Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Fariq Aziz

NIM : 12201183240

Absen : 29

Dalil Sholat Jum’at Dalam Al-Qur’an dan Hadist

I. Dalil Dari Al Qur’an


A. Ayat Al Qur’an Beserta Terjemahannya

َ‫ى لِلص َّٰلو ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا إِ ٰلى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع  ۚ  ٰذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
َ ‫ٰيٓأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓوا إِ َذا نُو ِد‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan sholat
pada hari Jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat
9)1

B. Penjelasan

Sesungguhnya hari Jum’at dinamakan Jumu’ah karena berakar dari kata al-jam’u,
mengingat kaum muslim melakukan perkumpulan untuk setiap tujuh harinya sebanyak
sekali di dalam masjid-masjid yang besar. Dan pada hari Jumat semua makhluk telah
sempurna diciptakan, dan sesungguhnya hari Jumat itu merupakan hari keenam dari
tahun yang Allah menciptakan padanya langit dan bumi. Pada hari Jumat pula Allah
menciptakan Adam, pada hari Jumat Adam dimasukkan ke dalam surga, pada hari Jumat
Adam dikeluarkan dari surga, dan pada hari Jumat pula hari kiamat terjadi. Di dalam hari
Jumat terdapat suatu saat yang tiada seorang hamba pun yang beriman dapat
menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan memohon kebaikan kepada Allah di
dalamnya, melainkan Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya.

Firman Allah SWT yang menegaskan tanggung jawab Orang beriman untuk
memakmurkan masjid, antara lain:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

1
Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com
‫ك أَ ْن يَ ُكونُوا‬ َ ِ‫ولٓئ‬
ٰ ُ‫ش إِاَّل هَّللا َ  ۖ فَ َع ٰس ٓى أ‬
َ ‫اخ ِر َوأَقَا َم الص َّٰلوةَ َو َءاتَى ال َّز ٰكوةَ َولَ ْم يَ ْخ‬
ِ َ ‫إِنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم ٰس ِج َد هَّللا ِ َم ْن َءا َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اأْل‬
َ‫ِمنَ ْال ُم ْهتَ ِدين‬

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman


kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat,
dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka
termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. At-Taubah 9: Ayat 18)َ2

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫َوأَ َّن ْال َم ٰس ِج َد هَّلِل ِ فَاَل تَ ْدعُوا َم َع هَّللا ِ أَ َحدًا‬

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu
menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.”(QS. Al-Jinn 72: Ayat 18)3

1. Pendapat Para Ulama’

Dasar wajib Shalat Jum’at juga dikuatkan oleh hadits dari Nabi
MuhammadSAW diantaranya: Melaksanakan Shalat Jum’at wajib bagi setiap
orang yang telah bermimpi (baligh). (HR. Al Nasai’, dari Hasan bin Umar) Imam
al Qurthûby dalam tafsirnya Jami` al-Ahkâm al-Quran menjelaskan bahwa makna
dari kalimat ila dzkirillah pada ayat di atas adalah khutbah dan shalat dua raka’at
setelah dua khutbah tersebut. Dalil wajibnya pelaksanaan shalat Jum’at dipahami
dari lafazh amar yang terdapat dalam ayat tersebut (fas’au), ditambah lagi
perintah untuk meninggalkan jual beli. Dalam ushul al fiqh, lafazh amar
berpaedah wajib.

Menurut Amri Syarifuddin, bila ada lafaz yang sudah terang artinya dan
jelas penunjukannya terhadap makna yang dimaksud, maka atas dasar kejelasan
hukum itu beban hukum dapat ditetapkan tanpa memerlukan penjelasan dari luar.
Dengan demikian, lafazh amar di atas jelas bahwa status shalat Jum’at menjadi

2
Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com

3
Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com
wajib karena adanya amar yang memfaedahkan wajib yang ditemukan dalam
lafazh ayat tersebut.4

