Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

“Pencegahan Infeksi Silang HIV & AIDS Pada Klinik Gigi”

DOSEN PEMBIMBING
Drg. Lucia Yauri M.MKes

KELOMPOK 11

NURSYAMSIA AHMAD PO714261202021

RENI KHAERUNNISA PO714261202022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN TERAPI GIGI PROGRAM
STUDI D.IV ALIH JENJANG
2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas limpahan rahmat dan karunia yang tak terhingga kepada
Sang pencipta, Sang penguasa, serta Sang Maha SegalaNya yang telah
memberikan limpahan kasih sayang atas hambaNya. Shalawat dan salam yang
selalu tercurahkan kepada Nabi besar junjungan kita Muhammad Shallallahu
alaihi wassalam yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam
yang terang benderang serta para keluarga beliau, para sahabat dan kaumnya
hingga akhir zaman. Alhamdulillah penulis mengucapkan syukur yang tak
terhingga kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tugas pembuatan makalah yang berjudul “Infeksi-infeksi opportunistik dan cara
pengobatannya.”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “ASUHAN


KEPERAWATAN HIV/AIDS.”

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca.Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca
semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Makassar, September 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 2

C. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian infeksi silang HIV & AIDS pada klinik gigi...................... 4

B. Jalur penyebaran infeksi....................................................................... 4

C. Tujuan kontrol infeksi .......................................................................... 4

D. Standar precautions .............................................................................. 5

E. Alat perlindungan diri .......................................................................... 6

F. Penanganan instrumen sebelum sterilisasi ........................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 10

A. Kesimpulan........................................................................................... 10

B. Saran..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi merupakan salah satu resiko kerja bagi para petugas kesehatan.
Mikroorganisme merupakan agen penyebab infeksi, termasuk di dalamnya
bakteri, virus, fungi dan parasit. Berbagai macam mikroorganisme yang
diduga dapat menginfeksi tenaga kerja medis di kedokteran gigi, diantaranya
termasuk HIV, Virus hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), virus
herpes simplex tipe 1 dan 2, Mycobacterium tuberkulosis, Staphylococci,
Streptococci, dan lain-lain. Adanya orangorang yang terinfeksi virus hapatitis
B dan C dan HIV, infeksi silang menjadi perhatian utama bagi dokter gigi dan
tenaga kerja kesehatan gigi lainnya. Kesehatan mempunyai peranan besar
dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan
kesehatan ini berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,
kelompok, ataupun masyarakat.

Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang
belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus
HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang.
Selain itu AIDS  juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik
maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui
media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa
menderitanya seseorang yang mengidap  penyakit AIDS. Dari segi fisik,
penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang

1
mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan
batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan  bahwa masalah AIDS
adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua.

Untuk itu, makalah ini dibuat dengan harapan kita sebagai mahasiswa
yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan dapat peka terhadap masalah-
masalah penyakit yang terdapat dalam masyarakat, terutama HIV/AIDS.

1.1 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian infeksi silang HIV & AIDS pada klinik gigi
2. Bagaimana jalur penyebaran infeksi
3. Apa tujuan kontrol infeksi
4. Bagaimana standar precautions
5. Apa saja alat perlindungan diri
6. Apa saja instrumen sebelum sterilisasi

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian infeksi silang HIV & AIDS pada klinik gigi
2. Untuk mengetahui jalur penyebaran infeksi
3. Untuk mengetahui tujuan kontrol infeksi
4. Untuk mengeathui standar precautions
5. Untuk mengetahui alat perlindungan diri
6. Untuk mengetahui instrumen sebelum sterilisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian infeksi silang HIV & AIDS pada klinik gigi

Pengedalian infeksi adalah melindungi pasien dari penularan penyakit dan


dari kondisi yang disebabkan penularan mikroorganisme. Penularan dapat
terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut
dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar
mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang
digunakan tidak steril. Pengedalian infeksi silang dalam kesehatan dokter dan
perawat untuk mengurangi kemungkinan atau resiko infeksi silang sehingga
menghasilkan lingkungan yang aman bagi pasien dan dokter atau perawat
pada saat berkerja penerapan pelindung diri dan kesterilian alat dan kebersihan
lingkungan agar tidak adanya penularan pengedalian infeksi langsung dan
tidak langsung.

