Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN MONETER

A. Pengertian Kebijakan moneter


Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Dapat dikatakan bahwa kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Sentral atau
Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi uang.

B. Tujuan Kebijakan Moneter


Tujuan pemerintah melakukan kebijakan moneter antara lain sebagai berikut.
a. Menyelenggarakan dan mengatur peredaran uang.
b. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang rupiah, baik untuk dalam negeri maupun
untuk lalu lintas pembayaran luar negeri.
c. Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas pembayaran uang giral.
d. Mencegah terjadinya inflasi (kenaikan harga barang secara umum).

Secara umum, tujuan kebijakan moneter adalah untuk menjaga kestabilan peredaran uang
pada suatu negara (berdasarkan UU No. 3 tahun 2004  pasal 7 tentang Bank Indonesia), yang
ditandai dengan meningkatnya lapangan pekerjaan dan menggairahkan dunia usaha kecil
menengah. Adapun tujuan kebijakan moneter secara spesifik adalah sebagai berikut
a. Menjaga Kestabilan Ekonomi
Artinya suatu keadaan dimana perekonomian yang berjalan sesuia dengan harapan dan
tujuan serta seimbang dan berkesinambungan. Secara sederhana dapat digambarkan
sebagai suatu keadaan dimana uang yang beredar sesuai dengan barang dan jasa yang
tersedia di pasaran.
b. Menjaga Kestabilan Harga
Interaksi antara uang dengan barang dan jasa akan mengasilkan harga. Keadaan ekonomi
dikatakan tidak stabil ketika harga dipasaran fluktuatif (naik turun). Yang leih parahnya jika
harga terus naik.
Keadaan ini berakibat pada jumlah uang yang masyarakat belanjakan, untuk mendapatkan
barang yang sedikit masyarakat harus mengeluarkan uang yang banyak.
c. Membuka Kesempatan Kerja
Ketika ekonomi stabil (suatu keadaan dimana perputaran uang sebanding dengan
perputaran barang dan jasa) para pengusaha dan investor akan tertarik menanamkan
modalnya di perusahaan suatu daerah atau negara. Dengan begini perusahaan akan
membutuhkan tenaga kerja baru untuk mengembangkan perusahaannya.
d. Memeperbaiki Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Dalam hal ini mendevaluasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing sangat penting
dilakukan oleh pemerintah disaat tertentu.
C. Instrumen Kebijakan Moneter
Pengaturan uang yang beredar di masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif.
a. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang diluncurkan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dapat berupa penurunan tingkat
suku bunga (kebijakan diskonto), pembelian surat-surat berharga (kebijakan pasar
terbuka), penurunan cadangan kas (kebijakan cash ratio), dan kelonggaran pemberian
kredit. Kebijakan moneter ekspansif ini juga disebut dengan kebijakan uang longgar
(easy money policy)
b. Kebijakan moneter kontraktif (Monetary Conractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang diluncurkan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar atau memperketat jumlah uang beredar.
Kebijakan ini dilakukan dengan menaikkan suku bunga, menjual SBI, menaikkan
cadangan kas, dan membatasi pemberian kredit. Kebijakan moneter dalam rangka
mengurangi jumlah uang beredar disebut juga politik uang ketat (tight money policy)

