Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau
COVID-19 telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian
harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta
menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.
Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai bencana
nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Dalam situasi
normal, kematian ibu dan kematian neonatal di Indonesia masih menjadi
tantangan besar, apalagi pada saat situasi bencana. Saat ini, Indonesia
sedang menghadapi bencana nasional non alam COVID-19 sehingga
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal menjadi salah satu layanan
yang terkena dampak baik secara akses maupun kualitas. Dikhawatirkan,
hal ini menyebabkan adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi baru lahir. Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak
pembatasan hampir ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas
atau fasiltas pelayanan kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya
anjuran menunda pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta
adanya ketidaksiapan layanan dari segi tenaga dan sarana prasarana
termasuk Alat Pelindung Diri. Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan
keluarga serta tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan ANC,
persalinan dan PNC di masa pandemi COVID-19. Diharapkan ibu dan
bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat dikenali
secara dini, serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan dan
tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan dari tertular COVID-19.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa
proporsi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan sebesar 95,4%,

1
sedangkan yang tidak melakukan pemeriksaan sebanyak 4,6%. Jumlah ibu yang
melakukan pemeriksaan tertinggi di Bali yaitu 99,6%, dan terendah di Papua yaitu
71,7%. Cakupan ANC K4 di Indonesia sebesar 70,4%. Angka cakupan ANC K4
tertinggi di Bali yaitu 90,3%, sedangkan ANC K4 terendah d Papua sebesar
56,3%.
Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci
tangan memakai sabun selama 20 detik atau hand sanitizer, pemakaian alat
pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat cukup,
makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan etika batuk-bersin.
Sedangkan prinsip-prinsip manajemen COVID-19 di fasilitas kesehatan adalah
isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari
kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko
sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-2 dan pemeriksaan
infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan kontraksi uterus, ventilasi
mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif,
perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan
pendekatan berbasis tim dengan multidisipin.
Cakupan K1 (Kunjungan Kehamilan pertama) adalah jumlah ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali
sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu
hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Elemen tindakan yang
harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi
minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan).
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,
dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2016

2
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada
hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kemenkes, 2015). Pada tahun 2016 rata-
rata cakupan pelayanan ibu nifas di Provinsi Sumatera Utara adalah 86,76% .
. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI)
adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012). Di Negara berkembang
seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis
melahirkan.
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan dilakukan
untuk mengurangi resiko tersebut, antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan neonatus KN
(Kunjungan Neonatal) 0-28 hari minimal tiga kali, satu kali pada usia 0-7 hari
(KN1) dan dua kali lagi pada usia 8 hingga 28 hari (KN3). Persentase tahun 2016
sebanyak KN1 (95.21%) dan KN3 (91.14%) (Profil Kesehatan Prov Sumut,
2016).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan kebidanan secara continuity of care kepada Ny.S
mulai dari hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan Asuhan kebidanan pada masa kehamilan Trimester III secara
continuity of care pada Ny.S
2. Melakukan Asuhan kebidanan pada masa persalinan pada Ny.S
3. Melakukan Asuhan kebidanan pada masa nifas pada Ny.S

3
4. Melakukan Asuhan kebidanan BBL pada bayi baru lahir
5. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan yang dilakukan secara SOAP
pada Ny.S dari mulai hamil, bersalin, nifas dan BBL

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pendokumentasian dalam memberikan asuhan kebidanan secara
continuity of care guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
1.3.2 Bagi Klien
Dapat menambah wawasan klien umumnya dalam perawatan kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, serta dapat mengenali
tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
1.3.3 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
mengaplikasikan teori di lapangan, yang sebelumnya telah diperoleh selama
perkuliahan, sehingga dapat menerapkan manajemen asuhan kebidanan secara
continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL sesuai dengan standart
profesi kebidanan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan peristiwa pembuahan bertemunya sel telur (ovum)


wanita dengan sel benih (spermatozoa) pria, hasil dari pembuahan tersebut
zigot.Pertumbuhan dan perkembangan dari zigot lalu embio sampai janin bakal
menjadi individu baru ( Sukarni, 2013).
Kehamilan merupakan terjadinya ketika seorang wanita melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang mengakibatkan bertemunya sel telur
dengan sel sperma yang disebut pembuahan (fertilisasi) (Gusti, dkk , 2017).
Kehamilan adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani
dan sel telur. Syarat kehamila harus ada : Spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi (Kusmiyati, 2013).

2.1.2 Asuhan Kehamilan


a. ) Pengertian Asuhan Kehamilan
Asuhan kehamilan (antenatal care) adalah pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Dilakukan dengan observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil
melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi
dan penyakit ibu yang dapat mempegaruhi kehamilan (Purwoastuti, 2015).

Asuhan kehamilan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi


tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
kehamilan. Pelaksanaan asuhan kehamilan bertujuan utuk memfasilitasi hasil yang
sehat dan positif bagi ibu dan bayi dengan cara membina hubungan saling percaya
antara ibu dan bidan, memantau kemauan kehamilan dan kesejahteraan ibu dan
bayi, mempersiapkan kelahiran yang aman, meningkatkan pemahaman ibu
tentang kesehatan melalui pendidikan kesehatan, dan mendeteksi komplikasi yang

5
dapat mengancam jiwa ibu dan bayinya (Mandriwati, 2017). Secara umum tujuan
asuhan kehamilan, adalah sebagai berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu,


dan tumbuh kembang janin.
2. Meigkatka da mempertahankan kesehatan fisik, mental, da sosial
ibu dan bayi.
3. Menemukan secara dini adanya gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat bagi ibu
dan bayi dengan trauma yang seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif
dapat berjalan normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar tumbuh dan berkembang secara
normal.
b. ) Kunjungan Antenatal Care
Menurut WHO (2010), Antental Care adalah pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Antenatal care juga merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal,
ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan
antenatal (Prawihardjo, 2006). Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberi
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK) (Depkes,
2009). Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan asuhan antenatal

6
Menurut Kemenkes (2015) Elemen tindakan yang harus dipenuhi,
pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan.

Sesuai dengan evidence based pratice, pemerintah telah menetapkan


program kebijakan ANC, (Pantiawati, 2010) sebagai berikut :

1. Kunjungan ANC
Dilakukan miniman 4X selama kehamilan
a) Kunjungan trimester I sebelum usia kehamilan 14 minggu
b) Kunjungan trimester II usia kehamian 14-28 minggu
c) Kunjungan trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan
lebih dari 36 minggu
2. Pemberian Suplemen Mikronutrien
Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual
hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan).
3. Imunisasi TT 0,5 cc
c. ) Standar Pelayanan Asuhan Pada Kehamilan
Menurut Kemenkes (2015) Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan
kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang
dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua,
dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus
memenuhi elemen pelayanan 10 T, sebagai berikut :

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.


2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

7
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi.
Tetanus adalah peyakit yang disebabkan oleh racun bakteri Clostridium
tetani. Tetanus disebut juga lockjaw karea pederitanya kerap mengalami kejang
otot rahang. Bakteri tetaus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Jika ibu
terinfeksi bakteri tersebut selama proses persalinan infeksi dapat terjadi pada
rahim ibu dan pusat bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum).

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Wanita Usia Subur

Imunisasi Pemberian Selang Waktu Masa


Imunisasi Minimal Perlindungan
T1 Pada K1 ANC

T2 4 Minggu setelah T1 3 Tahun

TT WUS T3 6 Minggu setelah T2 5 Tahun

T4 12 Minggu setelah T3 10 Tahun

T5 12 Minggu setelah T4 25 Tahun

(Sumber : Gusti, 2017)

6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan


7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10. Tatalaksana kasus.
2.3.3. Upaya Pencegahan Umum yang dapat dilakukan Oleh Ibu Hamil
1. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor risiko (termasuk
Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak /PPIA).
Oleh karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di fasilitas pelayanan

8
kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu hamil datang ke
bidan tetap dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan
oleh dokter.

2. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita


Tuberculosis.

3. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama dilakukan
pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu berinsektisida.

4. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan dan tata
laksana lebih lanjut.

5. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat DITUNDA pada ibu dengan PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.

6. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari termasuk mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada keluhan atau
tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke fasyankes.

7. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.

8. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19 atau dapat
mengikuti kelas ibu secara online.

9. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan antenatal dapat
dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau tanda bahaya.

10. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor risiko atau
penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika Ibu tidak datang
ke fasyankes, maka tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor penyulit. Jika diperlukan lakukan
rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih
lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B.

11. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN dengan tujuan utama
untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran
persalinan.

9
12. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mual- muntah
hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala
hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan
penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin
terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri
buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.

13. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia
kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10
gerakan per 2 jam).

14. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi


makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikan
aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri
dirumah agar ibu tetap bugar dan sehat.

15. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.

16. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 TIDAK
DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena akan memperburuk
komplikasi yang diakibatkan kondisi COVID-19.

17. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah periode

penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien
dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk
pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun
tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan janin (IUGR) akibat COVID-19,
didapatkan bahwa duapertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan
solusio plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi
diperlukan.

10
18. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis
penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter
anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin
setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan
keluarga tersebut.

19. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel

advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat

perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas
COVID-19.

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan

11
Persalinan adalah seragkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan (32-42 minggu), disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu, lahir spotan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
pada ibu da bayi (Purwoastuti,2015)
Persalinan normal merupakan proses pengeluaran buah kehamilan cukup
bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta, dan selaput ketuban, dengan
persentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik
jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi
dari luar) (Ilmiah, 2014).

2.2.2 Fisiologis Persalinan


1. Perubahan Fisiologis Persalinan Kala I
Persalinan kala I fase pembukaan 1-10 cm, proses ini dapat terjadi dengan
sendirinya. Berikut ini perubahan fisiologis kala I (Ilmiah, 2015) :
a) Uterus
Uterus terbagi atas 2 bagian segmen bawah rahim, dan segmen atas rahim
yang dibentuk oleh corpus uteri dan segmen bawah rahim yang dibentuk oleh
istmus uteri, perubahan pada bentuk rahim dimana tiap kontraksi sumbu
panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang maupun muka
belakang berkurang, artinya tulang punggung jadi lebih lurus dan dengan
demikian kutup atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah di
tekan ke dalam PAP, dan perubahan pada serviks dimana pembukaan dari
serviks adalah pembesaran yang tadinya berupa satu lubang dengan diameter
beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat dilalui kira-kira 10 cm.
b) Vagina
Dalam kala 1 ketuban ikut merenggangan ke atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh
anak. Setelah pecah ketuban, segala perubahan terutama pada dasar panggul
direnggang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Waktu kepala sampai di
vulva, lubang vagina menghadap ke depan atas terlihat dari luar perenggangan

12
oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi (sistolik rata-rata naik 15(10-
20) mmHg, diastol naik kira-kira 5-10 mmHg). Antara kontraksi tekanan darah
kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas
juga akan meningkatkan tekanan darah.
d) Sistem Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob da anaerb meningkat secara berangsur.
Ditandai dengan peningkatan suhu, nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan
yang hilang, disebabkan karena kecemasan, dan aktivitas otot skeletal.
e) Suhu Tubuh
Peningkatan suhu tubuh saat persalinan karena peningkatan metabolisme.
Peningkatan ini jangan melebihi 0,5o c sampai 1o c.
f) Detak Jantung
Pada setiap kontrasi sekitar 400 ml darah di keluarkan dari uterus dan
masuk ke dalam vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah antung sekitar
10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan, dan sekitar 30% sampai 50%
pada tahap kedua persalinan. Tekanan darah meningkat, sedangkan nadi
menurun untuk sementara. Selama ibu melakukan manuver valsava, janin
dapat mengalami hipoksia. Proses ini akan pulih kembali saat ibu menarik
nafas.
g) Sistem Pernafasan
Terjadi sedikit peningata laju pernafasan dianggap normal.
h) Perubahan Sistem Ginjal
Peningkatan filtrasi glomelurus dan peningkatan aliran plasma ginjal. Pada
trimester ke dua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi
kandung kemih dapat teraba di atas simpisi pubis. Selama persalinan wanita
dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai
alasan : Oedema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak yaman,
sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini
merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kera fisik selama persalinan.

13
i) Sistem Gastrointestinal
Motilasi lambung dan absorpsi makanan padat berkurang, pengurangan
getah bening, pegosongan lambung menjadi sangat lambat, mual da muntah
bisa terjadi sampai ibu mencapai kala I.
j) Sistem Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/ 100 ml, selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca bersalin
kecuali ada perdarahan postpartum.

2. Perubahan Fisiologis Persalinan Kala II


Asuhan persalinan kala II, dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir. Perubahan fisiologis secara umum yang terjadi pada parsalinan kala II
(K, Sukarni, 2013) :
a. His menjadi lebih kuat da lebih sering
b. Timbul tenaga untuk meneran
c. Perubahan dasar panggul
d. Lahirnya fetus
Respon Fisiologis Persalinan Kala II :
1) Kardivaskuler
a. Kontraksi menurun aliran darah menuju uterus sehingga jumlah
darah dalam sirkulasi ibu meningkat.
b. Resistensi perifet meningkat sehingga tekanan darah meningkat.
c. Saat mengejan cardiac output meningkat 40-50%.
d. Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat kontraksi.
e. Janin normal dapat beradaptasi tanpa masalah.
f. Oksigen yang menurun selama kotraksi meyebabkan hipoksia tetapi
dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah
serius.
2) Respirasi
a. Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler., konsumsi
oksigen meningkat.

14
b. Percepatan pematangan surfaktan, dimana penekanan pada dada
selama proses persalinan membersihkan paru-paru janin dari cairan
yang berlebihan.
3) Pengaturan Suhu
a. Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu..
b. Kehilangan cairan meningkat oleh karena meningkatnya kecepatan
dan kedalaman respirasi.
4) Urinaria
a. Perubahan
1) Ginjal menekan urine
2) Berat jenis meningkat
3) Ekskresi urine trace
4) Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung
kemih menurun
5) Musculoskeletal
a. Hormon relax menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang.
b. Fleksibilitas pubis meningkat.
c. Nyeri punggung.
d. Tekanan kotraksi mendorong janin sehingga terjadi fleksi
maksimal.
6) Saluran Cerna
a. Praktis inaktif selama persalinan.
b. Proses pencernaan dan pengosongan lambung memanjang.
7) Sistem Syaraf
a. Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin.

3 Perubahan Fisiologis Persalinan Kala III


Perubahan terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus
(spontan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta
mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan.
Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode
ekspulsi plasenta.

15
Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Kerena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan
permukaan kavum uteri, tempat implatasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan
terlepas dari tempat implatasiya (Ilmiah, 2015)

4 Perubahan Fisiologis Persalinan Kala IV


Kala IV adalah kala pengawasan 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir
untuk memantau kondisi ibu. Setelah kelahiran plasenta dan selaput ketuban. Jika
masih ada sisa plasenta dan selaput yang tertinggal dalam uterus akan menggangu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit
uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu
dilakukan kompresi bimanual.