Dan sangatlah wajar, jika kemudian terdapat rumusa-rumusan yang


berbeda dan ketidaksamaan pendapat antara para fuqha’ dalam pengistinbatalan
suatu hukum Islam, khususnya persoalan yang bersifat furu’iyyah. Oleh karena
fiqh merupakan hasil kajian dan temuan para ulama melalui penalaran dan istidlâl
(penggunaan dalil) si mujtahid, maka sah-sah saja terjadinya perbedaan pendapat.5

2. Makiyah atau Madaniyah


Dalil Al-Qur’an tentang shalat jum’at di atas merupakan surat madaniyah
atau Madinah, karena turun di kota Madinah.
3. Asbabun Nuzul
Sebab turunnya ayat ini diterangkan dalam suatu hadist, imam Ahmad, Al-
Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a., ia
berkata “Tatkala Nabi SAW khutbah pada hari jum’at, tiba-tiba datang kafilah ke
Madinah, kemuadian bergegaslah para sahabat Rasulullah SAW, sehingga tidak
ada orang yang tertinggal, kecuali dua belas orang termasuk aku, Abu Bakar,
dan Umar. Maka turunlah ayat ini.”6
C. Hikmah dan Kesimpulan
Hikmah yang dapat diambil adalah ibadah yang Allah wajibkan lebih penting
dibandingkan dengan mencari rezeki. Karena ibadah shalat jum’at merupakan suatu
kewajiban bagi umat Islam, jadi jika sudah waktunya shalat jum’at kita haruslah
meninggalkan semua aktifitas dan bersiap-siap menunaikan ibadah shalat jum’at.
Kesimpulannya ayat ini diturunkan di Madinah, menerangkan tentang pentingnya
shalat jum’at bagi umat muslim dan wajib hukumnya. Pada saat waktu shalat jum’at
haruslah meninggalkan seluruh kegiatan termasuk berdagang.