Dalam rangka melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia sebagai Bank sentral
menggunakan instrumen kebijakan moneter sebagai berikut.
a. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market operation)
Operasi pasar terbuka adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (atau bank
Indonesia) untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
dengan cara menjual surat berharga pemerintah (government securities) atau sertifikat Bank
Indonesia (SBI) atau membeli surat-surat berharga di pasar modal/saham. Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga di pasar modal.
Bila ingin menguragi jumlah uang beredar, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat.
Contoh : Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat berharga
di pasar modal.
b. Kebijakan Diskonto (Politik Diskonto)
Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (atau bank Indonesia) untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara menaikkan atau
menurunkan suku bunga Bank. Kebijakan ini dikeluarkan dengan tujuan agar masyarakat
menabungkan uangnya di Bank.
Contoh : Kebijakan diskonto ini dikeluarkan jika bank sentral telah menghitung dan
mengindikasikan jumlah uang yang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi).
Agar jumlah uang yang beredar stabil (jumlah uang yang beredar sama dengan jumlah
barang dan jasa di pasar) maka pihak bank sentral menaikkan suku bunga Bank agar
masyarakat berbondong-bondong menabungkan uangnya.
c. Kebijakan Cadangan Wajib (Reserve Requirement)
Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengatur, menaikkan atau menurunkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Naik atau turunnya kas (casio
ratio) di suatu Bank, ditentukan oleh kebijakan bank sentral sebagai pemegang wewenang
untuk mengatur kas.
d. Kebijakan Kredit Ketat
Kebijakan kredit ketat dikeluarkan dengan tujuan mengawasi uang yang beredar saat
perekonomian mulai menunjukkan gejala inflasi.
Contoh : Pemberian kredit moneter ketat kepada nasabah yang memenuhi kriteria 5C, yaitu
Character, Capability, Collateral, Capital. Dan Condition of Economy
e. Kebijakan Dorongan Moral (moral persuasion)
Kebijakan dorongan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan memberi dorongan moral/himbauan kepada pelaku ekonomi.
Contoh : menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

KEBIJAKAN FISKAL

A. Pengertian kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam memengaruhi pengeluaran dan
pendapatan dengan tujuan untuk menciptakan kesempatan kerja yang tinggi tanpa inflasi.
Kebijakan ini dilaksanakan pemerintah dengan cara meningkatkan atau menurunkan
pendapatan dalam bidang anggaran dan belanja negara dengan maksud untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian. Antara lain pemerintah dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan
nasional.

B. Tujuan kebijakan fiskal


Secara umum tujuan pelaksanaan kebijakan fiskal ialah untuk menentukan arah, tujuan, dan
prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan ekonomi agar sesuai dengan Program
Pembangunan Nasional (Propenas) yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Tujuan tersebut ditempuh dengan:
a. Meningkatkan laju investasi.
b. Meningkatkan kesempatan kerja.
c. Mendorong investasi optimal secara sosial.
d. Meningkatkan stabilitas di tengah ketidakstabilan ekonomi internasional.

C. Instrumen kebijakan fiskal


Instrumen kebijakan fiskal adalah sebagai berikut.

a. Pembiayaan fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional. Tujuan utama adalah meningkatkan
kesempatan kerja. Pada hal ini sektor pajak dan pengeluaran pemerintah menjadi hal yang
terpisah. Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan ditujukan untuk meningkatkan
penerimaan pemerintah, melainkan untuk mengatur pengeluaran pihak swasta.
Beberapa hal yang penting dalam pembiayaan fungsional adalah sebagai berikut.
1) Pajak digunakan untuk mengatur pengeluaran swasta bukan untuk penerimaan
pemerintah.
2) Apabila terjadi inflasi yang berlebihan maka pemerintah melakukan pinjaman
luar negeri untuk mendanai penarikan dana yang tersedia dalam masyarakat.
3) Apabila pajak dan pinjaman dirasa tidak tepat, maka pemerintah melakukan
pinjaman dalam negeri dalam bentuk pencetakan uan
b. Anggaran belanja seimbang
Untuk menciptakan anggaran yang berimbang, maka jika terjadi depresi, cara yang
ditempuh adalah anggaran defisit. Dan jika terjadi inflasi, maka cara yang ditempuh
adalah anggaran belanja surplus.

Ada berbagai macam anggaran, yaitu sebagai berikut.


