Asuhan Keperawatan Ensefalitis
Asuhan Keperawatan Ensefalitis
PENDAHULUAN
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi
kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang
asuhan keperawatan anak dengan Enchepalitis, untuk memperoleh data,
penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-buku
referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak dengan Enchepalitis.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup,
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar yang meliputi
pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi
( komplikasi, prognosis, pengobatan dan pencegahan) serta
Konsep dasar Asuhan Keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnose, implementasi, intervensi dan evaluasi
TINAJAUAN TEORITIS
3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang
biak menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada
akson dan white matter dapat pula terjadi . Reaksi peradangan juga
mengakibatkan perdarahan , edema, nekrosis yang selanjutnya dapat
terjadi peningkatan tekanan intracranial. Kematian dapat terjadi karena
adanya herniasi dan peningkatan tekanan intracranial. (Tarwoto
Wartonah, 2007).
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran npas, dan saluran cerna.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan beberapa cara :
a. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan
atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah,
kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan
selaput lender dan menyebar melalui system persarafan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi),
akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang
positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun.
Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik
berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal,
tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001)
antara lain :
a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin
dianjurkan oleh dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema
otak
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam
pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan
untuk menghilangkan edema otak.
i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau
luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis
yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
n. Penatalaksanaan shock septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan
tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan
kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas
kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari
dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular
dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum
seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.
7. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan
kesadaran.
c. Risiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik
d. Risiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan
hipermetabolik
e. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan
status mental, dan penurunan tingkat kesadaran
f. Resiko kejang berulang
g. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
h. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran,
kerusakan persepsi/kognitif
i. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan
penerima rangsang sensorik, tranmisi sensorik, dan integrasi sensori.
j. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif,
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan dan
merasa tidak ada harapan.
k. Cemas yang berhubungan ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
(E, Marylinn, 2000)
a. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Akademi KeperawatanIntervensi
Harum Jakarta Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Akademi KeperawatanIntervensi
Harum Jakarta Rasional
1. Kaji status mental dan tingkat 1. Gangguan tingkat kesadaran
ansietas dari pasien/keluarga. dapat mempengaruhi
Catat adanya tanda-tanda ekspresi rasa takut tetapi
verbal atau non verbal. tidak menyangkal
keberadaannya. Derajat
ansietas akan dipengaruhi
bagaimana informasi
tersebut diterima oleh
individu.
2. Berikan penjelasan hubungan 2. Meningkatkan pemahaman,
antara proses penyakit dan mengurangi resa takut karena
gejalanya. ketidaktahuan dan dapat
membantu menurunkan
ansietas.
3. Jawab setiap pertanyaan 3. Penting untuk menciptakan
dengan penuh perhatian dan kepercayaan karena diagnosa
berikan informasi tentang enfeksi otak mungkin
prognosa penyakit menakutkan, ketulusan dan
informasi yang akurat dapat
memberikan keyakinan pada
pasien dan juga keluarga.
4. Jelaskan dan persiapkan untuk 4. Dapat meringankan ansietas
tindakan prosedur sebelum terutama ketika pemeriksaan
duilakukan. tersebut melibatkan otak.
5. Berikan kesempatan 5. Mengungkap ,rasa takut
pasien/keluarga untuik secara terbuka di mana rasa
mengumgkapkan isi pikiran takut dapat ditunjukkan.
dan perasaan takutnya.
6. Libatkan pasien/keluarga 6. Meningkatkan perasaan
dalam perawatan. control terhadap diri dan
meningkatkan kemandirian.
7. Berikan petunjuk mengenai 7. Memberikan jaminan bahwa
sumber-sumbner penyokong bantuan yang diperlukan
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
yang ada, seperti keluarga, adalah penting untuk
konselor professional dan peningkatan/menyokong
sebagainya mekanisme koping pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik
Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
a. Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
a) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
diperlukan.
timbul.
potensial tindakan.
keperawatan meliputi :
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
a) Independent
b) Interdependent
c) Dependent
medis.
c. Dokumentasi
5. Evaluasi
a. Pengertian
b. Tujuan evaluasi
Untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, perawat
ditetapkan.
c. Proses Evaluasi
tujuan.
keperawatan yaitu :
efisien.
d. Komponen Evaluasi
standar.
Evaluasi sumatif, evaluasi yang di lakukan pada akhir dari seluruh proses
PENUTUP
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk Perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan enchepalitis, serta meningkatkan pengetahuan dengan
membaca buku-buku dan mengikuti seminar serta menindaklanjuti
masalah yang belum teratasi.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan teknik komunikasi terapeutik dalam
melakukan pengupulan data maupun dalam melakukan setiap tindakan
keperawatan agar kualitas pengumpulan data dapat lebih baik sehingga
dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik.
Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC
Muttaqin Arif. 2008. Bulu Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan