Anda di halaman 1dari 123

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN EFIKASI

DIRI PADA REMAJA YANG MENGIKUTI


EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMAN 1 SUBOH
KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Prasyaratan
Memperoleh Gelar Ilmu Sarjana Keperawatan

Oleh :

Moh. Hijrah Tillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

PROGRAM STUDI SARJAN KEPERAWATAN

STIKES HAFSAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020

1
HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN EFIKASI
DIRI PADA REMAJA YANG MENGIKUTI
EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMAN 1 SUBOH
KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Prasyaratan
Memperoleh Gelar Ilmu Sarjana Keperawatan

Oleh :

Moh. Hijrah Tillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN EFIKASI


DIRI PADA REMAJA YANG MENGIKUTI
EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMAN 1 SUBOH
KABUPATEN SITUBONDO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:

Moh. Hijrah Tillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

Menyetujui :

Pembimbing I PembimbingII

Iin Aini Isnawati, S.Kep., Ns., M.Kes Ro’isah,S.KM., S.Kep, Ns .,M.Kes


NIDN. 0726097802 NIDN. 0703087501

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN EFIKASI


DIRI PADA REMAJA YANG MENGIKUTI
EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMAN 1 SUBOH
KABUPATEN SITUBONDO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:
MOH. HIJRATILLAH PRASETYO
NIM : 14201.08.16026
Telah diuji pada
Hari : Senin
Tanggal : 08 September 2020

Dan dinyatakan lulus oleh :

Ketua penguji : Dr. Grido Handoko Sriyono ( )


NIDN : 0715027202

Penguji I : Iin Aini Isnawati, S.Kep., Ns., M.Kes ( )


NIDN : 0726097802

Penguji II : Roi’sah, S.KM., M.Kes ( )


NIDN : 0703087501

Mengetahui
Ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Dr.H.Nur Hamim, SKM., S.Kep., Ns.,M.Kes


NIDN. 0706037103

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Moh. Hijratillah Prasetyo

Nim : 14201.08.16026

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Prodi : S1 Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan

Genggong Probolinggo.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau

pikiran orang lain. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil skripsi

ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Probolinggo, 02 Agustus 2020

Yang membuat pernyataan

Moh. Hijratillah Prasetyo

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada

Remaja yang Mengikuti ekstrakurikuler Pramuka di SMAN 1 Suboh Kecamatan

Suboh Kabupaten Situbondo.”

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

program Sarjana Keperawatan di STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Probolinggo.

Pada penyusunan skripsi penelitian ini, tidak lepas dari kesulitan dan

hambatan namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai

pihak, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala hormat

peneliti sampaikan terima kasih kepada :

1. KH. Moh Hasan Mutawakkil Allalah, SH.,MM Selaku ketua Yayasan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

2. Dr.H. NurHamim.,S.K.M.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua STIKES

Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

3. Shinta Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kep.Mat Selaku Kaprodi SI Keperawatan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

4. Iin Aini Isnawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Pembimbing I yang sudah

meluangkan waktu untuk membimbing.

5. Ro’isah,SKM.,M.Kes selaku Pembimbing II yang sudah meluangkan

waktu untuk membimbing.

6. Semua teman seperjuangan dalam suka dan duka yang membantu demi

terselesaikan skripsi ini.

v
Semoga Allah SWT memberi balasan dan pahala atas segala amal

kebaikan yang telah diberikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini

berguna baik skripsi bagi peneliti maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Probolinggo, 02 Agustus 2020

Penulis

(Moh. Hijratillah Prasetyo)

vi
vii

ABSTRAK

Prasetyo, Moh Hijrah tillah. 2020. Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi
Diri Pada Remaja Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka Di
SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo. Skripsi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan.
Pembimbing: (1) Iin Aini Isnawati, S.Kep.Ns., M. Kep, (2) Roisah,
S.KM., S.Kep,Ns.,M.Kes.

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau


kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental. Proses
terjadinya bullyng yaitu biasanya muncul di usia sekolah. Umumnya mereka
adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar
tertentu. bullyng berpengaruh besar terhadap efikasi diri seseorang, karena
efikasi diri memiliki peran penting dalam penyesuaian psikologis individu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Perilaku Bullying Dengan
Efikasi Diri Pada Remaja yang mengikuti ekstrakulikuler pramuka Di Sma Suboh
Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo.
Jenis penelitian adalah analitik korelasional dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi seluruh siswa terkena bullying yang mengikuti ekstra
pramuka di SMA Suboh sebanyak32 responden dan sampel 32 resonden
dengan tekhnik total sampling Analisa data yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan uji spearman rank.
Hasil penelitian ini diperoleh data perilaku bullying mayoritas tinggi yaitu
sebanyak 16 responden (50.0%) dan efikasi diri mayoritas rendah yaitu sebanyak
13 responden (40.6%). Hasil uji spearman rank didapatkan bahwa nilai p=00,001
sehingga nilai p value ≤0,05. Hal ini menunjukkan ada Hubungan Perilaku
Bullying Dengan Efikasi Diri Pada Remaja Sekolah Menengah Atas
Dengan demikian Diharapkan guru pelajar mampu menerapkan
penatalaksanaan dan meningkatkan pengetahuan responden tentang efikasi diri
sehingga dapat mengurangi bullying pada remaja sekolah menengah atas.

Kata kunci: Bullying, Efikasi Diri, Remaja


ABSTRACT

Prasetyo, Moh Hijrah tillah. 2020. Relationship between Bullying Behavior


and Self-Efficacy in High School Adolescents in Suboh High
School Scout, Suboh District, Situbondo Regency. Final
Assignment. School of Medical Science Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong Probolinggo. Supervisor : (1) Iin Aini Isnawati, S.Kep.Ns.,
M. Kep, (2) Roisah, S.KM., S.Kep,Ns.,M.Kes

Bullying is aggressive behavior carried out by a person or group against


other people or groups that is repeated by hurting physically or mentally. The
process of bullying, which usually occurs at school age. Bully doers have certain
characteristics. Generally they are children who are brave, not easily afraid, and
have certain basic motives. Bullying has a major effect on one's self-efficacy,
because self-efficacy has an important role in individual psychological
adjustment. This study aims to analyze the relationship between bullying
behavior and self-efficacy in high school adolescents at SMAN Suboh, Suboh
District, Situbondo Regency.
This research is a descriptive correlation study, using a cross sectional
design. This research was conducted at SMA Suboh, Suboh District, Situbondo
Regency on August 29-31, 2020 which was carried out by collecting students
during extracurricular activities. Study population of 32 respondents obtained a
sample of 32 respondents. Analysis of the data used in this study using the
Spearman rank test.
The results of this study obtained a high majority of bullying behavior data
as many as 16 respondents (50.0%) and low majority self-efficacy as many as 13
respondents (40.6%). The spearman rank test results showed that the p value =
0,000 so that the p value ≤0.05. This shows that there is a relationship between
bullying behavior and self-efficacy in high school adolescents.
Thus it is expected that student teachers will be able to implement
management and increase respondents' knowledge of self-efficacy so that it can
reduce bullying in high school adolescents.

Keywords: Bullying, Self Efficacy, High School Youth

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku Bullying........................................................ 7
2.1.1 Definisi Perilaku Bullying......................................................... 7
2.1.2 Penyebab Terjadinya Bullying................................................. 8
2.1.3 Bentuk-bentuk Perilaku Bullying............................................. 9
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying............... 11
2.1.5 Dampak Perilaku Bullying....................................................... 12
2.1.6 Penanganan dan Pencegahan Bullying.................................. 13
2.2 Konsep Efikasi Diri.................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Efikasi Diri............................................................. 16
2.2.2 Faktor-Faktor Efikasi Diri........................................................ 17
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri.................................. 21
2.2.4 Dimensi Efikasi Diri................................................................. 22
2.2.5 Bentuk Efikasi Diri................................................................... 24
2.3 Konsep Remaja...................................................................... 25
2.3.1 Definisi Remaja....................................................................... 25
2.3.2 Batasan Usia Remaja............................................................. 26
2.3.3 Tahap-tahap Perkembangan Remaja..................................... 27
2.3.4 Tugas Tahap Tumbuh Kembang Remaja............................... 29
2.3.5 Karakteristik Perkembangan Remaja...................................... 31
2.4 Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada
Remaja Sekolah Menengah Atas yang mengikuti
ekstrakulikuler Pramuka..........................................................
37
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep................................................................... 38
3.2 Hipotesis Penelitian ...............................................................

ix
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian.................................................................... 41
4.2 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................... 42
4.2.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling................................. 43
4.2.2 Populasi.................................................................................. 43
4.2.3 Sampel................................................................................... 43
4.2.4 Teknik Sampling..................................................................... 43
4.3 Variabel penelitian ................................................................. 43
4.3.1 Variabel Independen............................................................... 43
4.3.2 Variabel Dependen................................................................. 44
4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 44
4.4.1 Lokasi penelitian..................................................................... 44
4.4.2 Waktu penelitian..................................................................... 44
4.5 Definisi Operasional ............................................................... 44
4.6 Prosedur Penelitian................................................................. 45
4.7 Pengumpulan Data ................................................................ 46
4.7.1 Instrumen Penelitian............................................................... 46
4.7.2 Uji Validitas dan Reabilitas...................................................... 46
4.7.3 Tekhnik Pengumpulan Data.................................................... 47
4.8 Analisa Data........................................................................... 49
4.8.1 Analisis Univariat.................................................................... 49
4.8.2 Analisis Bivariat...................................................................... 49
4.9 Etika Penelitian ...................................................................... 49
4.9.1 Nilai sosial atau klinis............................................................ 50
4.9.2 Nilai ilmiah............................................................................ 51
4.9.3 Nilai pemerataan beban dan manfaat................................... 51
4.9.4 Potensi manfaat dan risiko................................................... 51
4.9.5 Bujukan/ eksploitasi/ inducement ......................................... 51
4.9.6 Rahasia dan privacy............................................................. 51
4.9.7 Inform consent...................................................................... 52
AB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
5.1 Data Umum..........................................................................
54
5.2 Data Khusus.........................................................................
55
5.3 Analisis Hubungan Perilaku Bullying terhadap Efikasi Diri
pada Remaja yang mengikuti ekstrakuriler pramuka............
57

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Perilaku Bullying...................................................................
58
6.2 Efikasi Diri ...........................................................................
60
6.3 Analisis Hubungan Perilaku Bullying terhadap Efikasi Diri
yang mengikuti ekstrakuler pramuka....................................
61

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan .......................................................................... 63

x
xi

7.2 Saran.................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 65
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Definisi operasional..............................................................


44

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur Siswa SMAN 1


Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka Kabupaten
Situbondo .....................................................................................
54

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Siswa


SMAN 1 Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka
Kabupaten Situbondo ...................................................................
55

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas Siswa SMAN 1


Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka Kabupaten
Situbondo .....................................................................................
55

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku bullying


Siswa SMAN 1 Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka
Kabupaten Situbondo ...................................................................
56

Tabel 5.5 Distrbusi frekuensi responden berdasarkan efikasi diri Siswa


SMAN 1 Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka
Kabupaten Situbondo ...................................................................
56

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri
pada Remaja yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1
Suboh Kabupaten Situbondo........................................................
57

xii
xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi


Diri pada remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh Kabupaten
Situbondo..................................................................................
38

Bagan 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ......................................................


42

14
15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Studi Pendahuluan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan

Genggong

Lampiran 2 : Surat Balasan Dari Bangkesbangpol

Lampiran 3 : Keterangan Layak Uji Etik

Lampiran 4 : Pengantar Kuesioner

Lampiran 5 : Surat Persetujua Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 6 : Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Consent

Lampiran 7 : Lembar Kuesioner Perilaku Bullying

Lampiran 8 : Lembar Kuesioner Efikasi Diri

Lampiran 9 : Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 10 : Master Tabel

Lampiran 11 : Hasil SPSS

Lampiran 12 : Hasil Dokumentasi Penelitian

Lampiran 13 : Berita Acara

Lampiran 14 : Bukti Perbaikan

Lampiran 15 : Artikel penelitian

Lampiran 14 : Berita Acara Perbaikan


16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada masa remaja terjadi tahap perkembangan yang sangat penting,

baik itu perkembangan biologis maupun fisiologis yang menentukan kualitas

seseorang untuk menjadi individu dewasa. Rousseau dalam Sarwono (2013)

juga mengatakan bahwa usia 15-20 tahun dinamakan masa kesempurnaan

remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi.

Oleh karena itu setiap bangsa membutuhkan remaja yang produktif, kreatif,

serta kritis demi kemajuan bangsa itu sendiri, dan remaja dapat

memaksimalkan produktivitas, kreativitas, serta mempunyai pemikiran yang

kritis dapat dicapai bila mereka sehat.

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang

atau kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain yang dilakukan

secara berulang-ulang dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental

(Prasetyo, 2011). Proses terjadinya bullyng yaitu biasanya muncul di usia

sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka

adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar

tertentu. Motif utama yang biasanya ditengarai terdapat pada pelaku bullyng

adalah adanya agresifitas. Padahal, ada motif lain yang juga bisa dimiliki

pelaku bullyng, yaitu rasa rendah diri dan kecemasan. Bully menjadi bentuk

pertahanan diri (defence mechanism) yang digunakan pelaku untuk menutupi

perasaan rendah diri dan kecemasannya tersebut. “Keberhasilan” pelaku

melakukan tindakan bully bukan tak mungkin berlanjut ke bentuk kekerasan


17

lainnya, bahkan yang lebih dramatis. Korban Bully mungkin memiliki

karakteristik yang bukan pemberani, memiliki rasa cemas, rasa takut, rendah

diri, yang kesemuanya itu (masing-masing atau sekaligus) membuat si anak

menjadi korban Bully. Korban bullyng bisa menyimpan dendam atas

perlakuan yang ia alami. Dan akan menjadi pelaku bullyng pada anak lain

yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mendapat kepuasan

dan membalaskan dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani dan ada

dendam yang tak terselesaikan. Kasus di sekolah-sekolah, dimana kakak

kelas melakukan bullyng pada adik kelas, dan kemudian bullyng berlanjut

ketika si adik kelas sudah menjadi kakak kelas dan ia kemudian melakukan

bullyng pada adik kelasnya yang baru, adalah contoh dari pola bullyng yang

dijelaskan di atas. Alasan bullying disekolah saat ini semakin meluas salah

satunya adalah karena sebagian besar korban enggan menceritakan

pengalaman mereka kepada pihak yang mempunyai kekuatan untuk

mengubah cara berfikir mereka dan menghentikan siklus bullying, yaitu pihak

sekolah dan orangtua. Korban merahasiakan bullying yang mereka derita

karena takut pelaku akan semakin mengintensifkan bullying mereka.