1) Anggaran berimbang, adalah anggaran yang jumlah pendapatan negara sama
dengan jumlah pengeluaran negara. (seimbang)
Keadaan seperti ini dapat menstabilkan perekonomian dan anggaran.
Pemerintah kita menerapkan anggaran berimbang pada masa Orde Baru.
2) Anggaran defisit, adalah anggaran yang pengeluaran negara lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan negara dan memang direncanakan demikian,
sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan.
Politik anggaran defisit ini dipilih jika pemerintah ingin menstimulir
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilakukan bila perekonomian berada dalam
keadaan resesi.
3) Anggaran surplus, adalah anggaran yang direncanakan penerimaan lebih besar
daripada pengeluaran. Artinya, tidak semua penerimaan dibelanjakan sehingga
memungkinkan adanya tabungan pemerintah. Anggaran ini dilakukan jika
keadaan ekonomi mengalami inflasi.
c. Stabilisasi anggaran otomatis
Dalam stabilisasi anggaran otomatis, diharapkan terjadi keseimbangan antara
pengeluaran dan penerimaan negara tanpa adanya campur tangan langsung dari
pemerintah yang disengaja. Dengan stabilisasi anggaran otomatis, pengeluaran
pemerintah lebih ditekankan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagai paket
program.
KEBIJAKAN MONETER
1.Pengertian kebijakan moneter
Arti Kebijakan Moneter

Bayangkan, ada sebuah negara yang memproduksi barang dan jasa setiap hari dalam jumlah sangat
banyak, tetapi pemerintahnya hanya mencetak (menyediakan) uang dalam jumlah sangat sedikit.
Apa yang terjadi? Para produsen atau penjual pasti akan kebingungan memasarkan barang dan jasa
mereka, karena sangat sedikit konsumen yang bisa membeli. Mengapa demikian? Karena jumlah
uang yang beredar sangat sedikit dan tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang ada. Uang
yang beredar dengan jumlah yang terlalu sedikit juga bisa menyulitkan para pengusaha. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya kelesuan ekonomi, karena siapa pun menjadi susah bergerak karena
minimnya persediaan uang.Kondisi seperti ini disebut deflasi, yaitu jumlah uang yang beredar lebih
sedikit dibandingkan jumlah barang dan jasa yang ada. Untuk mengatasi deflasi, pemerintah perlu
menambah jumlah uang yang beredar dengan beberapa cara, antara lain dengan mencetak uang
baru atau dengan menurunkan suku bunga bank.Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar terlalu
banyak dibandingkan jumlah barang dan jasa yang ada, harga barang dan jasa akan melambung
tinggi. Kondisi ini disebut inflasi. Untuk mengatasi inflasi, pemerintah perlu mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan beberapa cara, di antaranya dengan menjual SBI (Sertifikasi Bank Indonesia),
menaikkan suku bunga bank, atau menarik uang lama dari peredaran.Tindakan-tindakan yang
dilakukan pemerintah untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar disebut
kebijakan moneter. Dalam praktiknya, kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Sentral sebagai
lembaga kepercayaan pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah
melalui bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka
mengendalikan perekonomian. Di Indonesia, kedudukan bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia
(BI).

Menurut para ahli

1. Menurut Nopirin : kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa
moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang
pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992:45). Bank
sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar.
2. Menurut Iswardono : kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari
kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya
sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997 : 126).

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.

2.Tujuan Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter dilakukan pemerintah dengan tujuan sebagai berikut:

a. Menjaga Stabilitas Ekonomi

Stabilitas ekonomi akan terganggu jika jumlah uang yang beredar di masyarakat melebihi jumlah
barang dan jasa yang tersedia sehingga menyebabkan terjadinya inflasi (harga barang dan jasa naik
tinggi). Stabilitas ekonomi juga akan terganggu jika jumlah uang yang beredar kurang dari jumlah
barang dan jasa sehingga menyebabkan terjadinya deflasi (kelesuan ekonomi). Oleh karena itu,
kebijakan moneter sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi yang selalu mengupayakan
jumlah uang yang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.

b. Menjaga Stabilitas Harga

Tinggi rendahnya harga sangat memengaruhi jalannya perekonomian. Harga-harga yang terlalu
tinggi bisa mengakibatkan turunnya permintaan. Turunnya permintaan dapat pula menurunkan
produktivitas dunia usaha. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas harga, pemerintah dapat
menggunakan kebijakan moneter. Caranya, jika harga terlalu tinggi, pemerintah harus mengurangi
jumlah uang yang beredar. Dan, jika harga terlalu rendah, pemerintah harus menambah jumlah uang
yang beredar.

c. Meningkatkan Kesempatan Kerja

Dengan mengatur jumlah uang yang beredar, perekonomian akan stabil. Jika perekonomian stabil,
para pengusaha atau investor akan menambah investasi baru. Investasi akan membuka lapangan
kerja baru sehingga kesempatan kerja dapat ditingkatkan.

d. Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

Kebijakan moneter dapat dipakai untuk memperbaiki posisi neraca perdagangan sehingga negara
tidak terlalu banyak mengalami defisit, atau kalau bisa posisinya menjadi seimbang atau bahkan
surplus. Salah satunya dengan melakukan devaluasi (menurunkan nilai mata uang negara sendiri
terhadap mata uang asing). Dengan devaluasi, harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih
murah, bila dibeli dengan mata uang asing. Akibatnya, akan meningkatkan jumlah ekspor. Jika
ekspor terus meningkat, posisi neraca perdagangan sekaligus neraca pembayaran dapat diperbaiki,
paling tidak defisit dapat dikurangi atau kalau bisa seimbang, atau bahkan surplus.

Dengan devaluasi tersebut, di pasar internasional harga tas dan barangbarang lain produksi
Indonesia menjadi lebih murah dibandingkan sebelum devaluasi sehingga produksi Indonesia
menjadi lebih mampu bersaing dengan produk dari negara-negara lain. Selanjutnya, penurunan
harga tersebut umumnya akan diikuti dengan mengalirnya order (pesanan) dari para pengimpor,
akibatnya nilai ekspor Indonesia meningkat. Dan, jika ekspor terus meningkat maka posisi neraca
perdagangan dan neraca pembayaran dapat diperbaiki, paling tidak defisit dapat dikurangi atau bisa
seimbang, atau bahkan surplus.
3.instrumen kebijakan moneter
Kebijakan-kebijakan dalam moneter pada dasarnya dapat pula dibedakan menjadi ke bijakan
moneter longgar (easy monetery policy) dan ke bijakan moneter ketat (tight monetery policy).

a. Kebijakan-kebijakan moneter longgar pada umumnya ditempuh untuk mengatasi kelesuan


ekonomi dalam negeri dengan penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi, namun akan terjadi inflasi dan dapat menekan keseimbangan neraca
pembayaran.

b. Kebijakan-kebijakan moneter ketat dilakukan untuk menjaga kestabilan harga dan dapat
membantu keseimbangan neraca pembayaran dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar,
akan tetapi dapat memperkecil pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Macam-Macam Kebijakan Moneter

Dalam melakukan kebijakan-kebijakan moneter yang begitu penting, Bank Indonesia sebagai bank
sentral dipimpin oleh dewan gubernur yang terdiri atas: seorang gubernur, seorang deputi gubernur
senior, dan paling sedikit empat deputi gubernur atau paling banyak tujuh deputi gubernur. Semua
anggota dewan gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden atas persetujuan DPR dengan masa
jabatan lima tahun. Dalam melakukan tugasnya, dewan gubernur akan meminta pendapat dan
masukan dari Dewan Moneter, di antaranya terdapat Menteri Keuangan serta Menteri Perindustrian
dan Perdagangan.

Adapun macam-macam kebijakan moneter yang bisa dilakukan Bank Indonesia sebagai bank sentral
adalah sebagai berikut.

a. Kebijakan Pasar Terbuka (Open Market Policy)

Kebijakan pasar terbuka adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Jika bank sentral menjual
surat berharga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang
dari masyarakat. Dengan menjual SBI, berarti bank sentral akan menerima uang dari masyarakat.
Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan berkurang. Bank sentral menjual SBI apabila
perekonomian menunjukkan gejala-gejala inflasi (kelebihan uang sehingga harga-harga terus
naik).Sebaliknya, apabila bank sentral membeli surat-surat berharga dari masyarakat yang berbentuk
saham, obligasi, atau surat-surat berharga lainnya, berarti bank sentral ingin menambah uang yang
beredar. Dengan membeli surat-surat berharga maka bank sentral harus membayar sejumlah uang
kepada masyarakat. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan bertambah. Bank sentral
membeli surat-surat berharga apabila perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi (kekurangan
uang sehingga perekonomian menjadi lesu dan tidak bisa bergerak).