4
Amir Syarifuffin, Ushul Fiqh, Jilid 2 (Yakarta: Logos, 1999), hlm. 3

5
(Amir Syarifuddin, Prof. Dr, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Iskam, (Padang: Angkasa raya, 1993) hlm.
17)
6
Muhammad Ali Ash-Shabuni, penerjemah: Mu’ammal Hamidy, LC, dkk. Tafsir Ayat Ahkam, (Surabaya: Bina Ilmu,
2008), hlm. 1021
II. Dalil Dari Hadis
A. Penggalan Hadis Beserta Terjemahhannya
َُّ ْ َْْٔ ُ•ٍُْ ‫ْح أَ ْخج ََشب ا‬ٛ•ْ َٗٛ •َ َٚٚ ‫ْث‬
ََٔٔ‫ َ• ْٕ•ْ ُٕم ُل‬َٚٚ ‫َش َش•• َح‬ْٚ•ْٚ •ُ ُْْ ‫ػ َش ُج أَ ًِ•ًََع َغ أَثَب‬ ْ َ‫ْح األ‬ ™•ِ ًًٍٍَََِْ• ‫ػجْ ُذ ان َش‬ َ ‫ش‬ ِ َ ٙ ‫ْث ِ ََٓ•ِٓشب ٍة أَ ْخ َج‬ ‫ ََُْٕ•ُظُ ِ ٍـ ٍَا‬َُُُْْْٕٕٕٚٚ ‫ش‬
ِ•ٍ ٍِْ ‫َػ‬ ٍ َ ْْٔ•‫ْث‬
ِ َ ٙ ‫ت أَ ْخ َج‬ ٍ َ َ ٍ ُ•ٍُْ ‫ث َح ْشيَهَخ‬ ِ َُ ٙ ‫َح َذ‬
ِ•ِّْْٛ ِّْٛ •َ َٔٔ ‫ ان َُّج ُخ‬6 ‫ف أُ ْد ِخ َم‬
‫ف‬ ِ•ِّْْٛ ِّْٛ •َ َٔٔ ‫ك آ َد ُو‬ ِ•ِّْْٛ ِّْٛ ‫خ‬
َ •‫ف ُخ ِه‬ ْ ًَْ ِّْٛ َ ‫ؼ‬
ِ ‫ َٕ ُو ان ً•ًُُج َؼ‬َْٕٚٚ•ْْٕ ُ‫َ انّ ً•َشظ‬ّْٛ‫ػ ِْ•ه‬ ‫ َٕ ٍو طَهَ َ ْذ‬َْٕٚٚ•ْْٕ ُ‫َ ش‬ٛ‫•ْخ‬ْٛ ‫هّ• ٔ عهى‬ّٛٛ ‫ص• َٗهّ اهل••ل ػ‬ َ ‫بل َس• ْٕ•ْ ُٕع ُل اهل• ُل‬ َ َ‫ل‬
‫أُ ْخ ِش َج َُِْْٓٓيَُُِ•ب‬
Artinya:”Harmalah Bin Yahya telah memberitahukan kepadasaya, Ibnu Wahb
telah mengabarkan Yunus telah mengabarkan kepada saya, dari Ibnu Syihab,
Abdurrahman Al A’raj telah mengabarkan kepada saya, bahwasannya ia
mendengar Abu Hurairah berkata, rasulullah saw. Bersabda, ‚sebaik-baiknya hari
ketika matahari terbit ketika itu adalah hari Jum’at . Pada hari Jumʻat itu pula, ia
dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya.” (HR.Muslim)
B. Penjelasan
1. Kualitas Hadis
Pada sanad Muslim ini urutan sebagai periwayat yaitu ada 5 periwayat, dan
urutan sanadnya Mukharrij al-Hadis. Pada periwayat pertama ataupun periwayat
terakhir (al mukharij). Pada penelitian dibawah ini, penelitian dimulai pada
periwayat terkahir, Muslim, lalu diikuti pada periwayat sebelum Muslim, dan
seterusnya sampai periwayat pertama.
Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang mukharijnya Imam
Muslim terlihat Jelas Bahwasannya Sanadnya Bersambung. Tetapi ada Rawy
Dinyatakan Kurang Tsiqoh, salah satunya Yunus. Jadi Dapat Disimpulkan Ḥadīṡ
Tersebut Bersifat Hasan.
2. Pendapat Para Ulama’
Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab “al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab”
juz 5 halaman 648, yang artinya sebagai berikut:
“Shahabat-sahabat kami (Ulama al-Syafi’iyyah) berkata: pelaksanaan (shalat
jum’at) tidak disyaratkan harus di masjid, akan tetapi boleh dilaksanakan di area
terbuka, dengan syarat masih di tengah-tengah permukiman atau suatu wilayah
tertentu.”
Pendapat Imam al-Khatib as-Syarbini dalam kitab “Mughni al-Muhtaj”, juz I
halaman 543 yang artinya sebagai berikut:
"Syarat kedua dari syarat sahnya sholat jum'at adalah dilaksanakan di lokasi
permukiman yang dihuni oleh orang-orang yang wajib sholat jum'at, sekalipun
sholat jum'atnya bukan di masjid. Hal ini karena di zaman Nabi SAW dan
Khulafaur Rasyidin tidak dilaksanakan Shalat Jum'at kecuali di tempat-tempat
permukiman sebagaimana telah diketahui."
Pendapat al-Imam Ibn Qudamah al-Maqdisi dalam kitab “al-Mughni”, Juz 2,
halaman 171, yang artinya sebagai berikut:
“Tidak termasuk syarat sah pelaksanaan shalat Jum’at harus dilakukan di dalam
bangunan. Pelaksanaan Shalat Jum'at boleh dilakukan di tanah lapang yang
dekat dengan bangunan. Ini juga merupakan pendapat Imam Abu Hanifah”7
C. Hikmah dan Kesimpulan
Anjuran menjadikan di hari Jumʻat sebagai hari untuk banyak melakukan ibadah
dan mengurangi kegiatan keduniaan serta dilakukan dengan berjama’ah. Hal ini sesuai
dengan makna Jumʻat yakni berjama’ah (berkumpul). Penyebutan kata ‚Jumʻat‛ secara
khusus ini menunjukkan keistimewaan dan keagungan.

7
Fatwa MUI, Nomor 23 tahun 2016, tentang pelaksanaan shlat jum’at, dzikir dan kegiatan keagamaan tempat selain
masjid.

Anda mungkin juga menyukai