Akibatnya korban bisa semakin menyerap ”falsafah” bullying yang didapat

dari seniornya (Aljahni, 2018).

Menurut penelitian Duke (2014) dalam Proceedings of the National

Academy of Sciences dampak bullying di masa kanak-kanak dapat berbekas

seumur hidup, baik bagi korban maupun pelaku bullying itu sendiri, begitu

pula pada kaum dewasa muda yang menunjukkan dampak jangka panjang

akibat tindakan bullying.


18

Data yang diperoleh dari National Center for Educational Statistic of

America pada tahun (2013), didapatkan bahwa 27,8% siswa melakukan

bullying selama di sekolah (Megan Mier Foundation, 2014). Di Indonesia

kasus bullying di sekolah menduduki peringkat teratas pengaduan

masyarakat ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari sektor

pendidikan. KPAI mencatat 369 pengaduan terkait bullying dari Januari 2013

sampai Agustus 2018. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang

pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai

bentuk kekerasan di sekolah mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi

pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Firmansyah, 2014). Jawa Timur

memiliki kasus terbanyak dengan 74 kasus. Selanjutnya Lamongan (22

kasus), Jombang (21), Mojokerto (13), Malang (12), Tuban (10), Gresik,

Sidoarjo dan Sampang masing-masing 9 kasus, Pasuruan (7), Malang (6),

Lumajang (5), dan Banyuwangi dan Probolinggo 15 kasus. Kemudian

Situbondo 4 kasus, Kediri dan Jember 6 kasus, serta masing-masing 5 kasus

terjadi di Sumenep, Magetan dan Pamekasan (Riset LPA Jatim Isa Ansori,

2018).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 30 Maret 2020 di SMA

Suboh Kecamatan Suboh dari 10 siswa didapatkan 16% siswa yaitu 7 siswa

kelas X mengalami bullying verbal (ejekan, pendapat yang berbau rasa atau

seksual, dan agresi nonverbal (gerakan tubuh yang menunjukkan ancaman)

dan 5% siswa yaitu 3 orang kelas XI mengalami bullying fisik seperti dipukul

dan di tendang yang dilakukan oleh kakak kelasnya. Tetapi dengan

penanganan yang tepat oleh guru BK dan beberapa guru lainnya hal tersebut

dapat dikurangi.
19

Selain itu rendahnya aktivitas belajar siswa dikelas membuat siswa

pasif dalam pembelajaran, hal ini ditunjukkan oleh metode pembelajaran

yang dipakai oleh guru masih konvensional. Hasil observasi yang lain yaitu

rendahnya tingkat keyakinan siswa akan kemampuannya. Hal ini ditunjukkan

oleh siswa yang tidak yakin oleh jawabannya ketika ditanya oleh pengajar.

Sikap pasif dan kurang yakin terhadap kemampuannya sendiri dapat

mengakibatkan hasil belajar siswa kurang maksimal.

Menurut Andri Priyatna (2010) menyebutkan beberapa dampak buruk

yang dapat terjadi pada anak yang menjadi korban bullying, antara lain

kecemasan, merasa kesepian, rendah diri, tingkat kompetensi sosial yang

rendah, depresi, penarikan sosial, kabur dari rumah, konsumsi alkohol dan

obat-obatan yang terlarang,bunuh diri. Bullying ini bisa terjadi di sekolah

negeri, swasta, bahkan sekolah bertaraf internasional (Setyawan, 2014).

Bandura dalam Santrock (2011) berpendapat bahwa bullyng

berpengaruh besar terhadap efikasi diri. Bandura menggambarkan efikasi diri

sebagai penentu bagaimana individu merasa, berfikir, dan memotivasi diri.

Hendri (2015) juga berpendapat bahwa efikasi diri memiliki peran penting

dalam penyesuaian psikologis individu. Efikasi diri juga merupakan

komponen fundamental dari kesehatan mental positif dan penyesuaian

sosial. Perilaku bulying akan mempengaruhi efikasi siswa, dimana siswa

yang mengalami bullying akan mengalami efikasi rendah seperti menjadi

penakut dan tidak percaya diri. Efikasi diri yang rendah dan pemisahan moral

yang tinggi dapat menjelaskan perilaku pasif pada bystander pada situasi

bullying (Masters, 2016; Thornberg, Wanstrom, Hong, &Espelage, 2017),


20

sedangkan efikasi diri yang tinggi dan pemisahan moral yang rendah

memprediksi perilaku membela pada bystander (Carrol, 2014).

Beberapa upaya menghadapi bullying di sekolah adalah dengan cara

mengajarkan siswa untuk menyembunyikan kemarahan atau kesedihannya,

berani memandang mata pembullying, berdiri tegak, kepala ditegakkan dalam

menghadapi bullying, tidak berjalan sendirian, tetap tenang dalam situasi

apapun. Bila dalam bahaya segera menyingkir. Sehingga peneliti akan

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Hubungan Perilaku Bullying

Dengan Efikasi Diri Pada Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di

SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah : Apakah ada Hubungan Perilaku Bullying Dengan

Efikasi Diri Pada Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1

Suboh Kabupaten Situbondo ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada Hubungan

Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada Remaja Yang Mengikuti

Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1 Mengidentifikasi perilaku Bullying pada remaja Yang Mengikuti

Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo

2 Mengidentifikasi Efikasi Diri pada remaja Yang Mengikuti

Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo


21

3 Menganalisis Hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada

remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh

Kabupaten Situbondo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi bukti dasar yang dipergunakan

pembelajaran keperawatan, khususnya perilaku Bullying dengan Efikasi

Diri pada remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1

Suboh Kabupaten Situbondo

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan perawat

mengenai perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada remaja Yang

Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh Kabupaten

Situbondo

1.4.3. Bagi Lahan Penelitian

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi tempat

lahan penelitian hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh

Kabupaten Situbondo

1.4.4 Bagi Responden

Responden dapat mengetahui mengenai Perilaku Bullying dengan

Efikasi Diri pada remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di

SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo


22

1.4.5. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan baru serta

pengetahuan yang berkaitan tentang perilaku Bullying dengan Efikasi Diri

pada Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh

Kabupaten Situbondo.
23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku Bullying

2.1.1 Definisi Perilaku Bullying

Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan

ketidakseimbangan kekuasaan dengan tujuan membuat orang lain

merasa tidak dilakukan atas dasar perbedaan pada penampilan, budaya,

ras, agama,orientasi seksual dan identitas gender orang lain (British

Columbia, 2012).

Tattum (dikutip, Smith, Pepler & Rigby, 2007) memandang bahwa

bullying adalah keinginan untuk menyakiti dan sebagian besar harus

melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang atau kelompok yang

menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan dan perlakuan ini

terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil. Berbeda dengan

tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya

dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying biasanya

terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga

korbannya terus menerus berada dalam keadaan cemas dan

terintimidasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Djuwita (2006) bahwa

bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti

seseorang atau kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan

tidak berdaya, dan peristiwanya mungkin terjadi berulang.

Menurut Black dan Jackson (2007, dalam Margaretha 2010)

Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya


24

terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau

menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik,

usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta

dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap

anak lain.

Pendapat yang relatif sama dikemukakan oleh Sejiwa (2008) yang

menyatakan bahwa bullying adalah situasi dimana seseorang yang kuat

(bisa secara fisik maupun mental) menekan, memojokkan, melecehkan,

menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang,

untuk menunjukkan kekuasaannya. Dalam hal ini korban tidak mampu

membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara

fisik atau mental.

2.1.2 Penyebab Terjadinya Bullying

Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti 2011) dan Kholilah

(2012), penyebab terjadinya bullying lain :

1. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang

bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara

berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan

permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika

mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan

kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada

konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-

cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan

diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat


25

meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak

mengembangkan perilaku bullying.

2. Sekolah

Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan

bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan

penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi

terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam

lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada

siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun

sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati

antar sesama anggota sekolah.

3. Faktor Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan

teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan

bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk

membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,

meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku

tersebut.

Bullying termasuk tindakan yang disengaja oleh pelaku pada

korbannya, yang dimaksudkan untuk mengganggu seorang yang

lebih lemah. Faktor individu dimana kurangnya pengetahuan menjadi

salah satu penyebab timbulnya perilaku bullying, Semakin baik

tingkat pengetahuan remaja tentang bullying maka akan dapat

meminimalkan atau menghilangkan perilaku bullying


26

2.1.3 Bentuk-bentuk Perilaku Bullying

Bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi mulai dari lingkungan

pergaulan hingga di lingkungan sekolah sangat beragam. Menurut Katty

(2010) bentuk-bentuk perilaku bullying dapat dilakukan secara langsung

yang berupa agresi fisik (memukul, menendang) agresi verbal (ejekan,

pendapat yang berbau rasa atau seksual, dan agresi nonverbal (gerakan

tubuh yang menunjukkan ancaman). Bullying tidak langsung dapat secara

fisik (mengajak seseorang untuk menyerang orang lain), verbal

(menyebarkan rumor) dan non verbal (mengeluarkan seseorang dari

kelompok atau kegiatan, penindasan yang dilakukan di dunia maya). Baik

anak laki-laki dan perempuan melakukan bullying terhadap orang lain

secara langsung dan tidak langsung, tetapi anak laki-laki lebih mungkin

untuk menggunakan jenis bullying fisik. Perempuan lebih mungkin untuk

menyebarkan rumor dan menggunakan pengucilan sosial atau isolasi,

jenis bullying juga dikenal agresi asrelational.

Sejiwa (2010) menyatakan bahwa ada tiga kategori perilaku

bullying diantaranya (1) bullying fisik merupakan bentuk bullying yang

dapat dilihat secara kasatmata karena terjadi kontak langsung antara

pelaku bullying dengan korbannya, bentuk bullying fisik antara lain

menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjambak, menghukum dengan

berlari keliling lapangan, menghukum dengan cara push up. (2) bullying

verbal merupakan bentuk perilaku bullying yang dapat ditangkap melalui

iri pendengaran. Bentuk bullying verbal antara lain menjuluki, meneriaki,

memaki, menghina, mempermalukan di depan umum, menuduh,

menyoraki, menebar gossip, memfitnah. (3) bullying mental/psikologis


27

merupakan bentuk perilaku bullying yang paling berbahaya dibanding

dengan bentuk bullying lainnya karena terkadang diabaikan oleh

beberapa orang. Bentuk bullying mental/psikologis yaitu memandang

sinis, memandang penuh ancaman, mendiamkan, mengucilkan,

memelototi, dan mencibir (Sejiwa, 2010)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying

Bullying yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja

tetapi setiap bagian yang ada di sekitar anak juga turut memberikan

kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam munculnya

perilaku tersebut. Menurut Andi Priyatna (2010) mengemukakan bahwa

faktor-faktor tersebut antara lain (1) faktor keluarga, pola asuh dalam

suatu keluarga mempunyai peran dalam pembentukan perilaku anak

terutama pada munculnya perilaku bullying. Keluarga yang menerapkan

pola asuh permisif membuat anak terbiasa untuk bebas melakukan

segala sesuatu yang diinginkannya. Anak juga menjadi manja, akan

memaksakan keinginannya. Anak juga tidak tahu letak kesalahannya

ketika ia melakukan kesalahan sehingga segala sesuatu yang dilakukan

dianggapnya sebagai suatu hal yang benar. Begitu pula dengan pola

asuh yang keras, yang cenderung mengekang kebebasan anak. Anak

pun terbiasa mendapatkan perlakuan kasar yang nantinyan akan

dipraktikan dalam pertemanannya bahkan anak akan menganggap hal

tersebut sebagai hal yang wajar.

Anantasari (2012) menyatakan bahwa lingkungan keluarga

apabila cenderung mengarah pada hal-hal negatif seperti sering terjadi

kekerasan (memukul, menendang meja dan lain-lain), sering memaki


28

dengan menggunakan kata-kata kotor, sering menonton acara televisi

yang beradegan kekerasan dapat berimbas pada perilaku anak. Sifat

anak yang cenderung meniru (imitation) akan melakukan hal yang sama

seperti apa yang dilihatnya. Selain itu anak akan membentuk kerangka

pikir bahwa perilaku yang sering dilihatnya merupakan hal yang wajar

bahkan perlu untuk dilakukan. (2) faktor dari pergaulan, teman

sepermainan yang sering melakukan tindakan kekerasan terhadap orang

lain akan berimbas kepada perkembangan anak. Anak juga akan

melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh teman-

temannya. Selain itu anak baik dari kalangan sosial rendah hingga atas

juga melakukan bullying dengan maksud untuk mendapatkan pengakuan

serta penghargaan dari teman-temannya.

Astuti (2010) juga menyebutkan salah satu faktor penyebab

perilaku bullying adalah situasi sekolah yang tidak harmonis atau

diskriminatif. Hoy dan Miskel (Rovai dkk, 2005) mendefinisikan

situasi, suasana atau atmosfer suatu karakteristik internal dalam suatu

sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain dan mempengaruhi

perilaku orang-orang di dalamnya dengan iklim sekolah.

Iklim sekolah ini juga dapat diartikan sebagai suatu suasana atau

kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa

berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak dapat

membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala

sesuatu disekitar lingkungan sekolah (Freiberg, 2012).


29

2.1.5 Dampak Perilaku Bullying

Perilaku bullying menimbulkan dampak bagi korban dan

pelakunya, menurut Natioal Youth Center Sanders (2003) dalam

Psychologymania (2012) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat

siswa merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar

di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila

bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi

self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku

menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depresi, serta

rasa tidak aman berada di lingkungan sekolah. Dalam kasus yang lebih

ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remajaberbuat nekat bahkan bisa

membunuh atau melakukan bunuh diri(commited suicide).