Untuk mempermudah pemahaman tentang hal tersebut, perhatikan bagan berikut.


b. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)

Kebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang
beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank. Jika bank sentral menaikkan
suku bunga bank, berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan
menaikkan suku bunga, diharapkan masyarakat akan menyimpan (menabung) uangnya di bank lebih
banyak dari biasanya. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan berkurang. Bank sentral
akan menaikkan suku bunga jika perekonomian menunjukkan gejala inflasi.Sebaliknya, jika bank
sentral menurunkan suku bunga bank, berarti bank sentral ingin menambah jumlah uang yang
beredar. Dengan menurunkan suku bunga, diharapkan masyarakat akan mengambil (mengurangi)
tabungannya di bank. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah.
Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi.

c. Kebijakan Cadangan Kas (Cash Ratio Policy)


Kebijakan cadangan kas adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan cadangan kas minimum yang dimiliki bank-
bank umum. Cadangan kas minimum adalah jumlah cadangan kas yang tidak boleh dipinjamkan
bank umum kepada masyarakat.Jika bank sentral menaikkan cadangan kas minimum berarti bank
sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar. Dengan menaikkan cadangan kas minimum, bank
umum harus menahan lebih banyak uang di bank. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi. Bank sentral menaikkan cadangan kas minimum jika perekonomian menunjukkan
gejala-gejala inflasi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan cadangan kas minimum berarti bank
sentral ingin menambah jumlah uang beredar. Dengan menurunkan kas cadangan minimum, bank
umum dapat meminjamkan uang lebih banyak kepada masyarakat. Dengan demikian, akan
menambah jumlah uang yang beredar. Bank sentral menurunkan cadangan kas minimum jika
perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi.

Contohnya:

Bila bank sentral menetapkan cadangan kas minimum yang harus ada sebesar 30%, maka jumlah
yang beredar sebesar Rp100 miliar. Jadi, cadangan yang harus ada di bank umum dapat dihitung:

30% × Rp100 miliar = Rp30.000.000.000,00

Berarti kredit yang diberikan kepada masyarakat paling banyak sebesar Rp70.000.000.000,00

Berdasarkan contoh tersebut, maka perhitungan jumlah uang yang beredar dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Contoh:

Jika Bank Indonesia menetapkan cadangan wajib minimum yang harus ditaati oleh bank umum
sebesar 12,5%, dan bank umum memiliki alat likuid sebesar Rp 400 miliar, maka jumlah uang yang
beredar dapat dihitung sebagai berikut.

Jumlah uang yang beredar:

Jadi, jumlah uang yang beredar Rp3.200.000.000.000,00

d. Kebijakan Kredit Selektif dan Kredit Longgar

Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar
dengan cara memperketat syarat-syarat pemberian kredit. Dalam hal ini, bank-bank diperbolehkan
memberikan kredit asalkan dengan mempertimbangkan sungguh-sungguh syarat-syarat 5C
(character, capability, collateral, capital, dan condition of economic). Bank sentral menjalankan
kebijakan kredit selektif jika perekonomian menunjukkan gejala-gejala inflasi. Sebaliknya, kebijakan
kredit longgar dilakukan bank sentral dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Caranya,
dengan memperlonggar syarat-syarat pemberian kredit. Kebijakan kredit longgar dilakukan jika
perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi.

e. Kebijakan Devaluasi dan Revaluasi

Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah)
terhadap mata uang asing. Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki neraca perdagangan
dan neraca pembayaran. Dengan devaluasi, harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah
jika dibeli dengan mata uang asing, sehingga barang-barang dalam negeri bisa bersaing dengan
barang-barang luar negeri, dan bisa meningkatkan jumlah ekspor. Jika ekspor meningkat, posisi
neraca perdagangan dan neraca pembayaran dapat diperbaiki.Kebijakan revaluasi adalah kebijakan
bank sentral menaikkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Revaluasi
dilakukan bank sentral jika keadaan ekonomi sudah meningkat dalam arti barang-barang dalam
negeri sudah mampu bersaing dengan barang-barang luar negeri.

