Secara umum, tujuan kebijakan moneter adalah untuk menjaga kestabilan peredaran uang
pada suatu negara (berdasarkan UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia), yang
ditandai dengan meningkatnya lapangan pekerjaan dan menggairahkan dunia usaha kecil
menengah. Adapun tujuan kebijakan moneter secara spesifik adalah sebagai berikut
a. Menjaga Kestabilan Ekonomi
Artinya suatu keadaan dimana perekonomian yang berjalan sesuia dengan harapan dan
tujuan serta seimbang dan berkesinambungan. Secara sederhana dapat digambarkan
sebagai suatu keadaan dimana uang yang beredar sesuai dengan barang dan jasa yang
tersedia di pasaran.
b. Menjaga Kestabilan Harga
Interaksi antara uang dengan barang dan jasa akan mengasilkan harga. Keadaan ekonomi
dikatakan tidak stabil ketika harga dipasaran fluktuatif (naik turun). Yang leih parahnya jika
harga terus naik.
Keadaan ini berakibat pada jumlah uang yang masyarakat belanjakan, untuk mendapatkan
barang yang sedikit masyarakat harus mengeluarkan uang yang banyak.
c. Membuka Kesempatan Kerja
Ketika ekonomi stabil (suatu keadaan dimana perputaran uang sebanding dengan
perputaran barang dan jasa) para pengusaha dan investor akan tertarik menanamkan
modalnya di perusahaan suatu daerah atau negara. Dengan begini perusahaan akan
membutuhkan tenaga kerja baru untuk mengembangkan perusahaannya.
d. Memeperbaiki Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Dalam hal ini mendevaluasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing sangat penting
dilakukan oleh pemerintah disaat tertentu.
C. Instrumen Kebijakan Moneter
Pengaturan uang yang beredar di masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif.
a. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang diluncurkan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dapat berupa penurunan tingkat
suku bunga (kebijakan diskonto), pembelian surat-surat berharga (kebijakan pasar
terbuka), penurunan cadangan kas (kebijakan cash ratio), dan kelonggaran pemberian
kredit. Kebijakan moneter ekspansif ini juga disebut dengan kebijakan uang longgar
(easy money policy)
b. Kebijakan moneter kontraktif (Monetary Conractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang diluncurkan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar atau memperketat jumlah uang beredar.
Kebijakan ini dilakukan dengan menaikkan suku bunga, menjual SBI, menaikkan
cadangan kas, dan membatasi pemberian kredit. Kebijakan moneter dalam rangka
mengurangi jumlah uang beredar disebut juga politik uang ketat (tight money policy)
Dalam rangka melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia sebagai Bank sentral
menggunakan instrumen kebijakan moneter sebagai berikut.
a. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market operation)
Operasi pasar terbuka adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (atau bank
Indonesia) untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
dengan cara menjual surat berharga pemerintah (government securities) atau sertifikat Bank
Indonesia (SBI) atau membeli surat-surat berharga di pasar modal/saham. Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga di pasar modal.
Bila ingin menguragi jumlah uang beredar, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat.
Contoh : Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat berharga
di pasar modal.
b. Kebijakan Diskonto (Politik Diskonto)
Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (atau bank Indonesia) untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara menaikkan atau
menurunkan suku bunga Bank. Kebijakan ini dikeluarkan dengan tujuan agar masyarakat
menabungkan uangnya di Bank.
Contoh : Kebijakan diskonto ini dikeluarkan jika bank sentral telah menghitung dan
mengindikasikan jumlah uang yang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi).
Agar jumlah uang yang beredar stabil (jumlah uang yang beredar sama dengan jumlah
barang dan jasa di pasar) maka pihak bank sentral menaikkan suku bunga Bank agar
masyarakat berbondong-bondong menabungkan uangnya.
c. Kebijakan Cadangan Wajib (Reserve Requirement)
Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengatur, menaikkan atau menurunkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Naik atau turunnya kas (casio
ratio) di suatu Bank, ditentukan oleh kebijakan bank sentral sebagai pemegang wewenang
untuk mengatur kas.
d. Kebijakan Kredit Ketat
Kebijakan kredit ketat dikeluarkan dengan tujuan mengawasi uang yang beredar saat
perekonomian mulai menunjukkan gejala inflasi.