Dampak bagi pelaku bullying menurut Sanders (2003) dalam

Psychologymania (2012) National Youth Vience Prevention

mengemukakan bahwa pada umumnya para pelaku ini memiliki rasa

percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung

pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah

dan impulsive, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku

bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain

dan kurang berempati terhadap targetnya.

Coloroso (2010) dalam Psychologymania (2012) mengungkapkan

bahwa siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak

dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap untuk

memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap

bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola


30

hubungan sosial di masa yang akan datang. Efek jangka panjang bagi

pelaku bullying adalah ia akan mudah menjadi pelaku kriminal karena ia

terbiasa lepas kontrol, tidak lagi menghargai norma yang berlaku di

masyarakat khususnya sekolah. Pelaku bullying merasa paling hebat dan

berkuasa di sekolah tersebut.

2.1.6 Penanganan dan Pencegahan Bullying

Beberapa permasalahan anak yang terjadi sangat memungkinkan

terjadi bullying dengan berbagai bentuk dan tipologi bullying yang ada

di sekolah yaitu, memukul, mendorong, mencubit, mengancam,

mempermalukan, merendahkan, melihat dengan sinis, menjulurkan jari

tengah, mendiamkan seseorang, dan bentuk-bentuk lain dengan tipologi

berbeda-beda yang dilakukan antar siswa. Kekerasan bullying seperti ini

bisa saja dilakukan secara perorangan atau kelompok, mereka yang

melakukan secara mandiri biasanya memiliki kekuatan (power) berupa

kekuatan fisik, ekonomi. Sementara, mereka yang melakukan tindak

kekerasan bullying yang dilakukan secara kelompok, mereka melakukan

tindakan tersebut karena motif menunjukkan rasa solidaritas. Misalnya,

tawuran antar pelajar dapat dilatarbelakangi karena siswa merasa

menjadi satu golongan yang membela teman. Fenomena ini disadari

adanya seperti disebut Durkheim sebagai “kesadaran kolektif” dalam

kelompok siswa tersebut (Martono, 2012).

Tindak kekerasan bullying yang terdapat di sekolah bisa saja

dilakukan oleh oknum guru seperti, kekerasan fisik yaitu mencubit,

memukul, menampar dan tindakan lainnya yang dapat menimbulkan

rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat terhadap fisik anak atau
31

seseorang. Sementara kekerasan psikis yang dilakukan oleh guru dapat

berupa kata-kata kasar, atau makian dan labelling (nama panggilan)

yang kadang dianggap sebagai hal sepele. Tindak kekerasan berupa

labelling yang biasanya berarti negatif dan dapat berbekas terhadap

anak, misalnya menyebut siswa Si Bodoh, Si Gagap, Si Gaboh (gagah

tapi bodoh) dan labelling lainnya dapat menyebabkan tekanan mental

dan kurangnya rasa percaya diri siswa. Selain itu juga sering terjadi

kekerasan berupa pemberian tugas yang berlebihan, pengancaman dan

tindak kekerasan tak langsung berupa diskriminasi terhadap siswa.

Terdapat beberapa alasan kasus bullying di sekolah ini kurang banyak

mendapatkan perhatian hingga akhirnya jatuh korban menurut Prasetyo

(2011) yaitu:

1. Efeknya tidak tampak secara langsung, kecuali bullying dalam bentuk

kekerasan fisik. Akan tetapi, ini pun tidak terendus karena banyak

korban yang tidak mau melaporkan kekerasan yang dialaminya, entah

karena takut, malu, diancam atau karena alasan-alasan lain.

2. Banyak kasus bullying yang secara kasat mata tampak seperti

bercandaan biasa khas anak-anak sekolah atau remaja yang dikira

tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan-ejekan dan olok-olokan

verbal termasuk dalam kategori ini. banyak orangtua dan guru

yang mengira bahwa teguran saja mungkin sudah cukup untuk

menyelesaikan bercandaan bocah-bocah itu. Padahal luka psikis

dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal itu jauh lebih

dalam dan menyakitkan.


32

3. Sebagian orangtua dan guru masih belum memiliki pengetahuan

yang memadai mengenai bullying dan dampaknya bagi kehidupan

anak. Sehingga sebagian orangtua dan guru benar-benar tidak tahu

bahwa ada masalah serius disekitar mereka. Perlu adanya

mekanisme penyelesaian khusus kasus bullying yang terjadi

disekolah, seperti menyelenggarakan semacam konferensi

komunitas, membuat bentuk penalti nonfisik atau sanksi seperti

menarik hak-hak atau fasilitas yang diterima siswa atau skorsing dan

pemecatan.

Departemen pendidikan harus memperbaiki kinerja pendidikan

di Indonesia baik dari kurikulum maupun sarana-prasarana agar para

siswa tidak lagi menjadi tertekan secara psikologis berkaitan dengan

pendidikan di sekolah. Selain itu juga harus mempunyai kebijakan

tentang bullying di sekolah. Masalah bullying dianggap belum menjadi

masalah sosial, maka penanganan kekerasan di sekolah saat ini

menjadi subyek hukum kriminal biasa yang menanganinya disamakan

dengan kriminal umumnya (Martono, 2012).

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disiapkan cara untuk

mengurangi kemungkinan atau pencegahan agar tidak menjadi sasaran

tindakan bullying, diantaranya menurut Coloroso (2012) :

1. Membantu anak kecil dan remaja menumbuhkan self esteem

(hargadiri) yang baik. Anak ber-self esteem baik akan bersikap

danberpikir positif, menghargai dirinya sendiri, menghargai orang lain,

percaya diri, optimis, dan berani mengatakan haknya.


33

2. Mempunyai banyak teman, bergabung dengan group yang memiliki

kegiatan positif atau berteman dengan siswa yang sendirian.

3. Kembangkan keterampilan sosial untuk menghadapi bullying, baik

sebagai sasaran atau sebagai bystander (saksi), dan bagaimana

mencari bantuan jika mendapat perlakuan bullying.

2.1.7 Alat ukur perilaku bullying

Instrumen perilaku bullying menggunakan adolescent peer

relations instrumen (APRI ) kuesioner initerdiri dari 15 item. Setiap item

memiliki jawaban dengan skor 1-2 skor 1= tidak pernah kadang – kadang

3= setiap hari dalam kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelaku dan

korban. Item yang menggambarkan perillaku bullying

2,3,5,6,9,11,12,13,14,15 Dan item yang menggambarkan korban bullying

1,4,7,8,10 Ningsih, Serly Widia. (2017).

2.2 Konsep Efikasi Diri

2.2.1 Pengertian Efikasi Diri

Istilah efikasi diri pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam

Psychological Review nomor 84 tahun 1986, Bandura mengemukakan

bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan sejauh mana individu

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau

melakukan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil

tertentu (Mawanti, 2011). Keyakinan akan seluruh kemampuan ini

meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas

kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh

tekanan.
34

Efikasi diri memiliki keefektifan yaitu individu mampu menilai

dirinya memiliki kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan.

Tingginya efikasi diri yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara

kognitif untuk bertindak secara tepat dan terarah, terutama apabila tujuan

yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Efikasi diri selalu

berhubungan dan berdampak pada pemilihan perilaku, motivasi dan

keteguhan individu dalam menghadapi setiap persoalan. Efikasi diri akan

berkembang berangsur-angsur secara terus menerus sering

meningkatkan kemampuan dan bertambahnya pengalaman-pengalaman

yang berkaitan (Bandura, 2014). Maka dapat disimpulkan bahwa efikasi

diri adalah keyakinan dan kemantapan individu, memperkirakan

kemampuan yang ada yang menghasilkan perilaku yang diusahakan

sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

2.2.2 Faktor-Faktor Efikasi Diri

Bandura dan Atkinson dalam Mawanti (2011) mengemukakan ada

lima sumber penting yang digunakan individu dalam membentuk efikasi

diri, yaitu:

1. Mastery Experience (Pengalaman Keberhasilan)

Alwisol (2011) Prestasi yang pernah dicapai pada masa yang

telah lalu, sebagai sumber performasi masa lalu menjadi pengubah

efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang

bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan

menurunkan efikasi diri. Keyakinan efikasi diri sebagian didasarkan

pada pengalaman terkait keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilan

yang sering didapatkan akan meningkatkan efikasi diri sedangkan


35

kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Sama halnya menurut

Bandura dalam Jess Feist dan Gregory (2010) pengalaman adalah

sumber yang paling berpengaruh dari efikasi diri adalah pengalaman

menguasai sesuatu, yaitu performa masa lalu. Secara umum,

performa yang berhasil akan meningkatkan ekspektasi mengenai

kemampuan.

Alwisol (2011) Apabila keberhasilan yang didapat seseorang

lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan

membawa terhadap peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, jika

keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang

besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan

membawa pengaruh pada peningkatan efikasi dirinya.

Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi diri yang

berbeda, tergantung proses pencapaiannya:

a. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi

semakin tinggi.

b. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja

kelompok, dibantu orang lain.

c. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang sudah berusaha

sebaik mungkin.

d. Kegagalan dalam suasana emosional dan stress, dampaknya

tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

e. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat,

dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang

yang keyakinan efikasinya kuat.


36

f. Orang yang biasa berhasil, sekali gagal tidak memengaruhi efikasi

diri.

2. Vicarious experience atau modeling (meniru)

Teori sosial kognitif menjelaskan bahwa orang dapat belajar

dengan hanya mengobservasi perilaku orang lain.

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bandura 1986 dalam

Pervin (2010), orang-orang dapat membentuk representasi mental

internal dari perilaku yang telah mereka observasi, dan kemudian

dapat menggunakan reprsentasi mental tersebut pada waktu

mendatang. Belajar melalui pemodelan merupakan bukti dimensi

kehidupan yang tidak dapat dihindari. Anak bisa belajar bahasa

dengan mengobservasi orang tua dan orang lain berbicara, hal ini

sama dengan seseorang yang belajar menyampaikan ceramah dan

sebelumnya dia mengobservasi metode para da’i atau da’iah dalam

menyampaikan ceramah.

Proses modeling menurut Pervin (2010) dapat menjadi

kompleks daripada imitasi atau peniruan sederhana. Imitasi pada

umumnya mengisyaratkan replikasi sepenuhnya dari pada respon

sempit. Sedangkan pemodelan, orang-orang bisa jadi belajar aturan

umum perilaku dengan mengamati orang lain. Kemudian, mereka

dapat menggunakan peran tersebut untuk mengarahkan sendiri

berbagai tipe perilaku di masa depan. Pervin (2010) Individu yang

diamati dalam proses belajar observasional (sang model) tidak harus

seseorang yang secara fisik hadir. Dalam masyarakat kontemporer,

banyak modeling yang terjadi melalui media.


37

Efikasi diri yang didapat melalui social models biasanya terjadi

pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan

dirinya sehingga mendorong untuk melakukan modeling. Namun,

efikasi diri yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model

yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model.

Jelasnya menurut Alwisol (2011) efikasi diri akan meningkat ketika

mengamati keberhasilan orang lain sebaliknya efikasi diri akan

menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama

dengan dirinya ternyata gagal.

Secara umum, dampak dari modeling sosial tidak sekuat

dampak yang diberikan oleh performa pribadi dalam meningkatkan

level efikasi diri, tetapi dapat mempunyai dampak yang kuat saat

memperhatikan penurunan efikasi diri. Hal ini menurut Jess Feist dan

Gregory (2010). Salah satu contohnya Melihat salah satu temannya

dengan kemampuan yang setara melaksanakan PPL Mayor di depan

orang banyak, ternyata temannya gagal melakukan ceramah

dikarenakan pingsan karena gugup dan tidak percaya diri, tidak

berani, dan ragu-ragu akan membuat orang yang mengobservasi

mengurungkan niat untuk melakukan hal yang sama.

3. Social persuasion

Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara

verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk

meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu

tugas. Hal tersebut menurut Alwisol (2011) akan menguatkan dan

melemahkan efikasi diri, dan dampak dari sumber ini terbatas, tetapi
38

pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat memengaruhi

efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi

dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

Jass Feist dan Gregory (2010), meningkatkan efikasi diri

melalui persuasi sosial, dapat menjadi lebih efektif hanya bila kegiatan

yang ingin didukung untuk dicoba berada dalam jangkauan perilaku

seseorang. Sebanyak apa pun persuasi verbal dari orang lain tidak

dapat mengubah penilaian seseorang mengenai kemampuan dirinya

untuk berlari 100 meter dalam waktu di bawah 8 detik.

4. Physiological dan emotional state

Efikasi diri biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan

kecemasan sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai oleh tingkat

stress dan kecemasan yang tinggi pula. Dalam Alwisol (2011) Emosi

yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun

bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat

meningkatkan efikasi diri.

5. Tingkat Pendidikan

Menurut Atkinson dalam Mawanti (2011), tingkat pendidikan

mejadi sumber efikasi diri, dimana tingkat pendidikan yang rendah

akan menjadikan orang tersebut bergantung dan berada dibawah

kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang

yang berpendidikan tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak

perlu bergantung kepada orang lain. Ia mampu memenuhi tantangan

hidup dengan memperhatikan situasi dari sudut pandang kenyataan.


39

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Bandura dalam Mawanti (2014) faktor-faktor lain yang

mempengaruhi efikasi diri, diantaranya:

1. Sifat tugas yang dihadapi, situasi-situasi atau jenis tugas tertentu

menuntut kinerja yang sulit dan berat dari pada situasi tugas yang

lain.

2. Insentif eksternal, insentif berupa hadiah (reward) yang diberikan oleh

orang lain untuk merefleksikan keberhasilan seseorang dalam

menguasai atau melaksanakan suatu tugas. Misalnya pemberian

pujian, materi, dan lainnya.

3. Status atau peran individu dalam lingkungan. Derajat status sosial

seseorang mempengaruhi penghargaan diri orang lain dan rasa

percaya dirinya.

4. Informasi tentang kemampuan diri, efikasi diri seseorang akan

meningkat atau menurun jika ia mendapat informasi yang positif atau

negatif tentang dirinya.