2.2.3 Tanda-Tanda Persalinan


Menurut Purwoastuti (2015) tanda-tanda persalian di bagi menjadi bagian,
yaitu :
1.Tanda Kemungkinan Persalinan
b. Nyeri pinggang yang samar, ringan, menggangu, dan dapat hilang-
timbul
c. Kram pada bagian perut bawah seperti saat menstruasi dan biasanya
disertai dengan rasa tidak nyaman dipaha.
d. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertakan
dengan kram perut atau gangguan pencernaan.
e. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil
melakukan banyak aktivitas dan keinginan persiapan bagi bayi.
2.Tanda Awal Persalinan

16
a. Kontraksi cenderung mempunyai panjang, kekuatan, dan frekuensi
yang sama. Kontraksi berlangsung singkat atau terus menerus
selama beberapa jam sebelum berhenti atau mulai berkembang.
b. Aliran lendir yang bernoda darah dari vagina
c. Rembesan cairan ketuban dari vagina karena robekan kecil pada
membran.
3.Tanda Positif Persalinan
a. Kontraksi menjadi lebih lama, lebih kuat, dan atau lebih dekat
jaraknya bersama dengan berjalannya waktu, biasanya disebut
“sakit” atau “sangat kuat” dan terasa di daerah perut atau pinggang,
atau keduanya.
b. Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina.
c. Leher rahim membuka sebagai respons terhadap kontraksi yang
berkembang.

2.2.4 Tahap Persalinan


1) Persalinan Kala I
Menurut Walyani, 2016 proses pembukaan serviks pada wanita yang
hamil untuk pertama kalinya (primigravida), terdiri dari 2 fase, yaitu:
a) Pembukaan Serviks
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap (10 cm). Proses pembukaan serviks sebagai akibat
his terbagi menjadi 2 fase, yaitu :
 Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai pembukaan 4 cm
 Fase Aktif
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat/ 3 kali atau lebih dalam
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

17
b. Serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap
(10 cm).
c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d. Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu:
 Periode Akselerasi, berlangsung selama 2 jam
sampai menjadi pembukaan 4 cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung salama 2
jam pembukaan dan berlangsung ceopat dan menjadi 9
cm
 Periode Dislerasi, berlangusng lambat dama waktu
2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10/lengkap
Untuk melihat perbedaan fase yang dilalui, antara ibu yang
primigravida dan multigravida dapat kita lihat :
Perbedaan Fase Primigravida dan Multigravida

Primigravida Multigravida
Kala 1 : 12 Jam Kala I : 8 Jam
Kala II : 1,5- 2 Jam Kala II : 30 Menit- 1 Jam
Kala III : 30 Menit Kala III : 15 Menit
Lama Persalinan : 14,5 Jam Lama Perslinan : 8 Jam, 15 menit
Sumber : Walyani, 2016

Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi


No Parameter Frekuesi pada fase Frekuesi pada fase
laten Aktif
1. Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2. Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
3. Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
4. DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
5. Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
6. Perubahann Serviks Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
7. Penurunan Bagian Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
Terendah Janin
8. Urine Setiap 2 jam Setiap 2 jam
Sumber : Ilmiah, 2015

2) Persalinan Kala II

18
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi
tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetri dengan dominasi di fundus uteri,
mempunyai amplitudo 40-60 mmHg, dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari
12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 1,5 jam dan pada
multigravida 0,5 jam.
3) Persalinan Kala III

Pada tahap ini adalah pengeluara plasenta 6-15 menit setelah bayi
dikeluarkan. Setelah bayi dilahirkan lengkap dan gunting tali pusatnya, pegang
kedua kaki bayi dan bersihkan jalan nafas. Bila bayi belum menangis rangsanglah
supaya menangis, bila perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawatlah tali pusat dan
sebagainya. Kemudian kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15
menit. Jangan tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkannya bila plasenta
belum lepas. Setelah plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada selaput
ketuban yang tertinggal atau plasenta lepas. Periksa ukuran plasenta dan beratnya.
Cara mengetahui lepasnya plasenta:
1. Metode Kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah
diatas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
2. Metode Strassman
Tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan kiri mengetok fundus
uteri. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belu lepas.
3. Metode Klien
Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti mengejan tali
pusat masuk lagi, berarti tali pusat belum lepas dari dinding uterus.
4)Persalinan Kala IV

Yakni 1 jam plasenta keluar. Kala ini bertujuan untuk menilai perdarahan
(maksimal 500 ml) dan baik tidakya kotraksi uterus. Yang harus diperhatikan
yaitu, kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat
genetalia lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
kandung kemih kosong, luka-luka perineum terawat dengan baik dan tidak ada

19
hematom, ibu dan bayi dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai
dalam waktu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap.

2.2.5 Asuhan Persalinan Normal


o Lima Aspek Benang Merah
Menurut lima aspek dasar atau disebut lima benang merah dalam asuhan
kebidanan dalam asuhan persalinan dirasa sangat penting dalam memberikan
asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap peralinan baik normal maupun patologis. Kelima
aspek ni selalu berlaku daam penatalaksanaan persalinan. Lima benang merah
dalam asuhan persalinan (Indrayani, 2016), yaitu :
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan sayang ibu dan bayi
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan (Rekam medik)
5. Rujukan

o Asuhan persalinan
Asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup serta
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
kamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga secara optimal (Indrayani, 2016).

Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan


secara bersih dan aman selama persalinan berlangsung. Menurut (Prawirohardjo,
2016). APN terdiri dari 60 langkah yaitu :

1. Mengenali tanda dan gejala kala II yaitu ibu mempunyai keinginan


untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rektum dan
vaginanya, perineum menonjol dan menipis, vulva-vagina dan sfingter
ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan.

20
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial dan
mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali
pakai ke dalam wadah partus set.
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau
tisu bersih.
5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik.
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT dan buang kapas yang terkontaminasi
dan lepas sarung tangan apabila terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan
amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat kepala
sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160) kali/menit.
Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran.
12. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
13. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

21
14. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan. 17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung abyi dengan kain
atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali
pusat lewat kepala bayi atau jika terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik
lalu gunting diantaranya.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.

22
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jar-jari lainnya).
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit leih rendah dari
tubuhnya.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambl tindakan yang sesuai.
30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakuakan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian luar,
setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

23
35. Letakkan satu bagian tangan di atas kain yang berada di perut ibu, tepat
di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
kearah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak llahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
kontraksi berikutnya.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali
pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat, berikan dosis ulang oksitosin 10 unit IM,
lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga untuk
menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya,
segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 setelah bayi lahir, jika
terjadi perdarahan lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek, lakukan
eksplorasi.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
Menilai Perdarahan

24
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan
klorin, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau mengikat dengan simpul mati
sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat lagi satu simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan kain
bersih dan kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uuterus dan perdarahan pervaginam
yaitu setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit
pada 1 jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik. Jika ditemukan laserasi yang
memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi local
dengan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

25
52. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascasalin. Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascasalin dan lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberi ASI dan anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minum dan makan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
60. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.

2.2.6. Upaya Pencegaan Umum yang Dapat dilakukan oleh Ibu Bersalin
1. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas kesehatan
jika sudah ada tanda-tanda persalinan.

2. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

3. Tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:

a. Kondisi ibu sesuai dengan level fasyankes penyelenggara pertolongan


persalinan.

26
b. Status ibu ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau bukan ODP/PDP/COVID-
19.

2. Ibu dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin di rumah
sakit rujukan COVID-19,

3. Ibu dengan status BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin
di fasyankes sesuai kondisi kebidanan (bisa di FKTP atau FKTRL).

4. Saat merujuk pasien ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sesuai dengan
prosedur pencegahan COVID-19.

5. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur, diutamakan

menggunakan MKJP.

27
2.3 Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas adalah setelah usai melakukan proses persalinan ini akan
berlangsung selama 6 minggu atau berkisaran 40 hari, dimana dalam hal ini
ditujukan beberapa gejala dengan mengeluarkan darah segar dari mulut raim tak
jarag bahka ada yang mengeluarka darah segar dari mulut rahim dimaa sel-sel
darah tersebut merupaka sisa dari plasenta, dinding rahim da kotoran bayi selama
ada didalam kadungan (Sukarni, 2013).
Masa nifas atau perineum dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Prawirohardjo, 2016).

2.3.2 Asuhan Masa Nifas


a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah periode berakhirnya persalinan (akhir kala III persalinan
sampai akhir 6 minggu pertama postpartum). Nifas adalah sejak 1 jam setelah
plasenta lahir sampai akhir minggu ke-6 atau berlangsungnya selama 42 hari
(Walyani, 2017).
Asuhan masa nifas bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik
fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, menangani atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu atau bayinya
(Pratami, 2016).
Menurut Kemenkes, (2016) bahwa pelayanan kesehatan ibu nifas adalah
pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-
kurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai
dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Masa nifas dimulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis
pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari :
1. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu).
2. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain.
4. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif.

28
5. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana.
6. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

b. Jadwal Kunjungan Nifas


Frekuensi kunjungan masa nifas menurut Astutik, (2015) :
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan
3. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tabel 2.7
Jadwal Kunjungan Pada Ibu Selama Dalam Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam post -Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
partum uteri
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan
- Memberi konseling pada ibu atau anggota keluarga
tentang mencegah perdarahan masa nifas
- Pemberian asi awal
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
- Menjaga bayi tetap sehat.
2 6 hari post - Memastikan involusi uterus berjalan normal ;
partum uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
- cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu post Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
partum
4 6 minggu post - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
partum yang ibu atau bayi alami
- Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Sumber : Walyani, dkk, 2017)

29
2.3.3. Upaya Pencegaan Umum yang Dapat dilakukan oleh Ibu Nifas
1. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat Buku
KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke tenaga
kesehatan.

2. Pelaksanaan kunjungan nifas pertama dilakukan di fasyankes.

Kunjungan nifas kedua, ketiga dan keempat dapat dilakukan dengan metode
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media
online (disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan
melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu
dan keluarga.

3. Periode kunjungan nifas (KF) :

a. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca persalinan;

b. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca persalinan;

c. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari
pasca persalinan;

d. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat puluh


dua) hari pasca persalinan.

4. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian


dengan petugas. Diutamakan menggunakan MKJP.

30
2.4. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang
melewati vagina tanpa memakai alat (Tando, 2016)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 miggu
dega berat bada sekitar 2.500-3.000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm
(Sondakh, 2013).

2.4.1 Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Asuhan segera bayi baru lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2014).
Asuhannya adalah sebagai berikut (Indrayani, 2016) :
1. Klem dan potong tali pusat
a) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3
cm dari pusat pangkal bayi (tinggalkan kira-kira satu cm diantar klem-
klem tersebut).
b) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
antara gunting dari tangan kiri anda.
c) Pertahankan kebersihan pada saat menolong tali pusat. Ganti sarung
tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan
pisau atau gunting yang steril atau disenfeksi tingkat tinggi (DTT).
d) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan,
lakukan peningkatan ulang yang lebih kuat.
2. Jagalah bayi agar tetap hangat
a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.
b) Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh

31
c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap
15 menit.
3. Kontak dini dengan bayi
a) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini anatara
ibu dan bayi penting untuk:
1) Kehangatan- mempertahankan panas yang benar pada bayi
baru lahir.
2) Ikatan batin dan pemberian ASI.
b) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”
(dengan menunjukan reflex rooting).
4. Pernapasan
Sebagian besar bayi akan bernapas spontan. Pernapasan bayi sebaiknya
diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
a) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
b) Jika bayi tidak segera bernapas. Lakukan hal-hal berikut
1) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
2) Gosoklah punggung bayi dengan lembut
c) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai
resusitasi
d) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi
pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit) berilah
oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs
e) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat
mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai
adalah larutan perak Nitrat atau Neosropin dan langsung diteteskan pada mata
bayi segera setelah bayi lahir.

5. Nilai APGAR
Sebagai alat yang dikembangkan untuk mengkaji kondisi fisik bayi pada
saat kelahiran. Lima dimensi, yaitu denyut jantung, upaya napas, tonus otot,
respons terhadap rangsangan, dan warna. Diberi nilai nol, satu, atau dua. Oleh

32
sebab itu, nilai maksimum adalah 10. Namun, nilai ini tidak selalu tercapai
karena kebanyakan bayi memiliki warna tangan dan kaki yang biru segera
setelah kelahiran (Baston, 2013).
6. Pemberian Vitamin K
Asuhan kebidanan pada keluarga baru belum lengkap hingga isu vitamin K
disampaikan dan didiskusikan sebagai tindakan untk mecegah penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir.
7. Tungkai
Observasi bayi harus menunjukkan luruh tungkai bergerak dengan sama.
Setiap lengan harus diangkat untuk inspeksi aksila, dan selanjutnya
menghitung jumlah jari. Awalnya, kepala akan jatuh kebelakang, kemudian
menjadi sejajar sebelum jatuh ke dada saat kedua pergelangan tangan
digenggam dan ditarik ke posisi duduk. Panjang kaki harus sama.

2.4.3.Upaya Pencegaan Umum yang Dapat dilakukan oleh Bayi Baru Lahir

1. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan belum
sempurna fungsi imunitasnya.

2. Bayi baru lahir dari ibu yang BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-
19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 – 6 jam) yaitu
pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), injeksi vit
K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan imunisasi Hepatitis B.

3. Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:

 Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord Clamping).

 Bayi dikeringkan seperti biasa.

 Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak menunggu
setelah 24 jam

 TIDAK DILAKUKAN IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial lainnya


tetap diberikan.

33
4. Bayi lahir dari ibu hamil HbsAg reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi dan bayi
dalam keadaan:

a. Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin K1 dan
tetap dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B serta pemberian HbIg (Hepatitis
B immunoglobulin kurang dari 24 jam).

b. Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap mendapatkan pelayanan
injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HbIg (Hepatitis B
immunoglobulin kurang dari 24 jam). Pemberian vaksin Hepatitis B ditunda
sampai keadaan klinis bayi baik (sebaiknya dikonsultasikan pada dokter anak
untuk penatalaksanaan vaksinasi selanjutnya).

5. Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis, pada usia

6-8 minggu dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis(EID) bersamaan


dengan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib pertama dengan janji temu.

6. Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi Benzatil
Penisilin sesuai Pedoman Neonatal Esensial.

7. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan RAWAT GABUNG di
RUANG ISOLASI KHUSUS COVID-19.

8. Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan perawatan di

ruang ISOLASI KHUSUS COVID-19, terpisah dari ibunya (TIDAK RAWAT

GABUNG).

9. Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan mengenai
risiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu, yang
cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara. Sesuai dengan

protokol tatalaksana bayi lahir dari Ibu terkait COVID-19 yang dikeluarkan

IDAI adalah :

34
a. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan
melaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 antara lain menggunakan masker
bedah, menjaga kebersihan tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, dan
rutin membersihkan area permukaan di mana ibu telah melakukan kontak.

b. Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap diberikan dalam
bentuk ASI perah dengan memperhatikan:

 Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan pembersihan
pompa setelah digunakan.

 Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan.

 Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang sehat


untuk memberi ASI.

 Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik), sehingga bayi
dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga persediaan ASI agar proses
menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan kembali. Jika memerah
ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan
sesuai.

 Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi penyimpanan
harus menggunakan kantong spesimen plastik. Kondisi penyimpanan harus sesuai
dengan kebijakan dan kantong ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan
dalam kotak wadah khusus, terpisah dengan kantong ASI dari pasien lainnya.

c. Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan swab negatif,
sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat menyusui langsung setelah 14 hari
dari pemeriksaan swab kedua negatif.

10.Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab, sementara

pada bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19 dilakukan pemeriksaan


swab dan sediaan darah pada hari ke 1, hari ke 2 (dilakukan saat masih dirawat di
RS), dan pada hari ke 14 pasca lahir.

35
11.Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,
pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital(SHK) dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Idealnya waktu pengambilan sampel dilakukan pada 48 – 72
jam setelah lahir. Untuk pengambilan spesimen dari bayi lahir dari Ibu
ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19, tenaga kesehatan menggunakan APD level
2. Tata cara penyimpanan dan pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman
Skrining Hipotiroid Kongenital. Apabila terkendala dalam pengiriman spesimen

dikarenakan situasi pandemi COVID-19, spesimen dapat disimpan selama


maksimal 1 bulan pada suhu kamar.

12. Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di fasyankes.


Kunjungan neonatal kedua dan ketiga dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan
upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga.

13. Periode kunjungan neonatal (KN) yaitu :

a. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh delapan)


jam setelah lahir;

b. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah lahir;

c. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari
setelah lahir.

14. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif
dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tanda bahaya pada
bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau
permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.

15. Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk pencegahan


COVID-19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam ruangan tersebut ada

36
bayi lain yang sedang diberikan terapi oksigen. Penggunaan face shield dapat
digunakan di rumah, apabila terdapat keluarga yang sedang sakit atau memiliki
gejala seperti COVID-19. Tetapi harus dipastikan ada pengawas yang dapat
memonitor penggunaan face shield tersebut. pada buku KIA). Apabila ditemukan
tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan

kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),

apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke

Rumah Sakit.

15. Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk pencegahan


COVID-19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam ruangan tersebut ada bayi
lain yang sedang diberikan terapi oksigen. Penggunaan face shield dapat
digunakan di rumah, apabila terdapat keluarga yang sedang sakit atau memiliki
gejala seperti COVID-19. Tetapi harus dipastikan ada pengawas yang dapat
memonitor penggunaan face shield tersebut.

37
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan ANC

Tanggal : 15 Maret 2020 Pukul : 13.30 Wib

3.1.1. Identitas/Biodata

Nama ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. P

Umur : 35 tahun Umur : 40 tahun

Agama : Kristen Agama : Kristen

Suku : Batak Suku : Batak

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl.Karya Bakti Alamat : Jl.Karya Bakti

No Hp : 081265225695 No. Hp :-

3.1.1 Data Subjektif


1. Kunjungan saat ini : Kunjungan pertama
Keluhan utama : Sering BAK, dan nyeri pinggang
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama berumur 19 tahun
3. Riwayat menstruasi
Menarche umur : 15 tahun
Siklus : 29 hari
Teratur/tidak : Teratur
Dismenore : ada
Banyaknya : 3x ganti pembalut
Lamanya : 5 hari
HPHT : 12-09-2019
TTP : 19-06-2020

38
4. Riwayat kehamilan
a. Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 10 minggu.
Frekuensi : Trimester I 1 kali
Trimester II 1 kali
Trimester III 2 kali
b. Pergerakan janin yang pertama sekali : saat usia kehamilan 20
minggu
c. Pola Nutrisi
1. Makan : Porsi makan 3 kali sehari
Minum : Air putih > 5 gelas/hari
2. Pola eliminasi
BAB : 1 x sehari, konsistensi padat, warna kekuningan.
BAK : 6-7 x sehari, warna jernih.
3. Kegiatan sehari hari : Memasak, membersihkan rumah.
4. Istirahat/tidur : Siang ± 2 jam, Malam ± 8 jam.
5. Seksualitas : seminggu 1x, tidak ada
keluhan
a. Personal hygien
1. Kebiasaan Mandi : 2 x sehari
2. Kebiasaan membersihkan vulva : Setiap kali
mandi dan BAK.
3. Kebiasaan mengganti pakaian dalam : Setiap kali
mandi/ jika pakaian dalam basah.
4. Jenis pakaian dalam yang digunakan : Kaos
5. Imunisasi TT I : Sudah pernah
TT II: Sudah Pernah
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tangga Usia Jenis Tempat BBL Nifas


l Kompli Penol
No Kehamil Persa Persalin BB/ Kead J Kead Lakta
kasi ong
Lahir an linan an PB aan K aan si

H A M I L Bidan I 29 IN I Baik

39
30-05 Aterm Bidan

7. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan : Tidak ada


8. Riwayat kesehatan
1)Penyakit sistemik yang pernah/sedang di derita : Tidak ada
2) Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : Tidak ada
3) Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
4) Kebiasaan-kebiasaan
a. Merokok : Tidak ada
b. Minum jamu-jamuan : Tidak ada
c. Minum-minum keras : Tidak ada
d. Perubahan pola makan : Tidak ada
9. Keadaan Psikososial spiritual
a. Kelahiran ini : Di inginkan
b. Pengetahuan ini tentang kehamilannya : Baik
c. Penerimaan terhadap kehamilan saat ini : Baik
d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan : Baik
e. Ketaatan ibu dalam beribadah : Baik

3.1.2 Data Objektif


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital
TD : 110/80 mmhg
Temp : 36°C
HR : 80 kali per menit
RR : 20 kali per menit
4. TB : 156 cm
BB : 69 kg
BB Sebelumnya : 55 kg

40
LILA : 29 cm
5. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada
Mata :Conjungtiva merah muda, sklera tidak
ikteri, tidak ada oedem palpebra
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Payudara :Bentuk simetris, aerola mammae
hiperpigmentasi, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan, dan adanya pengeluaran
kolostrum dari puting susu.
Abdomen :Bentuk simetris, tidak ada luka bekas
operasi
Ektremitas : Varises tidak ada, Refleks Patella Positif
Genetalia : Varises tidak ada, bekas luka.
Anus : Anus tidak ada hemoroid.
6. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
a. Inspeksi
Bentuk : Simetris
Bekas Luka : Tidak ada
Stria gravidarum : Tidak ada
b. Palpasi
Leopold I :TFU Pertengahan Pusat dan prosesus
xyphoideus (px) (30cm).
Leopod II :Pada sebelah kanan perut ibu teraba bagian
panjang memapan, dan pada bagian kiri
perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin
Leopod III :Teraba satu bagian bulat, keras, dan
melenting
Leopod IV : Belum masuk PAP ( Convergent )
c. Auskultasi
DJJ : 149 kali per menit

41
Interval : Teratur
Punctum Maximum : Kuadran Kanan Bawah ibu
7. Pemeriksaan penunjang :
Hb : 12,9 gr%

3.1.3. Analisa
Ny. S G1 P0 A0, usia kehamilan 32-34 minggu, punggung kanan (pu-ka),
presentasi kepala, janin tunggal, kepala belum masuk PAP, janin hidup, keadaan
ibu dan janin baik.

3.1.4. Penatalaksanan
1. Memberitahu kepada Ny. S bahwa keadaan umum dan tanda-tanda
vital ibu baik, dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan ibu Keadaan janin
TD : 110/80 mmhg DDJ : 149 kali per menit
Temp : 37°C
HR : 80 kali per menit
RR : 20 kali per menit
Hb : 12,9 gr%
Ibu sudah mengetahui keadaanya
2. Memberikan dukungan moril pada ibu bahwa kehamilan merupakan
proses alamiah tetapi harus tetap diperiksa untuk mendeteksi adanya
kelainan.
Ibu merasa tenang setelah mendapatkan dukungan
3. Menjelaskan kepada ibu nyeri pinggang pada ibu hamil merupakan hal
yang fisiologi, karena kehamilan ibu semakin membesar sehingga
menyebabkan nyeri pada pinggang.
Ibu sudah mengerti penkes yang diberikan dan ibu tampak sudah tidak
merasa cemas .
4. Memberikan penkes tentang rasa sakit di perut bawah ibu dan sering
BAK.

42
Bahwa sakit pada perut di bagian bawah dan sering BAK merupakan
hal fisiologis jadi untuk mengurangi rasa sakit perut bagian bawah
dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring kiri atau miring kanan dan
untuk mengatasi sering BAK maka ibu dianjurkan untuk tidak banyak
minum pada malam hari.
Ibu sudah mengerti tentang penkes yang diberikan.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan, seperti : perdarahan yang
keluar dari jalan lahir Perdarahan pervaginam tidak normal adalah
merah, banyak, atau perdarahan dengan rasa, perdarahan kehamilan
lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak/sedikit,
nyeri, sakit kepala yang hebat yang serius adalah sakit kepala yang
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, pandangan
yang tiba-tiba menjadi kabur atau berbayang perlu diwaspadai karena
bisa mengacu pada tanda bahaya kehamilan, bengkak di wajah dan
jari-jari tangan, nyeri perut yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah beristirahat, bayi kurang bergerak seperti biasa bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam, gerakan bayi akan
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat, dan bila ibu
makan dan minum dengan baik. Jika terdapat keluhan di atas,
sebaiknya ibu segera datang ke klinik atau pelayanan kesehatan
terdekat.
Ibu mengerti tentang penkes yang diberikan.
6. Memberi penkes tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian
ASI eksklusif bayi baru lahir .
Ibu mengerti dan mau untuk IMD dan pemberian ASI.
7. Memberikan tablet asam folat 1x1 hari berguna dalam perkembangan
janin dan beritahu ibu diminum pada malam hari sesudah makan
dengan air putih atau jus yang mengandung vitamin C guna untuk
membantu proses penyerapan yang lebih baik.
Ibu mau diberi tablet asam folat dan ibu bersedia meminumnya
8. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang dua minggu yang
akan datang

43
Ibu bersedia dan akan datang dua minggu yang akan datang atau
apabila ada keluhan.

3.2 Asuhan Persalinan


3.2.1 Data Pada Kala I
1. Pengumpulan Data
Tanggal : 19 Juni 2020 Pukul : 20.00 WIB
3.2.2 Subjektif
1. Alasan Datang Ke klinik :Ibu ingin bersalin.
2. Keluhan Utama :Ibu merasa mulas menjalar kepinggang
dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan Ibu sejak pukul 16.00 WIB
3.2.3 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
2. TTV
TD : 120/80 mmHg RR : 24 Kali/menit
Suhu : 37°C Pols : 82 Kali/menit
3. Pemeriksaan fisik
1) Mata
a. Konjungtiva : Merah Muda
b. Sklera :Tidak Ikterus
c. Oedem palpebra :Tidak ada pembengkakan
2) Dada
a) Mammae : Simetris
b) Aerola mammae : Hitam
c) Puting susu : Menonjol
d) Benjolan :Tidak ada
e) Pengeluaran Colostrum :Tidak ada
4. Pemeriksaan Khusus
a) Abdomen

44
Inspeksi :Membesar dan Asimetris, linea nigra, striaelivide.
5. Palpasi
Leopold
a. Leopold I
Teraba bagian lunak bundar, TFU pertengahan simfisis dan Prosesus
Xiphodeus (px) (30cm).
b. Leopold II
Teraba satu bagian memanjang dan memapan disisi kanan perut ibu, dan
di sisi kiri perut ibu teraba bagian kecil janin.
c. Leopold III
Teraba satu bagian bulat, keras dan tidak dapat digoyangkan (kepala).
d. Leopold IV
Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen).
e. TBBJ
(TFU – 11) x 155 = ( 30-11) x 155 = 2.945 gram.
f. Auskultasi DJJ
Punctum maksimum : Kuadran kanan bawah pusat.
Frekuensi : 140 kali/menit
g. HIS
Frekuensi : 3 Kali dalam 10 menit
Durasi/Lama : 25 Detik
6. Pemeriksaan dalam
a. Pengeluaran : Lendir bercampur darah
b. Konsistensi serviks : Kenyal
c. Pembukaan : 4 cm
d. Ketuban : Utuh
e. Presentasi kepala : Hodge III
f. Demominator : Ubun-ubun kecil (UUK)
7. Ekstremitas
a. Oedem pada tangan/jari : Tidak Ada
b. Oedem ekstremitas bawah : Tidak Ada
c. Varices : Tidak Ada

45
d. Refelks patella : Kiri (+) kanan (+)

3.2.4 Analisa
Diagnosa : Ibu inpartu kala I Fase Aktif
Masalah : Perut ibu merasa mules
Kebutuhan : Ibu dianjurkan untuk berjalan disekitar klinik.

3.2.5 Penatalaksanaan
1. Memberi informasi kepada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan.
TD : 120/80 mmHg RR : 22 kali/menit
Pols : 82 x/i Suhu : 37°C
Ketuban utuh, pembukaan 4 cm, persentasi kepala, DJJ 142 kali/menit
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Menganjurkan ibu jalan-jalan untuk membantu mempercepat pembukaan
jalan lahir dan didampingi keluarga.
Ibu bersedia berjalan-jalan.
3. Menganjurkan ibu untuk beristirahat apabila sudah mulai merasa lelah.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.
5. Memberitahu ibu agar tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap dan
menjelaskan cara meneran yang baik kepada ibu yaitu dengan menarik nafas
panjang dan mengeluarkan seperti membatukkan disaat ibu merasakan sakit,
menyarankan pada ibu untuk memilih posisi yang baik dan meneran yang
baik.
6. Mempersipkan alat-alat persalinan.
Alat-alat yang akan digunakan untuk bersalin sudah dipersiapkan.
7. Memberikan motivasi pada ibu untuk semangat dalam menghadapi
proses persalinan.
8. Mengikut sertakan keluarga untuk mendampingi ibu dan memberikan
dukungan pada ibu.
9. Mengobservasikan kemajuan persalinan TTV, his, DJJ setiap ½ jam.
3.3 Data Perkembangan Pada Kala II

46
3.3.1 Subjektif
Ibu sudah merasa ingin meneran, perutnya semakin sering terasa mulas dan
merasa ingin BAB dan ibu tampak gelisah.
3.3.2 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran :Composmentis
Tanda vital
a. TD : 130/80 mmHg
b. RR : 24 kali/menit
c. Suhu : 37°C
d. Pols : 84 kali/menit
e. His : 5 kali dalam 10 menit selama 55 detik
f. DJJ : 145 kali/menit
2. Pemeriksaan khusus kebidanan
a. Inspeksi Anogenital
Pada genetalia terlihat perineum menonjol, vulva dan anus membuka.
b. Pemeriksaan dalam
Portio tidak teraba, pembukaan servik 10 cm ( lengkap), ketuban sudah
pecah jernih, kepala berada di dasar panggul ( hodge IV), posisi UUK ka-
dep tepat di koksigis, inpartu kala II.

3.3.3 Analisa
Diagnosa : Ibu Inpartu Kala II
Masalah : Ibu tampak Gelisah
Kebutuhan : 1. Menyiapakan kelengkapan persalinan
2. Memberi dukungan psikologis pada ibu
3.3.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan
a. TD : 130/80 mmHg
b. RR : 24 Kali/menit
c. Suhu : 37°C

47
d. Pols : 84 kali/menit
e. Pembukaan : Lengkap (10 cm)
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Pukul 02.05 WIB ,memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan
sudah lengkap.
3. Menyiapakan pertolongan persalinan seperti mengunakan APD dan
mendekatkan alat bersalin ke pasien.
4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk melahirkan
dan ibu memilih posisi litotomi.
5. Memberi ibu minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi di sela-
sela kontraksi.
Ibu mau minum.
6. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
a. Setelah tampak kepala bayi 5-6 cm di vulva, apabila sebelum 5-6 cm ibu
sudah mengedan beresiko oedem pada vulva.
b. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk menegeringkan bayi.
c. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
d. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
e. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
7. Membantu lahirnya kepala
a. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,
sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu meneran
sambil bernapas cepat dan dangkal.
b. Memeriksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi.
c. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.
8. Membantu lahirnya bahu
a. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
b. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga

48
bahu depan muncul di bawah arkus pubis (melahirkan bahu depan).
c. Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
9. Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
a. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke
arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah
bawah (Menggunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas).
b. Setelah Tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan
yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi
(Memegang kedua mata kaki, masukkan telunjuk di antara mata kaki
dengan ibu jari dan jari- jari lainnya).
10. Pukul 02.35 WIB, Bayi Lahir Bugar.
11. Nilai kebugaran bayi.

3.4 Data Perkembangan Pada Kala III


Tanggal : 20 Juni 2020 Pukul: 02.35 WIB
3.4.1 Subjektif
Ibu merasa senang, lega dengan kelahiran bayinya, serta terlihat kelelahan.
3.4.2 Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Palpasi pada daerah perut didapatkan tidak ada janin kedua, uterus teraba
bulat dan keras, kontraksi uterus baik.
c. TFU setinggi pusat, tampak tali pusat divagina.
d. Kandung kemuh kosong.
e. Tali pusat memanjang
f. Perasaan ingin meneran
g. Ada semburan darah dari vagina
h. Uterus globular
3.4.3 Analisa
Diagnosa : Ibu inpartu kala III Kebutuhan : Melakukan masase uterus
Masalah : Tidak ada
3.4.4 Penatalaksanaan

49
1. Pukul 02.36 WIB, memberikan oksitosin 10 UI intramuskuler.
2. Dengan menggunakan dua klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
pertama pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus). Dari sisi luar klem
penjepit, Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan melakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. Memotong dan
menikat tali pusat, dan lepaskan klem kedua.
3. Meletakkan bayi pada perut ibu dan diselimuti dengan kain bersih
untuk melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu.
4. Memindahkan klem pertama pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, dengan cara metode Kustner
dimana tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah
diatas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
6. Plasenta lahir pada Pukul : 02.40 WIB.
7. Melakukan masase uterus, uterus teraba keras dan kontraksi baik

3.5 Data Perkembangan Pada Kala IV


3.5.1 Subjektif
Ibu tampak tenang dan mengatakan lega karena plasenta lahir lengkap,
perutnya masih terasa mules.
3.5.2 Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Vital Sign
a. TD : 120/80mmHg
b. Pols : 80 kali/menit
c. RR : 24 kali/menit
d. Suhu : 37°C
3. Kontraksi uterus baik, TFU : 2 jari dibawah pusat, perdarahan dalam batas
normal.
4. Kandung kemih kosong.
3.5.3 Analisa

50
Diagnosa : Ibu post partum kala IV
Masalah : Perut ibu masih terasa mules
Kebutuhan : Menganjurkan ibu untuk istirahat
3.5.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan keadaan umum ibu, memberitahukan kepada ibu bahwa plasenta
lahir dan selaput ketuban lengkap dan keadaan ibu dan bayi baik.
2. Memeriksa tidak ada laserasi jalan lahir dan jumlah perdarahan ± 100 cc.
3. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan mengeringkannya dengan kain
yang bersih dan kering.
4. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
5. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
6. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a) Dua sampe tiga kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. Setiap
15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
b) Setiap 20- 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
Jam Waktu TD N T TFU Kontraks Kandung Perdarahan
Ke i Uterus Kemih
I 02.45 130/80 82 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 30 ml
mm Hg Kali per dibwh
WIB
menit pst
03.10 120/80 80 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 20 ml
WIB mm Hg Kali per dibwh
menit pst
03.25 120/80 81 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 20 ml
WIB mmHg Kali per dibwh
menit
03.40 120/80 80 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 15 ml
WIB mm Hg Kali per dibwh
menit pst
II 04.10 120/70 80 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 10 ml
WIB mmHg Kali per dibwh
menit pst

04.40 120/80 83 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 10 ml


WI mm Hg Kali per dibwh
menit pst

51
7. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
8. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi, dan membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
9. Membersihkan ibu dengan Air Desifeksi Tingkat Tinggi (DTT), mengganti
pakaian ibu yang terkena darah, menampung darah di standuk, serta
membersihkan pengalas perlak dengan larutan klorin 0,5%.
10. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
11. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
12. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
13. Melengkapi partograf
14. Pukul : 04.40 WIB, memindahkan dan menjelaskan konsep rooming in
(rawat gabung). Ibu harus satu ruangan dengan bayi, keuntungannya ibu lebih
dekat dengan bayi, dan mempermudah pemberian ASI kapan saja yang
dibutuhkan bayi setelah 2 jam post partum.
Menganjurkan ibu untuk beristirahat guna memulihkan kembali kondisinya.

3.3 Asuhan Nifas

3.3.1 Data Masa Nifas 6 jam


Pengumpulan Data
Tanggal : 20 Juni 2020 Pukul: 08.30 WIB
3.3.2 Subjektif
Ibu mengatakan air susu sudah mulai keluar sedikit-sedikit.
3.3.3 Objektif

52
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg RR : 22 Kali/menit
Suhu : 37°C Pols : 78 Kali/menit
3. Eliminasi
BAK setelah melahirkan : 2 kali
BAB setelah melahirkan : 1 kali
4. Kepala
a. Wajah/muka : Tidak ada cloasma gravidarum.
b. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.
c. Hidung : Bersih, Tidak ada secret dan polip
d. Telinga : Bersih, simetris.
e. Gigi : Bersih, tidak ada karang gigi dan caries.
f. Bibir : Warna merah, simetris, tidak ada lesi, kelembapan cukup
dan tidak ada pembengkakan
5. Payudara
a. Bentuk : Simetris
b. Puting susu : Menonjol
c. Pengeluaran : Ada, ASI sudah keluar sedikit-sedikit
d. Abdomen
Konsistensi uterus : Keras (baik)
TFU : 2 jari dibawah pusat.
Kontraksi uterus : Baik.
Kandung kemih : Kosong.
6. Pengeluaran Lochea
a. Warna : Merah
b. Jenis : Rubra
c. Bau : Amis, tidak berbau busuk
d. Konsistensi : Encer
7. Perineum dan anus

53
a. Keadaan vulva : Tidak Oedem
b. Keadaan Anus : Tidak ada Haemoroid
8. Ekstremitas
a. Oedem : Tidak Ada
b. Kemerahan : Tidak Ada
3.6.4 Analisa
Diagnose : Ny.S 6 jam pertama Post partum normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Anjurkan ibu tetap memberi ASI eksklusif, dan mobilisasi
2. Anjurkan ibu tentang tanda bahaya masa nifas
3.6.5 Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayinya baik.
TD : 110/80 mmHg Suhu : 37°C
RR : 24 kali/menit Pols : 80 kali/menit
Kontraksi uterus ibu baik (perdarahan dalam batas normal).
Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Memberikan KIE kepada ibu:
a. Tentang penanganan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu yaitu perut
terasa mules adalah normal, ini disebabkan karena kontraksi rahim
yang terjadi saat involusi uteri (kembalinya rahim kebentuk semula) dan
menganjurkan ibu untuk BAB dan tidak mengkhawatirkan dengan rasa
nyeri yang dialami saat BAK dan BAB karena akan ada pemulihan
dengan sendirinya.
b. Tentang nutrisi dan kebutuhan cairan pada ibu dengan mengkonsumsi
makanan yang sehat dan bergizi, dan penting sebagai pemenuhan
kebutuhan dalam pemberian ASI yaitu tambahan 500 kalori seperti sayur-
sayuran dan buah dan minum air putih 8-10 gelas perhari dan
minum susu laktasi minimal 1 gelas.
c. Tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, seperti perdarahan pervaginam.
Pengeluaran cairan berbau busuk, demam tinggi, pembengkakan pada
wajah, tangan dan kaki, muntah, rasa sakit waktu berkemih, tidak nafsu
makan, sakit kepala, penglihatan kabur, payudara menjadi merah, panas,