Contoh : Pemberian kredit moneter ketat kepada nasabah yang memenuhi kriteria 5C, yaitu
Character, Capability, Collateral, Capital. Dan Condition of Economy
e. Kebijakan Dorongan Moral (moral persuasion)
Kebijakan dorongan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan memberi dorongan moral/himbauan kepada pelaku ekonomi.
Contoh : menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
KEBIJAKAN FISKAL
a. Pembiayaan fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional. Tujuan utama adalah meningkatkan
kesempatan kerja. Pada hal ini sektor pajak dan pengeluaran pemerintah menjadi hal yang
terpisah. Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan ditujukan untuk meningkatkan
penerimaan pemerintah, melainkan untuk mengatur pengeluaran pihak swasta.
Beberapa hal yang penting dalam pembiayaan fungsional adalah sebagai berikut.
1) Pajak digunakan untuk mengatur pengeluaran swasta bukan untuk penerimaan
pemerintah.
2) Apabila terjadi inflasi yang berlebihan maka pemerintah melakukan pinjaman
luar negeri untuk mendanai penarikan dana yang tersedia dalam masyarakat.
3) Apabila pajak dan pinjaman dirasa tidak tepat, maka pemerintah melakukan
pinjaman dalam negeri dalam bentuk pencetakan uan
b. Anggaran belanja seimbang
Untuk menciptakan anggaran yang berimbang, maka jika terjadi depresi, cara yang
ditempuh adalah anggaran defisit. Dan jika terjadi inflasi, maka cara yang ditempuh
adalah anggaran belanja surplus.
Bayangkan, ada sebuah negara yang memproduksi barang dan jasa setiap hari dalam jumlah sangat
banyak, tetapi pemerintahnya hanya mencetak (menyediakan) uang dalam jumlah sangat sedikit.
Apa yang terjadi? Para produsen atau penjual pasti akan kebingungan memasarkan barang dan jasa
mereka, karena sangat sedikit konsumen yang bisa membeli. Mengapa demikian? Karena jumlah
uang yang beredar sangat sedikit dan tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang ada. Uang
yang beredar dengan jumlah yang terlalu sedikit juga bisa menyulitkan para pengusaha. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya kelesuan ekonomi, karena siapa pun menjadi susah bergerak karena
minimnya persediaan uang.Kondisi seperti ini disebut deflasi, yaitu jumlah uang yang beredar lebih
sedikit dibandingkan jumlah barang dan jasa yang ada. Untuk mengatasi deflasi, pemerintah perlu
menambah jumlah uang yang beredar dengan beberapa cara, antara lain dengan mencetak uang
baru atau dengan menurunkan suku bunga bank.Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar terlalu
banyak dibandingkan jumlah barang dan jasa yang ada, harga barang dan jasa akan melambung
tinggi. Kondisi ini disebut inflasi. Untuk mengatasi inflasi, pemerintah perlu mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan beberapa cara, di antaranya dengan menjual SBI (Sertifikasi Bank Indonesia),
menaikkan suku bunga bank, atau menarik uang lama dari peredaran.Tindakan-tindakan yang
dilakukan pemerintah untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar disebut
kebijakan moneter. Dalam praktiknya, kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Sentral sebagai
lembaga kepercayaan pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah
melalui bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka
mengendalikan perekonomian. Di Indonesia, kedudukan bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia
(BI).
1. Menurut Nopirin : kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa
moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang
pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992:45). Bank
sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar.
2. Menurut Iswardono : kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari
kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya
sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997 : 126).