Sedangkan menurut Atkinson (2015), bahwa efikasi diri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Keterlibatan individu dalam peristiwa yang dialami oleh orang lain,

dimana hal tersebut membuat individu merasa ia memilikikemampuan

yang sama atau lebih dari orang lain. Hal ini kemudian akan

meningkatkan motivasi individu untuk mencapai suatu prestasi.

2. Persuasi verbal yang dialami individu yang berisi nasihat dan

bimbingan yang realistis dapat membuat individu merasa semakin


40

yakin bahwa ia memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk

mencapai tujuan.

3. Situasi-situasi psikologis dimana seseorang harus menilai

kemampuan, kekuatan, dan ketenteraman terhadap kegagalan atau

kelebihan individu masing-masing.

Individu mungkin akan lebih berhasil bila dihadapkan pada situasi

sebelumnya yang penuh dengan tekanan.

2.2.4 Dimensi Efikasi Diri

Menurut Lauster dalam Mawanti (2011) tingkat efikasi diri yang

dimiliki individu dapat dilihat dari aspek efikasi dirinya bahwa orang yang

memiliki efikasi diri yang positif dapat diketahui dari beberapa aspek

berikut ini:

1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang

dirinya bahwa ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang

dilakukan.

2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan

kemampuannya.

3. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan

atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan

menurut kebenaran pribadi atau yang menurut dirinya sendiri.

4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan orang untuk menanggung segala

sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.


41

5. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, sesuatu

hal, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat

diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Menurut Rizvi dalam Mawanti (2011) dalam efikasi diri terdapat

beberapa aspek yang berkaitan dengan harapan individu. Rizvi

mengklasifikasikan aspek tersebut menjadi tiga, yaitu:

1. Pengharapan hasil (outcame expectancy), yaitu harapan terhadap

kemungkinan hasil dari suatu perilaku. Dengan kata lain, outcome

expentancy merupakan hasil pikiran atau keyakinan individu bahwa

perilaku tertentu akan mengarah pada hasil tertentu.

2. Pengharapan efikasi (efficacy expectancy), yaitu keyakinan

seseorang bahwa dirinya akan mampu melakukan tindakan yang

diperlukan untuk mencapai hasil. Aspek ini menunjukkan bahwa

harapan individu berkaitan dengan kesanggupan melakukan suatu

perilaku yang dikehendaki.

3. Nilai hasil (outcome value), yaitu nilai kebermakanaan atas hasil yang

diperoleh individu. Nilai hasil (outcome value) sangat berarti

mempengaruhi secara kuat motif individu untuk memperolehnya

kembali. Individu harus mempunyai outcome value yang tinggi untuk

mendukung outcome expectancy dan efficacy expectancy yang

dimiliki.

2.2.5 Bentuk Efikasi Diri

Menurut Bandura dalam Mawanti (2011) mengatakan individu

memiliki bentuk efikasi diri tinggi yaitu memiliki sikap optimis, suasana

hati yang positif dapat memperbaiki kemampuan untuk memproses


42

informasi secara lebih efisien, memiliki pemikiran bahwa kegagalan

bukanlah sesuatu yang merugikan namun justru memotivasi diri untuk

melakukan yang lebih baik, sedangkan individu memiliki efikasi diri

rendah yaitu memiliki sikap pesimis, suasana hati yang negatif

meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi marah, merasa beralah,

dan memperbesar kesalahan mereka.

Menurut Bandura dalam Wening (2013), efikasi diri menghasilkan

perbedaan dalam cara berpikir, merasakan dan bertindak. Keyakinan

efikasi diri berpengaruh terhadap pilihan yang dibuat dan tindakan yang

dicapai oleh individu. Keyakinan pada efikasi diri turut menentukan

seberapa besar usaha yang dilakukan individu, serta berapa lama

kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi situasi yang kurang

menguntungkan. Selain hal itu menurut Bandura dalam Wening (2013)

menyatakan bahwa efikasi diri akan meningkatkan kekebalan terhadap

cemas, stres dan depresi serta mengaktifkan perubahan-perubahan

biokemis yang dapat mempengaruhi berbagai ancaman aspek dari fungsi

kekebalan. Penelitian oleh Bandura dalam Wening (2013) menunjukkan

bahwa efikasi diri memiliki peran dalam hubungannya dengan cemas dan

stres yang melibatkan immunosuppression dan perubahan fisiologis

seperti tekanan darah, detak jantung, dan hormon stres. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor efikasi diri dalam

penelitian ini, adalah mengacu pada teori Bandura dan pendapat Atkinson

dalam Mawanti (2011) yaitu mastery experience (pengalaman

keberhasilan), vicarious experience atau modelling (meniru), social

persuasion, physiological dan emotional state, dan tingkat pendidikan.


43

2.2.6 Alat ukur Efikasi Diri

Instrumen perilaku efikasi diri menggunakan adolescent peer relations

instrumen (APRI ) kuesioner ini terdiri dari 10 item. Setiap item memiliki

jawaban dengan skor 0-1 skor 0 = ya dan skor 1 = tidak. Setiap item

pertanyaan menggambarkan perilaku yang ingin dilakukan oleh korban

bullying, setiap soal kuisioner bernilai 10% dengan jumlah soal 10

pertanyaan dan apabila di tambahkan seluruhnya akan berjumlah 100%.

Hasil dari alat ukur kuisioner efikasi diri akan didapatkan hasil Tinggi

dengan skor 70 – 100, Sedang 40 – 60, Rendah 10 – 30. (Bella, 2012)

2.3 Konsep Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Anak pada usia 12-15 tahun ini sudah termasuk dalam kategori

masa remaja dimana pada tahap ini juga merupakan masa sekolah

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masa remaja merupakan

suatu periode dalam kehidupan setiap manusia dengan karakteristik yang

khas. Pada abad ke-20, Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley

Hall pernah menyatakan bahwa masa remaja adalah masa yang indah,

namun juga merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress)

serta penuh dengan permasalahan.

Menurut World Health Organization (2014) remaja (adolescents)

adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun. Populasi remaja

adalah populasi terbesar di Dunia yaitu sebanyak 1,2 milyar orang atau

18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia menurut data proyeksi

penduduk 2014, jumlah remaja mencapai 65 juta jiwa atau 25% dari

255 juta jiwa jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2015).


44

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari

masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologic,

perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar

masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia

10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2010)

Pendapat lain mengatakan masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan

periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri

seseorang. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan penting baik

fisik maupun psikis. Masa ini menuntut kesabaran dan pengertian yang

luar biasa dari orang tua (Sarwono, 2011)

2.3.2 Batasan Usia Remaja

Masa remaja dapat bermula pada usia sekitar 10 tahun.

(Rusmini, 2011). Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan

bahwa batasan usia remaja tidak ditentukan dengan jelas, tapi kira-kira

berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik

hampir lengkap (Soetjiningsih, 2011).

Adapun batasan usia remaja menurut beberapa sumber lain

adalah (Sarwono, 2011) :

1. Menurut WHO mendefinisikan anak bisa dikatakan remaja apabila

telah mencapai umur 10-19 tahun.

2. Dalam UU No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja

adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

menikah.
45

3. Menurut UU Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah

remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16

tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menganggap remaja bila

sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah

menengah.

2.3.3 Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3tahap

perkembangan remaja :

1. Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada

lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang

bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan

yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti

dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia

senang apabila banyak teman yang mengakuinya. Ada

kecenderungan narsitis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai

teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana yang peka
46

atau yang tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,optimis atau

pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus

membebaskan diri dari Oedipus complex (perasaan cinta pada ibu

sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan

kawan-kawan.

3. Remaja akhir (late adolescent)

Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian dalam lima hal yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara diri sendiri dengan orang

lain.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu

untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan

sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga

tahap yaitu :

1. Masa remaja awal (10-2 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas.


47

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a. Tampak dan ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan

jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya,

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak(Widyastuti dkk,

2011).

2.3.4 Tugas Tahap Tumbuh Kembang Remaja

Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan besar sel

di seluruh bagian tubuh selam sel-sel tersebut membelah diri dan

mensintesis protein-protein baru. Tahap pertumbuhan pada remaja,

antar lain :

1. Pertumbuhan fisik

2. Pertumbuhan psikologis

3. Perubahan tubuh selama masa remaja : tinggi badan, berat badan,

organ seks.

Havighurst (dalam Ali, 2010) mendefinisikan tugas perkembangan

adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu
48

dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase

bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas

berikutnya. Akan tetapi apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak

bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha

untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (dalam

Ali, 2010) adalah :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya.

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

4. Mencapai kemandirian emosional.

5. Mencapai kemandirian ekonomi.

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua.

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.
49

Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Zulkifli, 2005) tentang

tugas perkembangan remaja, antara lain :

1. Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.

2. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.

3. Menerima keadaan fisik sendiri.

4. Memilih dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tugas-

tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri

dalam menyikapi lingkungan disekitarnya, perubahan yang terjadi

pada fisik maupun psikologisnya menuntut remaja untuk dapat

menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada

dihadapannya.

2.3.5 Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Wong (2011), karakteristik perkembangan remajadapat

dibedakan menjadi :

1. Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erickson dalam

Wong (2011), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa

remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal

dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas

emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari

SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas

kelompok versus pengasingan diri.

Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah

otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai


50

10 lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi

sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.

Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah

tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu

menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya

dengan keluarga dan masyarakat.

2. Identitas kelompok

Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu

kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki

kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi

bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status.

Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan,

gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja

terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokan dengan

kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja

sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri

sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi

individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan

diasingkan dari kelompok.

3. Identitas kelompok

Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan

hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri

dengan orang lain dimasa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang

mereka harap mampu dilakukan dimasa yang akan datang. Proses

perkembangan identitas diri merupakan proses yang memakan


51

waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan

keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia

merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi

remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan

dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang postif pada

akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika

individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari

berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.

4. Identitas peran seksual

Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas

peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya

mulai mengkomunikasikan beberapa pengharapan terhadap

perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya

maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap

budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosio

ekonomis.

5. Emosionalitas

Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa

remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan

tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode

depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi

yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal

bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan

emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan

dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami


52

peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku

mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan

kebimbangan.

6. Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong

(2011), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan actual,

yang merupakan ciri periode berpikir konkret, mereka juga

memperhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada

saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian

pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian

peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan

bekerja. Memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat

berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tahu, dan

akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.

Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua

kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka

dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan

waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat

mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok

pernyataan dan mengevaluasi system, atau serangkaian nilai-nilai

dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.

7. Perkembangan Moral

Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong

(2011), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pernyataan serius

mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah


53

mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban

berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga

memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan

hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa

yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian,

mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah

ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa

suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi

mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.

8. Perkembangan Spiritual

Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas

yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan

ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang

teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen, yang stabil dalam

hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada

periode pergolakan ini remaja mungkin menolak aktivitas ibadah

yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan

privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan

eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan

agama mereka dengan orang laindapat menyebabkan mereka

mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya

menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

9. Perkembangan Sosial

Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus

membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan


54

sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun,

proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun

orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang

tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami

tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.

a. Hubungan dengan orang tua

Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah

dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai

kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas

karena baik orang tua maupun remaja belajar untuk menampilkan

peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara

pada saat bersamaan, penyelesaian seringkali merupakan

rangkaian kerenggangan yang menyakitkan,yang penting untuk

menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak

mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka

sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka

menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada

hampir semua situasi atau masalah.

b. Hubungan dengan teman sebaya

Orang tua selalu memberi pengaruh utama dalam

sebagai besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman

sebaya dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja

dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya

memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.

c. Kelompok teman sebaya


55

Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan

suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya

memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh

penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk

menyesuaikan secara total dalam berbagai hal seperti model

berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering

kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu

pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.

d. Sahabat

Hubungan personal antara orang dengan orang lain

yang berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis.

Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan

yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan

penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan

pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan

peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling

memberikan dukungan satu sama lain.

e. Perkembangan kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah

menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka

menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka.

Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-

hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk

memperbaiki kepribadian mereka (Hurlock, 2010). Banyak

remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konse


56

mereka mengenai kepribadian “ideal”. Tidak banyak yang

merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka

yang tidak berhasil ingin merubah kepribadian mereka

(Hurlock, 2010)

2.4 Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada Remaja yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Korban bullying yang memiliki efikasi diri yang tinggi dalam

menghadapi kemungkinan tidak berdampak negatif dari tindak bullying yang

dialaminya. Hal ini dikarenakan individu dengan efikasi diri yang tinggi akan

lebih percaya diri, mampu mengendalikan emosi, lebih memiliki motivasi

untuk tetap menghadapi situasi menekan, memiliki kompetensi yang tinggi

pada aktivitas yang dituntut, dan juga akan lebih mampu mengelola

kemampuan yang dimiliki untuk mencapai performansi serta mengendalikan

fungsi diri dan lingkungannya. Sedangkan Individu dengan efikasi diri yang

rendah dia akan mengelami trauma, semua itu disebabkan individu ini tidak

mampu mempertahankan keseimbangan emosi, tidak bisa menyesuaikan diri

dengan tekanan lingkungan, lebihmemiliki self-image yang negatif, dan tidak

mampu untuk melanjutkan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.


BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep konsep yang ingin

di amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmojo, 2013).

Faktor yang mendukung Faktor-Faktor Efikasi Diri


terjadinya bullying Ariesto 1. Mastery Experience
(2009, dalam Mudjijanti, (Pengalaman Keberhasilan)
2011) : 2. Vicarious experience atau
1. Faktor Keluarga modeling (meniru)
2. Faktor Sekolah 3. Social persuasion
3. Faktor Kelompok Physiological dan emotional
4. Teman Sebaya state
4. Tingkat Pendidikan

Perilaku Bullying Efikasi Diri

Jenis Perilaku Bullying 1. Tinggi


(SEJIWA, 2008) : 2. Rendah
1. Bullying Fisik
2. Bullying Verbal
3. Bullying Mental atau
Psikologis

Keterangan :

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :

Alur Hubungan :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi


Diri pada remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh Kabupaten
Situbondo.

57
58

Penjelasan Kerangka Konsep

Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan

ketidakseimbangan kekuasaan dengan tujuan membuat orang lain merasa

tidak dilakukan atas dasar perbedaan pada penampilan, budaya, ras,

agama,orientasi seksual dan identitas gender orang lain (British Columbia,

2012). Menurut Ariesto (2010, dalam Mudjijanti 2011) dan Kholilah

(2012), penyebab terjadinya bullying antara lain (1) faktor keluarga, 2)

faktor sekolah, 3) faktor kelompok 4) faktor teman sebaya. Sedangkan

bullying dibagi dalam tiga kategori perilaku bullying diantaranya (1) bullying

fisik, (2) bullying verbal. (3) bullying mental/psikologis (Sejiwa, 2010).

Bullying juga berdampak pada efikasi diri. Efikasi diri dibagi menjadi dua

kategori yaitu efikasi diri rendah dan efikasi diri tinggi, (Masters, 2016;

Thornberg, Wänström, Hong, & Espelage, 2017)Efikasi diri yang rendah

dan pemisahan moral yang tinggi dapat menjelaskan perilaku pasif pada

bystander pada situasi bullying, sedangkan efikasi diri yang tinggi dan

pemisahan moral yang rendah memprediksi perilaku membela pada

bystander (Carrol, 2014).

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan

penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis dalam penelitian keperawatan

terdiri atas hipotesis nol (hipotesis statistik/nihil) dan hipotesis alternatif

(hipotesis kerja). Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan antar

variabel sedangkan hipotesis nol menyatakan tidak ada hubungan antar

variabel (Hidayat, 2015).


59

H1 : Ada Hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada Remaja

Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1 Suboh

Kabupaten Situbondo
60

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,tanpa

melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang

memang sudah ada (Arikunto, 2016). Untuk mengetahui korelasi antara satu

variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi

variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel

lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan

antara keduanya (Notoatmodjo, 2016).

Desain penelitian kuantitatif dengan desain korelasional menggunakan

pendekatan studi cross sectional. Pada studi cross sectional dimana subjek

diobservasi satu kali saja melalui pengukuran atau pengamatan pada saat

yang bersamaan dengan tujuan untuk melihat variabel bebas (Independent)

dan terkait (Dependent). Variabel independen pada penelitian ini adalah

perilaku bulying, variabel dependen adalah Efikasi Diri (Notoatmodjo, 2016).

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh, pada Juni

2020.
61

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian merupakan tahapan dalam suatu

penelitian. Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel

yang akan digunakan penelitian (Nursalam, 2016). Kerangka kerja pada

penelitian ini akan dijelaskan dibawah ini:

Hubungan Antara perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada remaja yang
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMAN 1 Suboh Kabupaten
Situbondo

Populasi
Seluruh Siswa SMAN 1 Suboh yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka

Teknik Pengambilan Sampel


Total sampling

Sampel
Sebagian Siswa SMA Suboh yang mengalami bullying sebanyak 32 .

Teknik Pengambilan Data


Data Primer : Kuesioner

Teknik Pengolahan Data


Editing, Scoring, Coding, Tabulating

Analisa Data
Spearmank Rank

Kesimpulan
H1 diterima jika ρ ≤ α dengan α=0,05
H0 diterima jika ρ > α dengan α=0,05

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan perilaku Bullying dengan


Efikasi Diri pada remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di
SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo
62

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti tersebut (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang

ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini populasinya

adalah Seluruh Siswa SMAN 1 Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler

pramuka sebanyak 32.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2016).

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh Siswa SMAN 1

Suboh yang mengikuti ekstrakulikuler pramuka sebanyak 32 responden.

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2017).

Teknik sampling yang digunakan adalah Total sampling yaitu

pengambilan sampel secara keseluruhan dari populasi sejumlah 32

responden.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (umur, jenis kelamin, dll).


63

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang akan terpengaruh atau

berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan, atau bisa disebut

variabel bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Perilaku

Bullying.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependenadalah variabel akibat atau variabel tergantung

(Arikunto 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Efikasi

Diri.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 29 sampai 31 Agustus 2020.


64

4.6 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasional adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan perilaku Bullying dengan


Efikasi Diri pada remaja yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh
Kabupaten Situbondo.

Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor/kriteria
Operasional
Variabel Suatu tindakan 1. Bullying Kuesioner Ordinal Skor
Independen: yang dilakukan fisik (Bela, Jawaban
Perilaku oleh sekelompok 2. Bullying 2012) Ya: 1
Bullying manusia untuk verbal Tidak : 0
tujuan kepuasan 3. Bullying
dan mental/ Kategori
merendahkan psikologi 1. Tinggi 75-
yang 100%
mengakibatkan 2. Sedang 50-
trauma terhadap 75%
orang lain. 3. Rendah <50

Variabel Suatu fikiran 1. Level/ Kuesioner Ordinal Skor


Dependen: yang timbul dari tingkatan (Ningsih, Jawaban
Efikasi Diri seseorang yang 2. Generality 2017) Ya: 1
meliputi /keadaan Tidak : 0
Keyakinan akan 3. Strength/k
seluruh ekuatan 1. Tinggi 75-
kemampuan, 100%
kepercayaan diri 2. Sedang 50-
menyelesaikan 75%
suatu masalah 3. Rendah <50
dengan
kapasitas
tindakan pada
situasi yang
penuh tekanan.

4.7 Prosedur Penelitian

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

institusi pendidikan program studi S1 Keperawatan STIKES Hafshawati

Zainul Hasan Genggong.


65

1. Mengajukan permohonan ijin kepada Bakesbangpol untuk melakukan


penelitian.

2. Setelah mendapatkan izin, peneliti mengadakan pengumpulan data


penelitian.

3. Penetliti mengajukan pemohonan ijin kepada kepala sekolah SMAN


Suboh untuk melakukan penelitian dan meminta data pada guru BK

4. Peneliti menemui responden pada saatekstrakurikuler pramuka di


SMAN Suboh

5. Peneliti menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat


penelitian dan cara pengisian kuesioner.

6. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian


dengan meminta dan menandatangani inform consent.

7. Memberikan kuesioner penelitian terkait perilaku bullying dengan Efikasi


diri.

8. Menunggu lembar kuesioner penelitian yang sedang diisi oleh


responden selama 10-15 menit.

9. Mengumpulkan kuesioner yang sudah dijawab oleh Responden

10. Peneliti menganalisa data yaitu menggunakan spearman rhank dengan


aplikasi SPSS.

4.8 Pengumpulan data

4.8.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2016).


66

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan pada variabel

independen dan variabel dependen adalah menggunakan lembar

Kuisioner.

4.8.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner)

dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing

variabel dengan skor totalnya. Teknik komparasi yang digunakan

komparasi Pearson Product Moment. Suatu variabel (pertanyaan)

dinyatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara

signifikan dengan skor totalnya dengan cara membandingkan nilai r

tabel dengan nilai r hitung. Bila r hasil (hitung) > r tabel, maka

pertanyaan tersebut valid. Uji coba dilakukan kepada 10 (sepuluh)

responden yaitu siswa yang mengalami bullying, serta siswa yang

mengalami bullying yang bersekolah di SMA Suboh Kecamatan

Suboh, kemudian dilakukan uji validitas instrumen dengan bantuan

komputer. Hasil uji validitas kuesioner mengenai perilaku bullying, ada

(10) pertanyaan dan semua 10 pertanyaan dinyatakan valid semua.

Pertanyaan valid diperoleh nilai r hitung 0,001 dengan r tabel <0,05.

Sedangkan kuesioner efikasi diri ada (7) pernyataan valid atau

dinyatakan valid semua dimana diperoleh r hitung 0,001 dengan r

tabel <0,05.
67

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara

yaitu: Split Half (Teknik belah dua) yang dianalisis dengan rumus

Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di

belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan

kelompok genap. Selanjutnya, skor data tiap kelompok itu disusun

sendiri. Skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari

korelasinya. Dinyatakan reliabel bila skor variabel tersebut berkorelasi

secara signifikan dengan skor totalnya dengan cara membandingkan

nilai r tabel dengan nilai r hitung. Bila r hasil (hitung) > r tabel, maka

pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji reliabilitas diperoleh r Alpha

kuesioner. Perilaku Bullying0,984 dan r Alpha kuesioner Efikasi Diri

yaitu 0,984 karena r hitung lebih besar dari r tabel 0,632 maka

pertanyaan tersebut reliabel.

4.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan

kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016). Metode

pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data

yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2017).

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan

kuesioner. Kegiatan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai

berikut:
68

1. Editing

Pada penelitian ini data yang diperoleh, diteliti kembali dengan

maksud untuk mengetahui kelengkapan data yang diberikan. Setiap

data yang terkumpul dilakukan pengecekan apakah semua data telah

lengkap, jika belum lengkap akan dicari kelengkapannya.

2. Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban dari para responden

kedalam kategori.

Dalam penelitian ini variabel perilaku bullying dilakukan

pengkodean jika:

a. Bullying Tinggi diberi kode 1,

b. Bullying Sedang diberi kode 2,

c. Bullying rendah diberi kode 3.

Sedangkan variabel efikasi diri pengkodean jika:

a. Efikasi diri Tinggi diberi kode 1,

b. Efikasi diri Sedang diberi kode 2,

c. Efikasi diri rendah diberi kode 3.

3. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor.

Dalam penelitian ini variabel Perilaku bullying dilakukan scoring

jika:

a. Skor Jawaban Ya diberi skor 1,

b. Skor Jawaban Tidak diberi skor 0


69

Sedangkan variabel efikasi diri apabila pertanyaan dengan

jawaban :

a. Skor Jawaban Ya diberi skor 1,

b. Skor Jawaban Tidak diberi skor 0

4. Tabulating

Tabulatingadalah proses pengolahan data yang bertujuan untuk

membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik.

Proses ini merupakan tahapan akhir pengolahan data yang sangat

berguna untuk kegiatan selanjutnya yaitu teknik penyajian data. Untuk

variabel dependen yakni perilaku bullying digunakan lembar kuesioner

yang itu setiap skor dimasukkan ke dalam master tabulasinya dan di

total dan diklasifikasikan sesuai dengan nilai.

a. Perilaku bullying dinyatakan bullying tinggi

apabila nilainya 75-100%, jika didapatkan 50-75 dikatakan

bullying sedang dan jika nilai mencapai <50 dikatakan bullying

ringan. Nilai presentasi di dapatkan dari total nilai kuesioner yang

dinyatakan benar dan diolah menggunakan rumus :

SP
n= X100
SM

Kemudian dari hasil rumus tersebut setiap responden

dikategorikan sesuai dengan nilai prosentase.

b. Perilaku Efikasi diri dinyatakan Efikasi diri

tinggi apabila nilainya 75-100%, jika didapatkan 50-75 dikatakan

Efikasi diri sedang dan jika nilai mencapai <50 dikatakan Efikasi

diri rendah. Nilai presentasi di dapatkan dari total nalai kuesioner

yang dinyatakan benar dan diolah menggunakan rumus :


70

SP
n= X100
SM

Kemudian dari hasil rumus tersebut setiap responden

dikategorikan sesuai dengan nilai prosentase.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2010). Penelitian ini terdapat dua data, yaitu data umum dan data khusus.

Data umum dari penelitian ini adalah umur, Kelas, dan jenis kelamin. Data

khusus dari penelitian ini adalah variabel dependent dan variabel

independent. Variabel independent penelitian ini yaitu perilaku bullying,

sedangkan variabel independent efikasi diri.

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

masing-masing variabel, yaitu menghubungkan perilaku bullying dan

dengan efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan

perilaku bullying dengan efikasi diri .

Kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi kode sesuai

kriteria yang ditentukan, didistribusikan dan dianalisa secara kuantitatif.

Selanjutnya data diuji dengan analisa “Spearman Rhank” menggunakan

media komputer.

Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitian sebgai berikut :

Apabila nilai p value > daripada α = 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak

ada Hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada remaja sekolah

menengah atas di SMA Suboh Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo.


71

Sebaliknya apabila nilai p value ≤ daripada α = 0,05, maka H1 diterima,

artinya ada Hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada remaja

yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMAN 1 Suboh Kabupaten

Situbondo.

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variabel

tersebut diketahui dari nilai koefisien korelasi dengan rentang nilai

sebagai berikut:

0,00-0,199: tingkat hubungan sangat rendah

0,20-0,399: tingkat hubungan rendah

0,40-0,599: tingkat hubungan sedang

0,60-0,799: tingkat hubungan kuat

0,80-1,000: tingkat hubungan sangat kuat (sugiyono, 2015).

4.10 Etika Penelitian

Menurut Notoadmodjo (2012) Etika penelitian adalah perilaku

peneliti terhadap penelitian, dalam penelitian keperawatan subjek yang di

gunakan manusia sebagai sumber informasi.

Tidak bisa dipungkiri penelitian mempunyai resiko ketidaknyamanan

atau cidera pada subjek mulai dari resiko ringan sampai dengan berat.

Manusia sebagai subjek penelitian adalah makhluk yang holistik,

merupakan integrasi aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak

bisa dipisahkan. Masalah yang terjadi pada salah satu aspek dapat

menyebabkan masalah pada aspek-aspek lainnya. Sehingga penelitian

keperawatan perlu dikawal dengan etika penelitian yang memberikan

jaminan bahwa keuntungan yang didapat dari penelitian lebih jauh melebihi
72

efek samping yang ditimbulkan. Pemahaman etika penelitian merupakan

suatu keharusan bagi peneliti dibidang keperawatan (Dharma, 2011)

Secara rinci hak-hak dan kewajiban peneliti dan yang diteliti

(informan) adalah sebagai berikut:

4.10.1 Nilai sosial atau klinis

Penelitian diharapkan dapat menghasilkan informasi penting. Hasil

penelitian menyajikan data dan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk

menambah wawasan bagi responden dalam manajemen penyakit dan

meningkatkan kualitas hidup agar lebih baik lagi.

4.10.2 Nilai ilmiah

Mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan informasi yang

valid dan handal (bermakna) sesuai dengan tujuan yang dinyatakan

dalam penelitian. Uraian tentang penelitian lanjutan yang dapat dilakukan

dari hasil penelitian ini diharapkan bahan penelitian lanjutan tentang

peningkatan kualitas hidup.