54
dan nyeri. Jika mengalami hal tersebut segera datang kepetugas kesehatan
untuk mendapat pertolongan segera.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya sesuai anjuran.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi miring kanan/ miring kiri secara
betahap dan menganjurkan ibu untuk menjaga kebersiha diri, terutama pada
genetalia dengan mengganti doek setelah mandi atau bila merasa tidak
nyaman, sebaiknya ibu biasakan mencuci tangan sebelum mebersihkan
genetalia dan membersihkan setiap kali BAB dan BAK agar membasuh
bagian kemaluannya dengan cara yang benar yaitu dengan gerakan dari depan
ke belakang.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara selama menyusui
bayinya, yaitu dengan mengoleskan baby oil pada kedua puting susu,
lalu menggerakkan/mengurut dengan kedua tangan searah jarum jam
sebanyak 30 kali kemudian mengompres payudara sehingga terhindar dari
infeksi, payudara tidak mudah lecet, menonjolkan puting susu, untuk
memperbanyak produksi ASI, dan untuk mengetahui adanya kelainan
payudara.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap meberikan ASI ekslusif yaitu hanya ASI
dengan sesering mungkin saja sampai usia 6 bulan.
Ibu mau untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
6. Memberitahu ibu mengenai cara menyusui yang benar
Ibu sudah mengerti penjelasan yang telah diberikan dan ibu akan
melakukan saran yang disampaikan.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur pada saat bayi
tidur untuk memulihkan tenaga.
8. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya postpartum seperti perdarahan
banyak, bendungan ASI, demam, dan infeksi masa nifas.
Ibu sudah mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas.
9. Menganjurkan ibu pulang ke rumahnya dan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
dan bayi serta meminum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi
asupan vitamin A kepada bayinya, yaitu melalui ASI-nya.
Ibu mengerti penjelasan yang telah diberikan dan ibu akan melakukan saran

55
yang disampaikan.
10. Menganjurkan ibu untuk datang ke klinik apabila ada keluhan.
Ibu bersedia untuk datang ke klinik jika ada keluhan.

3.4 Asuhan BBL

3.4.1 Catatan Kunjungan 6 jam


Pengumpulan Data
Tanggal : 20 Juni 2020
3.4.2 Subjektif
1. Biodata bayi
Nama : Bayi Ny. S
Tanggal lahir/Jam : 20Juni 2020/ 02.35 wib
Berat badan lahir : 2.800 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Partus spontan letak kepala
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Ketuban : Warna jernih
d. Komplikasi ibu dan janin : Tidak ada
3.4.3 Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
Temp : 36,8°C
HR : 120 kali per menit
RR : 45 kali per menit
2. Kepala : Tidak terdapat caput succedenum.
3. Mata : Simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera putih
dan conjungtiva merah muda dan refleks mengedip positif.
4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Telinga : Simetris, sedikit kotor karna belum dimandikan.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan.
7. Dada : Simetris, tidak ada bunyi mur-mur dan wheezing.

56
8. Perut : Normal, bentuknya cembung bising usus ada, tidak ada
pembesaran.
9. Tali pusat : Dalam keadaan kering, tidak ada perdarahan
10. Kulit : Kemerahan, turgor baik.
11. Punggung : Tidak ada spinabifida.
12. Ekstremitas atas :Tidak ada polidaktili dan sindaktili, refleks grasping (+)
13. Ekstremitas bawah: Simetris, tidak ada kelainan
14. Genitalia : Bersih, tidak ada kelainan.
15. Anus : Belubang, tidak ada kelainan.
16. Eliminasi : Bayi sudah BAK dan BAB.
3.4.4 Analisa
Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan sesuai masa kehamilan, usia bayi
6 jam.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Anjurkan ibu untuk merawat tali pusat
2. Anjurkan ibu tetap menjaga kehangatan bayinya
3. Beritahu ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir
3.4.5 Penatalaksanaan
1. Memperhatikan eliminasi dan observasi TTV Hasil pemeriksaan :
Temp : 36,8°C
HR :120 kali/i
RR : 34 kali/i
2. Melakukan pencegahan kehilangan panas dengan cara tidak meletakkan bayi
di atas benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya, menutup pintu
dan jendela, mengganti pakaian bayi jika basah.
3. Menganjurkan pada ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin
Ibu mengerti dan mau menyusui bayinya.
4. Memberikan konseling kepada ibu tentang :
a. Menjaga kehangatan bayi dengan cara ibu lebih sering mendekap
tubuh bayi, tata ruangan yang hangat untuk mencegah hipotermi.
b. Cara memberikan ASI yang benar, yaitu dengan cara meletakkan bayi
di tangan ibu posisi kepala di sikut ibu, posisi perut bayi menempel

57
dengan perut ibu dan sesering mungkin.
c. Cara merawat tali pusat dengan cara membersihkannya dan
membungkusnya dengan kasa kering steril.
d. Mengawasi tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti pernafasan lebih
cepat, suhu yang panas, tali pusat merah atau bernanah, mata bengkak,
tidak ada BAK atau BAB dalam 24 jam.
Ibu mengerti dengan penjelasan tentang perawatan bayi dan
mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.

58
BAB IV

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara continiuty of care pada Ny.S
mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir di dapat kesimpulan
sebagai berikut :

1.Kunjungan yang dilakukan selama kehamilan adalah 4 kali dan sudah


memenuhi standar minimal kunjungan kehamilan, dan standar asuhan yang sudah
diterima telah memenuhi standar asuhan 10 T

2. Asuhan yang didapat selama kala I sampai kala IV sudah sesuai dengan asuhan
persalinan. Persalinan berlangsung berjalan dengan baik dimana pada Kala I
berjalan sesuai semestinya, Kala II berlangsung selama 30 menit, kala III
berlangsung selama 10 menit, bayi lahir spontan, bugar, IMD berhasil dan tidak
dijumpai penyulit ataupun komplikasi.

3.Kunjungan nifas dilakukan selama 6 jam post partum. Selama memberikan


asuhan nifas pada tidak ditemui adanya penyulit dan komplikasi. Keadaan umum
ibu baik, proses involusi berjalan normal, ibu sudah diajari cara perawatan
payudara serta bayi tetap diberi ASI eksklusif.

4. Selama memberikan asuhan BBL ( KN 1 )tidak ditemukan penyulit ataupun


komplikasi. Tali pusat tidak ditemui perdarahan atau pun infeksi, bayi tetap diberi
ASI eksklusif dan bayi menyusu kuat.

B. Saran
 Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menjadikan asuhan kebidanan Continuity Of
Care sebagai pengalaman dan pembelajaran untuk kehamilan selanjutnya, seperti
mengatur pola makan seimbang agar memenuhi kebutuhannya dan merawat
kehamilan maupun bayinya lebih baik.

59
 Bagi mahasiswa
Diharapkan lebih dalam mengkaji setiap kasus yang terjadi pada ibu hamil
agar mengetahui dampak dan risiko ke depannya pada ibu yang dapat terjadi saat
kehamilan, persalinan, dan nifas serta dampak yang terjadi pada bayi. Dan
diharapkan dapat meningkatkan pendampingan dalam memberikan asuhan
kebidanan berkesinambungan , sehingga untuk ke depannya pasien dapat terlayani
secara berkesinambungan dan cakupan pelayanan KIA di fasilitas kesehatan
meningkat

60
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.
Baston, dkk. 2013. Antenatal Volume 2. Jakarta : EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2016. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. dinkes.sumutprov.go.id/.../downlot.php?...Profil%20Kes
%20Prov%20Sumut%20%2020
Gusti, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC.

Handayani S. 2010. Pelayanan Keluarga Berecana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Hani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:


Salemba Medika.
Ilmiah. 2015. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.

Indrayani, dkk. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta. Trans Info
Media
Kusmiyati, dkk. 2013. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Mandriwati, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Hamil. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.
Ontario. 2014. Continuity Of Care. http://www.cmo.on.ca/wp-
content/uploads/2015/07/Continuity-of-Care.pdf (diunduh 25 April 2018).

Pantiawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha


Medika.
Pinem. 2009. Kesehatan Reprduksi & Kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Pratami. 2016. Evidence Based Dalam Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.
Prawirohardjo. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Purwoastuti, dkk. 2015. Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.
Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
Rukiah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: CV. Trans Info
Media.

61
Rukiah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Sari, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Bogor: IN MEDIA.

Saputra. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang: BINA RUPA
AKSARA PUBLISHER
Sondakh. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
Sukarni, dkk. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

62

Anda mungkin juga menyukai