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
Stabilitas ekonomi akan terganggu jika jumlah uang yang beredar di masyarakat melebihi jumlah
barang dan jasa yang tersedia sehingga menyebabkan terjadinya inflasi (harga barang dan jasa naik
tinggi). Stabilitas ekonomi juga akan terganggu jika jumlah uang yang beredar kurang dari jumlah
barang dan jasa sehingga menyebabkan terjadinya deflasi (kelesuan ekonomi). Oleh karena itu,
kebijakan moneter sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi yang selalu mengupayakan
jumlah uang yang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Tinggi rendahnya harga sangat memengaruhi jalannya perekonomian. Harga-harga yang terlalu
tinggi bisa mengakibatkan turunnya permintaan. Turunnya permintaan dapat pula menurunkan
produktivitas dunia usaha. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas harga, pemerintah dapat
menggunakan kebijakan moneter. Caranya, jika harga terlalu tinggi, pemerintah harus mengurangi
jumlah uang yang beredar. Dan, jika harga terlalu rendah, pemerintah harus menambah jumlah uang
yang beredar.
Dengan mengatur jumlah uang yang beredar, perekonomian akan stabil. Jika perekonomian stabil,
para pengusaha atau investor akan menambah investasi baru. Investasi akan membuka lapangan
kerja baru sehingga kesempatan kerja dapat ditingkatkan.
Kebijakan moneter dapat dipakai untuk memperbaiki posisi neraca perdagangan sehingga negara
tidak terlalu banyak mengalami defisit, atau kalau bisa posisinya menjadi seimbang atau bahkan
surplus. Salah satunya dengan melakukan devaluasi (menurunkan nilai mata uang negara sendiri
terhadap mata uang asing). Dengan devaluasi, harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih
murah, bila dibeli dengan mata uang asing. Akibatnya, akan meningkatkan jumlah ekspor. Jika
ekspor terus meningkat, posisi neraca perdagangan sekaligus neraca pembayaran dapat diperbaiki,
paling tidak defisit dapat dikurangi atau kalau bisa seimbang, atau bahkan surplus.
Dengan devaluasi tersebut, di pasar internasional harga tas dan barangbarang lain produksi
Indonesia menjadi lebih murah dibandingkan sebelum devaluasi sehingga produksi Indonesia
menjadi lebih mampu bersaing dengan produk dari negara-negara lain. Selanjutnya, penurunan
harga tersebut umumnya akan diikuti dengan mengalirnya order (pesanan) dari para pengimpor,
akibatnya nilai ekspor Indonesia meningkat. Dan, jika ekspor terus meningkat maka posisi neraca
perdagangan dan neraca pembayaran dapat diperbaiki, paling tidak defisit dapat dikurangi atau bisa
seimbang, atau bahkan surplus.
3.instrumen kebijakan moneter
Kebijakan-kebijakan dalam moneter pada dasarnya dapat pula dibedakan menjadi ke bijakan
moneter longgar (easy monetery policy) dan ke bijakan moneter ketat (tight monetery policy).
b. Kebijakan-kebijakan moneter ketat dilakukan untuk menjaga kestabilan harga dan dapat
membantu keseimbangan neraca pembayaran dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar,
akan tetapi dapat memperkecil pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam melakukan kebijakan-kebijakan moneter yang begitu penting, Bank Indonesia sebagai bank
sentral dipimpin oleh dewan gubernur yang terdiri atas: seorang gubernur, seorang deputi gubernur
senior, dan paling sedikit empat deputi gubernur atau paling banyak tujuh deputi gubernur. Semua
anggota dewan gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden atas persetujuan DPR dengan masa
jabatan lima tahun. Dalam melakukan tugasnya, dewan gubernur akan meminta pendapat dan
masukan dari Dewan Moneter, di antaranya terdapat Menteri Keuangan serta Menteri Perindustrian
dan Perdagangan.
Adapun macam-macam kebijakan moneter yang bisa dilakukan Bank Indonesia sebagai bank sentral
adalah sebagai berikut.
Kebijakan pasar terbuka adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Jika bank sentral menjual
surat berharga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang
dari masyarakat. Dengan menjual SBI, berarti bank sentral akan menerima uang dari masyarakat.
Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan berkurang. Bank sentral menjual SBI apabila
perekonomian menunjukkan gejala-gejala inflasi (kelebihan uang sehingga harga-harga terus
naik).Sebaliknya, apabila bank sentral membeli surat-surat berharga dari masyarakat yang berbentuk
saham, obligasi, atau surat-surat berharga lainnya, berarti bank sentral ingin menambah uang yang
beredar. Dengan membeli surat-surat berharga maka bank sentral harus membayar sejumlah uang
kepada masyarakat. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan bertambah. Bank sentral
membeli surat-surat berharga apabila perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi (kekurangan
uang sehingga perekonomian menjadi lesu dan tidak bisa bergerak).
Kebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang
beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank. Jika bank sentral menaikkan
suku bunga bank, berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan
menaikkan suku bunga, diharapkan masyarakat akan menyimpan (menabung) uangnya di bank lebih
banyak dari biasanya. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan berkurang. Bank sentral
akan menaikkan suku bunga jika perekonomian menunjukkan gejala inflasi.Sebaliknya, jika bank
sentral menurunkan suku bunga bank, berarti bank sentral ingin menambah jumlah uang yang
beredar. Dengan menurunkan suku bunga, diharapkan masyarakat akan mengambil (mengurangi)
tabungannya di bank. Dengan demikian, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah.
Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi.
Contohnya:
Bila bank sentral menetapkan cadangan kas minimum yang harus ada sebesar 30%, maka jumlah
yang beredar sebesar Rp100 miliar. Jadi, cadangan yang harus ada di bank umum dapat dihitung:
Berarti kredit yang diberikan kepada masyarakat paling banyak sebesar Rp70.000.000.000,00
Berdasarkan contoh tersebut, maka perhitungan jumlah uang yang beredar dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Contoh:
Jika Bank Indonesia menetapkan cadangan wajib minimum yang harus ditaati oleh bank umum
sebesar 12,5%, dan bank umum memiliki alat likuid sebesar Rp 400 miliar, maka jumlah uang yang
beredar dapat dihitung sebagai berikut.
Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar
dengan cara memperketat syarat-syarat pemberian kredit. Dalam hal ini, bank-bank diperbolehkan
memberikan kredit asalkan dengan mempertimbangkan sungguh-sungguh syarat-syarat 5C
(character, capability, collateral, capital, dan condition of economic). Bank sentral menjalankan
kebijakan kredit selektif jika perekonomian menunjukkan gejala-gejala inflasi. Sebaliknya, kebijakan
kredit longgar dilakukan bank sentral dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Caranya,
dengan memperlonggar syarat-syarat pemberian kredit. Kebijakan kredit longgar dilakukan jika
perekonomian menunjukkan gejala-gejala deflasi.
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah)
terhadap mata uang asing. Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki neraca perdagangan
dan neraca pembayaran. Dengan devaluasi, harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah
jika dibeli dengan mata uang asing, sehingga barang-barang dalam negeri bisa bersaing dengan
barang-barang luar negeri, dan bisa meningkatkan jumlah ekspor. Jika ekspor meningkat, posisi
neraca perdagangan dan neraca pembayaran dapat diperbaiki.Kebijakan revaluasi adalah kebijakan
bank sentral menaikkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Revaluasi
dilakukan bank sentral jika keadaan ekonomi sudah meningkat dalam arti barang-barang dalam
negeri sudah mampu bersaing dengan barang-barang luar negeri.
f. Sanering
Sanering adalah kebijakan bank sentral untuk memotong nilai mata uang dalam negeri (rupiah).
Kebijakan ini dilakukan jika negara mengalami hiperinflasi (inflasi di atas 100 %). Sanering pernah
dilakukan Indonesia pada tahun 1950 dengan memotong uang sebesar 50%. Jadi, uang dengan
nominal Rp1000,- nilainya tinggal Rp500,-. Kebijakan tahun 1950 lebih dikenal dengan istilah
“Gunting Syafrudin”. Kemudian pada tahun 1965, pemerintah kembali memotong nilai uang
Rp1000,- sebanyak 99,9% sehingga nilainya tinggal 0,1%. Dengan demikian, uang Rp1000,- nilainya
tinggal Rp1,-.
