma
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
Identifikasi riwayat alergi
obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic (mis.
Narkotika, non narkotika,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
11 Ganguan eliminasi Urine Setelah diberikan asuhan Manajemen Eliminasi Urine
keperawatan selama ….x….. (I.04152)
Difinisi
jam diharapkan gangguan Observasi
Disfungsi eliminasi urin eliminasi urine menurun dengan □ Identifikasi tanda dan
kriteria hasil : gejala retensi urine atau
Penyebab
Peningkatan sensasi berkemi inkontenensia urine
□ Penurunan kapasitas (5) □ Identifikasi faktor yang
kandung kemih Penurunan desakan kandung menyeebabkan retensi urine
kemih (5) dan inkontenesia urine
□ Iritasi kandung kemih
Penurunann distensi kandung □ Monitor eliminasi urine
□ Penurunan kemampuan kemih (5) ( frekuensi, konsistensi,
2. Hiperglikemi Observasi
4. Kanker berpakaian/berhias
Terapeutik
5. Cedera/tumor/infeksi
Sediakan pakaian pada
medula spinalis tempat yang mudah
dijangkau
6. Neuropati diabetikum
Sediakan pakaian pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Bari Saiffudin, ed. 2002. Buku Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustak Sarwono Prawirohardjo
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) dan Laporan Nasional 2013.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Doenges, Marilynn E., 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Mitayani. 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika
Mochtar, R. 1998.Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rusman. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC
NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Defisinisi dan Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Saifuddin,dkk.2012.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus.
Jakarta : EGC