4.10.3 Nilai pemerataan beban dan manfaat

Dalam penelitian ini tidak menyita waktu serta mengganggu

aktivitas responden tetapi memberikan manfaat bagi responden dan

peneliti.

4.10.4 Potensi manfaat dan risiko

Terdapat penjelasan tentang manfaat yang diperoleh secara

sosial dan ilmiah; penelitian yang menghasilkan ilmu pengetahuan baru

sebagai media yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi

responden, dibandingkan dengan risiko yang dapat terjadi pada

responden.
73

4.10.5 Bujukan/ eksploitasi/ inducement

Responden yang digunakan ini tidak diberikan sesuatu berupa

uang, atau hadiah khusus.

4.10.6 Rahasia dan privacy

Peneliti menjaga kerahasiaan responden, apabila hasil penelitian

ini disajikan hanya ditujukan pada kelompok tertentu saja yang ada

kaitannya dengan kegiatan penelitian. Privacy adalah hak setiap orang.

Semua orang mempunyai hak untuk memperoleh privacy atau kebebasan

pribadinya. Demikian pula responden sebagai objek penelitian di tempat

kediamannya masing-masing. Seorang tamu, termasuk peneliti atau

pewawancara yang datang ke rumahnya, lebih-lebih akan menyita

waktunya untuk diwawancarai, jelas merampas privacy orang atau

responden tersebut.

4.10.7 Inform consent

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti

peneliti menjelaskan maksud penelitian yang akan dilakukan, yaitu

kepada Siswa SMAN 1 Suboh yang akan menjadi responden. adanya

inform concent dari responden atau informan, artinya responden sudah

mempunyai keterikatan dengan peneliti atau pewawancara berupa

kewajiban responden untuk memberikan informasi yang diperlukan

peneliti. Tetapi selama belum ada inform concent, responden tidak ada

kewajiban apa pun terhadap peneliti atau pewawancara.


74

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menyajikan dengan judul Hubungan Perilaku Bullying

dengan Efikasi Diri pada Remaja yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikulerpramuka di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo. Penelitian

ini dilakukan pada tanggal 29 sampai 31 agustus 2020 . Untuk mendapatkan

data penelitian menggunakan lembar persetujuan sebagai responden pada

Remaja, setelah itu responden diberikan kuesioner untuk mengetahui

apakah ada Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada Remaja

yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMAN 1 Suboh

Kabupaten Situbondo.

Penyajian hasil akan dibagi dalam dua bagian yaitu data umum dan

data khusus. Data umum menampilkan tentang karakteristik responden yang

meliputi umur, Jenis kelamin dan kelas siswa. Sedangkan data khusus

meliputi perilaku bullying dan efikasi diri pada siswa Sekolah Menengah

Atas. Hasil tersebut di tampilkan dalam bentuk tabel.

5.1.1 Data Umum

1. Karakteristik Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Suboh yang berada di

Kabupaten Situbondo. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2020 dengan

jumlah responden sebanyak 32 responden.


75

2. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur Siswa


Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka SMAN 1 Suboh
Kabupaten Situbondo

Umur Frekuensi (f) Presentase (%)

16 Tahun 13 40.6

17 Tahun 12 37.5

18 Tahun 7 21.9

Total 32 100
Sumber : lembar kuesioner 2020

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur

responden yaitu 16 tahun sebanyak 13 responden (40,6%).

3. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin


Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka SMAN 1
Suboh Kabupaten Situbondo

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

Laki – laki 18 56.3

Perempuan 14 43.8

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

memiliki jenis kelamin laki - laki sebesar 18 responden (56,3%).

4. Karakteristik Responden berdasarkan Kelas

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas


Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka SMAN 1
Suboh Kabupaten Situbondo
Kelas Frekuensi (f) Presentase (%)
X 16 50.0
XI 13 40.6
XII 3 9.4
Total 32 100
76

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

kelas X sebanyak 16 responden (50%).

5.1.2 Data Khusus

Data khusus hasil penelitian meliputi dukungan keluarga dan

kemandirian pada penderita gangguan jiwa dan hubungan kedua variabel

tersebut.

1. Perilaku Bullying

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku


bullying Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka
SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo

Perilaku Bullying Frekuensi (f) Presentase (%)

Tinggi 16 50.0

Sedang 9 28.1

Rendah 7 21.9

Total 32 100

Sumber : lembar kuesioner 2020

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

perilaku bullying tinggi yaitu sebanyak 16 siswa (50,0%).

2. Efikasi Diri

Tabel 5.5 Distrbusi frekuensi responden berdasarkan efikasi diri


Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka SMAN 1
Suboh Kabupaten Situbondo

Efikasi Diri Frekuensi (f) Presentase (%)

Tinggi 8 25.0

Sedang 11 34.4

Rendah 13 40.6

Total 32 100

Sumber : Lembar Kuesioner 2020


77

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

mempunyai efikasi diri rendah yaitu sebanyak 13 siswa (40,6%) dan

sebagian kecil responden mempunyai efikasi diri tinggi yaitu sebanyak 8

siswa (25,0%).

5.2 Analisis Hubungan Perilaku Bullying terhadap Efikasi Diri pada

Remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi


Diri pada Remaja Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler
Pramuka SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo

Perilaku Efikasi Diri Jumlah


Bullying Tinggi Sedang Rendah F %
f % f % F %
Tinggi 0 0 3 9,4 13 40,6 16 50,
0
Sedang 2 6,3 7 21,9 0 0 9 28,
1
Rendah 6 18,8 1 3,1 0 0 7 21,
9
Jumlah 8 21,9 11 34,4 13 40,6 32 100
p value = 0,01 < α = 0,05
Sumber: Data Primer, kuesioner penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil analisis statistik hubungan

perilaku bullying dengan efikasi diri pada remaja sekolah menengah atas

dengan nilai p value = 0,01 ≤ α=0,05 sehingga H1 diterima, artinya ada

Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada Remaja yang

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh

Kabupaten Situbondo
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Interpretasi Dan Diskusi Hasil

Bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai hasil penelitian

tentang Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada Remaja yang

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMAN 1 Suboh Kecamatan

Suboh Kabupaten Situbondo. Adapun beberapa macam poin yang akan di

bahas adalah sebagai berikut

6.1.1 Perilaku Bullying di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden perilaku bullying tinggi yaitu sebanyak 16 siswa

(50,0%) dan sebagian kecil perilaku bullying rendah yaitu sebanyak 7

siswa (28,1%).

Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang

didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi,

menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan

baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun

status sosial, serta dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau

beberapa anak terhadap anak lain (Margaretha 2010). bullying

adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti

seseorang atau kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma,

dan tidak berdaya, dan peristiwanya mungkin terjadi berulang

(Djuwita, 2016) Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan

ketidakseimbangan kekuasaan dengan tujuan membuat orang lain

78
79

merasa tidak dilakukan atas dasar perbedaan pada penampilan,

budaya, ras, agama,orientasi seksual dan identitas gender orang lain

(British Columbia, 2012).

Dari hasil penelitian ini di dapatkan mayoritas bullying yang

terjadi pada remaja sekolah menengah ke atas adalah bullying

dengan kategori tinggi 16 responde (50.0%) dikarenakan siswa ingin

selalu marah ketika ada seorang yang selalu mengganggunya, sering

mengejek orang lain terlebih pada kelemahan dan kekurangan diri

yang dimilikinya, selalu meledek temannya dengan sebutan jelek

nama jeleknya, dan jarang untuk meminta maaf terlebih dulu

dikarenakan gengsi sehingga dapat disimpulkan bahwa di SMAN 1

Suboh masih banyak perilaku bullying yang terjadi.

6.1.2 Efikasi Diri pada Remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar

responden mempunyai efikasi diri rendah yaitu sebanyak 13 siswa

(40,6%) dan sebagian kecil responden mempunyai efikasi diri tinggi

yaitu sebanyak 8 siswa (25,0%).

Efikasi diri yang tinggi ditunjukkan dengan beberapa hal

diantaranya kemampuannya dalam melakukan penilaian atau

pemilihan sikap yang akan diambil dalam menghadapi suatu

persoalan, subjek yang memiliki efikasi diri akan berusaha untuk

menghadapi semua persoalannya walaupun persoalan tersebut tidak

mudah untuk dihadapi. (Utami, 2016). efikasi diri akan meningkatkan

kekebalan terhadap cemas, stres dan depresi serta mengaktifkan


80

perubahan-perubahan biokemis yang dapat mempengaruhi berbagai

ancaman aspek dari fungsi kekebalan (Bandura, 2013).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri yang

dialami oleh siswa remaja menengah atas secara keseluruhan efikasi

diri yang alami yaitu rendah karena seseorang akan mengalami

trauma ketika sering di ganngu tanpa sebab dan di bully, seseorang

akan merasakan cemas ketika bertemu dengan orang yang sering

membullyi nya dan seseorang akan merasa tidak dibuthkan lagi

sehinnga tidak mempunyai semangat ketika berada dalam

lingkungan sekolah bahkan dengan adanya bullying ingin seseorang

akan depresi. efikasi yang rendah akan membuat siswa merasa

mengalami tekanan dan biasanya akan malas dalam melakukan hal,

seperti belajar, masuk sekolah . Penemuan ini searah dengan warsito

(2013) bahwa karakteristik dengan efikasi diri rendah yaitu rentang

dalam menghadapi tantangan yang sedang dialaminya.

6.1.3 Analisis Hubungan Perilaku Bullying terhadap Efikasi Diri

Hasil penelitian didapatkan ada Hubungan Perilaku Bullying

dengan Efikasi Diri pada Remaja yang mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler Atas di SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo dengan

p= 0,001 ≤α=0,05 sehingga dapat dinyatakan H1 diterima, yang

artinya ada Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada

Remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler .

Bullying adalah keinginan untuk menyakiti dan sebagian besar

harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang atau

kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan


81

dan perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak

adil. Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan

yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu

pendek, bullying biasanya terjadi secara berkelanjutan dalam jangka

waktu cukup lama (Pepler, dkk 2017). Pelaku bullying menurut

Sanders (2003) dalam Psychologymania (2012) National Youth

Vience Prevention mengemukakan bahwa pada umumnya para

pelaku ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri

yang tinggi pula, cenderung pro terhadap kekerasan, tipikal orang

berwatak keras, mudah marah dan impulsive, toleransi yang rendah

terhadap frustasi seta efikasi diri yang rendah.

Efikasi diri akan meningkat ketika mengamati keberhasilan

orang lain sebaliknya efikasi diri akan menurun jika mengamati orang

yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal

(Alwisol, 2011) efikasi diri yang rendah dia akan mengelami trauma,

semua itu disebabkan individu ini tidak mampu mempertahankan

keseimbangan emosi, tidak bisa menyesuaikan diri dengan tekanan

lingkungan, lebihmemiliki self-image yang negatif.

Semakin tinggi tingkat bullying yang dilakukan maka semakin

rendah efikasi diri dalam seseorang sehingga Efikasi diri yang tinggi

yang dimiliki korban bullying disekolah membuat korban bullying

memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu mengatasi masalah bullying

yang tengah dihadapinya (Natilawai, 2013).


82

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

bullying yang di lakukan maka semakin rendah efikasi diri seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

6.1.4 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu alat ukuryang digunakan

tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas.


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan peneliti diatas dapat

disimpulkan sebagai berikut:

.1.1 Perilaku bullying pada Remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di

SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo mayoritas adalah dengan kategori

bullying tinggi yaitu sebanyak 16 siswa (50,0%)

.1.2 Efikasi diri pada Remaja yan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMAN

1 Suboh Kabupaten Situbondo mayoritas adalah dengan kategori efikasi

diri rendah yaitu sebanyak 13 siswa (40,6%).

.1.3 Ada Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada Remaja yang

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMAN 1 Suboh Kabupaten

Situbondo p = 0,001 < α = 0,05

7.2 Saran

7.2.1 Bagi keperawatan

Bagi perkembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan

dapat menambah ilmu bagi institusi pendidikan terutama dibidang

kesehatan keperawatan jiwa, anak dan keluarga agar dapat terus

mengembangkan penelitian tentang aspek psikologis pada remaja,

membentuk kegiatan terkait upaya preventif perilaku bullying dan

perilaku kenakalan remaja lainnya.

83
84

7.2.2 Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini merupakan salah satu cara menambah pustaka

tentang Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada Remaja yang berupa

informasi dan manajemen dalam menghadapi bullying.

7.2.3 Bagi responden

Diharapkan bagi responden untuk selalu mempertahankan dan lebih

meningkatkan keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya, serta

pantang menyerah untuk menyelesaikan permasalahan dengan berbagai

macam usaha yang lain.

7.2.4 Bagi lahan penelitian

Diharapkan guru dapat membiasakan bagaimana menciptakan

suasana saling peduli membiasakan saling berempati kepada sesama

teman sehingga perilaku bullying yang terjadi dapat berkurang bahkan

semakin kecil potensinya serta meningkatkan pelaksanaan kegiatan

pembinaan, pengawasan terhadap adanya perilaku bullying yang lebih

membahayakan dan menjadikan kegiatan-kegiatan konseling disekolah

untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan diri yang lebih baik.

7.2.5 Peneliti selanjutnya

Untuk dapat melakukan penelitian lebih mendalam pada remaja dengan

perilaku bullying dan menemukan faktor-faktor lain yang mendukung

terjadinya perilaku bullying sehingga dapat menjadi evidence based

dalam menanggulangi permasalahan seputar remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, 2011. Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press

Ariesto, Asdrian. 2010. Pelaksanaan Program Antibullying Teacher


Empowerment Program (TEP) Di Sekolah (Studi deskriptif program
Teacher Empowerment Program bagi guru di SMA “X”: Jakarta Selatan”.
Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Asdi Mahasa, Jakarta.

Astuti, Retno. 2008. Meredam Bullying. PT Gramedia Widiasarana Indonesia,


Jakarta.

Astuti. 2010. 3 Cara Meredam Bullying. Jakarta: PT Gramedia.