Penyebaran infeksi dapat terjadi secara inhalasi yaitu melalui proses


pernafasan atau secara inokulasi atau melalui transmisi mikroorganisme dari
serum dan berbagai substansi lain yang telah terinfeksi. Peningkatan insiden
infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan virus hepatitis Proteksi
dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang (Dentist protection as a
breaker of cross infection chain) B (HBV) menyebabkan peningkatan
kewaspadaan terhadap infeksi silang semakin meningkat. Tingkat disiplin
pada pengendalian infeksi telah meningkat selama 10 tahun terakhir. Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan insidensi AIDS daripada peningkatan
insidensi hepatitis B yang lebih beresiko mengenai tenaga medis kedokteran
gigi. 2 Banyak pasien dan tenaga medis di kedokteran gigi yang beresiko
untuk tertular microorganisme patogen termasuk cytomegalovirus (CMV),
HBV, Hepatitis C virus (HCV), herpes simplex virus tipe 1 dan 2, HIV,
Mycobacterium tuberculosis, staphylococci, streptococci, serta berbagai
macam virus, bakteri yang berkolonisasi serta menginfeksi rongga mulut dan

3
saluran pernafasan. Penyebaran infeksi membutuhkan sumber infeksi antara
lain berupa darah, saliva, atau jaringan yang merupakan perjalanan dari
sumber infeksi tersebut. anan dari sumber infeksi tersebut.4 Penyakit infeksi
dapat menyebar di tempat praktek melalui kontak langsung antara manusia
dengan manusia, kontak tidak langsung, inhalasi langsung maupun tidak
langsung, autoinokulasi, dan ingesti.

B. Jalur penyebaran infeksi


Jalur utama terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang
kedokteran gigi yaitu melalui kulit atau mukosa yang terluka oleh benda tajam
atau jarum suntik. Umumnya infeksi tersebut disebabkan oleh
mikroorganisme patogen yang terdapat pada darah, saliva, dan plak gigi.
Banyak sumber penularan infeksi pada praktek dokter gigi antara lain tangan,
saliva, sekresi saluran pernafasan, debu/partikel pengeburan gigi, percikan
darah, pakaian, dan rambut, demikian pula instrumen gigi serta peralatan
lainnya. Rongga mulut adalah salah satu area berupa ekosistem yang cukup
banyak diteliti dalam tubuh manusia. Lingkungan rongga mulut
menggambarkan habitat kolonisasi bakteri aerob dan anaerob.
C. Tujuan kontrol infeksi
Salah satu upaya pencegahan terhadap penyakit dan menunjang dalam
menjaga kesehatan adalah pemeriksaan berkala. Bahwa lebih baik mencegah
dibanding mengobati kegunaannya lebih bertujuan untuk pencegahan,
terutama untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit yang
bersifat kronis,  penyakit infeksi  terutama yang dapat menular dan jenis
penyakit lain.

Tujuan kontrol infeksi antara lain :


a. Mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien dan petugas.
b. Menangani peralatan / instrumen medis yang dipakai pada saat tindakan
dengan prosedur yang benar .

D. Standar precautions (Kewaspadaan standar)

4
Kewaspadaan standar merupakan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari peran masing-
masing pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pimpinan termasuk staf
administrasi, staf pelaksana pelayanan termasuk staf penunjangnya dan juga
para pengguna yaitu pasien dan pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan utamanya mencakup penyusunan  SOP tentang kewaspadaan
standar, termasuk profilaksis pasca pajanan okupasional, dan menyediakan
layanan dan memberikan profilaksis pasca pajanan bagi orang terpajan HIV di
lingkungan fasyankes.

Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk


diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga
terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi silang
sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium
dan setelah pasien didiagnosis.Tenaga kesehatan seperti petugas laboratorium,
rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga berisiko besar
terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas
tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi.

Kewaspadaan standar diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan


yang dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum
suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang
petugas layanan kesehatan. Penelitian menun- jukkan bahwa risiko penularan
rata-rata dalam kasus pasien yang bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang
lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari

30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput
mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan
HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian
serupa dengan darah yang tercemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi.
Kewaspadaan Standar digunakan untuk semua perawatan pasien. Mereka
didasarkan pada penilaian risiko dan memanfaatkan praktik akal sehat dan

5
penggunaan alat pelindung diri yang melindungi penyedia layanan kesehatan
dari infeksi dan mencegah penyebaran infeksi dari pasien ke pasien.

E. Alat perlindungan diri

Dalam hal ini termasuk :

 Kebersihan diri

 Pemakaian baju praktek

 Proteksi misalnya sarung tangan, kacamata, masker, dan rubber dam

 Imunisasi.

a. Sarung tangan

Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran


pernafasan dan mulut yang utama. Kuku harus digunting pendek dan tidak
boleh memakai perhiasan seperti cincin, gelang, dan jam tangan pada saat
merawat pasien. Tangan harus dicuci dengan sikat dan sabun yang
mengandung zat antimikrobial seperti iodofor (1% iodine), klorheksidin
glukonat (2-4%), para-klormeta-silenol (PMCX) 0,5-3% atau alkohol (70%
isopropil aklohol) dan lain-lain. Tangan digosok paling sedikit selama 10 detik
dan dikeringkan dengan memakai pengering otomatis atau tissue.

Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau
vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi baik dokter gigi atau stafnya
maupun pasien. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi
terhadap lateks, walaupun hal ini jarang terjadi.

Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi yaitu :

 Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi
memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya
perdarahan.

 Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan bedah

6
atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan

 .Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus membersihkan alat,
permukaan kerja atau bila menggunakan bahan kimia.

Semua luka dan lecet-lecet pada kulit harus ditutup dengna plester yang
kedap air sebelum memakai sarung tangan. Jangan merawat pasien bila sedang
mengalami luka yang bernanah atau dermatitis yang terbuka hingga luka
tersebut benar-benar sembuh. Dokter gigi dan stafnya harus memakai satu
sarung tangan untuk tiap pasien, jangan memakai ulang sarung tangan karena
akan mengurangi nilai protektifnya.

b. Kacamata pelindung

Kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan stafnya untuk
melindungi mata dari splatter dan debris yang diakibatkan oleh high speed
handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik.

Rambut hendaknya jangan menutupi pandangan dan diikat bagi dokter


gigi yang memiliki rambut panjang serta dilindungi dari percikan dan aerosol
dengan memakai penutup kepala, sebaiknya dokter gigi mencuci muka
sebelum makan dan juga mencuci muka serta rambut sebelum tidur. Bakteri
patogen dan beberapa virus terutama virus hepatitis B dapat hidup pada
pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

c. Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya
digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk
mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas
maupun bawah.

Efektivitas penyaringan dari masker tergantung dari :

 Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas.

 Lama pemakaian, lama pemakaian yang efektif adalah 30-60 menit, terutama
bila masker itu basah. Jadi sebaiknya memakai 1 masker untuk tiap pasien.

7
d. Rubber dam

Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya


aerosol. Pemakaian rubber dam memungkinkan

 Mendapat gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat

 Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi


terjadinya luka pada jaringan dan mengurangi perdarahan.

 Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas


rubber dam.

e. Imunisasi

Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus
memiliki data imunisasi yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis
dan rubella (bagi dokter gigi wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja
dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan dari imunisasi rutin seperti
tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA dianjurkan imunisasi terhadap
semua penyakit ini kecuali TBC dan influenza.

F. Penanganan instrumen sebelum sterilisasi

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis


mikroorganisme sedang desinfeksi adalah proses yang membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme kecuali spora. Idealnya semua bentuk
vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan jumlah
mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan
masih dapat diterima.

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :

 Pembersihan sebelum sterilisasi.

 Pembungkusan

 Proses sterilisasi.

8
 Penyimpanan yang aseptik.

Dalam bidang kedokteran gigi pembersihan dapat dilakukan dengan :

 Pembersihan manual

 Pembersihan dengan ultrasonik

Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris


organik, darah, dan saliva. Asisten dokter gigi yang membersihkan alat
tersebut harus memakai sarung tangan heavy duty.

Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih


aman, efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat
ultrasonik yang tertutup selama paling tidak 10 menit. Setelah dibersihkan,
instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik
sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang
sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.

Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab

a.Meningkatkan efisiensi pembersihan

b.Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius

c.Mengurangi insiden terluka akibat benda tajam

d. Mengurangi waktu kerja

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi silang menjadi perhatian utama bagi tenaga medis dan tenaga
kesehatan lainnya. Dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi beresiko berkontak
dengan mikroorganisme patogen pada saat merawat pasien, diantaranya
termasuk HIV & AIDS.

Dalam tubuh, kita membawa banyak kuman,bakteri, parasit, jamur dan


virus. Sistem kekebalan yang sehat mampu mengendalikan kuman ini. Tetapi
bila sistem kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau obat tertentu,
kuman ini mungkin tidak terkendali lagi dan menyebabkan masalah kesehatan.

B. Saran

Disarankan agar meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga


kesehatan gigi dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi silang melalui
seminar atau pelatihan. Perlu untuk membuat standar prosedur operasional
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap tindakan perawatan
di klinik gigi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Apri Ariani.2014. Cara penularan HIV di Klinik Gigi.

(https://apriariani.wordpress.com/2014/09/16/makalah-cara-penularan-hiv-di-klinik-gigi/)

Amelia.2017. Tujuan Pencegahan Infeksi Dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan.

(https://id.scribd.com/document/364462549/Tujuan-Pencegahan-Infeksi-Dalam-
Pelayanan-Asuhan-Kesehatan).

http://spiritia.or.id/informasi/detail/29

https://snars.web.id/ppirs/bab-ii-kewaspadaan-standar/

Wibowo Terence.2009. Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang.

(http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/44/3/6.%20BAB%20II.pdf)

11

Anda mungkin juga menyukai