f. Sanering

Sanering adalah kebijakan bank sentral untuk memotong nilai mata uang dalam negeri (rupiah).
Kebijakan ini dilakukan jika negara mengalami hiperinflasi (inflasi di atas 100 %). Sanering pernah
dilakukan Indonesia pada tahun 1950 dengan memotong uang sebesar 50%. Jadi, uang dengan
nominal Rp1000,- nilainya tinggal Rp500,-. Kebijakan tahun 1950 lebih dikenal dengan istilah
“Gunting Syafrudin”. Kemudian pada tahun 1965, pemerintah kembali memotong nilai uang
Rp1000,- sebanyak 99,9% sehingga nilainya tinggal 0,1%. Dengan demikian, uang Rp1000,- nilainya
tinggal Rp1,-.

g. Mencetak Uang Baru

Mencetak uang baru dilakukan bank sentral dalam rangka menambah jumlah uang beredar.

h. Menarik atau Memusnahkan Uang Lama

Menarik atau memusnahkan uang lama dilakukan bank sentral dalam rangka mengurangi jumlah
uang beredar. Dulu kita masih menggunakan uang logam Rp5,- ; Rp10,- dan uang kertas Rp100,-
merah. Sekarang, kita sudah tidak menemui (menggunakan) uang-uang tersebut karena bank sentral
telah menariknya dari peredaran. Penarikan tersebut selain untuk mengurangi jumlah uang beredar
juga untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Uang Rp5,- ditarik karena sudah tidak
berfungsi lagi di masyarakat, sudah tidak ada satu pun barang yang bisa dibeli dengan uang sebesar
itu.

i. Dorongan Moral

Untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar, bank sentral dapat mengeluarkan pidato,
pengumuman atau edaran kepada bank umum dan pelaku moneter lain yang berupa larangan atau
ajakan. Misalnya, larangan atau ajakan untuk menahan pinjaman atau melepaskan pinjaman pada
waktu tertentu.

4. Penentu Keefektifan Kebijakan-kebijakan Moneter


Efektivitas dalam moneter diukur dengan besarnya kenaikan pendapatan masyarakat. Makin besar
kenaikan pendapatan masyarakat berarti kebijakan-kebijakan dalam moneter makin efektif, dan
sebaliknya makin kecil pendapatan masyarakat berarti makin tidak efektif kebijakan-kebijakan
moneter. Efektivitas kebijakan-kebijakan dalam moneter pada dasarnya ditentukan oleh dua hal,
sebagai berikut.

a. Elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga, 

Elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga memiliki pengertian arti pengaruh
perubahan tingkat bunga terhadap tingkat investasi. Makin elastis pengeluaran investasi terhadap
tingkat bunga, maka kebijakan-kebijakan dalam moneter makin efektif, sebab turunnya tingkat
bunga akan menambah investasi yang cukup besar saat moneter. Sehingga hubungan antara tingkat
bunga dengan tingkat investasi dapat dikatakan berbanding terbalik, maksudnya makin rendah
tingkat bunga, akan semakin besar tingkat investasinya dan makin tinggi tingkat bunga, akan
semakin kecil tingkat investasinya.

Jika digambarkan dalam bentuk grafik, hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi akan
tampak seperti Gambar berikut ini.

Pada saat tingkat bunga setinggi 0-i1, tingkat investasi sebesar 0-I1

dan pada saat tingkat bunga turun menjadi 0-i2, maka tingkat

investasi naik menjadi 0-I2, Berarti hubungannya

berbanding terbalik

b. Elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga, 

Pengertian Elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga artinya pengaruh perubahan tingkat
bunga terhadap permintaan uang. Makin elastis permintaan uang terhadap tingkat
bunga, kebijakan-kebijakan pada moneter makin tidak efektif, dan sebaliknya makin tidak elastis
permintaan uang terhadap tingkat bunga, kebijakan-kebijakan pada moneter makin efektif.

5. Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Makro


Kebijakan-kebijakan dalam moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan-kebijakan
makro ekonomi, sehingga kebijakan-kebijakan tersebut ditujukan untuk mendukung sasaran
ekonomi makro. Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai otoritas moneter yang mengatur
peredaran uang di masyarakat dan mengatur alokasi uang yang beredar serta memengaruhi tingkat
bunga dalam rangka mencapai sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
pemerataan pembangunan, perluasan kesempatan kerja, pemerataan distribusi pendapatan,
kestabilan harga, dan keseimbangan neraca pembayaran yang semakin mantap. Sasaran tersebut
sedapat mungkin diusahakan tercapai secara maksimal dan serentak.

Ada beberapa pilihan atau alternatif yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memantapkan
kebijakan-kebijakan pada moneter dalam rangka mencapai sasaran tersebut, di antaranya sebagai
berikut.

Memilih tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengabaikan tingkat inflasi dan
keseimbangan neraca pembayaran.

Memilih tingkat inflasi yang rendah dan keseimbangan neraca pembayaran dengan mengabaikan
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.

Menetapkan sasaran yang akan dicapai secara serentak, tetapi tidak satupun sasaran dapat dicapai
secara maksimal.

6. Pengaruh Kebijakan Moneter dalam Perekonomian


Kebijakan-kebijakan pada moneter di suatu negara sangat terbatas operasinya, terlebih di negara-
negara yang sedang berkembang. Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan keterbatasan
operasi kebijakan-kebijakan pada moneter, antara lain sebagai berikut.

a. Sempitnya ruang lingkup pasar uang.

b. Berkembangnya lembaga-lembaga keuangan nonbank di negara sedang berkembang.

c. Banyaknya bank-bank umum yang mempunyai kelebihan dana.

d. Banyaknya bank-bank asing yang mendapatkan kemudahan serta prioritas untuk terhindar dari
kebijakan-kebijakan moneter.

Akan tetapi kebijakan-kebijakan moneter mempunyai peranan penting dalam pengaturan kegiatan
ekonomi suatu negara terutama negara yang sedang berkembang, khususnya pada saat masa inflasi.

KEBIJAKAN FISKAL

1.pengertian kebijakan fiskal


Pengertian kebijakan Fiskal yaitu merujuk pada sebuah kebijakan yang dibuat oleh sebuah
pemerintah untuk dapat mengarahkan pada ekonomi suatu negara yang melalui pengeluaran dan
pendapatan ( berupa pajak ) pemerintah. Kebijakan fiskal ini sangat berbeda sekali dengan kebijakan
moneter yang bertujuan men-stabilkan suatu perekonomian dengan cara mengontrol dalam tingkat
bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal ialah pengeluaran dan pajak.
Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variable-
variable berikut ini :
1. Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
2. Pola persebaran sumber daya
3. Distribusi pendapatan

Pemerintahan menjalankan kebijakan fiskal ialah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya
sebuah perekonomian atau dengan perkataan yang lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah
berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan
melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional,
dapat mempengaruhi kesempatan kerja dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional
dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.

Kebijakan Fiskal Menurut Para Ahli

1. Menurut Alam ( 2007: 57 )


menyatakan kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang menyesuaikan pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi.
2. Menurut Ahman ( 2007: 126 )
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengendalikan atau mengarahkan perekonomian ke arah yang lebih baik.
3. Menurut Tim Visi Adiwidya ( 2015: 92 )
Kebijakan fiskal ialah kebijakan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi negara melalui pendapatan dan pengeluaran negara, pendapatan tersebut berupa
pajak.
4. Menurut Haryadi ( 2014: 82 )
Menyatakan kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengarahkan perekonomian suatu negara ke arah yang lebih baik atau sesuai dengan
yang diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
5. Menurut Zain ( 2008: 12 )
Instrumen yang digunakan untuk kebijakan fiskal yaitu pengeluaran pemerintah dan pajak.
Menyatakan pajak adalah pungutan yang dilakukan oleh negara, baik pemerintah pusat
maupun daerah yang diatur oleh undang-undang untuk pembiayaan umum dari pemerintah
dalam rangka menjalan fungsi pemerintah dan tidak mengandung unsur imbalan individual
oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak.