Atkinson, J.W, 2015. Pengantar Psikologi (Terjemahan Nurdjanah dan Rukmini),


Jakarta: Erlangga,

Bandura, A. 2016. Moral disengagement: How people do harm and live with
themselves. New York: Worth.

Bandura, Albert, Dale H. Schunk, 2014. Cultivating Competence, self efficacy


and Intrinsic Interest Thrugh Proximal self Motivation Journal of
Personality and Social Psychology”,

Bella. (2012). Hubungan antara Self efficacy (efikasi diri) dengan prokratinasi
akademik pada siswa MA Al-hidayah wajak malang. Skripsi. Di publikasi,
Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
Malang.

Caroll, A., Houghton, S., Wood, R., Unsworth, K., Hattie, J., Gordon, L., & Bower,
J. 2014. Self-efficacy and Academic Achievement in Australian Hight
School Student: The Mediating Effects of Academic Aspirations and
Delinquency. Journal of Adolescence. 32:797-817.

Coloroso, B. (2012). Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari


Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan.


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
InfoMedia.

Duke, James A., 2014. Proceedings of the National Academy of Sciences. 2nd
ed. New York: CRC Press LLC. p.529.

85
Fest, Jess, Gregory, 2010. Teori Kepribadian Theories of Personality VII, Jakarta
Selatan: Salemba Humanika

Firmansyah, T., 2014. Aduan Bullying Tertinggi. Republika, p.1. Available at:
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/10/15/ndh4sp-
aduan-bullying-tertinggi [Accessed March 27, 2020].

Freiberg, H. J. (2012). School Climate: Measuring, Improving And Sustaining


Healthy Learning Environments. London, Falmer.

Hidayat, S. S. dkk. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi –


Juli. 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Hurlock, E. (2010). Child Development 5th edition. Jakarta: Erlangga.

Irawan, Hendri V. 2015. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Asertif
Siswa Kelas VIII MTs Negeri Punung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Jahja, Yudrik . 2013. Psikologi Perkembangan. Kencana Prenadamedia Group,


Jakarta.

Joseph A. D. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma


Publishing Group.

Kathy. (2010). Bullies and Victims: A Primer for Parents. National Association of
School Psychologists

Mawanti, Dwi, 2011. Studi Efikasi Diri Mahasiswa Yang Bekerja Pada Saat
Penysunan Skripsi (Di Jurusan PBA Fakultas Tarbuyah IAIN Walisoongo
Semarang).

Megan Meier Foundation. (2014). Bullying, cyberbullying, and suicide statistics.


(online) www.meganmeierfoundation.org. Diakses 17 Maret 2020.

Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak. PT Indeks, Jakarta

Mudjijanti, Fransisca. 2011. “School Bullying dan Peran Guru Dalam


Mengatasinya”. Article Naskah Krida Rakyat. Terbit 12 Desember 2011.

Muhammad, A. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mustikasari. (2015). Penanganan Bullying Di SD Negeri 3 Manggung Kecamatan


Ngemplak Kabupaten Boyolali. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ningrum. (2010). Studi Tentang Perilaku Bullying Di Sekolah Menengah Pertama


Se-Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto Serta Penanganan Oleh
Guru Bk The Study Of Bullying Behavior In Junior High School At Prajurit
Kulon Districts Mojokerto City And Handling By Counselor. Artikel
Ilmiah.Universitas Negeri Surabaya
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2016). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Ningsih, Serly Widia. (2017). Pengaruh pelatihan pencegahan bullying terhadap


pengetahuan dan sikap siswa terhadap bullying di smp negeri 11
yogyakarta. Di publikasi, Program studi ilmu keperawatan fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan universitas muhammadiyah yogyakarta.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika.

Pervin, Lawrence. A, Daniel Cervone, 2012. Psikologi Kepribadian Teori dan


Penelitian X, Jakarta: Saelmba Humanika

Prasetyo, A. B. (2011). Bullying di sekolah dan dampaknya bagi masa depan


anak. Jurnal Pendidikan Islam, 4 (1), 19-26.

Priatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah, Dan Mengatasi
Bullying. PT Gramedia, Jakarta.

Priyatna. (2010). Let's End Bullying: Memahami, Mencegah, dan. Mengatasi


Bullying. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Psychologymania. (2012). Bullying. Diakses 28 Februari 2020

Rahmawan. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Permisif dengan Intensi


Bullying pada Siswa-Siswi Kelas VII SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta.
Artikel Ilmiah.

Rusmini, Sri. (2011). Perkembangan Anak Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta

Santrock, J. W. (2011). Perkembangan anak (7th ed.). Jakarta, Indonesia:

Saryono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.

Sejiwa. (2010). Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan


Sekitar

Soetjiningsih. (2011). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


Sagung Seto.

Widayanti, Costrie Ganes dan Siswati. 2011. Fenomena Bullying Di Sekolah


Dasar Negeri Di Semarang: Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi.
Volume 5. Nomor 2, Desember. Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro.
Wihartati, Wening, 2013. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri Untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Akademik Dan Motivasi Berprestasi, Semarang:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Wong. (2011). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6, Volume 1. Jakarta:


EGC
PENGANTAR PENELITIAN
Lampiran 4

Judul Penelitian : Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1

Suboh Kabupaten Situbondo

Peneliti : Moh. Hijratillah Prasetyo

Pembimbing : 1) Iin Aini Isnawati,S.Kep.,Ns.,M.Kes

2) Ro’isah,SKM.,M.Kes

Responden yang terhormat,

Saya adalah mahasiswa semester 7 pada jurusan ilmu keperawatan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Dalam rangka

menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud mengadakan penelitian dengan

judul “Hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada remaja yang

mengikuti ekstrakulikuler pramuka di SMAN 1 Suboh Kecamatan Suboh

Kabupaten Situbondo.”Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat

yang luas, baik bagi institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.

Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian

saya, silahkan menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek penelitian.

Atas kesediaan dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

Probolinggo, Agustus 2020

Mengetahui,

Pembimbing I Peneliti

(Iin Aini Isnawati,S.Kep.,Ns.,M.Kes) (Moh. Hijratillah Prasetyo)


Lampiran 5

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan


manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Bullying dengan Efikasi Diri
pada remaja yang mengikuti ekstrakulikuler pramuka di SMA Suboh Kecamatan
Suboh Kabupaten Situbondo”.
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan
menjawab tentang perasaan dan harapan saya, yang membutuhkan waktu 20
menit.
Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi pada penelitian ini tidak
ada. Apabila ada pertanyaan yang memberikan respon emosional maka
penelitian akan dihentikan, dan peneliti akan memberikan dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan
dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas
saya tidak akan ditulis pada instrumen penelitian dan disimpan dengan sebaik –
baiknya.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam
penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat tanpa adanya
sanksi atau kehilangan hak – hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini
atau mengenai peran serta saya dalam penelitian dan telah mendapatkan
keterangan dari peneliti dengan memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar
bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani
Surat persetujuan menjadi responden penelitian.

Probolinggo, 02 Agustus 2020

Peneliti Responden

(Moh. Hijratillah Prasetyo) (.....................................)

Saksi

(.....................................)
Lampiran 6

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Moh. Hijrah Tillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

Jurusan : Ilmu keperawatan

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data

penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh

kesediaan dan persetujuan menjadi responden sumber data.

Probolinggo, 02 Agustus 2020

Mengetahui,

Tim Etik Penelitian Yang Membuat Pernyataan,

(...............................) Moh. Hijratillah Prasetyo


Lampiran 7

LEMBAR KUESIONER
Hubungan perilaku Bullying dengan Efikasi Diri pada remaja yang
mengikuti ekstrakulikuler di SMAN 1 Suboh
1. Perilaku Bullying
Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan apa yang saudara
anggap benar dengan membubuhkan tanda (√) di kolom yang sudah di
sediakan.
Keterangan :
1. Ya
2. Tidak
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Kedua orangtua saya tanggap terhadap


persaan dan kebutuhan saya

2 Saya ingin memukul teman saya jika teman


saya mengganggu saya.

3 Orang tua saya mendorong untukmenceritakan


masalah saya

4 Saya tidak suka mengejek orang lain terlebih


pada kelemahan atau kekurangan diri yang
dimilikinya

5 Saya selalu mengejek orang lain terlebih pada


kelemahan atau kekurangan yang dimilikinya.

6 Saya tidak akan menendang teman saya ketika


permintaan saya tidak mau dituruti.

7 Orang tua sayamemberi penghiburan dan


mengerti ketka saya marah

8 Keluarga saya selalu memberi dukungan


terhadap saya

9 Saya merasa bangga ketika mengetahui


sebutan jelek teman saya.

10 Keluarga cukup bagi saya arga syaa memberi


waktu yang

(Ningsih, 2017)
Lampiran 8

2. Efikasi Diri
Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan apa yang saudara
anggap benar dengan membubuhkan tanda (√) di kolom yang sudah di
sediakan.
Keterangan :
1. Ya
2. Tidak

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

1 Saya merasa trauma ketika teman saya


mengganggu saya.

2 Saya merasa rendah diri ketika berkumpul dengan


teman-teman.

3 Saya tidak ingin bertemu dengan teman-teman


yang suka membullying.

4 Saya merasa cemas ketika bertemu dengan


teman-teman yang suka membullying.

5 Saya tidak menerima keadaan saya saat ini.

6 Saya merasa tidak di butuhkan di lingkungan


sekolah

7 Saya tidak punya semangat dalam ketika berada


di sekolah

8 Saya tidak punya semangat dalam mencari teman


baru teman di sekolah

9 Saya tidak punya semangat dalam menjalin


hubungan perasaan dengan teman sekolah

10 Saya tidak punya keinginan berjalan rekreasi


Lampiran 9
bersama dengan teman sekolah

(Bella, 2012)

VALIDITAS DAN RELIABILITAS


3. Perilaku Bullying
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.984 10

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
X1 5.90 17.211 .965 .980
X2 5.80 17.733 .896 .983
X3 5.70 18.900 .691 .988
X4 5.90 17.211 .965 .980
X5 5.80 17.733 .896 .983
X6 5.90 17.211 .965 .980
X7 5.90 17.211 .965 .980
X8 5.80 17.733 .896 .983
X9 5.90 17.211 .965 .980
X10 5.90 17.211 .965 .980

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
6.50 21.611 4.649 10
Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
** ** ** ** ** ** **
X1 Pearson Correlation 1 .802 .612 1.000 .802 1.000 1.000 .802 1.000 1.000**
Sig. (2-tailed) .005 .060 .000 .005 .000 .000 .005 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** * ** ** ** ** ** **
X2 Pearson Correlation .802 1 .764 .802 1.000 .802 .802 1.000 .802 .802**
Sig. (2-tailed) .005 .010 .005 .000 .005 .005 .000 .005 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * *
X3 Pearson Correlation .612 .764 1 .612 .764 .612 .612 .764 .612 .612
Sig. (2-tailed) .060 .010 .060 .010 .060 .060 .010 .060 .060
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** ** ** ** ** **
X4 Pearson Correlation 1.000 .802 .612 1 .802 1.000 1.000 .802 1.000 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .005 .000 .000 .005 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** * ** ** ** ** **
X5 Pearson Correlation .802 1.000 .764 .802 1 .802 .802 1.000 .802 .802**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .010 .005 .005 .005 .000 .005 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** ** ** ** ** **
X6 Pearson Correlation 1.000 .802 .612 1.000 .802 1 1.000 .802 1.000 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .000 .005 .000 .005 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X7 Pearson Correlation 1.000** .802** .612 1.000** .802** 1.000** 1 .802** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .000 .005 .000 .005 .000 .000
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** * ** ** ** ** **
X8 Pearson Correlation .802 1.000 .764 .802 1.000 .802 .802 1 .802 .802**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .010 .005 .000 .005 .005 .005 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X9 Pearson Correlation 1.000** .802** .612 1.000** .802** 1.000** 1.000** .802** 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .000 .005 .000 .000 .005 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
** ** ** ** ** ** ** **
X10 Pearson Correlation 1.000 .802 .612 1.000 .802 1.000 1.000 .802 1.000 1
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .000 .005 .000 .000 .005 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
4. Efikasi diri

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.972 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X1 .60 .516 10

X2 .70 .483 10

X3 .80 .422 10

X4 .60 .516 10

X5 .70 .483 10

X6 .60 .516 10

X7 .60 .516 10
Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if

Deleted Deleted Correlation Item Deleted

X1 4.00 7.333 .953 .964

X2 3.90 7.656 .890 .968

X3 3.80 8.400 .691 .981

X4 4.00 7.333 .953 .964

X5 3.90 7.656 .890 .968

X6 4.00 7.333 .953 .964

X7 4.00 7.333 .953 .964

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

4.60 10.267 3.204 7

Correlations
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
** ** ** **
X1 Pearson Correlation 1 .802 .612 1.000 .802 1.000 1.000**
Sig. (2-tailed) .005 .060 .000 .005 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10
** * ** ** **
X2 Pearson Correlation .802 1 .764 .802 1.000 .802 .802**
Sig. (2-tailed) .005 .010 .005 .000 .005 .005
N 10 10 10 10 10 10 10
* *
X3 Pearson Correlation .612 .764 1 .612 .764 .612 .612
Sig. (2-tailed) .060 .010 .060 .010 .060 .060
N 10 10 10 10 10 10 10
** ** ** **
X4 Pearson Correlation 1.000 .802 .612 1 .802 1.000 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .005 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10
X5 Pearson Correlation .802** 1.000** .764* .802** 1 .802** .802**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .010 .005 .005 .005
N 10 10 10 10 10 10 10
X6 Pearson Correlation 1.000** .802** .612 1.000** .802** 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .000 .005 .000
N 10 10 10 10 10 10 10
** ** ** ** **
X7 Pearson Correlation 1.000 .802 .612 1.000 .802 1.000 1
Sig. (2-tailed) .000 .005 .060 .000 .005 .000
N 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 10

