Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi Marah dan Kekerasan

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan
yang dianggap sebagai ancaman pengungkapan kemarahan yang langsung dan konstruktif
pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti
perasaan yang Yang sebenarnya. Namun demikian, faktor budaya perlu dipertimbangkan
sehingga Keuntungan kedua belah pihak tercapai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kekerasan adalah perihal atau sifat keras,
paksaan, perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain.

Menurut WHO (1999), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar / trauma
atau perampasan hak.

B. Predisposisi dan presipitasi marah

1. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari:

a. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
demikian pula dengan situasi.

b. Lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,


kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain.

c. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku
kekerasan.

2. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu:

a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan fungsi yang kemudian


Dapat timbul agresif atau Amuk. masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering


mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial Budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)

d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan, lobus portal, lobus temporal


dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

C. Predisposisi dan presipitasi kekerasan

1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Townsend
(2005) adalah:
a. Teori biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem
limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila
ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka
individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku
tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis
mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak
atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokomia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin,
dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls
agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik
dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori psikologi
1) Teori psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan
kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti
dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.
2) Teori pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3) Teori sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila
individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat
terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai/padat dan lingkungan yang
ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

2. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
sering kali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
D. Tanda dan Gejala

a. Marah

Tanda dan Gejala Marah

1) Emosi

2) Intelektual

3) Fisik

4) Spiritual

5) Sosial

6) Perubahan fisiologik

7) Perubahan Emosional

8) Perubahan perilaku

b. Kekerasan

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1) Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
3) Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
4) Emosi
a) Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman
b) Rasa terganggu, dendam dan jengkel
c) Bermusuhan, mengamuk, dan ingin berkelahi
d) Menyalahkan dan menuntut
5) Intelektual
a) Mendominasi
b) Cerewet
c) Kasar
d) Berdebat
e) Meremehkan dan sarkasme
6) Spiritual
a) Merasa diri berkuasa dan benar
b) Mengkritik pendapat orang lain
c) Menyinggung perasaan orang lain
d) Tidak perduli dan kasar.
7) Sosial
a) Menarik diri, pengasingan
b) Penolakan
c) Kekerasan
d) Ejekan dan sindiran.
8) Perhatian
a) Bolos
b) Mencuri
c) Melarikan diri
d) Penyimpangan seksual.
Daftar Pustaka

Wijaksana, Wiky (2013) "marah" diakses melalui

https://www.scribd.com/doc/139676355/marah

Septiani, Rina (2012) "Pengertian Kekerasan" diakses melalui

https://id.scribd.com/doc/89636375/Pengertian-Kekerasan

Agesti, Linda "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU


KEKERASAN" diakses melalui

https://www.academia.edu/34368570/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_D
ENGAN_RISIKO_PERILAKU_KEKERASAN

Devega Tambunan, Fanni (2019) "Tanda dan Gejala Marah" diakses melalui

https://id.scribd.com/document/400919445/tugas-Amuk-marah

Anda mungkin juga menyukai