2.Tujuan Kebijakan Fiskal


Adapun tujuan-tujuan dari terjadinya dan berlangsungnya kebijakan fiskal antaralain sebagai
berikut..

1. Mencapai stabilitas perekonomian


2. Memacu dan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
3. Memperluas dan menciptakan lapangan kerja
4. Menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat
5. Mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan. 
6. Mencegah pengangguran dan menstabilkan harga 
Permasalahan umum dalam kegiatan ekonomi adalah inflasi. Inflasi adalah jumlah uang beredar
dimasyarakat yang besar dibandingkan jumlah barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan harga-
harga barang. Cara-cara dalam menghadapi inflasi melalui kebijakan fiskal antara lain sebagai
berikut..

Cara Alternatif Dalam menganggulangi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal

1. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya keseimbangan
dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia. 
2. Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di
masyarakat bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah
barang/jasa dengan jumlah uang yang beredar

Keputusan Mengatasi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal 

1. Mengurangi anggaran pengeluaran pemerintah dengan mengoptimalkan pos-pos vital.


2. Meningkatkan perolehan pajak melalui upaya peningkatan kesadaran pajak masyarakat
serta pengenaan tarif pajak yang tinggi untuk beberapa komponen pajak yang dianggap
perlu. 
3. Melakukan pinjaman pemerintah guna menutup kekurangan yang ada. Tetapi sifat dari
pinjaman yang dilakukan pemerintah hanyalah sebagai pelengkap dalam proses
pembangunan. 

3.Instrumen kebijakan fiskal


Macam-macam kebijakan fiskal terbagi atas 2 bagian yakni macam-macam kebijakan fiskal
berdasarkan segi teori dan macam-macam kebijakan fiskal berdasarkan jumlah penerimaan dan dan
pengeluran, antara lain berikut ini..

a. Macam-macam Kebijakan Fiskal Berdasarkan Segi Teorinya

1. Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) : Pembiayaan fungsional adalah kebijakan yang


mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran pemerintah dari berbagai akibat tak
langsung pada pendapatan nasional dan bertujuan dalam peningkatan kesempatan kerja. 
2. Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan anggaran adalah
mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan perpajakan dalam mencapai ekonomi yang
stabil. 
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing budget) : Stabilisasi anggaran adalah kebijakan
yang mengatur segala pengeluaran pemerintah dengan pertimbangan manfaat dan besarnya
biaya dari berbagai pengeluaran dan program-program pemerintah. tujuannya adalah
penghematan anggaran pemerintah. 

b. Macam-macam Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran

1. Kebijakan Anggaran Seimbang : kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan yang


menyusun jumlah penerimaan dan pengeluaran sama besar, jadi penerimaan yang diterima
pemerintah harus sama dengan pengelurannya dan begitupun sebaliknya. Keuntungan
kebijakan ini adalah tidak perlu adanya lagi pinjaman baik dari dalam negeri dan luar negeri,
sedangkan kerugiannya adalah jika perekonomian negara dalam keadaan kurang baik akan
mengakibatkan ekonomi semakin memburuk
2. Kebijakan Anggaran Surplus : kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang disusun
dengan pendapatan/penerimaan harus lebih besar dari pada pengeluaran atau pengeluaran
dengan sedikit tetapi pendapatan/penerimaan banyak. ini digunakan untuk mencegah
inflasi. 
3. Kebijakan Anggaran Defisit : kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang disusun
dengan cara pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan/pendapatan. Ini berupakan
kebalikan dari kebijakan anggaran surplus. Kebijakan anggaran defisit dilakukan untuk
mengurangi depresi dan kelesungan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi
menyebabkan kekurangan anggaran. 

Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang disusun
dengan cara  jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama kelamaan
jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi kebutuhan yang terus
bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang besar. 

Anda mungkin juga menyukai