MASTER TABEL

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN EFIKASI DIRI PADA REMAJA


SEKOLAH MENENGAH ATAS DI SMA SUBOH KECAMATAN SUBOH
KABUPATEN SITUBONDO

A. PERILAKU BULLYING

Perilaku Bullying Total Kategori


NO Jenis
Umur Kelas
Inisial Kelamin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 17 Perempuan X 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 60 Sedang
2 16 Laki-laki X 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 80 Tinggi
3 16 Perempuan X 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 50 Rendah
4 17 Laki-laki XI 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 60 Sedang
5 18 Perempuan XI 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 80 Tinggi
6 17 Perempuan X 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 50 Rendah
7 17 Laki-laki X 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 60 Sedang
8 16 Laki-laki X 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 80 Tinggi
9 16 Perempuan XI 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 50 Rendah
10 16 Perempuan XII 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 70 Sedang
11 18 Perempuan XI 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 80 Tinggi
12 16 Laki-laki XI 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 50 Rendah
13 16 Laki-laki X 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 70 Sedang
14 17 Laki-laki X 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 80 Tinggi
15 18 Laki-laki X 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 80 Tinggi
16 16 Laki-laki X 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 70 Sedang
17 17 Laki-laki X 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 Tinggi
18 17 Perempuan XI 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80 Tinggi
19 16 Perempuan XI 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 70 Sedang
20 16 Laki-laki X 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 90 Tinggi
21 18 Perempuan X 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 50 Rendah
22 17 Laki-laki X 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 50 Rendah
23 18 Laki-laki XII 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 50 Rendah
24 16 Perempuan X 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 50 Rendah
25 17 Perempuan X 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 60 Sedang
26 18 Laki-laki XI 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 80 Tinggi
27 16 Laki-laki XI 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 80 Tinggi
28 16 Laki-laki XI 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 70 Sedang
29 18 Perempuan XI 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 80 Tinggi
30 17 Laki-laki XI 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 50 Rendah
31 17 Perempuan XI 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 70 Sedang
32 17 Laki-laki XII 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 80 Tinggi
Keterangan :
Umur : Jenis Kelamin Kelas Kategori
16 Tahun : 1 Laki :1 X :1 Efikasi
Tinggi :1
17 Tahun : 2 Perempuan :2 XI :2 Efikasi
Sedang :2
18 Tahun : 3 XII :3 Efikasi
Renda
B. EFIKASI DIRI

Efikasi Diri Total Kategori


NO Jenis
Umur Kelas
Inisial Kelamin
1 2 3 4 5 6 7

1 17 Perempuan X 1 1 0 1 1 1 0 71 Sedang
2 16 Laki-laki X 1 1 1 1 1 1 0 86 Tinggi
3 16 Perempuan X 1 1 0 1 1 0 1 71 Sedang
4 17 Laki-laki XI 0 1 1 0 1 0 1 57 Sedang
5 18 Perempuan XI 1 0 1 1 1 1 1 86 Tinggi
6 17 Perempuan X 1 1 0 0 0 1 0 43 Rendah
7 17 Laki-laki X 1 1 0 1 0 0 0 43 Rendah
8 16 Laki-laki X 0 0 1 0 1 1 1 57 Sedang
9 16 Perempuan XI 1 1 0 1 0 0 0 43 Rendah
10 16 Perempuan XII 1 0 1 1 0 0 0 43 Rendah
11 18 Perempuan XI 0 1 0 0 1 1 1 57 Sedang
12 16 Laki-laki XI 1 0 0 0 1 0 1 43 Rendah
13 16 Laki-laki X 1 1 1 0 1 1 1 86 Tinggi
14 17 Laki-laki X 0 1 1 1 1 1 1 86 Tinggi
15 18 Laki-laki X 1 1 1 1 0 1 1 86 Tinggi
16 16 Laki-laki X 1 1 1 1 1 0 0 71 Sedang
17 17 Laki-laki X 1 0 1 1 1 1 1 86 Tinggi
18 17 Perempuan XI 0 1 1 1 1 1 1 86 Tinggi
19 16 Perempuan XI 1 1 1 0 1 0 1 71 Sedang
20 16 Laki-laki X 1 0 1 1 1 1 1 86 Tinggi
21 18 Perempuan X 0 1 0 0 1 0 1 43 Rendah
22 17 Laki-laki X 1 1 1 1 1 1 0 86 Tinggi
23 18 Laki-laki XII 1 1 1 1 1 1 0 86 Tinggi
24 16 Perempuan X 1 1 0 1 0 0 0 43 Rendah
25 17 Perempuan X 1 0 1 1 0 1 0 57 Sedang
26 18 Laki-laki XI 1 0 1 1 1 1 1 86 Tinggi
27 16 Laki-laki XI 1 1 1 1 1 1 0 86 Tinggi
28 16 Laki-laki XI 1 1 1 0 1 0 1 71 Sedang
29 18 Perempuan XI 1 0 1 1 1 1 1 86 Tinggi
30 17 Laki-laki XI 0 1 0 1 0 0 1 43 Rendah
31 17 Perempuan XI 1 0 1 1 1 0 1 71 Sedang
32 17 Laki-laki XII 1 0 0 1 1 0 1 57 Sedang
Keterangan :
Umur : Jenis Kelamin Kelas Kategori
16 Tahun : 1 Laki :1 X :1 Efikasi
Tinggi :1
17 Tahun : 2 Perempuan :2 XI :2 Efikasi
Sedang :2
18 Tahun : 3 XII :3 Efikasi
Rendah :3
Lampiran 11

HASIL UJI STATISTIK


1. Data Umum
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 16 13 40.6 40.6 40.6
17 12 37.5 37.5 78.1
18 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid X 16 50.0 50.0 50.0
XI 13 40.6 40.6 90.6
XII 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pria 18 56.3 56.3 56.3
Wanita 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

2. Data Khusus

Perilaku Bulyying
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 16 50.0 50.0 50.0
Sedang 9 28.1 28.1 78.1
Rendah 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Efikasi Diri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 7 21.9 21.9 21.9
Sedang 12 37.5 37.5 59.4
Rendah 13 40.6 40.6 100.0
Total 32 100.0 100.0
3. Hasil Analisis
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Perilaku Bulyying * 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
Efikasi Diri

Perilaku Bulyying * Efikasi Diri Crosstabulation


Efikasi Diri
Tinggi Sedang Rendah Total
Perilaku Tinggi Count 0 3 13 16
Bulyying % of Total .0% 9.4% 40.6% 50.0%
Sedang Count 2 7 0 9
% of Total 6.3% 21.9% .0% 28.1%
Rendah Count 5 2 0 7
% of Total 15.6% 6.3% .0% 21.9%
Total Count 7 12 13 32
% of Total 21.9% 37.5% 40.6% 100.0%

Correlations
Perilaku Bulyying Efikasi Diri
Perilaku Bulyying Pearson Correlation 1 -.830**
Sig. (2-tailed) .000
N 32 32
**
Efikasi Diri Pearson Correlation -.830 1
Sig. (2-tailed) .000
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations

Correlations
Perilaku Efikasi
Bulyying Diri
Spearman's rho Perilaku Bulyying Correlation Coefficient 1.000 -.847**
Sig. (2-tailed) . .000
N 32 32
Efikasi Diri Correlation Coefficient -.847** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 12
Lampiran 13

LEMBAR KONSULTASI

Nama mahasiswa : Moh. Hijratillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

Judul Skripsi :Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN

1 Suboh Kabupaten Situbondo

Nama Pembimbing I : Iin Aini Isnawati, S.Kep., Ns., M.Kes

H B Saran T
a A t
r B d
i
/ K
T o
g n
l s
u
l
M B - Tambahkan studi
i A pendahuluan
n B - Tambahkan remaja di
g halaman 1
g 1 - Tujuan umum dan
u khusus
- Lanjut Bab 2-3
0 - Dampak harus sesuai
1 letak
- - Studi pendahuluan
0 tidak valid
3 - Ganti tempat
- penelitian
2 B - Bab 1 ACC
0 A - Pembuatan alat ukur
2 B efikasi diri dan alat
0 ukur bullying
1 - Bab 2-3 ACC
Lanjut bab
BAB 4
- Lengkapi
- ACC

B
A
S B
a
b 3
t
u
,
2
8 B
- a
0 b
3
- 4
2
0
2
0

S
a
b
t
u
0
9
-
0
5
-
2
0
2
0

LEMBAR KONSULTASI

Nama mahasiswa : Moh. Hijratillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

Judul Skripsi :Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN

1 Suboh Kabupaten Situbondo

Nama Pembimbing II : Ro’isah,S.KM., S.Kep.,M.Kes

Hari/Tgl BAB Konsul Saran Ttd

Rabu, BAB 1 - Revisi Bab 1, buat

prosentase
08-04-2020
- Revisi Bab 1

- 70% ini berapa orang

dijelaskan
Senin, BAB 1,2,3 - Tambahkan solusi

- Revisi bab 3
11-04-2020
- Apa tinggi rendah ini?

Buku siapa?

- Jelaskan efikasi diri ini

sesuai Bab 2

kerangka konsep

terlalu singkat.

- Tambahkan tanda

panah?

- Tambahkan nomor

halaman dan daftar

pustaka
Kamis, BAB 3
- Bagan jadi satu

28-04-20 halaman

- Pada waktu penelitian

tambahkan (Akan)
BAB 4
- Tambahkan skor

seperti variabel

bullying

- Perbaiki skor pada

skorsing

- Tabulating dilengkapi

dan jelaskan sesuai

DO
Lampiran - Cek penulisan daftar

pustaka

- Tahun diperbaharui

LEMBAR KONSULTASI

Nama mahasiswa : Moh. Hijratillah Prasetyo

NIM : 14201.08.16026

Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN 1

Suboh Kabupaten Situbondo

Nama Pembimbing II : Ro’isah,S.KM., S.Kep.,M.Kes

Hari/Tgl BAB Konsul Saran Ttd

Sabtu , BAB 1-4 - Cek penulisan daftar


lampiran
09-05-2020
- Cek penulisan huruf
besar tidak konsisten
- Cek penulisan
Kerangka kerja
- Teknik samping
diperbaiki
- Cek spasi
- Cek awal kalimat yang
huruf kapital
- Skoring dibuat point
- Tabulating diperbaiki
sesuaikan DO
- Alat ukur DO tentukan
penggunaan
kuesioner apa angket
- Validitas dibuat
pervariabel
Lampiran 14

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama mahasiswa : M Hijrah Tillah Prasetyo

Nim :14201.08.16026

Judul skripsi : Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di

SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo

Nama ketua penguji : Dr. Grido Handoko Sriyono

No Mas S Sesudah
alah e
b
el
u
m
1 Bab P Sudah
1–4 er diperbaiki
b
ai
ki
p
e
n
ul
is
a
n
2 Bab T Sudah
2 a diperbaiki
m
b
a
hi
tu
ju
a
n
p
er
il
a
k
u
b
ul
lyi
n
g
3. Hala P Sudah
man er diperbaiki
kata b
peng ai
anta ki
r p
e
n
ul
is
a
n
4 Hala U Sudah
man ru diperbaiki
tk
a
n
h
al
a
m
a
n

Mengetahui Ketua Penguji

Dr. Grido Handoko Sriyono

NIDN: 0715027202
BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama mahasiswa : M Hijrah Tillah Prasetyo

Nim :14201.08.16026

Judul skripsi : Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di

SMAN 1 Suboh Kabupaten Situbondo

Nama ketua penguji : Iin Aini Isnawati, S.Kep., Ns., M.Kes

No Mas Sebelu Ses


alah m udah
1 iv-viii Perbaik Sud
i ah
penulis diper
an baiki
2 Bab Indikato Sud
4 r ah
bullying diper
sesuaik baiki
an
dengan
bab 2
3 Kue Tamba Sud
sion hkan ah
er refrensi diper
baiki
4 Bab Di lihat Sud
4 lagi ah
penulis diper
an baiki
5. Judu Pada Sud
l di remaja ah
perb yang diper
aiki mengik baiki
uti
ekstrak
urikuler
6 Abst Perbaik Sud
rak i ah
penulis diper
an baiki
7 Bab Perbaik Sud
1-7 i semua ah
penulis diper
an baiki
9 Bab Tamba Sud
4 hkan ah di
kriteria tamb
inklusi ahi
dan
eksklus
i
10 Lam Master Sud
piran tabel ah
pada diper
koding baiki
di
hapus
11 Artik Tamba Sud
el hkan ah
artikel diper
peneliti baiki
an

Mengetahui Penguji 1

Iin Aini Isnawati, S.Kep., Ns., M.Kes

NIDN 0726097802

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama mahasiswa : M Hijrah Tillah Prasetyo

Nim :14201.08.16026
Judul skripsi : Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN

1 Suboh Kabupaten Situbondo.

Nama ketua penguji : Ro’isah,S.KM., S.Kep.,M.Kes


No Saran Sebel Sesud
/masu um ah
kan
1 Bab 1 Perba Sudah
–3 iki diperb
penuli aiki
san
2 Lampi Tamb Sudah
ran ahkan diperb
berita aiki
acara
pada
daftar
lampir
an
3 Bab 1 Perba Sudah
–3 iki diperb
penuli aiki
san
catata
n kaki
4 Bab 3 Cek Sudah
penuli diperb
san aiki
keran
gka
konse
p
5 Bab 4 Defini Sudah
si diperb
setiap aiki
DO
diperb
aiki
6 Hala Cek Sudah
man cara diperb
1- 7 penuli aiki
san
7 Lampi Tamb Sudah
ran ahkan diperb
doku aiki
menta
si
peneli
tian
8 Artikel Tamb Sudah
ahi diperb
artikel aiki
9 Lampi Maste Sudah
ran r tabel diperb
lihat aiki
lagi
penuli
san
10 Bab 4 Popul Sudah
asi diperb
pada aiki
respo
nden
diperj
elas

Mengetahui Penguji 2

Ro’isah,S.KM., S.Kep.,M.Kes
Lampiran 13 NIDN 0703087501

BUKTI PERBAIKAN

UJIAN SKRIPSI

Nama mahasiswa : M Hijrah Tillah Prasetyo

Nim :14201.08.16026
Judul skripsi : Hubungan Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada

Remaja Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN

1 Suboh Kabupaten Situbondo

Saran/ masukan Tanda tangan


Ketua penguji
Dr.Grido Handoko
Sriyono

Penguji 1
Iin Aini Isnawati,
S.Kep., Ns., M.Kes

Penguji 2
Ro’isah,S.KM.,
S.Kep.,M.Kes

Anda mungkin juga menyukai