Mencetak uang baru dilakukan bank sentral dalam rangka menambah jumlah uang beredar.
Menarik atau memusnahkan uang lama dilakukan bank sentral dalam rangka mengurangi jumlah
uang beredar. Dulu kita masih menggunakan uang logam Rp5,- ; Rp10,- dan uang kertas Rp100,-
merah. Sekarang, kita sudah tidak menemui (menggunakan) uang-uang tersebut karena bank sentral
telah menariknya dari peredaran. Penarikan tersebut selain untuk mengurangi jumlah uang beredar
juga untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Uang Rp5,- ditarik karena sudah tidak
berfungsi lagi di masyarakat, sudah tidak ada satu pun barang yang bisa dibeli dengan uang sebesar
itu.
i. Dorongan Moral
Untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar, bank sentral dapat mengeluarkan pidato,
pengumuman atau edaran kepada bank umum dan pelaku moneter lain yang berupa larangan atau
ajakan. Misalnya, larangan atau ajakan untuk menahan pinjaman atau melepaskan pinjaman pada
waktu tertentu.
Elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga memiliki pengertian arti pengaruh
perubahan tingkat bunga terhadap tingkat investasi. Makin elastis pengeluaran investasi terhadap
tingkat bunga, maka kebijakan-kebijakan dalam moneter makin efektif, sebab turunnya tingkat
bunga akan menambah investasi yang cukup besar saat moneter. Sehingga hubungan antara tingkat
bunga dengan tingkat investasi dapat dikatakan berbanding terbalik, maksudnya makin rendah
tingkat bunga, akan semakin besar tingkat investasinya dan makin tinggi tingkat bunga, akan
semakin kecil tingkat investasinya.
Jika digambarkan dalam bentuk grafik, hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi akan
tampak seperti Gambar berikut ini.
Pada saat tingkat bunga setinggi 0-i1, tingkat investasi sebesar 0-I1
dan pada saat tingkat bunga turun menjadi 0-i2, maka tingkat
berbanding terbalik
Pengertian Elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga artinya pengaruh perubahan tingkat
bunga terhadap permintaan uang. Makin elastis permintaan uang terhadap tingkat
bunga, kebijakan-kebijakan pada moneter makin tidak efektif, dan sebaliknya makin tidak elastis
permintaan uang terhadap tingkat bunga, kebijakan-kebijakan pada moneter makin efektif.
Ada beberapa pilihan atau alternatif yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memantapkan
kebijakan-kebijakan pada moneter dalam rangka mencapai sasaran tersebut, di antaranya sebagai
berikut.
Memilih tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengabaikan tingkat inflasi dan
keseimbangan neraca pembayaran.
Memilih tingkat inflasi yang rendah dan keseimbangan neraca pembayaran dengan mengabaikan
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Menetapkan sasaran yang akan dicapai secara serentak, tetapi tidak satupun sasaran dapat dicapai
secara maksimal.
d. Banyaknya bank-bank asing yang mendapatkan kemudahan serta prioritas untuk terhindar dari
kebijakan-kebijakan moneter.
Akan tetapi kebijakan-kebijakan moneter mempunyai peranan penting dalam pengaturan kegiatan
ekonomi suatu negara terutama negara yang sedang berkembang, khususnya pada saat masa inflasi.
KEBIJAKAN FISKAL
Pemerintahan menjalankan kebijakan fiskal ialah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya
sebuah perekonomian atau dengan perkataan yang lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah
berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan
melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional,
dapat mempengaruhi kesempatan kerja dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional
dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.
1. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki otoritas keuangan akan berusaha
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sampai terciptanya keseimbangan
dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.
2. Mengupayakan peningkatan produksi sehingga nantinya jumlah barang atau jasa di
masyarakat bertambah yang selanjutnya akan tercapai keseimbangan antara jumlah
barang/jasa dengan jumlah uang yang beredar
Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang disusun
dengan cara jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan lama kelamaan
jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi kebutuhan yang terus
bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang besar.